Anda di halaman 1dari 5

Essay

Menumbuhkan Bakat pada Anak Usia Dini

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Seminar psikologi pendidikan

Dosen Pengampu : Ema Yudiani M.SI.,Psikolog

Disusun oleh :

Yazid Anwar Khaq (1910901027)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG

2022
Menumbuhkan Bakat pada Anak Usia Dini

Setiap orang tua pasti menginginkan anak yang sehat dan juga memiliki bakat sedari
dini. Anak yang berbakat merupakan impian dari setiap orang tua. Oleh karena itu, banyak dari
orangtua pun melakukan segala hal agar anak-anaknya kelak memiliki bakat seperti yang
mereka inginkan. Namun, tidak sedikit juga dari orangtua yang belum mengetahui bagaimana
cara untuk menumbuhkan bakat pada diri anak mereka dan tak sedikit pula dari mereka belum
memahami bagaimana anak-anaknya.

Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi


(potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya
yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat merupakan potensi yang masih
memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat
terwujud. Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya
untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan.

Pengembangan bakat sedari dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
setiap orangtua. Selain untuk masa depan si anak sendiri, dengan pengembangan bakat dapat
membuat anak-anak mereka akan lebih berprestasi dan berpotensi untuk menjadi anak yang
hebat kelak. Menurut Sigmud Freud sendiri memberikan suatu ungkapan “Child is father of
man” artinya anak adalah ayah dari manusia. Maksudnya adalah masa anak sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang.

Melihat ungkapan Freud di atas, menunjukkan bahwa perkembangan anak sejak kecil
akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak
secara tidak langsung akan tertanam pada diri seseorang anak. Untuk itu, sebagai orangtua
haruslah bisa memahami anak-anaknya dengan baik, seperti bakat apa yang ada di diri
anaknya, agar kelak para orangtua bisa membantu menumbuhkan bakat anak-anaknya untuk
masa depan.

Oleh karena itu, sangat diharapkan bagi setiap orangtua harus bisa mengasuh dan
mendidik anaknya dengan baik. Menurut Baumrind, pola asuh orangtua dibagi menjadi tiga
macam, yaitu authoritarian, authoritative dan permisif. Pola asuh authoritarian adalah pola asuh
yang berbentuk orotiter dengan suka memaksa anak-anaknya untuk patuh terhadap aturan-
aturan yang sudah ditetapkan oleh orangtua. Pola asuh ini akan cenderung menciptakan anak-
anak yang penakut, mudah tersinggung, rentan terhadap stress dan juga pemarah. Pola asuh
authoritative ialah pola asuh orangtua yang dalam bersikap kepada anak selalu mendorong
anak untuk saling membantu dan bertindak secara objektif. Selain itu orangtua yang
menerapkan pola asuh ini akan memiliki sikap bebas, namun masih dalam batas normatif. Pola
asuh ini akan membentuk anak yang tegas terhadap diri sendiri, mandiri, ramah dengan teman
sebaya, dan mau bekerja sama dengan orangtua. Yang terakhir ialah pola asuh permisif, yaitu
pola asuh yang menerapkan kebebasan kepada anak sebebas mungkin dan anak tidak
diajarkan untuk bertanggung jawab. Dalam hal ini orangtua tidak mengatur anaknya sama
sekali dan memberikan kesan tidak peduli terhadap anaknya. Pola asuh ini tentunya akan
membentuk anak yang tidak mengerti akan aturan, semena-mena terhadap diri sendiri dan
orang lain, anak-anak akan menjadi keras kepala dan susah untuk diatur.

Jadi, setelah mengetahui beberapa jenis pola asuh diatas, orangtua haruslah bisa
memilih bentuk pola asuh yang mana yang akan diterapkan kepada anak-anak mereka,
sehingga nantinya bisa membentuk anak sesuai apa yang mereka inginkan kelak. Namun,
sebisa mungkin terapkan pola asuh yang terbaik jika kita sebagai orang tua ingin anak kita
menjadi anak yang baik.

Sudah dijelaskan di awal tadi mengenai bakat, ialah yang mengandung makna
kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu
pengembangan dan latihan lebih lanjut. Berarti disini setiap anak itu dilahirkan mempunyai
bakat masing-masing yang tentunya di setiap anak akan berbeda-beda. Seperti bakat
akademik, kepemimpinan, teknologi, seni, olahraga dan bahkan ada anak yang memiliki dua
atau lebih bakat dalam dirinya.

Biasanya, anak-anak mulai menunjukkan minat dan kesukaannya terhadap sesuatu


pada usia balita (2-5 tahun). Oleh karena itu, setiap orangtua haruslah menyadari akan hal itu,
haruslah menyadari tentang kesukaan anaknya sedari dini, yang nantinya bisa dikembangkan
menjadi bakat di kemudian hari. Jika anak sudah menunjukkan bakatnya sedari diri, sebaiknya
hal yang harus dilakukan oleh para orangtua adalah membantu mengembangkan bakat anak
mereka.

Dalam mengasah dan menumbuhkan bakat anak, para orangtua perlu menemukan cara
mereka sendiri. Hal ini dilakukan agar tidak terkesan mengeksploitasi atau memaksakan
kehendak anak. Terkait beberapa pola asuh tadi, orangtua harus menyeimbangkan antara pola
asuh dengan cara setiap orangtua dalam mengembangkan bakat anaknya. Adapun beberapa
cara untuk menumbuhkan bakat anak yang bisa orangtua lakukan, yaitu:

1. Perhatikan hal yang menjadi minat dan kesukaan anak


Disaat masih balita (2-5) tahun anak akan mulai menunjukkan hal yang menjadi
minat dan kesukaan mereka. Disaat itulah para orangtua bisa mengobservasi dan
mengamati apa yang menjadi minat anak mereka. Jika mereka menyukai sesuatu,
mereka berarti tertarik terhadap hal itu. Misalnya anak tertarik dengan kuas dan juga cat
sedari dini, orangtua haruslah bisa menyadari hal tersebut dan bisa membantu anak
untuk mengembangkannya. Bisa jadi anak mereka memiliki bakat seni dan di kemudian
hari anaknya menjadi pelukis terkenal.

2. Membiarkan anak melakukan hal yang mereka sukai


Perlu dipahami bahwa setiap orangtua harus memberikan ruang pada anak-anak
mereka. Kedua orangtua sebaiknya membiarkan anak mereka untuk melakukan hal
yang mereka sukai, selagi hal yang mereka lakukan itu dalam hal yang positif. Cara ini
diterapkan agar anak dapat lebih mengenal diri mereka sendiri, terutama mengenal
bakat apa yang mereka miliki. Selain itu juga, kedua orangtua bisa berdiskusi dengan
anak mereka, cara ini dilakukan agar orangtua juga bisa mengenal anak mereka dan
akan lebih mudah mengetahui serta memahami apa yang dibutuhkan anak mereka.

3. Mengajak anak untuk berlatih


Setelah mengetahui apa yang menjadi kesukaan dan bakat pada anak, cara selanjutnya
yang bisa orangtua lakukan adalah dengan mengajak anak mereka berlatih terkait
dengan bakat mereka. Misalnya anak memiliki bakat di bidang menggambar dan
melukis, orangtua bisa membuat jadwal untuk berlatih bersama anak. Contohnya hari ini
orangtua mengajak anak untuk melukis bersama dan membiarkan anak untuk
menuangkan ide yang ada di kepala mereka menjadi sebuah lukisan. Walau belum
bagus, setidaknya mereka bisa berlatih dan terus berlatih, agar ke depannya menjadi
ahli.

4. Ciptakan lingkungan yang mendukung anak


Setiap anak pasti menginginkan lingkungan yang baik dan didukung oleh para orangtua
mereka. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua menciptakan lingkungan yang mendukung
anak untuk bisa mengembangkan bakat yang ada di dalam diri mereka. Misalnya tadi
bakat anak ialah melukis. Orangtua bisa membuat sebuah ruangan yang didalamnya
beisi sebuah tempat untuk anak bisa menyalurkan bakatnya. Di dalam ruangan itu bisa
diisi dengan cat yang lengkap, kuas cat, kanvas berbagai ukuran dan alat-alat lukis
lainnya. Dan berilah pengetahuan apapun yang bisa mendukung perkembangan bakat
anak.

5. Mengapresiasi anak
Setelah berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh anak terkait dengan bakat
mereka agar bisa berkembang, sebagai orangtua yang baik, kita haruslah memberikan
apresiasi dan menghargai karya anak yang telah mereka lakukan. Apapun hasilnya,
para orangtua wajib mengapresiasi bakat anak mereka, dengan begitu anak akan
merasa mereka didukung dan dicintai oleh orangtua mereka. Dengan hal itu, anak-anak
akan semangat dalam mengembangkan bakat mereka hingga mereka besar nantinya.
Referensi

Ali, Mohammad., & Asrori, Mohammad. (2014). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: PT bumi aksara, hlm 78.

Zakiyatul. (2019). Pengembangan nilai agama dan moral anak usia dini di lingkungan keluarga

perkotaan, (StudiKasusAnakUsiaDini di RW 03 KelurahanRandusariKota Semarang).

Muallifah. (2009). psycho islamic smart prenting.

Reika, sagita. (2016). Temukan bakat dalam diri anak. Diakses pada 7 juni 2022, dari

http://riekasagita.blogspot.com/2016/07/essay-temukan-bakat-dalam-diri-anak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai