Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN TENAGA KESEHATAN PADA MASA

PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Ananda Dea Anugrah
201710230311255

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KESEHATAN DI MASA
PANDEMI COVID-19

Ananda Dea Anugrah


Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
ananda29da@gmail.com

Pendahuluan
Covid-19 merupakan virus telah mewabah di Indonesia lebih dari satu tahun lamanya. Virus ini
sendiri menyebabkan infeksi saluran pernafasan manusia mulai dari batuk dan pilek hingga yang
lebih serius seperti MERS dan SARS. Saat ini di Indonesia dari data Tim Komite Penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menunjukkan kasus penyebaran Covid-19 per
tanggal 21 Mei 2021 yaitu 89.429 kasus, sedangkan spesimen 92.052, dan suspek 77.431.
Pemerintah Indonesia terus berupaya menekan angka penularan Covid-19 dengan menerapkan
berbagai kebijakan salah satunya ialah dengan melakukan vaksinasi yang terus dikebut guna
menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Target sasaran vaksinasi sendiri sejumlah
181.554.465 orang.

Bersamaan dengan upaya pemerintah Indonesia yang menekan penularan Covid-19, sekarang ini
telah tersebar isu mengenai virus corona varian baru yang telah masuk ke Indonesia. Varian yang
telah masuk tersebut di antaranya B117, B1351, dan B1617. Melalui juru bicara vaksinasi
Kementrian Kesehatan RI Dr. Siti nadia Tarmizi, M,Epid pada konferensi pers secara virtual
pada 4 Mei 2021 mengatakan bahwa di Indonesia saat ini sedang terjadi lonjakan kasus COVID-
19, beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah mobilitas pergerakan masyarakat, adanya
varian baru virus COVID-19 yaitu B117 asal Inggris, B1351 asal Afrika Selatan, dan mutasi
ganda dari India B1617. Varian B117 ini diketauhi memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi
dengan presentase sekitar 36 sampai 75% dibandingkan dengan jenis varian baru lainnya yang
telah tersebar sebelumnya. Di Indonesia, dari data Kementrian kesehatan RI sebaran kasus varian
jenis B1617 ada di kepuluan Riau 1 kasus, DKI Jakarta 1 Kasus. Untuk varian B117 ada di
Sumatra Selatan 1 kasus, Sumatra Utara 2 kasus, Banten 1 kasus, Jawa Barat 5 kasus, Jawa
Timur 1 kasus, Bali 1 kasus, Bali 1 kasus, Kalimantan Timur 1 kasus. Sementara varian B1351
ada di Bali 1 kasus.

Pada masa pandemi Covid-19 ini tenaga kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan
langsung terhadap pasien Covid-19 saat ini merupakan kelompok yang paling beresiko tinggi
untuk terpapar apalagi dengan varian baru Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia. Tenaga
kesehatan tersebut harus menggunakan pakaian khusus yang disebut dengan Alat Pelindung Diri
(APD) yang harus mereka kenakan selama mereka bertugas. Dikarenakan wajib untuk
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mereka sering kali menahan lapar ataupun haus, buang
air dikarenakan tidak bisa bebas melepas Alat Pelindung Diri (APD) yang mereka kenakan.
Mereka mengorbankan waktu, tenaga, dan energi mereka untuk menjalankan pekerjaan yang
beresiko ini. Fasilitas pelayanan kesehatan pada saat ini sangat di tuntut untuk dapat terus
memberikan pelayanan terbaik untuk penderita COVID-19 dengan berbagai resiko penularan
yang bisa saja mengacam diri mereka sendiri. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,
memperoleh hasil bahwa kemungkinan tenaga medis terpapar COVID-19 sebesar 3,8% terutama
karena kontak awal yang kurang terlindungi dengan pasien posistif COVID-19 ( Zhu dkk, 2020).
Apalagi Infeksi COVID-19 sendiri dilaporkan memiliki tingkat penularan dan juga kematian
yang lebih berbahaya dari pada yang disebabkan SARS dan MERS (Mahase, 2020).

Tugas dari tenaga kesehatan yang saat ini dinilai begitu berat karena harus menghadapi berbagai
resiko-resiko yang dapat mengancam diri mereka. Sehingga dari beban dan resiko yang tersebut
memicu munculnya perasaan kurang nyaman, tegang , munculnya pikiran bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi , dan terasa tidak menyenangkan dalam diri biasa di sebut dengan kecemasan
apalagi mengingat isu baru mengenai varian baru Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia
tersebut.Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005) kecemasan ialah suatu keadaan emosional yang
terdapat ciri keterangsangan fisiologis , perasaan tegang tidak menyenangkan, dan adanya
perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Sependapat dengan itu, menurut Cheng et al
(2020) kecemasan adalah suatu kekhawatiran yang tidak jelas dirasakan oleh seseorang dengan
adanya perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.

Hasil penelitian Lai et al (2020) mengenai resiko tenaga kesehatan mengalami gangguan
psikologis dalam mengobati ataupun melayani pasien COVID-19 menunjukkan hasil bahwa
terdapat 50,4% responden memiliki gejala depresi dan 44,6% responden lainnya yang memiliki
gejala kecemasan akibat dari perasaan tertekan. Penelitian lain yang senada dengan itu telah
dilakukan oleh Fadli, dkk (2020) pada 115 tenaga kesehatan di 3 rumah sakit dan juga 9 pusat
layanan kesehatan di Indonesia, menunjukan hasil yaitu dari 115 tenaga kesehatan yang bertugas
95 diantaranya mengalami kecemasan ringan hingga berat.

Selain penelitian diatas yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai perbandingan tingkat
kecemasan tenaga kesehatan di masa pandemi sebelum adanya vaksinasi atau juga sebelum
adanya isu maupun terjadinya kasus Covid-19 varian baru dengan kondisi sekarang yang telah
dilakukannya vaksinasi dan juga terdapat kasus Covid-19 varian baru di Indonesia. Hasil
penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Evodius, dkk (2021) mengenai tingkat kecemasan
petugas kesehatan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar tenaga kesehatan mengalami
kecemasan berat sekali (63.0%) 51 orang, kecemasan berat (13.6%) 11 orang, kecemasan ringan
(6.2%) 5 orang, kecemasan sedang (4.9%) 4 orang, dan tidak mengalami kecemasan (12.3%) 10
orang.

Akibat dari masalah psikologis berupa kecemasan pada tenaga kesehatan tersebut sangatlah
berdampak negatif bagi kemampuan di dalam diri tenaga kesehatan tersebut. Masalah kesehatan
mental mempengaruhi pemahaman, perhatian, kemampuan pengambilan keputusan, dan
kemampuan diri tenaga kesehatan (Kang, Yi, dkk. 2020). Tenaga kesehatan yang mengalami
kecemasan akan sangat merasakan perasaan yang kurang nyaman dan juga adanya rasa khawatir
berlebihan yang dapat berlangsung cukup panjang (Rector et al, 2011). Sejalan dengan hal
tersebut, Kecemasan yang dialami oleh tenaga kesehatan di masa Covid-19 saat ini merupakan
bagian dari aspek mental atau kognitif berupa timbulnya gangguan terhadap perhatian, khawatir,
kemampuan berfikir yang tidak teratur, dan merasakan bingung (Ghufron & Risnawita, 2014).

Faktor-faktor penyebab dari masalah psikologis berupa kecemasan pada tenaga kesehatan yang
berkontak langsung dengan pasien positif COVID -19 antara lain karena tuntutan pekerjaan yang
berat akibat dari tugas mereka yang harus terus memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang
tentunya akan tidak nyaman ketika harus digunakan dalam waktu yang lama, berkontak langsung
dengan pasien positif COVID-19, khawatir akan tertular yang juga akan mengancam
keluarganya. Rasa takut tertular telah dilaporkan menjadi salah satu faktor pemicu munculnya
masalah psikologis yang cukup merugikan seperti kecemasan (Liu, Yang, dkk. 2020).
Sependapat dengan penjelasan itu menurut Pfefferbaum et al (2020) faktor munculnya perasaan
cemas dikarenakan tenaga kesehatan memiliki risiko yang tinggi tertular virus akibat kontak erat
dengan pasien COVID-19, perasaan khawatir akan menularkan penyakit ke keluarga,
kekurangan alat pelindung diri serta peningkatan jam kerja. Selain itu, menurut IASC (2020)
faktor penyebab dari kecemasan yang dialami oleh tenaga kesehatan akibat dari tuntutan
pekerjaan yang cukup tinggi termasuk didalamnya waktu kerja yang bertambah dan juga pasien
positif COVID-19 yang terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran
Tingkat Kecemasan Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetauhi gambaran tingkat kecemasan tenaga kesehatan di masa pandemi Covid-19
yang ditambahkan dengan isu varian baru covid-19. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan data mengenai gambaran
tingkat kecemasan tenaga kesehatan dan juga dapat memperkaya penelitian yang telah dilakukan
bagi ilmu psikologi, Sementara itu manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah (1) bagi pemerintah ataupun pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini akan memberikan
informasi dan masukan untuk menjadi pertimbangan guna menyusun intervensi terkait terhadap
pengendalian kecemasan tenaga kesehatan yang bertugas di masa pandemi Covid-19 (2) bagi
masyarakat, hasil penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat kecemasan pada
tenaga kesehatan yang bertugas sehingga menjadi pertimbangan masyarakat sebagai makhluk
sosial yang wajibnya saling membantu ataupun memberi mendukung satu sama lain.(3) bagi
mahasiswa, hasil penelitian ini akan memberikan suatu wawasan, pengetauhan, dan sebagai
literatur bagi penelitian selanjutnya mengingat masa pandemi Covid-19 belum bisa di prediksi
sampai kapan berakhir.

Kecemasan
Kecemasan ialah suatu hal yang wajar dialami oleh manusia, orang yang tidak mempunyai
perasaan cemas dapat digolongkan abnormal. Kecemasan bisa terjadi kapan dan dimana pun
individu berada. Kecemasan haruslah selalu dapat di kontrol oleh individu, jika sampai tidak
dapat di kontrol oleh individu itu sendiri maka akan membahayakan kondisi jiwa atau mental
individu. Cemas sendiri berasal dari bahasa latin anxius kemudian menjadi axiety yang berati
kecemasan.

Atkinson, dkk (dalam Safaria dan Saputra, 2012: 49) menyatakan bahwa kecemasan adalah
perasaan yang tidaklah menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan
adanya rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda.
Sependapat dengan peryataan tersebut, menurut Rosenberg dan Caplan (2016) berpendapat
bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan individu yang meangalami kegelisahan atau cemas.
Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu hal yang tidak
menyenangkan berupa kegelisahan, rasa takut, dan khawatir yang terjadi dalam tingkatan yang
berbeda-beda setiap individunya.

Aspek Kecemasan
Kecemasan sendiri memiliki beberapa aspek, Menurut Greenberger serta Padesky (dalam
Fenn& Byrne, 2013) menjabarkan 4 aspek kecemasan meliputi:
a. Physical symtom ataupun respon raga yang terjadi pada orang khawatir misalnya otot
tegang, telapak tangan berkeringat, susah bernafas, jantung berdebar-debar, pusing
b. Thought, ialah pemikiran yang negatif serta irasional orang berbentuk perasaan tidak
siap, tidak sanggup, merasa tidak mempunyai ke ahlian, serta tidak yakin dengan
keahlian dirinya sendiri. Pemikiran ini cendrung hendak menetap apabila orang tidak
merubah pemikirannya jadi lebih positif.
c. Behavior, orang dengan kecemasannya cendrung menghidari situasi pemicu kecemasan
tersebut disebabkan orang merasa dirinya terganggu serta tidak aman semacam sakit
kepala, mual, keringat dingin, kendala tidur. Sikap yang timbul semacam kesusahan tidur
sebab memikirkan pekerjaan.
d. Feellings, atmosfer hati orang dengan kecemasan cendrung meliputi panik, perasaan
marah, perasaan gugup dikala terdapat pembicaraan dunia kerja.

Dari urian diatas tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecemasan memiliki beberapa aspek yaitu
physical symptom atau respon dari raga individu, thought suatu pikiran negatif yang muncul pada
individu, behavior suatu perasaan terganggu ataupun tidak aman akibat kecemasan, dan feellings
suatu keadaan hati dari individu akibat kecemasan.

Tingkatan Kecemasan
Terdapat pula tingkatan dari kecemasan yang di alami oleh individu. Menurut Stuart (2007)
tingkatan kecemasan ada empat yaitu:
a. Kecemasan ringan
Kecemasan akibat adanya suatu keecewaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari, namun kecemasan ini dapat memberikan motivasi untuk dapat di jadikan
pembelajaran bagi individu.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan yang fokus pada hal-hal penting saja dan menunda atau mengesampikan hal
lainnya, sehingga individu kurang selektif.
c. Kecemasan berat
Berpengaruh sekali terhadap persepsi individu. Individu akan condong kepada suatu hal
yang sepesifik dan rinci serta meninggalkan atau memikirkan hal yang lain.
d. Kecemasan panik
Ketakutan, hilang kendali, tidak bisa berfikir rasional, dan dapat menyebabkan individu
mudah sekali letih.
Dari uraian mengenai tingkatan kecemasan diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa tingkatan
kecemasan terdiri dari kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan
panik. Tingkatan-tingkatan kecemasan tersebut dapat dialami oleh individu yang mengalami
kecemasan tergantung faktor penyebab terjadinya kecemasannya.

Gejala-gejala terhadap kecemasan


Berdasarkan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang di susun oleh Max Hamilton pada
tahun 1959 (Chrisnawati & Aldino, 2019) mengelompokkan gejela-gejala kecemasan secera
spresifik baik secara psikis ataupun secara somatik, antara lain :

a. Cemas : firasat buruk, mudah untuk tersinggung, dan takut akan pikirannya sendiri.
b. Ketegangan : gelisah, gemetar, lesu, tegang, dan sering mudah terganggu.
c. Ketakutan : takut jika sendirian, takut orang asing, dan takut juga dengan kerumunan
atau keramaian
d. Gangguan tidur : kondisi tidur yang tidak nyenyak, sering mimpi buruk, terkadang
terbangung tengah malam, dan susah untuk tidur
e. Gangguan kecerdasan : konsentrasi dan ingatan mengalami penurunan
f. Gangguan depresi : kesenangan terhadap suatu hal yang disuka berkurang, hilangnya
minat diri, dan seringnya merasa sedih
g. Gejala somatik : tubuh merasa sakit, otot-otot maupun sendi-sendi terasa kaku
h. Gejala sensorik : perasaan seperti ditusuk-tusuk, penglihatan terasa kabur, muka pucat
ataupun merah dan merasa lemah
i. Gejala kardiovaskular : takikardi, nyeri dada, detak jantung terkadang hilang sekejap,
dan denyut nadi keras
j. Gejala pernapasan : terasa tercekik, sering Tarik napas panjang, merasakan napas terasa
pendek, dan dada terasa ditekan
k. Gejala gastrointestinal : berat badan turun, mual, muntah, nyeri pada lambung, perut
panas, dan sulit untuk menelan sesuatu
l. Gejala urogenital : tidak mampu untuk menahan kencinng akibatnya kan sering kencing,
ereksi yang lemah, dan aminoera
m. Gejala vegetatif : terasa mudah berkeringat, muka merah, pusing, dan mulut terasa
kering
n. Perilaku: gelisah, gemetar, dahi atau kening dikerutkan, tegang, dan napas pendek atau
cepat

Dari uraian gejala-gejala kecemasan tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa gejala-gejala
terhadap kecemasan terdiri dari cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, gangguan depresi, gejala somatik, gejala sensorik, gejala kardiovaskular, gejala
pernapasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala vegetatif, dan juga perilaku. Gejala-
gejala terhadap kecemasan tersebut dapat terjadi seiring mengalami suatu kondisi kecemasan.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan desain
deskriptif yang menekankan pada analisis data-data numerikal yang di olah dengan
menggunakan metode statistika. Desain deskriptif ialah salah satu metode yang dimaksudkan
untuk dapat menggambarkan situasi atau kejadian, data yang dikumpulkan berupa gambaran
situasi yang tidak bermaksud menguji hipotesis, membuat prediksi atau implikasi.

Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, kriteria subjek yang digunakan ialah tenaga kesehatan pada masa pandemi
COVID-19 dengan karakteristik antara lain bertugas secara langsung melayani pasien positif
COVID-19 dan pada setiap tugasnya di wajibkan untuk menjalankan protokol kesehatan secara
ketat seperti memakai pakaian untuk melindungi diri yang biasa disebut APD. Alasan peneliti
hanya mengambil subjek tenaga kesehatan yang sesuai dengan kriteria tersebut dikarenakan
berpedoman pada penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan di masa pandemi COVID-19 yang paling beresiko terkena gangguan psikologi
berupa kecemasan ialah yang berkontak langsung dengan pasien COVID-19 (Lai et al, 2020).
Sampel ialah sebagian jumlah dan juga karakteristik dari populasi yang akan diteliti ( Sugiyono,
2010). Pada penelitian ini pengambilan sampel ialah dengan teknik purposive sampling. Alasan
peneliti memilih teknik tersebut karena jumlah dari pengambilan sampel di penelitian ini akan
disesuaikan dengan yang di perlukan oleh peneliti dan juga untuk digunakan sebagai penentu
kriteria khusus pada sampel.

Variabel dan Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini variabelnya ialah tingkat kecemasan. Kecemasan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah adalah perasaan yang tidaklah menyenangkan yang ditandai dengan
kekhawatiran, keprihatinan, dan adanya rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkatan-
tingkatan yang berbeda-beda mengacu pada gejala-gejala yang dialami oleh individu yaitu
cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, gangguan depresi, gejala
somatik, gejala sensorik, gejala kardiovaskular, gejala pernapasan, gejala gastrointestinal, gejala
urogenital, gejala vegetatif, dan perilaku. Dalam hal ini yang terjadi kepada tenaga kesehatan
saat ini berada pada masa pandemi Covid-19 yang memberikan resiko tinggi kepada masing-
masing tenaga kesehatan yang bertugas.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
awal adalah bukti diri responden meliputi nama( initial), umur, tipe kelamin, pembelajaran serta
lama bekerja. Bagian yang kedua meliputi kuesioner tentang tingkatan kecemasan dengan
memakai instrumen“ Hamilton Anxiety Rating Scale( HARS)”. Max Hamilton awal kali
meningkatkan intrumen ini pada tahun 1956, dengan melakukan pengukuran terhadap seluruh
tanda kecemasan baik secara psikis ataupun secara somatik (Chrisnawati & Aldino, 2019) Skala
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang
valid dan reliable.
HARS terdiri dari 14 item persoalan buat mengukur ciri terdapatnya kecemasan pada anak dan
orang berusia. Metode memperhitungkan tingkat kecemasan merupakan dengan pemberian nilai
memakai jenis;
0= bila tidak ada indikasi sama sekali,
1= ada satu gejala yang terdapat,
2= lagi/ setengah indikasi yang terdapat,
3= berat/ lebih dari setengah indikasi yang terdapat,
4= sangat berat, seluruh indikasi terdapat.
Penentuan serajat kecemasan menjumlahkan skor 1- 14 dengan hasil; skor kurang dari 14 ( tidak
terdapat kecemasan), skor 14- 20 ( kecemasan ringan), skor 21- 27( kecemasan lagi), skor 28-
41( kecemasan berat) dan skor 42- 52( kecemasan berat sekali).

Prosedur dan Analisis Data

Penelitian yang kan dilakukan ini memiliki prosedur sebagai berikut:


Persiapan, tahap persiapan dimulai penyusunan kuisoner. Penyusunan kuesioner disini peneliti
menyiapkan istrumen yang nantinya akan digunakan dalam pengambilan data, yang nanti setelah
selesai akan di ajukan kepada pembimbing guna meminta ijin untuk melakukan pengambilan
data kepada pembimbing. Sebelum itu peneliti melakukan tahap uji coba try out guna
mengetauhi tingkat validitas dan reliabilitas sebagai upaya mendapatkan aitem-aitem yang layak
untuk digunakan sebagai alat ukur. Namun jika dari pembimbing menyatakan bahwa tidak perlu
dilakukan adanya tryout dikarenakan kuesioner yang di pakai telah menunjukkan validitas dan
reliabilitas yang Setelah mendapatkan validitas dan reliabilitas yang sesuai akan di lanjutkan
ketahap pelaksanaan penelitian atau pengambilan data.

Pelaksanaan, tahap pelaksanaan penelitian ini di lakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan
menggunakan media online yaitu Google form. Sehingga meminimalisir juga untuk terjadinya
kontak secara langsung, dikarenakan kondisi yang masih dalam masa pandemi Covid-19
sekarang ini. Setelah selesai pengumpulan data,data kemudian akan dilakukannya pengecekan
ulang mengenai kelengkapan ataupun kebenaran data. Data di analisis dengan menggunakan
perangkat lunak software di mulai dengan editing data guna mengecek data yang diterima
apakah sudah jelas dan kesesuaiyan jawab sudah benar, selanjutnya mengkode atau coding data
untuk merubah huruf atau kalimat pada data menjadi data angka, data angka yang telah ada di
masukkan atau di entry kedalam Microsof Excel dan SPSS yang setelah itulah akan
mendapatkan hasil dari penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Zhu, Z. Xu, Wang, Liu, Wu, Li, Miao,Zhang, Yang, Sun, Zhu, Fan, Hu, Liu, Wang, (2020)
COVID-19 in Wuhan: Immediate Psychological Impact on 5062 Health Workers,
medRxiv.
Mahase, E. (2020). Coronavirus: covid-19 has killed more people than SARS and MERS
combined, despite lower case fatality rate . The BMJ.
Nevid, Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelimaJilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cheng, X., Yang, Y., Schwebel, D. C., Liu, Z., Li, L., Cheng, P., Ning, P., & Hu, G. (2020).
Population ageing and mortality during 1990-2017: A global decomposition analysis.
PLoS medicine, 17(6)
Chih-Cheng Lai, T.-P. S.-C.-J.-R. (2020). " Severe Acute Respiratory Syndrome Coronabirus 2
(SASR-CoV-2) and Coronavirus Sisease-2019 (COVID-19): The Epidemic and The
Challenge". Internasional Journal of Antimicrobial Agents, 55.
Fadli, Safruddin, Sastria A.A, Sumbara, Rohandi B. 2020. Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19, Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia. 6(1): 57–65.
Nasus, Evodius, Tulak, Bangu. 2021. Tingkat Kecemasan Petugas Kesehatan Menjalani Rapid
Test Mendeteksi Dini Covid-19. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan. 6(1): 94-102.
Kang, L. Yi, Shaohua, Min, Can, Xiang, Ying, Jianbo, Xiancang, Jun, Lili, Gaohua, Hong,
Zhongchun. (2020) „The mental health of medical workers in Wuhan, China dealing
with the 2019 novel coronavirus‟, The Lancet Psychiatry.
Rector, N.A., Bourdeau, D., Kitchen, K., Massiah, L.J., 2011. Anxiety Disorders an Information
Guide. Canada: Center for Addition and Mental Health.
Pfefferbaum. B. North, C, S. 2020. Mental Health and the COVID-19 Pandemic. N Engl J Med.
2020 Aug 6;383(6):510-512.
Inter-Agency Standing Committee (IASC). 2020. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan
psikososial wabah covid-19 versi 1.0. http://www.cacatan-tentang-aspekkesehatan-
jiwa-dan-psikososial-wabahcovid19.id (diakses 23 april 2020)
IASC. (2020). Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah Covid-19 (pp. 1–
20).
Rosenberg, M. dan Caplan, 2016. Social Psychology of Self Concept. Illinois: Harlan Davidson,
Inc.
Safaria, Triantoro & Saputra, Eka, Nofrans. 2012. Manajemen Emosi, Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta: PT Bumi Aksara,),
hlm., 228
Chrisnawati, G., Aldino, T. 2019. Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Skala
Hars Berbasis Android. Jurnal Teknik Komputer. 5(2): 277-282.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai