Skripsi Ari
Skripsi Ari
PENDAHULUAN
Rumah sakit haruslah berfokus pada pelanggan, fokus pada pelanggan ini
terkait dengan upaya rumah sakit dalam rangka kedekatan pada pasien dan
stakeholder lainnya.
(sabarguna, 2011:29)
Selain itu, pasien dan masyarakat yang menjadi pelanggan pelayanan kesehatan
harus mendapat perhatian utama sehingga kebutuhan, harapan, dan nilai
pelanggan dapat dipenuhi oleh organisasi pelayanan kesehatan. Akan tetapi
kenyataan dilapangan berbeda dengan teori yang ada, para dokter atau pegawai di
rumah sakit belum memandang pasien sebagai “manusia” melainkan hanya
sebagai objek medis yang bisa diperlakukan sesuka hati. Meski sudah ada UU
No.44/2009, mayoritas Rumah sakit belum melaksanakan UU tersebut secara
utuh.
Ada beberapa kasus yang dapat kita temukan seperti sering sekali pasien
harus menunggu dalam waktu yang tidak wajar untuk mendapatkan pelayanan
media karena urusan birokrasi, misalnya urusan berobat yang terlalu terbelit-belit.
Bahkan ada jiwa pasien yang seharusnya dapat tertolong menjadi melayang sia-sia
karena keterlambatan penanganan akibat birokrasi yang harus dipenuhi pasien
atau keluarga pasien, biasanya hal ini terjadi bagi pasien yang menggunakan
layanan berobat gratis seperti Jamkesmas, Jamkesda, Akses, maupun layanan
gratis lainnya.
Salah satu kegiatan yang banyak dihadapi konsumen atau pasien di RS. AWS
adalah pelayanan administrasi yaitu dalam pengurusan berkas-berkas administrasi,
misalnya pengurusan kartu berobat, registrasi rawat inap, dan pengurusan
pengurusan berkas yang berhubungan dengan program-program pemerintah di
bidang kesehatan seperti BPJS, Jamkesmas, Akses dan sebagainya.
Petugas dari RS. AWS ini dituntut untuk bisa memberikan yang tepat dan cepat
sesuai keinginan masyarakat yang membutuhkan pelayanan administrasi
memuaskan sehingga membuat masyarakat Kalimantan Timur mempercayai
pengobatan di RS. AWS ini, untuk itu peningkatan kualitas pelayanan di RS.
AWS diperlukan.
Perbaikan terhadap mutu rumah sakit baik dari layanan administrasi maupun
medis memang benar-benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja karena banyaknya
keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit,
baik dari segi mutu, kemudahan prosedur administrasi, tarif, dan juga sifat baik
dari aparatur mencakup integritas moral serta profesionalisme intelektual. Kualitas
intelektual tanpa di imbangi integritas akan dapat mengarah kepada rekayasa yang
tidak dilandasi moral.
Akan tetapi latar belakang ekonomi dan status sosial tidak boleh menjadi pembeda
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Peserta BPJS-pun seharusnya bisa
mendapatkan kualitas pelayanan yang prima dari rumah sakit. Setiap rumah sakit
harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas tanpa memandang cara
pasien membayar.
Selain itu artikel lain yang mengabarkan tentang buruknya pelayanan BPJS di
Provinsi Kalimantan Timur terlampir pada
http://www.kbknews.id/2017/03/31/warga-kaltim-mengeluh-soalpelayanan- bpjs-
kesehatan/ (diakses pada 24 Meii 2017 pukul 18:08 WIB) yang menjelaskan
tentang Keluhan atas layanan kesehatan pada fasilitas kesehatan primer, rujukan,
maupun pengobatan lanjutan bagi peserta BPJS di Kaltim itu, terungkap dalam
lokakarya Penguatan Kapasitas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Watch.
Selain keluhan berkaitan dengan pelayanan medis serta fasilitas yang diterima,
peneliti juga menemukan bahwa prosedur pelayanan BPJS dirasa warga masih
berbelit-belit, seorang informan mengatakan bahwa persoalannya hanya berkutat
pada mekanisme rujukan yang dinilai terlalu menyulitkan pasien.
http://www.antarakaltim.com/berita/292445/warga-keluhkan-prosedurberbelit
pelayanan-bpjs-kesehatan (Diakses pada 24 Juni 2017 pukul 19:32 WIB).
Dari penjelasan dan artikel-artikel di atas dapat dilihat bahwa keluhan terkait
kepuasan warga terhadap kualitas pelayanan BPJS di Provinsi Kaltim masih
cukup banyak, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kepuasan peserta
pasien BPJS terhadap kualitas pelayanan BPJS Kesehatan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu: bagaimana penilaian kepuasan
masyarakat umum sebagai pasien peserta BPJS dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjaharanie Provinsi
Kaltim ?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris Public yang berarti umum, masyarakat,
Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku
menjadi public yang berarti umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat
digunakan adalah Praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah
pamong praja yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat
(Sinambela, 2006:5).
Kata lain yang juga yang memberi makna pada kata publik adalak kata Koinon
yang berasal dari bahasa Yunani dan diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi
common. Kata ini dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan kata umum, seperti
dalam istilah kendaraan umum atau jalan umum. Berdasar pada dua etimologi
diatas ditemukan dua bentuk kata public. Sebagai kata benda, istilah public
menunjuk pada “the community in general” atau “part of the community having a
particular interest in common”.
Sebagai kata sifat istilah public berarti “of, for, connected with, own by, done for
or done by, known to, people in general” (Kartasasima, 2006:3).
Konsep pelayanan public atau pelayanan umum pada dasarnya merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang, atau kelompok, atau birokrasi untuk
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. (Istianto, 2011:121).
Efektivias dan efisiensi dalam pelayanan publik tidak dapat dijadikan patokan,
diperlukan ukuran lain yaitu keadilan, sebab tanpa ukuran ini ketimpangan
pelayanan tidak dapat dihindari. Pentingnya ukuran ini juga memperhatikan
bahwa birokrasi public cendrung menghindari kelompok miskin, rentan dan
terpencil. Sementara itu telah umum diketahui bahwa antara efisiensi dan
efektifitas merupakan the big trade off.
Pelayanan untuk kelompok ini memerlukan biaya besar yang biasanya berupa
subsidi, pengobatan gratis atau murah. Pelayanan jenis ini hanya mungkin
diproduksi jika pemerintah memiliki sumber daya yang cukup besar. Namun
demikian, efektivitas pelayanan juga dapat dilakukan dengan memilah-milah
kelompok sasaran guna diberlakukan jenis kebijakan yang berbeda. Ada beberapa
ide dasar yang membangun konsep public services yakni teori democratic
citisenism, model komunitas dan civil society, organisasi humanism, post modern
ilmu administrasi publik (Thoha, 2008:84).
Dengan sifat adaptif ini maka asas-asas ini dapat selalu dijabarkan lebih lanjut di
dalam penetapan aturan-aturan teknis, baik yang menyangkut sistem, prosedur,
standar kualitas, pelayanan keluhan, dan sebagainya dari setiap jenis pelayanan
publik. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,
penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas pelayanan Keputusan
MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 sebagai berikut :
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan
dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan
tetap berpegang pada prinsip efisiensi dak efektifitas.
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,
gender, dan status ekonomi.
Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
1. Prosedur pelayanan
2. Waktu penyelesaian
3. Biaya pelayanan
4. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Kriteria pelayanan yang memuaskan atau yang disebut dengan pelayanan prima,
banyak ragamnya menurut pakar, namun esensi pelayanan prima pada dasarnya
mencakup empat prinsip, yaitu yang terdiri dari Cepat, Tepat, Akurat, dan
Berkualitas. dalam hal ini maksudnya adalah:
1. Pelayanan harus cepat. Dalam hal ini pelanggan tidak membutuhkan waktu
tunggu yang lama.
2. Pelayanan harus tepat. Ketepatan dalam berbagai aspek yaitu: aspek waktu,
biaya prosedur, sasaran, kualitas maupun kuantitas serta kompetensi petugas.
3. Pelayanan harus akurat. Produk pelayanan tidak boleh salah, harus ada
kepastian, kekuatan hukum, tidak meragukan keabsahannya.
1. Pelayanan Administratif
Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan
pencatatan, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya
secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen. Misalnya,
sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan tertulis dan lainlainnya.
Contoh jenis pelayanan ini adalah: pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB,
pelayanan administrasi kependudukan (KTP, NTCR, akta kelahiran/kematian).
2. Pelayanan Barang
Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan
penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan
penyimpanannya kepada konsumen langsung (sebagai unit atau individu)dalam
satu sistem.
3. Pelayanan Jasa
Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan
sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoprasiannya berdasarkan suatu
sistem pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhirnya berupa jasa yang
mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai
dalam jangka waktu tertentu.
4. Pelayanan Regulatif
Yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang undangan,
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Implementasi dari sebuah kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis,
dimana pelaksanaan kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga
pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau
sasaran kebijakan itu sendiri (Agustino, 2012:139)
Pelayanan kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting dan paling
dibutuhkan oleh masyarakat umum. Secara umum pengertian pelayanan kesehatan
sendiri adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan secara rohani dan jasmani
bagi masyarakat. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada beberapa
komponen penting yang ada di dalam pelayanan kesehatan itu sendiri.
1. Input adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
5. Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk
sistem tersebut.
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan
itu harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan
(continous).
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang ada di terima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
oleh masyarakat.
4. Mudah dijangkau Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah
yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang lebih baik adalah yang bermutu
(quality). (azwar, 1996:38-39)
b) Preventif sekunder : Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk
membatasi kecacatan dengan cara mengindari akibat yang timbul dari
perkembangan penyakit tersebut.
Salah satu upaya untuk mengurangi variasi proses adalah dengan melakukan
standarisasi, yang merupakan upaya pengendalian terhadap proses, proses
standarisasi meliputi penyusunan, penerapan, monitoring, pengendalian, serta
evaluasi dan revisi standar. Dijumpai berbagai pengertian standar, antara lain:
2. Standar adalah rentang variasi yang dapat diterima dari suatu norma atau
criteria.
5. Standar adalah patok duga pencapaian yang didasarkan pada tingkat keprimaan
yang diinginkan.
6. Standar dapat dijadikan model untuk dicontoh dan digunakan sebagai dasar
studi banding (WHO). (Koentjoro, 2011:39)
1. Standar struktur, yaitu sumber daya manusia, uang, material, peralatan, dan
mesin.
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang populer dijadikan acuan dalam
riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan
oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1990). SERVQUAL dibangun atas
adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi pelanggan atas layanan
nyata yang mereka terima (Perceived Service) dengan layanan yang sesungguhnya
yang diharapkan/diinginkan (Expected Service). Jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu, sedangkan jika kenyataan
kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Apabila
kenyataan sama dengan harapan maka layanan tersebut memuaskan.
CONSUMER
Gap 5
MARKETER
Gap 4
Gap 3
Gap 1
Gap 2
Gambar 1. Skema konsep kualitas pelayanan
Word of Mouth
Communications
Expected Service
Perceived Service
External
communications
to costumers
Service Delivery
(including preand
post-contacts
Management
perceptions of
costumer
expectations
Translation of
Perceptions into
service quality
specs
Secara singkat dapat diartikan sebagai usaha untuk mengetahui dan mengerti
kebutuhan pelanggan secarain dividual Menurut Parasuraman, dkk (1990),
Reliability secara konsisten merupakan dimensi paling kritis, kemudian tingkat
ke-2 assurance, ke- 3 oleh tangibles (terutama oleh perusahaan perbankan), ke-4
oleh responsiveness, dan kadar kepentingan yang paling rendah adalah empathy.
Keempat dimensi ini menjadi tolat ukur dalam penentukan tingkan tigkat
kepuasan seseorang atas sebuah kualitas jasa. Atas dasar inilah peneliti memilih
metode servqual untuk digunakan dalam penelitian.
D. Konsep Kepuasan
Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap mutu pelayanan yang dirasakan dan
kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat menyeluruh atau sikap
yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan. Dengan kata lain kepuasan
pelanggan adalah kualitas pelayanan yang di pandang dari kepentingan konsumen
dalam hal ini adalah pasien . Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah
puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan
sebagainya).
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan
seseorang karena mengonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan
pelayanan suatu jasa. Menurut Kotler, kepuasan adalah tingkat kepuasan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya
terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja di
bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan
akan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas.
Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia lebih lama, membeli lebih banyak
ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbarui produk-produk
yang ada, membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produknya,
memberi perhatian yang lebih sedikit pada merek dan iklan para pesaing serta
kurang peka terhadap harga, menawarkan gagasan tentang jasa atau produk
kepada perusahaan, dan membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil
dibandingkan biaya pelayanan baru karena transaksinya rutin. Tjiptono
(2008:349) mengutip beberapa definisi kepuasan pelanggan sebagai berikut Oliver
mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi terhadap surprise
yang inheren atau melekat pada pemerolehan produk dan atau pengalaman
konsumsi, kemudian Howard & Sheth mengungkapkan bahwa kepuasan
konsumen adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau
antara hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan,
sedangkan Swan, et al. mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi
secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif
bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan
tujuan/ pemakaiannya.
Kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan kebutuhan pasien
dapat dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan
adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah
memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
7. Security (keamanan), perasaan aman dan terhindar dari perasaan ragu-ragu pada
diri pelanggan.
F. Kerangka Pikir
Dari kelima dimensi tersebut, selanjutnya akan dilihat tingkat kepuasan pasien
menggunakan Rumus Kepuasan Pelanggan menurut Parasuraman. untuk lebih
jelasnya, peneliti paparan gambar kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
1. Tangible (berwujud)
2. Emphaty (empati)
4. Realibility (keandalan)
5. Assurance (kepastian)
↓ ↓ ↓
E>P E –P E<P
TIDAK PUAS PUAS SANGAT PUAS
Ket :
E = Expectacy
P = Performance
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah diutarakan di atas
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Responden ES PS ES – PS
1 Mean 1 Mean 1 es1 – ps1
2 Mean 2 Mean 2 es1 – ps1
3 Mean 3 Mean 3 es1 – ps1
- .. .. ..
- .. .. ..
N Mean n Mean n esn - psn
Di mana :
ES = Rata-rata Harapan (ES)
Jika ES – PS > 0 maka ES > PS; pelanggan kurang puas atas pelayanan
yang diterima
Jika ES – PS < 0 maka ES < PS; pelanggan lebih dari puas atas pelayanan
yang diterima atau mengalami kondisi ideal
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memiliki permasalahan yang cukup kompleks, yaitu dimana menilai
Tujuan penulisan bab ini adalah untuk menentukan bagaimana cara peneliti dalam
menganalisis serta memecahkan permasalahan yang ada. Pembahasan dimulai
dengan menentukan menentukan tipe penelitian, definsi konseptual, definisi
operasional, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, populasi
dan sampel, teknik pengolahan data serta teknik analisis data. Semua pembahasan
tersebut didukung dengan referensi-referensi termutakhir terkait metode penelitian
dalam studi sosial politik.
A. Tipe Penelitian
B. Definisi Konseptual
1. Kepuasan Pasien.
2. Kualitas Pelayanan.
C. Definisi Operasional
D. Lokasi Penelitian
E. Jenis Data
Sumber data utama pada penelitian kualitatif yaitu berupa kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti data tertulis. Data penelitian
dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dilakukan. Data
tersebut diperoleh dengan jalan percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti.
Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti
(Beni Kurniawan, 2012:31) Berikut beberapa sumber data dalam penelitian
kuatitatif, yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden baik
data dari sampel maupun informan dari penelitian. Data tersebut
berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini data
primer yang digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan
BPJS di Rumah Sakit Abdoel Moeloek adalah kuisioner dan observasi.
2. Data sekunder
2. Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok populasi dengan
menggunakan teknik penentuan sampel yaitu:
a. Random sampling
Berikut adalah teknik pengambilan sampel pasien peserta BPJS di Rumah Sakit
Abdul Moeloek menggunakan rumus teknik Slovin yang sudah diketahui dalam
Siregar (2013: 34) adalah sebagai berikut
n= ¿
2
N ,d +I
Keterangan:
N= Banyaknya Populasi
1 = Bilangan Konstanta
Pada Penelitian ini populasi yang digunakan adalah populasi yang berdasarkan
jumlah pasien BPJS tahun 2016 di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi
Lampung sebanyak 4140 jiwa.
N = 4140
Populasi 4140 BPJS tahun 2016 di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Provinsi
Kaltim.
1 = Bilangan Konstanta
4140
n=
( 4140 ) . ( 0 ,1 )2 +1
41.40
n=
41 , 4+1
4140
n=
42 , 4
Keterangan :
2136
n= x 100
4140
2004
n= x 100
4140
1. Kuesioner
Pengertian metode angket atau kuesioner menurut Arikunto (2002: 200), angket
atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia
ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 142), angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yangdilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Angket berupa daftar pertanyaan atau angket tertulis. Sampel yang sesuai dengan
karakteristik diberi kuesioner mengenai masalah penelitian. Kuisioner yang
dipergunakan adalah kuisioner tertutup yaitu daftar pertanyaan yang disertai
alternatif jawaban yang diberikan kepada 100 sampel warga mengenai kualitas
pelayanan BPJS Kesehatan di RS. Abdul Wahab Sjahranie Provinsi Kaltim.
1. Editing
Tahap editing adalah tahap yang digunakan untuk meneliti kembali data yang
telah diperoleh dilapangan apakah masih terdapat kesalahan didalam melakukan
kesalahan dalam pengisiannya, tidak tepat atau terdapat keterangan fiktif.
2. Koding
Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden yaitu pasien peserta
BPJS Kesehatan di RS. Abdul Wahab Sjahranie, yang mana jawaban tersebut
diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan memberikan nomor pada setiap
kuisioner yang dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam mengolah data
pada proses selanjutnya.
3. Tabulating
4. Interpretasi
Tahap interpretasi adalah tahap memberikan penafsiran atau penjabaran atas hasil
penelitian untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban
yang diperoleh oleh data lain agar lebih mudah dilakukan penarikan kesimpulan.
Q=P–E
Keterangan :
berikut :
H0 : ES = 0
H1 : ES ≠ 0
Keterangan :
Q=P–E
133
Berdasarkan uraian dan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka pada bagian ini
1. Pada dimensi tangible. dapat disimpulkan bahwa Harapan lebih tinggi dari
kenyataan, hal ini membuktikan bahwa tingkat kualitas keadaan ruang tunggu
wc dan sanitasi serta yang lainnya dirasa masih kurang puas. Sehingga tingkat
masih kurang puas. Hal ini membuktikan bahwa harapan lebih tinggi dari
kenyataan yang berarti kepuasan pasien peserta BPJS masih kurang puas.
lebih tinggi dari kenyataan, hal ini membuktikan bahwa tingkat kualitas
pelayanan BPJS Kesehatan dalam hal petugas rumah sakit yang tidak
menunjukan kesan sibuk terhadap pasien masih kurang puas. Sehingga kepuasan
terhadap tenaga medis yang melayani dengan sikap meyakinkan dan sopan masih
kurang puas. Hal ini membuktikan bahwa harapan lebih tinggi dari kenyataan
134
yang berarti tingkat kualitas pelayanan kesehatan pada dimensi assurance masih
kurang puas.
5. Pada dimensi emphaty, dapat disimpulkan bahwa harapan lebih tinggi dari
kenyataan, hal ini membuktikan bahwa tingkat kualitas pelayanan kesehatan
emergensi masih kurang puas. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kepuasan
B. Saran
1. Kualitas pelayanan
disarankan:
135
2. Agar tenaga medis pihak Rumah Sakit Abdul Moeloek
konsultasi.
4. Agar tenaga medis melayani pasien dengan sikap yang sopan dan
nyaman
pasien BPJS.