Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK DAN INSTRUMEN EVALUASI KOGNITIF

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Evaluasi Pembelajaran
Dosen pengampu: Dr. dedi Setiawan, M.Pd.I

Di Susun Oleh:
Suryani Dwi Rahayu 211210133
Arif Rifai 211210156
Bayu Putra 211210187
M. Fikri Maulana 211210089

Program Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG
UMALA 2023 M/1445

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan judul “Teknik
dan Instrumen Evaluasi Kognitif” di Universitas Ma`arif Lampung.

Terima kasih kepada bpk selaku dosen mata kuliah Mevaluasi Pendidikan yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pmbelajaran.

Metro , 04 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 1
A. Latar belakang …………………………………………………………………………… 1

BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………………. 2


a. Langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi hasil belajar kognitif 2
b. Teknik penyusunan tes hasil belajar kognitif …………………………………………… 12
c. Teknik penyusunan non tes hasil belajar kognitif ………………………………………. 20

BAB III. KESIMPULAN………………………………………………………………………. 27

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….. 28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan perilaku siswa-i untuk dapat mencapai kompetensi tertentu pada kondisi dan
tingkat tertentu pula. Sebuah rancangan pembelajaran yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi pendidikan dilakukan dengan
mengambil beberapa sasaran, salah satunya adalah intelegensi yang didalamnya terdapat ranah kognitif
dengan cakupan-cakupan tertentu.
Suatu sistem evaluasi memerlukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir yang akan dinilai, dengan berpedoman
pada TIU (Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Intruksional Khusus).

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi hasil belajar kognitif


Salah satu teknik evaluasi hasil belajar kognitig adalah tes verbal yang berwujud butir-butir soal. Secara
umum, ada sebelas langkah yang harus ditempuh dalam penyususnan test verbal, yaitu :
1. Menetukan tujuan dan kawasan tes
2. Menguraikan materi dan batasan perilaku yang akan diukur
3. Penyususnan kisi-kisi
4. Memlih bentuk test
5. Menelaah soal test
6. Melakukan uji coba test
7. Menganalisis butir soal
8. Memperbaiki test, dan
9. Merakit tes

Khusus mengenai uji coba test, dalam penyusunan test untuk mengukur prestasi hasil pembelajaran
yang diselenggaran oleh guru dikelas seperti ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaiakan
kelas, tidak harus dilakukan secara tersendiri.

5
1. Merumuskan tujuan dan kawasan tes
Penentuan atau perumusan tujuan test dapat mengacu kepada fungsi tes yang disusun
tersebut, yaitu apakah fungsi formatif,fungsi sumatif, fungsi penempatan, atau fungsi diagnostik,
(Saifudin azwar, 1998). Masing-masing tujuan evaluasi ini menghendaki adanya penyesuaian dalam
desain tes yang direncanakan. Penyesuaian ini meliputi pertimbangan mengenai luasnya kawasan
(domain) materi yang hendak diujikan, pengambilan sampel item dari keseluruhan kawasan ukur dan
masing-masing bagian pengetahuan yang akan diungkap, serta pertimbangan mengenai tingkat
kesukaran tes.
Kalau tes tersebut diarahkan untuk fungsi formatif, maka rumusan tujuannya adalah untuk
mengukur tingkat penguasan peserta didik terhadap kompetensi yang diajarkan selama satu atau
beberapa kali tatap muka. Tes untuk funsi ini harus dirancang agar meliputi semua unit pembelajaran
yang telah diajarkan. Butir-butir ditulis dalam taraf kesukaran yang disesuaikan dengan kesukaran
yang disesuaikan dengan kesukaran masing-masing unit dan sifat tesnya lebih mengacu kepada
kriteria.
Tes prestasi yang berfungsi sebagai pengukuran sumatif guna penentuan nilai akhir dalam
suatu program, penentuantaraf penguasaan, atau penentuan kelulusan harus dirancang agar butir-
butirnya mewakili secara menyeluruh kawasan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan semula.
Biasanya, tes berisi butir dalam taraf kesukaran yang bervariasi dan penilaian hasilnya mengacu pada
norma. Guna tujuan tertentu, misalnya untuk pemberian lisensi atau penentuan kelulusan menurut
persyaratan minimal suatu kecakapan, tes dirancang dengan model criterion-referenced. Dalam hal
ini, taraf kesukaran butir dibuat bervariasi dan tidak tinggi.
Bagi tes prestasi yang akan digunakan sebagai dasar penempatan, yaitu yang digunakan
sebagai pengukuran kecakapan yang disyaratkan diawal suatu program pendidikan, butir-butirnya
haruslah meliputi sampel perilaku yang luas yang dianggap sebagai indikator penguasaan kecakapan
yang disyaratkan tersebut. Perancang tes harus membatasi lingkup materi yang hendak diungkapnya
dengan mengacu pada suatu kriteria penguasaan (mastery) dengan merencanakan butir- yang taraf
kesukarannya tidak terlalu tinggi sebagaimana dalam criterion-referenced test. Dengan demikian,
akan dapat terlihat bagian-bagian atau dominan materi yang belum dan yang telah dikuasai oleh
siswa sebelum ia ditempatkan pada level atau golongan kecakapan tertentu.
Bagi tes prestasi yang berfungsi diagnostik maka rumusan tujuan tes adalah untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik atau untuk mendeteksi
kesukaran belajar dan sebab-sebabnya. Tes untuk fungsi seperti ini butir-butir soalnya haruslah
ditulis dalam tingkat kesukaran rendah dan meliputi bagian-bagian tugas yang berkaitan langsung
dengan sumber-sumber kesalahan dalam belajar yang umum terjadi.

6
Adapun yang dimaksud dengan pembatasan kawasan tes adalah pendefinisian lingkup materi
tes yang hendak diungkapkan atau menjelaskan batasan ruang lingkup. Materi yang akan diteskan.
Disini, evaluator atau perancang tes perlu memberikan pembatasan yang jelas tentang ruang lingkup
materi yang akan diteskan, misalnya Tes Mata Pelajaran PAI SMP Kelas III semester I. Pembatasan
kawasan tes seperti ini akan membantu mencapai tingkat kevalidan alat ukur terutama menyangkut
validitas isi.

2. Menguraikan materi tes dan kompetensi


Dalam perancangan tes prestasi belajar, masalah penguraian materi atau isi ( delination of content )
pelajaran yang akan diujikan berpedoman pada prinsip “memasukan sesuatu yang harus masuk dan
mengeluarkan sesuatu yang harus nya keluar”.
Maksudnya, bahwa penguraian isi test bukan saja berarti mengusahakan agar tes yang akan ditulis
itu tidak kelar dari lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur akan tetpi berarti
pula mengusahakan agar jangan sampai ada bagian isi yang penting yang terlewatkan dan tidak
tertuang dalam tes.
Dari segi materinya, tes prestasi yang baik haruslah komprehensif dan berisi butir-butir yang relean.
Komprehensif artinya tes itu mencakup keseluruhan isi atau bahan pelajaran yang telah
diidentifikasi sebagai tujuan ukur, secara representatif dan dalam jumlah butir yang sebanding
( proporsional ) untuk setiap bagian sesuai dengan urgensi dan bobot masing-masing bagian itu.
Relevan artinya butir-butir yang akan ditulis benar-benar menanyakan hanya mengenai materi yang
telah diidentifikasi dan segala sesuatu yang berkaitan dan dianggap perlu guna memahami materi
tersebut. Sifat komprehensif dan relevan inilah yang menjadi dasar tegaknya validitas isi ( content
validity ) tes prestasi.
Salah satu cara yang biasa nya ditempuh guna memperoleh tes yang isinya komprehensif dan
relevan adalah dengan melakukan penguraian materi menurut bagian-bagian materinya. Penguraian
ini dapat disandarkan topik-topik dalam kurikulum atau pada bab-bab dalam buku yang dijadikan
acuan pengajaran. Dapat pula didasarkan pada kategori topik yang dijadikan batasan selama proses
pembalajaran.
Setelah pengelompikan bagaian-bagaian materi selesai ditetapkan kemudian masing-masing bagian
perlu diberi bobot sesuai dengan kepentingannya. Bagian suatu pelajaran yang diajarkan seringkali
meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan relevansi dan pentingnya bagian
materi tersebut bagi program pembelajaran kesluruhan. Perbedaan relevansi ini menyebabkan
perbedaan pula pada keluasan dan kedalaman pembahasan yang perlu dalam kelas. Makin penting
suatu bagian materi akan semakin dalam pembahasan nya dan semakin banyak waktu yang
diperlukan untuk itu.

7
Peredaan kepentingan bagian inilah yang harus dicerminkan oleh tes secara proposional dalam
bentuk bobot materi. Semakin tinggi bobot bagian suatu materi semakin banyak ia harus dituangkan
dalam bentuk item dan semakin rendah bobot bagian suatu materi semakin sedikit ia harus dituankan
dalam bentuk item.

3. Kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes atau blue print ( cetak biru ) adalah deskripsi mengenai ruang lingkup materi dan
aspek/kompetensi yang akan diujikan yang umum dituangkan dalam sebuah matriks. Matriks adalah
tabel yang terdiri dari kolom dan lajur ( baris ). Tujuan penyusuna kisi-kisi tes ini adalah untuk
menentukan ruang lingkup kompetensi, materi tes serta bentuk dan jenis sehingga dapat menjadi
rambu-rambu dalam menuliskan butir-butir soal.
Ada dua bentuk kisi-kisi yang perlu dibuat oleh penyusun tes, yaitu :
a. Kisi-kisi untuk menentukan proporsi materi dan kompetensi yang diujikan, dan
b. Kisi-kisi untuk menentukan bentuk soal yang soal yang sesuai dengan muatan materi dan
kompetensi.

4. Pemilihan bentuk tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat didasarkan pada beberapa faktor seperti: tujuan tes, jumlah peserta
tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes dan karakteristik
mata pelajaran yang diujikan (Depdiknas, 2004).

Bentuk tes objektif pilihan ganda, menjodohkan, isian dan bentuk tes banyak, waktu koreksi singkat,
dan cakupan materi yang diujikan banyak. Sedangkan tes dalam bentuk uraian digunakan bila
evaluator ingin mengukur penguasaan kemampuan tingkat tinggi testee (analisis, sintesis, atau
evaluasi). Disamping itu, tes bentuk uraian dipilih jika jumlah testee relatif sedikit dan waktu untuk
koreksi relatif longgar.

5. Panjang tes

Panjang tes dimaksudkan adalah jumlah soal yang akan diujikan dalam suatu ujian. Jumlah soal ini
ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk melakukan ujian dengan memerhatikan bahan yang
diujikan dan tingkat kelelahan peserta tes (testee) (Depdiknas, 2004). Pada umumnya, tes ditingkat
Madrasah Aliyah dilakukan selama 60 menit sampai dengan 75 menit. Untuk tes bentuk pilihan
ganda dengan tingkat kesulitan rata-rata sedang, tiap butir soal uraian banyaknya butir soal
tergantung pada kompleksitas soal. Walau demikian, disarankan menggunkan lebih banyak soal
dibandingkan hanya beberapa soal agar kesahihan isi lebih banyak.

8
Teknik Penyusunan Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes untuk evaluasi hasil belajar kognitif baik disekolah maupun madrasah dari segi caranya dibedakan
menjadi dua macam pula yaitu tes objektif dan tes subjektif (uraian). Tes objektif terdiri dari beberapa
bentuk, yaitu tes model pilihan ganda (multiple choice item), tes isian singkat (completion test), tes
menjodohkan (matching test), tes benar-salah (true-false test). Tes uraian ada dua bentuk, yaitu tes uraian
terbatas (tes uraian objektif) dan tes uraian bebas.
1. Pilihan ganda (multiple choice item)
a. Pengertian tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan (stem)
dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (option), tugas testee memilih alternatif jawaban yang
paling tepat. Kemungkinan jawaban tersebut dapat berupa kata, frasa, nama tempat, nama tokoh,
lambang atau kalimat yang sudah pasti.
b. Kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda
Bentuk soal pilihan ganda merupakan salah satu soal yang sangat luas digunakan untuk
mengukur prestasi peserta didik baik pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SLTP),
pendidikan menengah atas (SLTA), maupun perguruan tinggi. Bhakan bentuk soal ini juga
digunakna pada bidang-bidang diluar pendidikan seperti pada tes calon pegawai negeri sipil
c. Model-model tes pilihan ganda
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam evaluasi hasil belajar, yaitu :
 Model pilihan ganda biasa
 Model assosiasi
 Model melengkapi berganda
 Model hubungan antar hal
 Model analisis kasus
 Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.
2. Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat
Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang harus dijawab
dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus dikerjakan atau berupa kalimat
pernyataan yang belum selesai sehingga testee harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat
tersebut. Bentuk tes ini tepat digunakan untuk mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan
pemahaman peserta didik. Tes ini juga dapat memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat
berpikir yang diukur cenderung rendah.

9
3. Tes menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu seri
pertanyan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang
tercantum dalam seri jawaban. Pertanyaan biasanya diletakan pada lajur sebelah kiri atau atas
dan sering disebut pula dengan stimulus atau premis yang berupa kalimat atau frasa. Kelompok
jawaban diletakan pada lajur sebelah kanan atau bawah dan biasa pula disebut dengan respons
yang dapat berupa kata, bilangan, gambar atau simbol. Tugas testee ialah memilih pasangan
yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat pada lajur sebelah kiri atau
atas dengan respons yang terdapat pada lajur sebelah kanan atau bawah.
Tes bentuk menjodohkan ini tepat untuk mengukur kemampuan peserta didik yang sangat rendah,
yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
4. Tes uraian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling tua. Tes uraian disebut pula
dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan tes subjektif terutama terkait dengan
proses pemeriksaan dan pemberian skor dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif
jika dibandingkan dengan pada tes objektif.
Tes uraian digunakan secara luas untuk bebagai macam keperluan antara lain digunakan sebagai
ulangan harian, ulangan umum, ataupun ulangan kenaikan kelas. Dari sisi kemampuan, tes
uraian ini digunakan untuk mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes
objektif. Secara umum terdapat dua situasi diman guru atau dosen untuk mengukur kemampuan
yang sangat tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes bentuk objektif seperti kemampuan
analisis, sintesis, maupun evaluasi. Kedua, tes uraian digunakan jika guru ingin mengukur
kemampuan menulis. Dalam contoh ini, guru biasanya mengukur kemampuan testee untuk
menulis beberapa kalimat sehingga terbentuk sebuah cerita. Kemampuan yang diukur adalah
kemampuan mengekpresikan gagasan dalam sebuah cerita yang meruntut dan komunikatif.

B. Teknik Non Tes untuk Hasil Belajar Kognitif


Ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan untuk mengealuasi hasil belajar kognitif yaitu
portofolio, proyek (penugasan), dan produk. Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.

Salah satu prinsip hasil evaluasi belajar adalah dilaksanakan secara berkala dan berkesinambunagan. Ini
artiya bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dipahami secara sempit yang hanya menekankan pada
evaluasi tahap akhir dari proses pembelajaran saja, tetapi hendaknya mencakup keseluruhan proses sejak
awal hingga akhir kegiatan pembelajaran. Disamping itu evaluasi juga tidak boleh hanya menaksir sesuatu
secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil
pertumbuhan dan perkembangan wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang capai oleh peserta

10
didik. Dengan demikian, untuk menetapkan peserta didik tidak lulus ujian itu bukan hanya dari hasil sesaat,
misalnya hanya diambil dari ujian akhir. Sebab, bisa saja terjadi seseorang yang yang pada saat ujian akhir
sedang terganggu kesehatannya, sehingga ia tidak dapat berkonsentrasi dalam menjawab soal-soal ujian,
dinyatakan gagal padahal dlam kesehariannya ia termasuk peserta didik yang pandai. Atau dapat juga terjadi
sebaliknya, karena mendapat kesempatan menyontek, seseorang dapat lulus ujian padahal dalam
kesehariannya ia termasuk peserta didik yang amat malas.

Menyadari adanya berbagai kelemahan pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sesaat dan parsial
tersebut, dikembangkanlah sistem evaluasi yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan
segala aspek dari peserta didik dan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
Misalnya, untuk menentukan nilai rapor peserta didik, seorang guru menyimpulkan dari rata-rata
hasil ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan keseharian
perilaku peserta didik (anecdotal record), dan laporan kegiatan diluar sekolah/madrasah yang
menunjang kegiatan kegiatan belajar. Semua indikator proses dan hasil belajar peserta didik itu
tercatat dan terdokumentasi dalam suatu bundel yang dikenal dengan portofolio. Inilah
kemudian yang dikenal dengan model penilaian portofolio.

11
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai berikut :
1. Langkah dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut :
 Menetukan tujuan dan kawasan tes
 Menguraikan materi dan batasan perilaku yang akan diukur
 Penyususnan kisi-kisi
 Memilih bentuk test
 Menelaah soal test
 Melakukan uji coba test
 Menganalisis butir soal
 Memperbaiki test, dan
 Merakit tes
2. Teknik tes hasil belajar kognitif dibagi menjadi empat yaitu :
 Pilihan ganda
 Tes bentuk jawaban atau singkat
 Tes menjodohkan
 Tes uraian
3. Teknik non tes hasil belajar kogntif dibgai menjadi tiga, yaitu :
 Penilaian portofolio
 Penilaian proyek
 Penilaian produk

12
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsmi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.

Sukiman.2011.Pengambangan Sistem Evaluasi.Yogyakarta:Insan Madani.

13

Anda mungkin juga menyukai