Anda di halaman 1dari 9

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)

ISSN 2623-1581 (Print)

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT


INAP RSUD Dr.R.M. PRATOMO BAGANSIAPAPI TAHUN 2017

Ria Irena
Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRACT
Motivation is an important factor for encouraging work, maintaining behavior,
and channeling behavior in positive activities. A nurse must be motivated to have the
quality of patient care, to develop nurse efficiency in carrying out nursing care. The
purpose of this study was to determine the relationship between motivation and the
performance of nurses in the Inpatient Room of RSUD Dr.R.M Pratomo in 2016. This
study was a cross-sectional descriptive analytic design. The sample in this study were
all nurses in the inpatient room of Dr.R.M Pratomo Hospital, amounting to 57 people.
The sampling technique in this study was total sampling. The data collection tool used
in this study is a questionnaire. The analysis used in this study is univariate and
bivariate analysis with the chi square test. The results showed that the majority of
respondents had low work motivation as many as 34 people (59.6%) and most
respondents had low performance as many as 32 people (56.1%). Based on the chi
square test, the results obtained there was a correlation between motivation and the
performance of nurses in the Inpatient Room of RSUD Dr.R.M Pratomo in 2017 with p
value 0.003 (<0.05). The results of the study are expected so that nurses always improve
their performance so that they can improve the quality of hospital services

Keywords: Motivation, Nurse Performance

PENDAHULUAN peningkatan mutu pelayanan kesehatan,


Rumah sakit merupakan salah karena pelayanan yang diberikan oleh
satu badan usaha yang bergerak dalam tenaga perawat berdasarkan pendekatan
bidang pelayanan jasa yaitu kesehatan biopsiko-sosial spiritual merupakan
dan fungsi utamanya melayani pelayanan yang unik dilaksanakan
masyarakat yang membutuhkan selama 24 jam dan berkesinambungan
pelayanan kesehatan harus merupakan kelebihan tersendiri
mempersiapkan tuntutan masyarakat dibanding pelayanan lainnya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2012).
yang optimal. Adanya tuntutan dan Dalam hal ini, kualitas pelayanan rumah
kebutuhan masyarakat terhadap sakit tidak terlepas dari masalah
peningkatan pelayanan keperawatan perawat. Perawat sebagai salah satu
khususnya dirawat inap perlu disikapi profesi baik dari segi jumlahnya
dengan memperhatikan akar maupun segi kontak dengan pasien
permasalahannya. Untuk itu memiliki waktu yang lebih lama
peningkatan profesionalisme kerja dibandingkan dengan profesi lain, maka
perawat sangat penting sebagai upaya perannya dalam meningkatkan kualitas

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 18


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

pelayanan khususnya dalam bidang Motivasi merupakan faktor penting


keperawatan sangat menentukan untuk membangkitkan semangat
sehingga setiap upaya untuk bekerja, prilaku mempertahankan, dan
meningkatkan kualitas pelayanan rumah prilaku penyaluran dalam kegiatan yang
sakit harus juga disertai upaya untuk positif. Seorang perawat harus
meningkatkan kualitas pelayanan termotivasi untuk memiliki kualitas
keperawatan (Yani, 2007). perawatan pasien, untuk
Perawat dan rumah sakit merupakan mengembangkan efisiensi perawat
dua hal yang tidak bisa dipisahkan. dalam melakukan asuhan keperawatan.
Perawat memegang peran utama dalam Motivasi terbentuk dari sikap seorang
menjalankan roda kehidupan pada perawat dalam menghadapi situasi
pelayanan di rumah sakit. Apabila kerja. Motivasi perawat merupakan
perawat memiliki produktivitas dan kondisi yang menggerakkan diri
motivasi kerja yang tinggi, maka laju perawat yang terarah untuk mencapai
roda pun akan berjalan baik, yang tujuan kerja (Ilyas, 2011). Motivasi
akhirnya akan menghasilkan kinerja dan perawat dapat dilihat dari pelaksanaan
pencapaian yang baik bagi rumah sakit. asuhan keperawatan tepat pada waktu
Di sisi lain, roda tidak berjalan baik dan penuh tanggung jawab, adanya
kalau perawat bekerja tidak produktif, pengawasan dari atasan dalam
artinya perawat tidak memiliki melaksanakan pekerjaan, pemberian
semangat kerja yang tinggi, tidak ulet insentif secara adil dan sesuai dengan
dalam bekerja dan memiliki moril yang prestasi kerja dan kondisi lingkungan
rendah (Depkes RI, 2012). Salah satu yang nyaman saat bekerja. Motivasi
tantangan terbesar dalam pelayanan di kerja perawat dapat dilihat dari data di
rumah sakit adalah terpenuhinya bagian kepegawaian yaitu daftar
harapan masyarakat akan mutu Rumah presensi kerja yang sering datang
Sakit. Pelayanan keperawatan sebagai terlambat, tidak mengikuti apel pagi,
salah satu bentuk pelayanan profesional, laporan status pasien yang tidak
merupakan bagian integral yang tidak lengkap, dan adanya keterlambatan
dapat dipisahkan dari upaya pelayanan dalam pengembalian catatan status
kesehatan secara keseluruhan. Hal ini klinis pasien. Kinerja perawat juga
yakni sebagai salah satu faktor penentu dipengaruhi oleh faktor organisasi
baik buruknya mutu dan citra Rumah rumah sakit yang menyangkut tanggung
Sakit (Hasibuan, 2007). Motivasi kerja jawab dan pengawasan kerja, presensi,
adalah besar kecilnya usaha yang rencana atau jadwal kerja serta adanya
diberikan seseorang untuk melakukan faktor-faktor sosial, sehingga pasien
tugas pekerjaannya. Hasil dari usaha ini merasa tidak puas terhadap pelayanan
tampak dalam bentuk penampilan kerja yang diberikan. Penelitian yang
seseorang yang merupakan hasil dilakukan oleh Sumarni (2014) dengan
interaksi atau fungsinya motivasi serta judul hubungan motivasi dengan kinerja
kemampuan dan persepsi pada diri perawat di RSUD Tungurejo Semarang.
seseorang. Dasar teori diatas Hasil penelitian didapatkan bahwa
menunjukkan bahwa setiap organisasi sebagian besar responden memiliki
harus mempertahankan motivasi kerja motivasi kerja tinggi yaitu 86,5 % dan
dari tenaga kerjanya, karena motivasi sedang 13,5 %. Hasil kinerja
kerja berpengaruh pada penampilan menunjukkan bahwa 70,3 % responden
kerja (Ravianto, 2006). memiliki kinerja yang tinggi dan
sebanyak 29,7 % responden memiliki

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 19


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kinerja sedang. Kinerja perawat harus Perencanaan Keperawatan, standar IV :


sesuai dengan standar kinerja, yaitu Pelaksanaan Tindakan (Implementasi),
memberikan pelayanan perawatan pada standar V : Evaluasi Keperawatan.
pasien dengan pendekatan proses Kinerja yang dilakukan sesuai standar
keperawatan yang meliputi lima tahap akan membuat proses pelayanan di
yaitu : pengkajian, diagnosa, rumah sakit berjalan dengan lancar dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi memudahkan tercapainya tujuan
yang masing-masing berkesinambungan pelayanan perawatan pada pasien
dan berkaitan satu sama lainnya yang (Potter & Perry, 2005). Rumah Sakit
sesuai dengan penilaian kinerja perawat Umum Dr.R.M Pratomo merupakan
di rumah sakit. Sesuai dengan standar Rumah sakit kelas C yang mana
penilaian kinerja perawat yaitu standar I menurut data sekunder 2015 jumlah
: Pengkajian Keperawatan, standar II : tenaga keperawatan dapat dilihat pada
Diagnosa Keperawatan, standar III : tabel berikut :
Table 1.1 Jumlah Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.M Pratomo Tahun 2015-2017
No Perawat Jumlah

1 S1 Keperawatan (Ners) 24
2 S1 Keperawatan non profesi 9
3 S2 M. Biomedis 1
4 D3 Keperawatan 108
5 D3 Keperawatan Anestesi 7
6 D4 Keperawatan Anestesi 2
7 SPK 19
Total 170
Sumber : Profil RSUD Bangkinang 2017
Berdasarkan tabel 1.1 dapat tepat sehingga kinerja SDM dapat terus
diketahui bahwa jumlah tenaga terkontrol. Motivasi kerja yang kurang
keperawatan berjumlah 170 orang. dapat berpengaruh kepada penurunan
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa kinerja dibuktikan dengan adanya kotak
Rumah Sakit Umum Bangkinang Kota saran yang didapatkan bahwa perawat
pada tahun 2015 jumlah kunjungan datang terlambat, meninggalkan
pasien rawat inap adalah 5939 pasien, ruangan saat jam kerja, pulang sebelum
kemudian pada tahun 2016 jumlah waktunya dan kurangnya kerja sama
kunjungan pasien mengalami penurunan dengan teman sejawat dan berdampak
menjadi 5564 pasien. Dari data tersebut pada kurangnya jumlah pasien yang
maka dapat dilihat adanya penurunan dirawat. Berdasarkan hasil wawancara
jumlah pasien yang ada di RSUD yang dilakukan kepada 10 orang pasien
Dr.R.M Pratomo. Untuk itu diperlukan dan 10 orang perawat di Rumah Sakit
suatu strategi yang tepat dalam Umum Daerah Dr.R.M Pratomo
mempertahankan kualitas pelayanan didapatkan 6 pasien (60%) mengatakan
rumah sakit. Salah satunya dengan bahwa pelayanan yang diberikan kurang
menyediakan sumber daya manusia baik dan 4 pasien (40%) mengatakan
yang berkompeten dalam memberikan bahwa pelayanan yang diberikan sudah
pelayanan secara prima kepada pasien. baik. Sedangkan wawancara dengan 10
Tidak hanya dukungan SDM yang orang perawat, diperoleh hasil
berkompeten untuk dapat menciptakan wawancara 6 orang perawat (60%)
kualitas pelayanan yang baik, tetapi mengatakan kurang menjalin hubungan
juga bagaimana rumah sakit dapat yang baik kepada pasien disebabkan
menerapkan menajemen kinerja yang karena sibuk urusan masing-masing dan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 20


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

4 orang perawat (40%) mengatakan meneliti tentang Hubungan Motivasi


telah menjalin hubungan yang baik dengan Kinerja Perawat di Ruang
kepada pasien. Berdasarkan latar Rawat Inap RSUD Dr.R.M Pratomo
belakang diatas maka peneliti tertarik Tahun 2017.

METODE PENELITIAN 2 36-45 tahun 26 45,6


Penelitian ini merupakan desain
penelitian deskriptif analitik rancangan No Jenis kelamin
1 Perempuan 50 87,7
cross sectional yaitu studi untuk 2 Laki-laki 7 12,3
mengetahui hubungan antara variabel Sumber : Kuesioner
independen (motivasi ) dan variabel
dependen (kinerja perawat) yang akan Berdasarkan tabel 4.1 dapat
memberikan informasi hubungan diketahui bahwa dari 57 perawat di
motivasi dengan kinerja perawat di RSUD Dr.R.M Pratomo sebagian
ruang rawat inap RSUD Dr.R.M besar responden berumur 26-35
Pratomo Tahun 2017. Lokasi Penelitian tahun yaitu sebanyak 31 orang
ini dilaksanakan di RSUD Dr.R.M (54,4%) dan sebagian besar
Pratomo, Penelitian ini dilaksanakan responden berjenis kelamin
pada tanggal 12-19 Juli Tahun 2017. perempuan yaitu sebanyak 50 orang
Populasi dalam penelitian ini adalah (87,7%).
semua perawat yang ada diruang rawat B. Analisa Univariat
inap RSUD Dr.R.M Pratomo yang Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi
berjumlah 57 orang. Sampel pada Motivasi Kerja di
penelitian ini adalah perawat yang Ruang Rawat Inap
terdaftar diruang rawat inap yang RSUD Dr.R.M Pratomo
berjumlah 57 orang yang ada di RSUD Tahun 2017
Dr.R.M Pratomo dan memenuhi kriteria No Motivasi FrekuensiPersentase (%)
eksklusi dan inklusi. kerja
1 Rendah 34 59,6
HASIL PENELITIAN 2 Tinggi 23 40,4
Pekerjaan 57 100
Penelitian ini bertujuan untuk Sumber : Kuesioner
mengetahui Hubungan motivasi dengan Berdasarkan tabel 4.2 dapat
kinerja perawat di ruang rawat inap diketahui bahwa dari 57 perawat di
RSUD Dr.R.M Pratomo Tahun 2017. RSUD Dr.R.M Pratomo lebih dari
Penelitian ini dilakukan pada tanggal separoh responden memiliki motivasi
12-19 September tahun 2017 dengan kerja yang rendah yaitu sebanyak 34
jumlah sampel sebanyak 57 responden. orang (59,6%).
Dari hasil pengumpulan data disajikan Tabel 4.3 :Distribusi Frekuensi Kinerja
sebagai berikut : Perawat di Ruang Rawat
A. Karakteristik Responden Inap RSUD Dr.R.M
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pratomo Tahun 2017
Karakteristik Responden di No Kinerja Perawat Frekuensi Persentase
Ruang Rawat Inap RSUD (%)
Dr.R.M Pratomo Tahun 1 Rendah 32 56,1
2017 2 Tinggi 25 43,9
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Pekerjaan 57 100
Responden Sumber : Kuesioner
Umur Berdasarkan tabel 4.3 dapat
1 26-35 tahun 31 54,4 diketahui bahwa dari 57 perawat di

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 21


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

RSUD Dr.R.M Pratomo lebih dari yang rendah yaitu sebanyak 32 orang
separoh responden memiliki kinerja (56,1%).

C. Analisa Bivariat
Analisa bivariat ini Rawat Inap RSUD Dr.R.M Pratomo
menggambarkan hubungan motivasi Tahun 2017. Hasil analisis disajikan
dengan kinerja perawat di ruang pada tabel berikut :
1. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.R.M Pratomo
Tahun 2017.
Tabel 4.4 : Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di ruang Rawat Inap RSUD
Dr.R.M Pratomo Tahun 2017.
Kinerja perawat Total
Motivasi Rendah Tinggi P PO C1 95%
n % n % n % value R
Rendah 25 73,5 9 26,5 34 100
Tinggi 7 30,4 16 69,6 23 100 0,003 6,3 1,97-20,46
Jumlah 32 56,1 25 43,9 57 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat motivasi kerja yang tinggi, terdapat 7


dilihat bahwa dari 34 responden yang responden (30,4%) kinerjanya rendah
memiliki motivasi kerja yang rendah, dari uji chi square yang dilakukan
terdapat 9 responden (26,5%) diperoleh hasil ada hubungan motivasi
kinerjanya tinggi. Sedangkan dari 23 dengan kinerja perawat di ruang Rawat
responden yang memiliki motivasi kerja Inap RSUD Dr.R.M Pratomo Tahun
yang tinggi, terdapat 7 responden 2017 dengan p value 0,003 (<0,05).
(30,4%) kinerjanya rendah. Dari uji chi Hasil penelitian diketahui nilai POR =
square yang dilakukan diperoleh hasil 6,3 artinya perawat yang memiliki
ada hubungan motivasi dengan kinerja motivasi kerja rendah berpeluang 6,3
perawat di ruang Rawat Inap RSUD kali untuk memiliki kinerja rendah
Dr.R.M Pratomo Tahun 2017 dengan p dibandingkan dengan yang memiliki
value 0,003 (<0,05). Hasil penelitian motivasi tinggi. Motivasi kerja perawat
diketahui nilai POR = 6,3 artinya adalah sesuatu yang menimbulkan
perawat yang memiliki motivasi kerja keinginan bagi seorang perawat, baik
rendah berpeluang 6,3 kali untuk yang berasal dari dalam dirinya maupun
memiliki kinerja rendah dibandingkan yang berasal dari luar untuk
dengan yang memiliki motivasi tinggi. melaksanakan asuhan keperawatan
dengan rasa tanggung jawab guna
PEMBAHASAN mencapau tujuan yang diinginkan
Penelitian ini dilakukan di ruang (Siagian, 2007).
rawat inap RSUD Dr.R.M Pratomo Kinerja perawat harus sesuai dengan
Tahun 2017. Setelah dilakukannya standar kinerja, yaitu memberikan
penyebaran kuesioner dan data tersebut pelayanan perawatan pada pasien
dianalisis secara univariat dan bivariat, dengan pendekatan proses keperawatan
maka diperoleh berdasarkan hasil yang meliputi lima tahap yaitu:
penelitian dapat diketahui bahwa dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
34 responden yang memiliki motivasi pelaksanaan dan evaluasi yang masing-
kerja yang rendah, terdapat 9 responden masing berkesinambungan dan
(26,5%) kinerjanya tinggi. Sedangkan berkaitan satu sama lainnya yang sesuai
dari 23 responden yang memiliki dengan penilaian kinerja perawat di

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 22


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

rumah sakit. Sesuai dengan standar rendah tetapi kinerjanya tinggi


penilaian kinerja perawat yaitu standar disebabkan karena kurangnya fasilitas
pengkajian Keperawatan, standar II kerja yang mendukung dari rumah sakit
diagnosa keperawatan, standar III sehingga tujuan yang dicapai untuk
perencanaan keperawatan, standar IV melakukan tindakan keperawatan tidak
pelaksanaan tindakan (Implementasi) sesuai dengan yang diharapkan.
dan standar V evaluasi Keperawatan. Sedangkan responden yang motivasi
Kinerja yang dilakukan sesuai standar kerjanya tinggi tetapi kinerjanya rendah
akan membuat proses pelayanan di disebabkan karena banyaknya jumlah
rumah sakit berjalan dengan lancar dan pasien yang akan diberikan pelayanan
memudahkan tercapainya tujuan keperawatan sehingga perawat tidak
pelayanan perawatan pada pasien bisa melakukan asuhan keperawatan
(Potter & Perry, 2005). sesuai dengan standar pelayanan dan
Pelatihan tidaklah menjadi jaminan juga dipengaruhi oleh faktor kurangnya
dari kinerja seseorang. Hal ini dapat menerima informasi dari mengikuti
terjadi karena tidak selamanya pelatihan yang diberikan tentang
seseorang yang pernah mengikuti pelayanan keperawatan karena peserta
pelatihan itu akan menerapkan ilmu seminar yang mengikuti pelatihan hanya
atau keterampilan yang didapatkan dari bertujuan untuk memiliki sertifikat.
pelatihan tersebut. Tidak sedikit dari Dengan adanya perawat Pegawai Negeri
peserta seminar yang mengikuti Sipil (PNS) memiliki motivasi kerja
pelatihan hanya bertujuan untuk yang rendah dan kinerja yang rendah
memiliki sertifikat bukan untuk disebabkan karena responden kerja atau
menimba ilmu atau pun keterampilan tidaknya responden tetap akan
tertentu (Suratno, 2013). mendapatkan insentif dari pemerintahan
Fasilitas kerja adalah seperangkat maka dari itu responden kurang efektif
alat atau instrumen yang dimaksudkan dalam mengerjakan tanggungjawabnya,
untuk membantu atau meringankan sedangkan para tenaga Honorer berbeda
suatu pekerjaan. Sedangkan kinerja dikarenakan responden banyak
perawat merupakan hasil dari fungsi- mengerjakan tugas asuhan keperawatan
fungsi suatu pekerjaan dan kegiatan sehingga tidak sesuai dengan standar
tertentu selama satu periode waktu pelayanan namun dengan memiliki
tertentu. Fasilitas kerja merupakan suatu motivasi yang tinggi responden tetap
sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas yang diberikan
membantu mempermudah atau walaupun mendapatkan gaji yang
meringankan suatu pekerjaan. Fasilitas sedikit. Hal ini sejalan dengan hasil
yang memadai tidak menjamin kinerja penelitian Sulastri (2012) dengan judul
yang baik pula karena belum tentu hubungan motivasi kerja dengan kinerja
fasilitas yang tidak memadai membuat perawat di Rumah Sakit Bhayangkara
kinerja dari seorang perawat menciut Medan. Hasil penelitian didapatklan
atau kurang. Justru dengan fasilitas bahwa terhadap hubungan motivasi
kerja yang belum memadai itulah yang kerja dengan kinerja perawat dengan ρ
dapat memacu kreativitas seorang value = 0.015.
perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang prima meskipun dengan
segala keterbatasan fasilitas (Ilyas, KESIMPULAN
2007). Menurut asumsi peneliti Setelah dilakukan penelitian
responden yang memiliki motivasi kerja mengenai hubungan motivasi

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 23


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

dengan kinerja perawat di ruang Penulisan Ilmiah. Jakarta :


rawat inap RSUD Dr.R.M Pratomo Salemba Medika
tahun 2017 maka dapat diambil (2012). Riset Keperawatan dan
kesimpulan sebagai berikut : Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
1. Sebagian besar perawat Salemba Medika
memiliki motivasi kerja yang Ilyas. (2007). Teori, Penilaian dan
rendah di ruang rawat inap Penelitian Kinerja. Jakarta:
RSUD Dr.R.M Pratomo tahun FKUM
2017 (2011). Teori, Penilaian dan
2. Sebagian besar perawat Penelitian Kinerja. Jakarta:
memiliki kinerja yang rendah di FKUM
ruang rawat inap RSUD Joko. (2002). Manajemen Sumber Daya
Dr.R.M Pratomo tahun 2017 Manusia untuk Perusahaan.
3. Terdapat hubungan motivasi Jakarta: PT. Raja Grafindo
dengan kinerja perawat di ruang Persada.
rawat inap RSUD Dr.R.M Letham. (2010). Pengaruh Motivasi
Pratomo tahun 2017 Kerja, Kepemimpinan, Budaya
Organisasi, Disiplin Kerja
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Kinerja Karyawan
Anwar Prabu Mangkunegara. (2009). (Studi Empiris di bagian
Manajemen Sumber Daya Keuangan Kantor PDAM Se-Eks
Manusia. Bandung: PT. Remaja Karesidenan Surakarta.
Rosdakarya Universitas Muhammadiyah
Arep dan Tanjung (2008). Manajemen Surakarta. Skripsi.
Sumber Daya Manusia. Edisi Mangkunegara, AA. Anwar Prabu.
Kedua. Yogyakarta : BPEC (2009). Perencanaan dan
Asmadi. (2015). Faktor-faktor yang Pengembangan Sumber Daya
berhubungan dengan kinerja Manusia. Cetakan Ketiga.
perawat di RSU Anutapura Palu. Bandung: PT. Rafika Aditama
Diperoleh tanggal 21 Mei 2016 Mathis. (2009). Manajemen Sumber
Berry dan Houston. 2010. Dasar-dasar Daya Manusia Edisi 10. Bandung.
Manajemen KeuanganBuku 1. Rafika Aditama
(Edisi 11). Jakarta : Salemba Notoatmodjo. (2010). Metode
Empat. Penelitian. Jakarta: Pustaka
Depkes RI. (2012). Standar Pelayanan Belajar
Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: FKUM Potter&Perry. (2005). Buku Ajar
Harsuko. (2011). Evaluasi kinerja Fundamental Keperawatan
sumber daya alam. Yogyakarta: Konsep dan Proses. Edisi4
Hikayat Publishing Ravianto. (2006). Produktivitas dan
Hasibuan. (1996). Manajemen Dasar, Manajemen. Jakarta: Lembaga
Pengertian dan. Masalah. Jakafia : Sarana
PT Gunung Agung Sastrohadiwirdjo. (2009). Budaya
(2007). Manajemen Sumber Organisasi dan Peningkatan
Daya Manusia. Jakarta: Pustaka Kinerja Perusahaan. Jakarta:
Media PT.Bumi Aksara.
Hidayat, A.A. (2009). Riset Sayfuddin. (2006). Motivasi Kerja.
Keperawatan dan Teknik Jakarta: Salemba Medika

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 24


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Sedarmayanti. (2007). Sumber Daya


Manusia dan Produktivitas Kerja.
Mandar Maju, Bandung.
Siagian. (2007). Penilaian Motivasi
Kerja. . Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sumarni. (2014). Hubungan Motivasi
Kerja dengan Kinerja Perawat di
RSUD Tungurejo Semarang.
Yogyakarta: FKUI
Sulastri (2012). Hubungan motivasi
kerja dengan kinerja perawat di
Rumah Sakit Bhayangkara
Medan. SKRIPSI. Diperoleh
tanggal 12 Agustus 2016
Suratno. (2013). Pengembangan
Kualitas Produk dan Kinerja.
Jakarta: Nuha Medika
Yani. (2007). Upaya Peningkatan
Pelayanan Rumah Sakit. Dari
http//yani/2014-upaya-
meningkatkan-pelayanan di
rumah-sakut. Diperoleh tanggal
12 Mei 2017.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 25


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 26

Anda mungkin juga menyukai