Makalah Teknik-Dan-Instrumen-Evaluasi-Kognitif Asli
Makalah Teknik-Dan-Instrumen-Evaluasi-Kognitif Asli
Di Susun Oleh:
Suryani Dwi Rahayu 211210133
Arif Rifai 211210156
Bayu Putra 211210187
M. Fikri Maulana 211210089
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan judul “Teknik dan
Instrumen Evaluasi Kognitif” di Universitas Ma`arif Lampung.
Terima kasih kepada bpk selaku dosen mata kuliah Mevaluasi Pendidikan yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pmbelajaran.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
2
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 1
A. Latar belakang …………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan perilaku siswa-i untuk dapat mencapai kompetensi tertentu pada kondisi dan
tingkat tertentu pula. Sebuah rancangan pembelajaran yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi untuk
3
mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi pendidikan dilakukan dengan
mengambil beberapa sasaran, salah satunya adalah intelegensi yang didalamnya terdapat ranah kognitif
dengan cakupan-cakupan tertentu.
Suatu sistem evaluasi memerlukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir yang akan dinilai, dengan berpedoman
pada TIU (Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Intruksional Khusus).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kah langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif ?
2. Bagaimanakah teknik penyususnan test ?
3. Bagaimanakah teknik penyusunan non test ?
C. Tujuan
1. Pemahaman tentang langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif.
2. Pemahan tentang bagaimana langkah penyususnan test dan non test.
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan perilaku siswa-i untuk dapat mencapai kompetensi tertentu pada kondisi dan
tingkat tertentu pula. Sebuah rancangan pembelajaran yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi pendidikan dilakukan dengan
mengambil beberapa sasaran, salah satunya adalah intelegensi yang didalamnya terdapat ranah kognitif
dengan cakupan-cakupan tertentu.
Suatu sistem evaluasi memerlukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir yang akan dinilai, dengan berpedoman
pada TIU (Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Intruksional Khusus).
E. Rumusan Masalah
4. Bagaimana kah langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif ?
4
5. Bagaimanakah teknik penyususnan test ?
6. Bagaimanakah teknik penyusunan non test ?
F. Tujuan
3. Pemahaman tentang langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif.
4. Pemahan tentang bagaimana langkah penyususnan test dan non test.
BAB II
PEMBAHASAN
Khusus mengenai uji coba test, dala penyusuna test untuk mengukur prestasi hasil pembelajaran yang
diselenggaran oleh guru dikelas seperti ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaiakan kelas, tidak
harus dilakukan secara tersendiri.
Secara skematis langkah-langkah penyusunan instrumen tes verbal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
5
Perumusan tujuan dan kawasan tes
Uji coba
Revisi
6
tujuan tertentu, misalnya untuk pemberian lisensi atau penentuan kelulusan menurut persyaratan
minimal suatu kecakapan, tes dirancang dengan model criterion-referenced. Dalam hal ini, taraf
kesukaran butir dibuat bervariasi dan tidak tinggi.
Bagi tes prestasi yang akan digunakan sebagai dasar penempatan, yaitu yang digunakan sebagai
pengukuran kecakapan yang disyaratkan diawal suatu program pendidikan, butir-butirnya haruslah
meliputi sampel perilaku yang luas yang dianggap sebagai indikator penguasaan kecakapan yang
disyaratkan tersebut. Perancang tes harus membatasi lingkup materi yang hendak diungkapnya dengan
mengacu pada suatu kriteria penguasaan (mastery) dengan merencanakan butir- yang taraf
kesukarannya tidak terlalu tinggi sebagaimana dalam criterion-referenced test. Dengan demikian, akan
dapat terlihat bagian-bagian atau dominan materi yang belum dan yang telah dikuasai oleh siswa
sebelum ia ditempatkan pada level atau golongan kecakapan tertentu.
Bagi tes prestasi yang berfungsi diagnostik maka rumusan tujuan tes adalah untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik atau untuk mendeteksi kesukaran belajar
dan sebab-sebabnya. Tes untuk fungsi seperti ini butir-butir soalnya haruslah ditulis dalam tingkat
kesukaran rendah dan meliputi bagian-bagian tugas yang berkaitan langsung dengan sumber-sumber
kesalahan dalam belajar yang umum terjadi.
Adapun yang dimaksud dengan pembatasan kawasan tes adalah pendefinisian lingkup materi tes
yang hendak diungkapkan atau menjelaskan batasan ruang lingkup. Materi yang akan diteskan. Disini,
evaluator atau perancang tes perlu memberikan pembatasan yang jelas tentang ruang lingkup materi
yang akan diteskan, misalnya Tes Mata Pelajaran PAI SMP Kelas III semester I. Pembatasan kawasan
tes seperti ini akan membantu mencapai tingkat kevalidan alat ukur terutama menyangkut validitas isi.
7
pengajaran. Dapat pula didasarkan pada kategori topik yang dijadikan batasan selama proses
pembalajaran.
Setelah pengelompikan bagaian-bagaian materi selesai ditetapkan kemudian masing-masing bagian
perlu diberi bobot sesuai dengan kepentingannya. Bagian suatu pelajaran yang diajarkan seringkali
meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan relevansi dan pentingnya bagian materi
tersebut bagi program pembelajaran kesluruhan. Perbedaan relevansi ini menyebabkan perbedaan pula
pada keluasan dan kedalaman pembahasan yang perlu dalam kelas. Makin penting suatu bagian materi
akan semakin dalam pembahasan nya dan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk itu.
Peredaan kepentingan bagian inilah yang harus dicerminkan oleh tes secara proposional dalam bentuk
bobot materi. Semakin tibggi bobot bagian suatu materi semakin banyak ia harus dituangkan dalam
bentuk item dan semakin rendah bobot bagian suatu materi semakin sedikit ia harus dituankan dalam
bentuk item. Berikut akan dikemukakan contoh penguraia tes untuk mata kuliah tauhid dengan
mengacu pada kurikulum/silabi :
Topik 1 konsep tauhid
Topik 2 dimensi-dimensi tauhid
Topik 3 hal-hal yang merusak tauhid
3. Kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes atau blue print ( cetak biru ) adalah deskripsi mengenai ruang lingkup materi dan
aspek/kompetensi yang akan diujikan yang umum dituangkan dalam sebuah matriks. Matriks adalah
tabel yang terdiri dari kolom dan lajur ( baris ). Tujuan penyusuna kisi-kisi tes ini adalah unuk
menentukan ruang lingkup kompetensi, materi tes serta bentuk dan jenis sehingga dapat menjadi
rambu-rambu dalam menuliskan butir-butir soal.
Ada dua bentuk kisi-kisi yang perl dibuat oleh penyusun tes, yaitu :
a. Kisi-kisi untuk menentukan proporsi materi dan kompetensi yang diujikan, dan
b. Kisi-kisi untuk menentukan bentuk soal yang soal yang sesuai dengan muatan materi dan
kompetensi.
Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi untuk menentukan proporsi materi dan kompetensi adalah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pokok-pokok materi yang akan diujikan dengan memberikan imbangan bobot
untuk masing-masing bahasan, contoh :
Pokok materi bobot
Konsep tauhid 20 %
Dimensi-dimensi tauhid 40 %
Hal-hal yang merusak tauhid 40 %
b. Mengidentifikasi ranah kognitif yang termuat dalam rumusan indikator dan memberikan imbangan
bobot untuk masing-masing tingkat ranah. Penentuan imbangan dilakukan bedasakan imbangan
(judgment) dari penyusun. Sebgai ramburambu yang perlu diperhatikan penyusun tes, bahwa
pencapaian tingkatan ranah kognitif hendaknya disesuaikan dangan jenjang pendidikan, misalnya
untuk jenjang sekolah dasar (SD) minimal sampai tingkat aplikasi, untuk SMP minimal sampai
8
tigkat analisis dan untuk SMA/SMK dan PTAI hendaknya sudah sampai tingkat evaluasi. Contoh
untuk mata pelajaran PAI diSMP :
Ranah kognitif bobot
Pengatahuan 20 %
Pemahaman 30 %
Aplikasi 30 %
Analisa 20 %
Sintesa 0%
Evaluasi 0%
c. Memasukan ranah dan pokok-pokok materi yang telah teridentifikasi ke dalam tabel spesifikasi
d. Memerinci banyaknya butir soal dalam setiap pokok materi dan ranah yang akan dicapai. Contoh :
jika akan disusun 10 butir tes aspek kognitif , maka penentuan jumlah butir soal masing-masing
kompetensi dengan cara :
Pengetahuan 20 % x 10 = 2 soal
Pemahaman 30 % x 10 = 3 soal
Aplikasi 30 % x 10 = 3 soal
Analisis 20 % x 10 = 2 soal
Sintesis 0 % x 10 = 0 soal
Evaluasi 0 % x 10 = 0 soal
Setelah diketahui jumlah soal masing-masing ranah memasukan pada tabel pada kolom paling
bawah.
Penentuan jumlah soal untuk masing-masing pokok materi dengan cara :
Konsep tauhid 20 % x 10 = 2 soal
Dimensi-dimensi tauhid 40 % x 10 = 4 soal
Hal-hal yang merusak Tauhid 40 % x 10 = 4 soal
Jumlah butir soal menurut pokok materi dimasukan tabel spesifikasi pada kolom paling kanan.
Lihat tabel berikut :
10
kehidupan
3 Dst
Pemilihan bentuk tes yang tepat didasarkan pada beberapa faktor seperti: tujuan tes, jumlah peserta tes,
waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan (Depdiknas, 2004).
Bentuk tes objektif pilihan ganda, menjodohkan, isian dan bentuk tes banyak, waktu koreksi singkat,
dan cakupan materi yang diujikan banyak. Sedangkan tes dalam bentuk uraian digunakan bila evaluator
ingin mengukur penguasaan kemampuan tingkat tinggi testee (analisis, sintesis, atau evaluasi).
Disamping itu, tes bentuk uraian dipilih jika jumlah testee relatif sedikit dan waktu untuk koreksi relatif
longgar.
5. Panjang tes
Panjang tes dimaksudkan adalah jumlah soal yang akan diujikan dalam suatu ujian. Jumlah soal ini
ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk melakukan ujian dengan memerhatikan bahan yang diujikan
dan tingkat kelelahan peserta tes (testee) (Depdiknas, 2004). Pada umumnya, tes ditingkat Madrasah
Aliyah dilakukan selama 60 menit sampai dengan 75 menit. Untuk tes bentuk pilihan ganda dengan
tingkat kesulitan rata-rata sedang, tiap butir soal uraian banyaknya butir soal tergantung pada
kompleksitas soal. Walau demikian, disarankan menggunkan lebih banyak soal dibandingkan hanya
beberapa soal agar kesahihan isi lebih banyak.
Ada tiga hal utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal yang diujikan, yaitu: 1)
bobot masing-masing bagianyang telah ditentukan dalam kisi-kisi, 2) keandalan yang diinginkan, dan 3)
waktu yang tersedia ( Depdiknas, 2004). Bobot skor tiap soal bisa ditentukan sebelum tes digunakan,
yaitu berdasarkan tingkat kompleksitas atau kesulitannya, yang kompleks atau sulit diberi bobot lebih
tinggi dibanding dengan yang lebih mudah.
Jumlah soal yang diperlukan tiap jenis tes untuk suatu satuan waktu tertentuharus diperhitungkan
dengan tepat. Hal ini untuk menjaga agar waktu yang disediakan tidak kurang atau berlebih. Bagi guru
yang berpengalaman dapat menentukan jumlah soal dengan tepat.
12
c. Model-model tes pilihan ganda
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam evaluasi hasil belajar, yaitu :
Model pilihan ganda biasa
Model assosiasi
Model melengkapi berganda
Model hubungan antar hal
Model analisis kasus
Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.
2. Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat
a. Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang harus dijawab dengan
jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang
belum selesai sehingga testee harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat tersebut. Bentuk tes
ini tepat digunakan untuk mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik. Tes ini
juga dapat memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung
rendah.
b. Kaidah penulisan tes jawaban singkat
Kaidah-kaidah utama penyusun soal bentuk ini adalah sebagai berikut :
Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar dan indikator)
Jawaban yang benar hanya satu
Rumusan kalimat soal harus komunikatif
Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan jelas sehingga
mudah dipahami
Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat, dan
sejenisnya harus singkat dan pasti.
Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian yang dikosongkan
(perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu kalimat soal.
Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir atau dekat akhir
kalimat daripada pada awal kalimat.
3. Tes menjodohkan
a. Pengertian
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu seri
pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang
tercantum dalam seri jawaban. Pertanyaan biasanya diletakan pada lajur sebelah kiri atau atas dan
sering disebut pula dengan stimulus atau premis yang berupa kalimat atai frasa. Kelompok jawaban
diletakan pada lajur sebelah kanan atau bwah dan biasa pula disebut dengan respons yang dapat
berupa kata, bilangan, gambar atau simbol. Tugas testee ialah memilih pasangan yang tepat bagi
pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat pada lajur sebelah kiri atau atas dengan respons
yang terdapat pada lajur sebelah kanan atau bawah.
13
Tes bentuk menjodohkan ini tepat untuk mengukur kemampuan peserta didik yang sangat rendah,
yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Kaidah-kaidah pokok penulisan tes jenis menjodohkan ini adalah sebagai berikut :
Tulis lah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami para testee
Soal yangdiberikan kepada peserta didik hendaknya merupakan soal yang sesuai dengan
kompetensi/indikator yang terdapat dalam kurikulum
Jumlah respon atau alternatif jawaban harus lebih banyak dibandingkan dengan
stimulus/premis, misalnya dilebihkan satu atau dua atau lebih. Hal ini sangat penting untuk
memperkecil kemungkinan testee menjawab benar soal dengan cara menebak
Pernyataan yang lebih panjang hendak nya diletakkan pada stimulus (lajur sebelah kiri atau
atas) dan pernyataan yang lebih pendek diletakkan pada respns (lajur sebelah kanan atau
respons). Hal ini untuk menghindari agar peserta didik tidak mengalami kesulitan karena
harus menjodohkan bagian ynag pendek dengan bagian yang panjang
Butir soal (stimulus) dan alternatif jawaban (respons) harus diletakan pada halaman yang
sama, khususnyauntuk penempatan stimulus diatas dan respons dibawah. Jika stimulus
diletakan pada halaman yang berbeda testee akan mengalami kesulitan dengan mengulag-
ngulang membuka halaman untuk mencocokan stimulus dan respons. Hal ini tentu akan
menyulitkan testee dan mengganggu konsentrasinya dalam menyelesaikan soalnya.
Stimulus/premis yang terdapat pada sebelah kiri atau atas harus menggunakna angka (1, 2, 3,
dan seterusnya) sebagai nomor pada pernyataan butir soal, dan respon pada sebelah kanan
atau bawah menggunakan abjad (a, b, c, dan seterusnya)
Pilihan jawaban yang berbentuk angka hendaknya disusun secara berurutab dan dari besar ke
kecil atau sebaliknya. Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun terjadinya
peristiwa, maka sebaiknya disusun secara kronologis.
Kalimat butir soal hendaknya dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang baik, serta
kalimat yang singkat dan jelas dan harus menggunakan bahsa yang sesuai dengan kaidah
bahasa indonesia (EYD). Soal juga harus menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga
mudah dimengerti dan tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (bahasa lokal), jika
soal akan digunakan daerah lain atau nasional.
4. Tes uraian
a. Pengertian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling tua. Tes uraian disebut pula
dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan tes subjektif terutama terkait dengan proses
pemeriksaan dan pemberian skor dari tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika
dibandingkan dengan pada tes objektif. Secara umum tes uraian ini memiliki karakteristik sebagai
berikut, pertama, tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah yang jwabannya
menuntuk testee mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk tulisan. Perbedaan yang sangat jelas antara tes
objektif dan tes uraian (tes subjektif). Kedua, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu
berkisar empat sampai dengan sepuluh butir. Ketiga, pada umumnya, butir-butir soal tes diawali
14
denga kata-kata : jelaskan, terngkan, uraikan, mengapa, bagaimana, dan kata-kata laian yang
menuntut testee memberikan uraian jawaban secara lebih luas.
Tes uraian dgunakan secara luas untuk bebagai macam keperluan antara lain digunakan sebagai
ulangan harian, ulangan umum, ataupun ulangan kenaikan kelas. Pada perguruan tinggi, biasanya
para dosen menggunakan bentuk uraian tes ini pada saat ujian tengah semester (UTS) atau ujian
akhir semester (UAS). Dari sisi kemampuan, tes uraian ini digunakan untuk mengukur kemampuan
yang tidak dapat diukur dengan bentuk tes objektif. Secra umum terdapat dua situasi diman guru
atau dosen untuk mengukur kemampuan yang sangat tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes
bentuk objektif seperti kemampuan analisis, sintesis, maupun evaluasi. Kedua, tes uraian digunakan
jika guru ingin mengukur kemampuan menulis. Dalam contoh ini, guru biasanya mengukur
kemampuan testee untuk menulis beberapa kalimat sehingga terbentuk sebuah cerita. Kemampuan
yang diukur adalah kemampuan mengekpresikan gagasan dalam sebuah cerita yang meruntut dan
komunikatif.
b. Jenis tes uraian
Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau uraian terstruktur dan tes uraian
bebas.
Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur atau tes uraian objektif adalah
tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah terarah) baik ditinjau dari segi materi
maupun jawabannya. Penskoran pada tes uraian terbatas cenderung lebih konsisten dan
objektif.
Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki jawaban yang terurai (jawaban
panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui tulisan atau karangan. Jadi testee memiliki
kebebasan mengemukakan jawaban melalui tuliasan. Benar tidaknya tulisan testee hanya
dapat diskor oleh guru yang benar-benar berpegalaman. Bentuk tes ini tepat digunakan
apabila bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat
diketahuai luas dan intensitasnya,
2. Megupas suatu masalah yang kemungkinan jawban beraneka ragam sehingga tidak ada
satu jawaban yang pasti
3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalandari berbagai segi
atau dimensinya.
15
Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan kata-kata tanya atau kata pentih
yang menntut jawaban terurai seperti : “bandingkan ...”, “berikan alasan ...”, “jelaskan
mengapa ..”, “uraikan..”, “tafsirkan ...”, dan semacamnya yang menghendaki jawaban terurai
Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan jeni sekolah dan tingkat sekolah
Rumusan pertanyaan jangan mengguakan kata yang tidak menuntut peserta didik untuk
menguraikan seperti : siapa, kapan, dimana, apakah , dan bila.
Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal uraian selesai ditulis. Pedoman penskoran
harus dibuat dengan cara menguraikan kriteria penskoran atau komponen yang akan dinilai
seperti rentang skor dan besarnya skor untuk setiap kriteria.
Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera drumuskan kunci jawabannya, atau
setidak-tidaknya disiapkan ancer-ancer jawaban betulnya
Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa indonesia yang baku dan bahsa yang
sederhanaserta komunikatif sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Penulis soal
jangan sampai menggunkan istilah atau kalimat yang bertele-tele tidak terfokus pada inti
permaslahan sehingga sukar dipaham oleh testee.
16
menunjang kegiatan kegiatan belajar. Semua indikator proses dan hasil belajar peserta didik itu
tercatat dan terdokumentasi dalam suatu bundel yang dikenal dengan portofolio. Inilah kemudian
yang dikenal dengan model penilaian portofolio.
Menurut poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan sisiwa yang menunjukan usaha,
perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kemampuan ini harus
mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi
diri. Menurut Grounlund portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung
dengan keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tjuan penggunaan
portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajauan belajar
dan dapat dikomunikasikan pada siswa, orang tua, serta pihak laian yang berkepentingan. Dengan
demikian dapat dikatakan penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik
myang digunakan sebgai instrumen evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik. Kumpulan
hasil karya tersebut difokuskan kepada dokumen tenang kerja peserta didik sebagai bukti tentang
apa yang dapat dilakukan peserta didik (dijawab atau dipecahkan oleh mereka).
b. Indikator penilaian
Banyak sekali indikator yang dapat dipilih diantara nya yang dpat dianggap cukup penting yaitu :
Hasil ulangan harian
Ulangan blok
Ulangan sumatif
Tugas-tugas terstruktur
Catatan perilaku peserta didik
Hasil karya peserta didik
Dan laporan aktifitas peserta didik diluar sekolah
2. Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan “scientific inquiry” yang dpat
memberikan informasi tentang kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengatahuan dalam
merencanakan, mengorganisasi penyelidikan, bekerja sama, mengidentifikasi, mengumpulkan
informasi manganalisis dan menginterprestasikan serta mengkomunikasikan temuannya dalam bentuk
laporan tulisan.
Format penilaian proyek adalah sebagai berikut :
3. Penilaian produk
17
Penilaian terhadap hasil artikel/benda yang dihasilkan peserta didik pada periode tertentu. Berikut
adalah contoh instrumen penilaian yang dapat digunakan dalam menilai produk yang dihasilkan oleh
siswa.
Nama siswa : .............................
NIS : .............................
No Jenis Produk Aspek Penilaian Nilai Paraf guru
Kejelasan :
Tersususn dengan
baik
Tertulis dengan baik
Mudah dipahami
Informasi :
Akurat
Memadai
Penting
Jumlah
Rata-rata
18
1 Isi balok = Panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 = 900.000 cm³ 1
4 Isi bak mandi dalam liter : 1
= 900.000 liter
1000
5 = 900 liter 1
Skor Maksimum 5
19
Perolehan Maksimum Soal
(a) (b) (c) (SBS)
01 30 60 20 10,00
02 20 40 30 15,00
03 10 20 30 15,00
04 20 20 20 20,00
Jumlah 80 140 100 60,00 (STP)
20
21
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai berikut :
1. Langkah dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut :
Menetukan tujuan dan kawasan tes
Menguraikan materi dan batasan perilaku yang akan diukur
Penyususnan kisi-kisi
Memilih bentuk test
Menelaah soal test
Melakukan uji coba test
Menganalisis butir soal
Memperbaiki test, dan
Merakit tes
2. Teknik tes hasil belajar kognitif dibagi menjadi empat yaitu :
Pilihan ganda
Tes bentuk jawaban atau singkat
Tes menjodohkan
Tes uraian
3. Teknik non tes hasil belajar kogntif dibgai menjadi tiga, yaitu :
Penilaian portofolio
Penilaian proyek
Penilaian produk
22
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsmi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.
23