Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ONTOLOGI HUKUM ISLAM”

Dosen Pengampu : Muhammad Irfan M,S.I

Di susun oleh :

1. Budiman Nugraha (5200037)


2. Fildia Usma Yusuf (5200038)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG

Jl. DI Panjaitan KM 3, Paduraksa Pemalang

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala .
Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam beserta
keluarga dan para sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa raga
maupun harta mereka demi tegaknya syiar islam yang pengaruh dan manfaatnya masih kita rasakan sampai saat
ini.

Makalah yang kami buat ini membahas tentang “Ontologi Hukum Islam”. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi kita semua.

Adapun tujuan dari makalah yang kami buat ini adalah untuk memenuhui tugas dari mata kuliah Filsafat
Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Irfan selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Islam.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun agar dapat menjadi perbaikan bagi kami kedepannya insya Allah.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
1. Pengertian Ontologi Hukum Islam ........................................................................... 2
2. Macam-macam Sumber Hukum Islam ..................................................................... 2
a) Al-Qur’an ......................................................................................................... 2
b) As-Sunnah ........................................................................................................ 3
c) Ijtihad ............................................................................................................... 3
d) Ijma’ ................................................................................................................. 3
e) Qiyas................................................................................................................. 3
3. Objek Kajian Filsafat Islam Dan Ruang Lingkup Hukum Islam ............................. 3
BAB III : PENUTUP................................................................................................................ 8
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari bahasa
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

Ontologis hukum Islam disini adalah objek kajian hukum Islam atau bagian-bagian yang
dikenal degan kajuan pembidangan hukum Islam dan kajian geografis hukum Islam. Hukum
Islam adalah sistem hukum yang mempunyai beberapa istilah yang mesti dijelaskan yaitu fikih,
syariat, dan hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Ontologi Hukum Islam


2. Macam-macam sumber hukum islam
3. Objek Kajian Filsafat Hukum Islam Dan Ruang Lingkup Hukum Islam

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Ontologi Hukum Islam.


2. Untuk mengetahui macam-macam sumber hukum Islam.
3. Untuk mengetahui Objek Kajian Filsafat Hukum Islam Dan Ruang Lingkum Hukum
Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ontologi Hukum Islam


Ontologi adalah satu cabang filsafat yang mengungkap kebenaran tentang sesuatu realita
yang ada. Ontologi memberikan penjelasan tentang suatu konsep dan tentang sesuatu yang ada.
Secara sederhana ontologi merupakan kajian filsafat untuk mencari hakikat kebenaran sesatu.
Ontologi membahas realitas (keadaan yang nyata) atau entitas (sesuatu kebenaran yang unik dan
berbeda meskipun tidak dalam bentuk fisik) dengan apa adanya. Maksud dari Ontologi yaitu
membahas kebenaran secara mendalam.

Ontologi hukum Islam adalah objek kajian hukum Islam atau bagian-bagian yang dikenal
dengan kajian pembidangan hukum islam dan kajian geografis (letak sesuatu) hukum islam.

2. Macam-macam Sumber Hukum Islam


A. Al-Qurán

Secara etimologi (Bahasa), lafadz Al-Qurán berasal dari kata fiíl Qaraá yang mempunyai
arti mengumpulkan atau menghimpun, dan Qiraáh berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.

Sedangkan secara terminology (istilah), Al-Qurán adalah kalam Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad shallallahu álaihi wasalam secara mutawatir melalui perantara malaikat
Jibril Álaihissalam. Muhammad Ali Ash Shabuni mendefinisikan Al-Qurán adalah firman Allah
subhanahu wa taála yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
álaihi wa salam penutup para Nabi dan Rasul dengan perantara Malaikat Jibril Álaihissalam.
Ditulis pada setiap mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir.

Dengan definisi di atas tersebut sebagaimana dipercayai kaum Muslimin, Firman Allah
yang diturunkan kepada para Rasul selain Rasulullah Muhammad Shallallahu álaihi wa salam
tidak dinamakan Al-Qurán seperti kitab Taurat kepada Nabi Musa, kitab Zabur kepada Nabi
Daud, dan Injil kepada Nabi Isa álaihissalam.

2
B. As-Sunnah

As-Sunnah atau sering disebut juga Al-Hadits yang mempunyai arti yang sama, yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu álaihi wasalam baik berupa
ucapan (Qouliyyah), Perbuatam (Fi’liyyah), dan Ketetapan (Taqririyyah). As-Sunnah merupakan
sumber hukum syariát Islam yang kedua setelah Al-Qurán.

C. Ijtihad

Secara etimologi (Bahasa) Ijtihad di ambil dari Bahasa Arab yaitu mencurahkan segala
kemampuan dalam segala perbuatan. Dengan demikian, kata jihad (‫ )جهاد‬dan ijtihad ( ‫) إجتهاد‬
berasal dari kata yang sama yaitu bersungguh-sungguh. Perbedaannya hanya pada perbuatannya
saja.
D. Ijma’
Ijma’ didefinisikan oleh para ulama dengan beragam ibarat. Namun secara ringkasnya
dapatlah dikatakan sebagai ”Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada suatu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama”. Ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah
yang terjadi di zaman para Sahabat, tabiin, dan tabiút tabiin sebab seetelah ketiga zaman tersebut
begitu banyak perpecahan karena fitnah.
E. QIYAAS
Qiyas secara Bahasa artinya mengukur atau memperkirakan sesuatu atas sesuatu yang lain
untuk menemukan persamaan terhadap keduanya, kemudian secara istilah qiyas berarti
kembalinya hukum cabang (Furu’) pada hukum asal sebab adanya illat (sebab penysariatan
hukum) atau alasan yang menghubungkan keduanya.
Mayoritas ulama Syafiíyyah mendefinisikan Qiyas dengan membawa (hukum) yang
belum diketahui kepada (hukum) yang diketehui dalam rangka menetapkan hukum bagi
keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, disebabkan sesuatu yang menyatukan
keduanya, baik hukum maupun sifat.

3. Ruang Lingkup Hukum Islam Dan Objek Kajian Filsafat Hukum Islam
Pembahasan Filsafat Hukum Islam tidak terlepas dari persoalan ontologi (hakikat
kebenaran) hukum islam epistomologi (cabang) yakni berupa sumber dan cara memperoleh
sumber hukum islam, dan aksiologi (cara menggunakan ilmu) yakni nilai, tujuan dan penerapan
islam. Secara tegas Roscou Pound, menerangkan bahwa pembahasan filsafat hukum adalah
tujuan hukum, penerapan hukum, dan pertanggungjawaban hukum. Sehingga dengan

3
pembahasan hukum islam dimaksud, Pandangan Hukum Islam bersifat teleogi (tujuan) , yakni
terciptanya kedamain di dunia dan kebahagiaan di akhirat, di jamin dapat diwujudkan. Inilah
yang membedakan antara hukum islam dan hukum manusia yang hanya menghendaki kedamaian
di dunia saja.

Para Ahli Ushul telah mewujudkan filsafah tasyrik sebagai sumber-sumber hukum,
sedangkan ulama Fikih telah berusaha menyingkap falsafah hukum dari materi-materi hukum itu
sendiri. Oleh karenanya falsafah hukum islam dibagi menjadi dua bagian :

1. Filsafat Tasyri’ adalah Filsafat yang memancarkan hukum islam atau menguatkannya
dan memeliharanya. Filsafat ini bertugas membicarakan hakikat dan penetapan tujuan
hukum islam. Dapat dibagi menjadi :
a. Daim Ahkam (dasar-dasar hukum islam)
b. Mabadi Ahkam (kebenaran inheren ‘’berhubungan erat’’)
c. Ushul Ahkam (keutamaan-keutamaan hukum islam)
d. Qawaid Ahkam (kaidah-kaidah hukum islam)
2. Filsafah Syariáh adalah filsafah yang diungkapkan dari meteri-meteri hukum islam,
dari ibadah, muamalah, jinayah (perbuatan yang dilarang syariat), úqubat (hukuman),
dan sebagainya. Filsafat ini bertugas membahas hakikat dan rahasia hukum islam.
1. Asrar Al-ahkam (rahasia-rahasia hukum islam)
2. Khasaís Al-Ahkam (ciri-ciri hukum islam)
3. Mahasin Ahkam (keutamaan-keutamaan hukum islam)
4. Tawabi’ Ahkam (karakteristik hukum islam)

Sebagian ahli ushul, menganggap semua falsafah ini sebagai dasar-dasar pembinaan
hukum, oleh karena itu mereka menggunakan istilah filsafah tasyri’.

Secara ontology, hukum islam (dalam makna fikih) dikenal dengan kajian pembidangan
hukum islam dan kajian geografis hukum islam. Kajian pembidangan hukum islam adalah hukum
amaliyah yang mempunyai dua ruang lingkup besar pembahasan, meliputi ;

1. Bidang Ibadah, adalah tata cara manusia melakukan kewajiban sebagai hamba
dan berhubungan dengan Tuhan-Nya. Seperti melaksanakan shalat, zakat,
puasa di bulan Ramadhan, serta ibadah haji bagi yang mampu. Apabila

4
dihubungkan dengan hukum taklifi (ahkamul khamsah) maka hukum asal
ibadah adalah haram, sampai ada dalil yang menjelaskannya.
2. Muámalah adalah berhubungan dengan ketetapan Tuhan yang langsung
berhubungan dengan kehidupan sosial manusia baik dari sisi Agama maupun
pada perkara keduniaan.

Hukum Muamalah ini pun juga sudah bercabang-cabang sesuai dengan hal-hal yang
berhubungan dengan muamalah manusia, sebagaimana terkandung dalam Al-Qurán:

1) Hukum Keluarga (hukum perkawinan dan waris) : 70 ayat


2) Hukum perdata (hukum perikatan) : 70 ayat
3) Hukum ekonomi dan keuangan : 10 ayat
4) Hukum pidana : 30 ayat
5) Hukum tata negara : 10 ayat
6) Hukum internasional : 25 ayat
7) Hukum acara dan peradilan : 13 ayat

Hukum Islam tidak sama seperti hukum dunia barat yang membagi hukum kepada hukum
privat dan hukum publik. Dalam hukum islam yang perdata sesungguhnya terdapat pula segi
hukum publik begitu pula sebaliknya. Itulah sebabnya hukum islam itu tidak dibedakan kedua
bidang hukum publik dan perdata. Misalnya Munakahat (hukum pernikahan), Waris, Jinayat, dll.

Apabila ingin dipisah juga seperti sistematika hukum barat, maka susunan hukum
muamalah secara luas dapat dibagi sebagai berikut :

1) Hukum perdata islam adalah :


a) Munakhat, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan,
perceraian dan serta sebab akibatnya.
b) Wirasah, mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli
waris, harta peninggalan dan pembagian warisan.
c) Muamalat arti yang khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas
benda, tata hubungan manusia, sosial jual beli, sewa-menyewa, pinjam-
meminjam, perserikatan dan sebagainya.
2) Hukum publik (islam) adalah :

5
d) Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang di
ancam dengan hukuman, baik berupa jarima hudud (hukum Had) maupun
jarimah ta’zir (hukum pidana),
e) Al-ahkam as-sultaniyyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan
kepala negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah, pajak,
dan sebagainya,
f) Siyar, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama dan negara lain,
g) Mukhasamat, mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.

Muhammad Abu Az-Zarqá menyebutkan cakupan (ruang lingkup) hukum Islam meliputi
hukum akidah, hukum ibadah, hukum keluarga, hukum muamalah, hukum jinayah (pidana),
hukum tata negara, hukum antar negara, dan hukum sopan santun.

Pembidangan hukum islam sebagimana ayat-ayat Al-Qurán tersebut adalah sama dengan
pembidangan (objek kajian) atau ruang lingkup hukum Islam yang dibuat oleh Muhammad
Akram Laldin denga membagi atas dua kategori besar yakni fikih ibadah dan fikih muámalah.

1. Fikih Ibadah mengatur pengaturan rukun dan syarat dalam pelaksanaan ibadah baik
shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Fikih Muamalah atau fikih al-ádah mengatur relasi manusia dengan manusia sebagai
makhluk sosial maupun makhluk Allah sebagai khalifah di muka bumi. Lapangan fikih
muamalah ini berkembang pesat karena merupakan penafsiran kontekstual terhadap
masalah-masalah duniawi. Fikih muamalah ini meliputi :
a) Al-Ahwal As-Syakhsiyyah (hukum keluarga), yaitu bidang hukum yang membahas
masalah keluarga, seperti perkawinan, kewarisan, perceraian, dan hadhanah
(pemeliharaan anak).
b) Al-Ahkam Al-muamalah (hukum dagang), maksudnya muamalah dalam arti sempit
yaitu hukum yang terkait dengan transaksi keuangan (hukum dagang) antara seorang
dengan orang lain, baik perseorangan maupun badan hukum.
c) Fiqh Al-iqtisad (hukum keuangan negara), yaitu bidang hukum yang mempelajari
sumber keuangan negara, pengelolaan keuangan negara, kebijakan ekonomi makro
termasuk pengaturan keuangan seperti perbankan, pasar modal, dan asuransi.

6
d) Al-Ahkam Al-Qada’ wa turuq al-ithbat (hukum administrasi dan acara di pengadilan),
yaitu bidang hukum yang mempelajari tentang prosedut beracara di pengadilan.
e) Al-Ahkam Ad-Dimmi wa al-musta’min (hukum mengenai hak orang bukan islam dan
Negara Islam).
f) Al-ahkam as-siyasah (hukum pemerintahan), yaitu bidang hukum yang membahas
bagaimana sistem pemerintahaan Islam bisa terbentuk seperti pembentukan konstitusi
negara, tata cara pemilihan pemimpin negara, dll.
g) Al-Ahkam aj-jinayah (hukum pidana), yaitu bidang hukum yang membahas tentang
tindan pidana (jarimah) beserta hukumannya.

Tujuh objek kajian hukum Islam dalam bidang muámalah diatas menunjukan bahwa
wacana hukum Islam sangat berkembang dalam seluruh aspek kehidupan. Ketujuh objek kajian
atau ruang lingkup hukum islam tersebut dapat dirangkum dalam lima kategori besar yang sering
kita kenal di Indonesia yaitu fikih munakahat (perkawinan), fikih muámalah (ekonomi dan
perdagangan), fikih jinayah (pidana), fikih siyasah (pemerintahan), dan fikih siyar (hubungan
internasional). Fikih Al-Iqtisad (hukum keuangan negara), Al-Ahkam Ad-Dimmi wa al-
musta’min (hukum mengenai hak orang bukan islam dan Negara Islam), dan Al-Ahkam al-qada’
wa turuq al-ithbat (hukum acara) dapat dimasukan ke fikih siyasah.

Ulama kontemporer menambahkan objek kajian hukum Islam dengan fikih jender, fikih
at-thib (Kesehatan), fikih al-faniyah (kesenian), fikih ekologi (lingkungan), dan fikih al-
ijtimaíyyah (sosial). Disamping sesuai dengan pembagian tersebut.

Kajian hukum islam dari segi geografis, yaitu hukum Islam mengenai kajian global,
Kawasan, dan local. Dalam kajian global seperti mengkaji hukum Islam di belahan dunia Islam,
seperti Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sebagainya. Sedangkan dalam kajian local, seperti
mengkaji hukum Islam komunitas, suku bangsa, atau dalam geografi adaptasi ekologi tertentu.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ontologi adalah satu cabang filsafat yang mengungkap kebenaran tentang sesuatu
realita yang ada. Hukum Islam adalah sistem hukum yang mempunyai beberapa
istilah yang mesti dijelaskan yaitu fikih, syariat, dan hukum Islam. Ontologis hukum
Islam di sini adalah objek kajian hukum Islam atau bagian-bagian yang dikenal
dengan kajian pembidangan hukum islam dan kajian geografis hukum islam.
2. Macam-macamm sumber hukum ada 5, yaitu : Al-Qurán, As-Sunnah, Ijtihad, Ijma,
dan Qiyyas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Hefni, Trend Ontologis dan epistimologis kajian Hukum Islam, 2013, (Pamekasan :
Pascasarjana STAIAN Pamekasan).

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah hukum Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo. 1996

Muhammad Daud Ali, Hukum Islam.

Ahmad Azhar Basyir, Refleksi,

Indah Purbasari, Hukum Islam sebagai Hukum Positif di Indonesia, (Malang : Setara Press, 2017)

Abdullah Siddik al-Haji, Inti Dasar Hukum Dagang Islam , Jakarta : Balai Pustaka, 1993

Muhammad Hefni, Trend Ontologis dan epistimologis.

Anda mungkin juga menyukai