Di susun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih atas kehadirat Allah
subhanahu wa ta’ala . Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasalam beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan
telah mengorbankan jiwa raga maupun harta mereka demi tegaknya syiar islam yang
pengaruh dan manfaatnya masih kita rasakan sampai saat ini.
Makalah yang kami buat ini membahas tentang “Ontologi Hukum Islam”. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Adapun tujuan dari makalah yang kami buat ini adalah untuk memenuhui tugas dari
mata kuliah Filsafat Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Irfan selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Islam. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun agar dapat
menjadi perbaikan bagi kami kedepannya insya Allah.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Ontologi Hukum Islam
2. Bagaimana Kebenaran Hukum-Hukum dalam Islam
3. Bagaimana Perbedaan antara Syariah dan Fikih dalam Hukum Islam
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan tentang Definisi Ontologi Hukum Islam
2. Memahami dan Menjelaskan tentang Kebenaran Hukum-Hukum dalam Islam
3. Membedakan antara Syariah dan Fikih dalam Hukum Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu: ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan :
2. Ontologi Hukum
Teori hukum adalah disiplin hukum yang secara kritikal dalam perspektif
interdisipliner menganalisis berbagai aspek dari hukum secara tersendiri dan dalam
keseluruhannya, baik dalam konsepsi teoritikalnya maupun dalam pengolahan
praktikalnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan
penjelasan yang lebih jernih tentang bahan-bahan hukum tersaji, dan ia lebih luas
kajiannya dibandingkan dengan filsafat hukum (Ali, 2017).
Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (dalam hal ini yaki
merefleksi hakikat hukum dan konsep-konsep fundamental dalam hukum, seperti sifat
dan tujuan hukum, konsep demokrasi, hubungan hukum dan kekuasaan, dan juga
hubungan hukum dan moral).
Adapun yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum, maka
persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut: (Usman, 2016)
Ontologi Hukum Islam ialah ilmu tentang hakikat sesuatu (dalam hal ini objek
kajiannya ialah hukum Islam itu sendiri, ia meliputi apa itu hukum Islam, sumber
hukum Islam, tujuan hukum Islam, kedudukan dan objek kajian hukum Islam dan
lain-lain).
a. Hukum Islam
Plato pernah berkata " Kebenaran itu adalah kenyataan " tetapi bukanlah
kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bias saja
berbantuk ketidakbenaran. Jadi ada dua pernyataan yaitu kebenaran yang berarti
nyata-nyata terjadi di suatu pihak dan kebenaran yang berarti lawan dari keburukan.
Menurut konsep islam bahwa keadilan tidak sama dengan sikap netral, sebab
keadilan itu adalah berpihak pada kebenaran. Sedang masalahnya adalah bagaimana
seseorang itu dapat berpihak pada kebenaran jika kebenaran itu masih diragukan.
Hal ini membuktikan kebesaran Allah dengan menempuh cara sebagai berikut:
Dengan demikian maka peranan akal manusia sangat ditonjolkan, apalagi pada
ayat pertama turun telah mengajak kita untuk membaca. Al-Syatibi mengakui
besarnya peranan akal dan memahami dalil-dalil syari’at. Dalam hal ini dia
menetapkan ada tiga macam dalil, satu diantaranya dalil akal, sedangkan dua lainnya
adalah dalil adat dan dalil teks Al-Quran dan Sunnah yang disebut dalil sam’iyat.
Dalil akal dan dalil adat disejajarkan olehnya dan dibagi masing-masing menjadi
wajib, mustahil dan ja’iz. Perbedaan keduanya ialah dalil akal bersifat teoritis
sedangkan dalil adat bersifat empiris, namun dua-duanya bersifat rasional. Keabsahan
dalil akal diuji dari segi benar dan tidaknya, sedangkan dalil adat diuji dari segi
kenyataan dan ketidaknyataan (Al Syatibiy).
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalil akal mempunyai kedudukan yang kuat,
dapat mencapai tingkat kepastian sebagaimana dalil-dalil syari’at yang tercantum
dalam teks Al- Quran dan Al-Sunnah. Menurut dia, dalil-dalil syari’at itu sendiri tidak
dapat mencapai derajat kepastian jika masing-masing berdiri sendiri secara parsial.
Dalil-dalil itu mancapai kepastiannya hanya jika terumuskan secara induktif yang
dalamnya akal itu berperan (Al Syatibiy).
Surah Al-Zumar ayat 1837 dapat dipahami bahwa disamping ada kebenaran
mutlak yang terdapat pada agama dan terbantahkan dalam wujud al-Quran juga diakui
adanya kebenaran yang sesuai dengan kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang tidak
bertentangan dengan Al-Quran. Kebenaran tersebut merupakan hasil usaha manusia
dengan akalnya. Akal adalah pemberian Allah Yang Maha Benar, dan Allah
menciptakannya tidaklah dengan kesiasiaan. Karena itu akal bukanlah untuk disia-
siakan, tapi harus dimanfaatkan dengan senantiasa mengingat sifat kerelatifannya.
Artinya dengan berpegang kepada kebenaran realtif, seseorang harus siap untuk
meninggalkannya manakalah ditemukan hasil yang lebih benar dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Manakala kebenaran relative bertentangan dengan kebenaran
mutlak, ia harus berpindah kepada kebenaran mutlak tersebut (Djamil, 1997).
Dalam islam kebenaran hanya satu, bila dikaitkan dengan kebenaran disisi
Allah. Akan tetapi bila dikaitkan dengan interprestasi yang dilakukan manusia dalam
mencari kebenaran tersebut, maka akhirnya akan melahirkan perbedaan dan
pertentangn.
Misalkan 2 = 2 = 4, 2 +2 = 6
2. Pengertian Syari’ah
Syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, antaranya adalah al-warid
yang berarti jalan, ia bermakna pula tempat keluarnya (mata) air. Al-Raghib
menyatakan syariah adalahmetode atau jalan yang jelas dan terang misalnya
ucapaan نهجا له شرعت (aku mensyariatkan padanya sebuah jalan). Manna' Khalil Al-
Qathan berkata “Syariat
pada asalnya menurut bahasa adalah sumber air yang digunakan untuk minum,
kemudian digunakan oleh orang-orang Arab dengan arti jalan yang lurus (al-shirath
al-mustaqim) yang demikian itu karena tempat keluarnya air adalah sumber kehidupan
dan keselamatan/kesehatan badan, demikian juga arah dari jalan yang lurus yang
mengarahkan manusia kepada kebaikan, padanya ada kehidupan jiwa dan
pengoptimalan akal mereka (Al Qatan, 2001).
Secara etimologis syariah berarti jalan yang harus diikuti. Kata syariah muncul
dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalm surah Al-Maidah: 48, asy-Syura: 13,
yang mengandung arti jalan yang jelas yangmembawa kepada kemenangan
( Syarifuddin, 2009). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut syariah,
dalam artian lughawi karena umat Islam selalu melaluinya dalam kehidupannya.
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah, bahwa fikihdan syariah
memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia didunia dalam mencapai
kehidupan yang baik itu harus tunduk kepadakehendak Allah dan Rasulullah.
Kehendak Allah dan Rasul itu sebagianterdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang
disebut syari’ah.
Dari pengertian syari'ah dan fikih yang telah dibahas sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa keduanya memiliki karakter masing-masing. Di lihat dari
sumbernya maka syariah bersumber dari Allah Subhanahu Wata’ala yaitu berupa Al-
Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Sedangkan fikih
bersumber dari para ulama dan ahli fikih yang telah menggali hukum-hukum yang
berasal dari Al-Qur'an dan Hadist.
Sementara dari segi objeknya maka syariah objeknya meliputi bukan saja batin
manusia akan tetapi juga lahiriyah manusia dengan Tuhannya (ibadah). Sedangkan
fikih objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan
manusia serta manusia dengan makhluk lainnya. Perbedaan selanjutnya adalah
mengenai sanksi ketika melanggarnya, syariah sanksinya adalah pembalasan Allah
Subhanahu Wata’ala diakhirat, sedangkan fikih semua norma sanksinya bersifat
sekunder yaitu negara sebagai pelaksana sanksinya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah aturan-aturan yang
datang dari Allah Subhanahu Wata’ala melalui perantara para rasul-Nya yang berupa
hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih. Dengan
kata lain hukum Islam adalah syariat yang bersifat menyeluruh berupa hukum-hukum
yang terdapat didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta hukum-hukm yang dihasilkan
oleh para ahli hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad (fikih).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ontologi Hukum Islam ialah ilmu tentang hakikat sesuatu (dalam hal ini objek
kajiannya ialah hukum Islam itu sendiri, ia meliputi apa itu hukum Islam, sumber
hukum Islam, tujuan hukum Islam, Kedudukan dan objek kajian hukum Islam
dan lain-lain).
2. Fikih merupakan bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang
hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah
dewasa dan berakal sehat (mukallaf ) dan diambil dari dalil yang terinci.
3. Syariah adalah seperangkat norma yang mengatur masalah-masalah bagaimana
tata cara beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala, serta bermuamalah dengan
sesama manusia.
4. ukum Islam adalah aturan-aturan yang datang dari Allah Subhanahu Wata’ala
melalui perantara para rasulNya yang berupa hukum-hukum yang qathi’ (syariah)
dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih. Dengan kata lain hukum Islam adalah
syariat yang bersifat menyeluruh berupa hukum-hukum yang terdapat didalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah serta hukum-hukm yang dihasilkan oleh para ahli
hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad (fikih).
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaikan. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, (Jakarta: Kencana.2017)
Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT RajagrafindoPersada, 1995.M.
Amir Syarifuddin,Ushul Fikih, Jakarta: Kencana Perdana Media Group,2009.
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, Cet. VII; Surabaya: Bina Ilmu, 1987.
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Cet. II; Ciputat: Logos, 1997
Drs.H.Fathul Mufid M.Si, Buku Daros ( Filsafat Ilmu Islam ), STAIN Kudus, 2008,
Hasbi Ash-Shidieqy,Pengantar Hukum Islam, Semarang : PT. PustakaRizki Putra , 2001.
Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir :
Maktabah Wahbah, 2001.
Prof.Dr.Suterdjo A Wiramihardja.P.Si, Pengantar Filsafat, PT Refika Aditama, Bandung,
2006
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, SUHUD Sentrautama
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, (Jakarta, Rajawali Pres, 2014)
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta, 1996