Makalah Sosiologi Sastra Kel 2 Salinan
Makalah Sosiologi Sastra Kel 2 Salinan
Dosen Pengampu:
Siswanto, S.Pd., M. A.
Disusun Oleh:
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mempertimbangkan formasi sosial yang di luar batas kelas sebagai
mediasi dari hubungan antara sastra dengan masyarakat tersebut.
Dalam tulisannya yang lain, Wolff bahkan menemukan persoalan
yang lebih rumit dari sekedar kedua kemungkinan mediasi di atas. Selain
konvensi-konvensi estetik yang sama dengan gagasan dari Swingewood
mengenai tradisi sastra di atas, Wolff (1982: 60-63) menemukan
kemungkinan mediasi kondisi-kondisi produksi estetik.
Swingewood (1972:64) berpendapat bahwa adanya gambaran
sosiologi dan sastra memiliki persamaan dalam hal objek atau sasaran
yang dibicarakan. Objek atau sasaran yang dimaksud adalah manusia
dalam masyarakat serta segala aspek yang terkait dengan masyarakat itu.
Setelah digabungkan kedua ilmu tersebut, lahirlah sosiologi sastra, yaitu
ilmu yang mempelajari hubungan fakta realitas dengan fakta sastra.
4
wacana ditentukan oleh suatu periode tertentu, yang merupakan Iingkup
komunikasi antara pengarang dan iImuwan lainnya. Pandangan kedua
adalah apriori sosiohistoris pengarang sebagai individu. Sejauhmana
seorang pengarang diindividualisasikan dalam suatu budaya, lalu
sejauhmana keotentikan sarana-sarana penunjangnya. Oleh karena itu
aturan-aturan di luar individu pengarang itulah yang menentukan karya
sastra. Pandangan yang ketiga adalah tentang sesuatu yang ditulis atau
dikatakan pengarang adalah arsip. Arsip ini tumbuh akibat dari positivitas
dan apriori sosiohistoris.
Jadi, buku-buku hanyalah semacam arsip yang bermakna pasif dan
aktif sekaligus. Pasif karena merupakan endapan dokumen masa lampau.
Aktif karena dokumen-dokumen itu memungkinkan timbulnya pemyataan-
pemyataan yang berupa buku-buku, ide-ide dan juga ilmu-ilmu yang baru.
5
1. Masyarakat yang merupakan latar belakang produksi karya.
6
ataupun segi keilmuan. Tanpa pembaca, fungi sastra tidak memiliki
perannya dalam karya. Jadi karya tanpa ada pembaca tidak lebih dari
sekedar kumpulan naskah.
Pembaca memiliki kebebasan dalam menganalisa suatu karya. Setiap
pembaca memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda, karena
teks sastra bersifat Sastra bersifat multiinterpretatif. Ketika penyair itu
mencipta sebuah karya sastra, karya sastra itu memang milikinya, namun
Ketika karya sastra tersebut dibaca oleh orang lain dan dimaknai oleh
orang lain maka karya tersebut bukan milik penyair/pengarang tersebut.
Karya sastra tersebut menjadi milik orang. Jadi tidak ada interpretasi
mutlak, yang ada adalah interpretasi yang mendekati apa yang ingin
disampaikan pengarang. Tidak harus benar seperti yang akan dimaksudkan
oleh pengarang, karena jika suatu karya sastra di pegang Dimaknai dengan
pengetahuan, dijiwai, dinikmati pengalaman-pengalaman oleh orang lain
maka karya sastra tersebut sepenuhnya milik orang tersebut.
Setiap pembaca karya sastra, pada dasarnya, ia telah bertindak
sebagai kritikus, karena pembaca dapat menilai apakah karya sastra yang
telah dibaca itu menarik atau tidak. Walau tidak ditulis dalam format
tulisan, baik ilmiah atau non ilmiah.
7
2.4 Peran Karya Sastra Terhadap Masyarakat
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10