Anda di halaman 1dari 14

BUPATI MESUJI

PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI


NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MESUJI,
Menimbang : a. bahwa rokok mengandung zat psikoaktif membahayakan
yang dapat menimbulkan adikasi serta menurunkan
derajat kesehatan manusia;
b. bahwa asap rokok tidak hanya membahayakan
kesehatan perokok aktif tetapi juga menimbulkan
pencemaran udara yang membahayakan kesehatan
orang lain;
c. bahwa Pasal 115 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan mewajibkan Pemerintah
Daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok;
d. bahwa Pasal 52 Peraturan pemerintah nomor 109 tahun
2012 tentang Pengamanan bahan yang Mengandung zat
Adiktif Berupa Produk tembakau terhadap kesehatan
mewajibkan pemerintah daerah untuk menetapkan
kawasan tanpa rokok di wilayahnya dengan peraturan
perda;
e. bahwa pasal 6 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 188/MENKES/
PB/I/ 2011 dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e tersebut di atas, dipandang perlu untuk
menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5606);
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
5. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Mesuji Di Provinsi Lampung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4933);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6398);
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5380);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5888) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6402);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20121 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6634);
13. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 49);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 157).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN MESUJI

dan

BUPATI MESUJI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Mesuji.
2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintahan Daerah Kabupaten Mesuji.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Mesuji.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mesuji.
6. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotia Tobacum,
Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
7. Merokok adalah kegiatan membakar dan/atau menghisap rokok.
8. Kawasan Tanpa Rokok, selanjutnya disingkat KTR adalah ruang atau area
yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk
tembakau.
9. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daeran, dan/atau masyarakat.
10. Tempat Proses Belajar Mengajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar atau pendidikan dan pelatihan seperti sekolah,
madrasah, perguruan tinggi, tempat kursus, Taman Pendidikan Al-
Quran/TPSQ, termasuk ruang perpustakaan, ruang praktek atau
laboratorium, museum dan sejenisnya.
11. Tempat ibadah adalah sarana untuk melaksanakan kegiatan keagamaan
seperti masjid, mushola, gereja, kapel, pura, wihara, klenteng dan tempat
ibadah lainnya.
12. Tempat Bermain Anak adalah tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan
anak-anak seperti tempat penitipan anak, tempat pengasuhan anak,
tempat bermain anak-anak dan lainnya.
13. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat
berupa kendaraan darat, air dan udara.
14. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.
15. Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-
sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta
dan masyarakat.
16. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
17. Pimpinan dan/atau penanggung jawab adalah seseorang yang mempunyai
tugas dan wewenang sebagai pimpinan dan/atau penanggung jawab atas
sebuah tempat atau ruang kegiatan;
18. Perangkat Daerah adalah unit kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai
tugas mengelola anggaran dan barang daerah.
19. Badan adalah organisasi yang memiliki badan hukum atau tidak memiliki
badan hukum.
20. Tempat Khusus untuk Merokok adalah ruangan yang diperuntukan
khusus untuk kegiatan merokok yang berada di dalam KTR.
21. Perokok Pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN PRINSIP
Pasal 2
Asas ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk melindungi Hak Asasi
Manusia dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui
pengendalian terhadap bahaya asap rokok.

Pasal 3
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk :
a. Melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok;
b. Membudayakan hidup sehat; dan
c. Menekan angka pertumbuhan perokok pemula.

Pasal 4
Prinsip penerapan KTR adalah:
a. Terciptanya 100% (seratus persen) KTR yang meliputi :
1) Tidak ditemukan orang yang merokok di dalam gedung;
2) Tidak ada yang merokok di dalam gedung;
3) Tidak tercium bau rokok di dalam ruangan;
4) Tidak ada puntung rokok di dalam gedung;
5) Tidak ada asbak dan korek api di dalam gedung;
6) Tidak ada indikasi dan kerjasama dengan industri tembakau
dalam bentuk sponsor, promosi dan iklan rokok;
7) Tidak ada penjualan rokok di lingkungan gedung;
8) Ada tanda KTR.
b. tidak ada ruang merokok di tempat umum/tempat kerja tertutup; dan
c. tidak ada paparan asap rokok pada orang lain melalui kegiatan
merokok, atau tidakan mengijinkan dan/atau membiarkan orang
merokok di KTR.

BAB III
KAWASAN TANPA ROKOK
Pasal 5
KTR terdiri atas :
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. Tempat proses belajar mengajar;
c. Tempat anak bermain;
d. Tempat ibadah;
e. Angkutan umum;
f. Fasilitas olahraga;
g. Tempat kerja;
h. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. (seperti : hotel,
restoran, rumah makan, jasa boga, terminal, pelabuhan, pasar, pusat
perbelanjaan, minimarket, supermarket, bioskop, departemen store,
hypermarket, mall, plaza, pertokoan, tempat wisata, stasiun, sarana
olahraga dan tempat umum lainnya).

Pasal 6
(1) KTR sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e dan huruf f merupakan kawasan yang bebas dari asap
rokok hingga batas pagar terluar atau dengan batas lainnya yang
ditentukan.
(2) KTR sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf g dan huruf h
merupakan kawasan yang bebas dari asap rokok hingga batas kucuran
air dari atap paling luar.

Pasal 7
(1) KTR sebagaimana dimaksud daam Pasal 5 huruf g dan huruf h dapat
menyediakan tempat khusus untuk merokok.
(2) Tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan :
a. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung
dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik;
b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang
digunakan untuk beraktivitas;
c. Jauh dari pintu masuk dan keluar; dan
d. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

BAB IV
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 8
(1) Setiap orang dilarang merokok di KTR.
(2) Setiap orang/badan dilarang mempromosikan, mengiklankan, menjual,
dan/atau membeli rokok di KTR.
(3) Larangan menjual dan membeli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan untuk tempat umum yang biasa menjual rokok.
(4) Larangan kegiatan memproduksi produk tembakau tidak berlaku bagi
tempat yang digunakan untuk kegiatan produksi produk tembakau di
lingkungan KTR.

Pasal 9
(1) Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR sebagaimana dimaksud
pada Pasal 5 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan
huruf g wajib :
a. Melakukan pengawasan internal pada tempat dan/atau lokasi
yang menjadi tanggung jawab;
b. Melarang setiap orang yang merokok di KTR di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya;
c. Meniadakan asbak atau sejenisnya pada tempat dan/atau lokasi
yang menjadi tanggung jawabnya;
d. Memasang tanda-tanda dilarang merokok sesuai persyaratan
disemua pintu masuk utama dan di tempat-tempat yang
dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau didengar baik.
(2) Bentuk dan besaran tanda-tanda dilarang merokok sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf d tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Daerah ini.

BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 10
Peran serta masyarakat dapat berbentuk :
a. Pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah ini;
b. Pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan data
dan/atau informasi dampak rokok bagi kesehatan.
Pasal 11
(1) Setiap orang dapat ikut serta memberikan bimbingan dan penyuluhan
dampak rokok bagi kesehatan kepada keluarga dan/atau lingkungannya.
(2) Setiap warga masyarakat berkewajiban ikut serta memelihara dan
meningkatakan kualitas udara yang sehat dan bersih serta bebas dari
asap rokok.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 12
(1) Bupati melakukan pembinaan seluruh KTR di wilayahnya.
(2) Pembinaan pelaksanaan KTR dilaksanakan dalam rangka pengembangan
kemampuan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.
(3) Bupati mendelegasikan pembinaan KTR kepada Kepala Perangkat Daerah
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang
dinyatakan sebagai KTR.
(4) Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari :
a. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
kesehatan melakukan pembinaan terhadap KTR fasilitas
pelayanan kesehatan;
b. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
pendidikan dan bidang sosial melakukan pembinaan terhadap
KTR tempat tempat proses belajar mengajar dan tempat anak
bermain dan/ atau berkumpulnya anak-anak;
c. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
sosial melakukan pembinaan terhadap KTR tempat ibadah;
d. Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di bidang
perhubungan melakukan pembinaan terhadap KTR angkutan
umum;
e. Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di Bidang olahraga
melakukan pembinaan terhadap KTR fasilitas olahraga;
f. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
ketenagakerjaan melakukan pembinaan KTR di tempat Kerja;
g. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
pariwisata dan bidang perhubungan melakukan pembinaan KTR
tempat umum;
h. Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di bidang Ketertiban
umum melakukan pembinaan seluruh KTR;
i. Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di bidang lingkungan
hidup melakukan pembinaan seluruh KTR.
(5) Pembinaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan
oleh Sekretaris Daerah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan KTR diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.

Pasal 13
Pembinaan pelaksanaan di KTR berupa :
a. Penyediaan Fasilitas penunjang KTR;
b. Bimbingan dan/atau penyuluhan;
c. Pemberdayaan masyarakat; dan
d. Menyiapkan petunjuk teknis.
Pasal 14
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dapat dilakukan oleh :
a. Masing-masing Perangkat Daerah dengan melaksanakan berbagai
kegiatan pembinaan dalam rangka pembinaan pelaksanaan KTR;
b. Bekerja sama bekerja sama dengan masyarakat, badan atau
lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan.
(2) Dalam rangka memaksimalkan proses pembinaan KTR, Bupati dapat
memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa
dalam rangka memotivasi dan membantu pelaksanaan KTR.

Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 15
Perangkat Daerah bersama-sama masyarakat dan/atau badan/atau lembaga
dan/atau organisasi kemasyarakatan, melakukan pengawasan pelaksanaan
KTR.

Pasal 16
(1) Pengawasan KTR dilaksanakan oleh Peranglat Daerah yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai
KTR sebagaimana telah diatur pada Pasal 11 ayat (4).
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan
oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah setiap 1 (satu) bulan
sekali.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan KTR diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.

Pasal 17
(1) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR wajib melakukan
inspeksi dan pengawasan di KTR yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR harus melaporkan
hasil inspeksi dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Perangkat Daerah terkait setiap 1 (satu) bulan sekali.

Pasal 18
(1) Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji dan Satuan Polisi Pamong Praja
berkoordinasi dengan Perangkat Daerah lainnya untuk melakukan
inspeksi dan pengawasan ke seluruh gedung di wilayah kerjanya.
(2) Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji melaporkan hasil inspeksi dan
pengawasan kepada Bupati.

Pasal 19
Pelaksanaan pengawasan dan inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 dan Pasal 17 harus mengacu pada formulir atau lembar pengawasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.

Pasal 20
Dalam hal penegakan ketentuan Peraturan Daerah ini, Dinas Kesehatan
Kabupaten Mesuji, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mesuji dan
Perangkat Daerah lainnya melakukan Operasi Tidak Pidana Ringan (Operasi
Tipiring) minimal 1 kali dalam satu bulan.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 21
(1) Dalam hal Pimpinan atau Penanggung jawab KTR melanggar ketentuan
Peraturan Daerah ini, maka Pimpinan atau penanggung jawab KTR dapat
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. Pencabutan izin.
(2) Tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah :
a. Bupati dan/atau Kepala Perangkat Daerah terkait memberikan
peringatan tertulis kepada pimpinan atau penanggung jawab KTR;
b. Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak peringatan tertulis
diberikan, pimpinan atau penanggung jawab KTR belum
memenuhi ketentuan sebagaiamana tercantum dalam peringatan
tertulis, maka kepada pimpinan/ penanggung jawab kawasan
dimaksud diberikan sanksi berupa paksaan pemerintahan atau
uang paksa atau pencabutan izin.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan oleh
Bupati atau pejabat yang berwenang.

BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 22
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkugan Pemerintah Daerah berwenang
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pelanggaran atas
Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai
adanya tindak pidana atas pelanggaran peraturan daerah;
b. Melakukan tindak pidana pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian;
c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari penyidik Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berwenang
melakukan penangkapan dan/atau penahanan.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
membuat berita acara setiap tindakan dalam hal :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Memasuki rumah dan/atau tempat tertutup lainnya;
c. Penyitaan barang;
d. Pemeriksaan saksi;
e. Pemeriksaan di tempat kejadian;
f. Pengambilan sidik jari dan pemotretan.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar KTR sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dipidana denda paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh korporasi, dapat dijatuhkan pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda yang dijatuhkan pada
perorangan.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Peraturan Pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB XI
PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Mesuji.

Ditetapkan di Mesuji
pada tanggal 01 Desember 2021
BUPATI MESUJI,

dto.

SAPLY TH
Diundangkan di Mesuji
pada tanggal 01 Desember 2021
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MESUJI,

dto.

SYAMSUDIN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MESUJI TAHUN 2021 NOMOR 4
NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI PROVINSI
LAMPUNG : 04/1228/MSJ/2021
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MESUJI
NOMOR ...... TAHUN 2021

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

I. UMUM

Bahwa merokok merugikan kesehatan bagi perokok itu sendiri maupun


orang lain disekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Perokok
mempunyai resiko 2 – 4 kali lipat untuk terkena penyakit Jantung Koroner
dan resiko lebih tinggi untuk kematian mendadak.

Pemerintah pusat telah menerbitkan beberapa peraturan yang mengatur


tentang kewajiban Pemerintah Daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa
Rokok diantaranya Undang – Undang Nomot 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Terhadap Kesehatan dan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan RI Nomor: 188/MENKES/PB/I/2011 dan Menteri Dalam Negeri
RI Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, untuk menertibkan para


perokokdan untuk menjaga kesehatan, bagi yang tidak merokok dan
lingkungan pada umumnya perlu mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok
dengan mengaturnya dalam Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Seperti Hotel, Restoran, Rumah Makan, Jasa Boga, Terminal,
Pelabuhan, Pasar, Pusat Perbelanjaan, Minimarket,
Supermarket, Bioskop, Departemen Store, Hypermarket, Mall,
Plaza, Pertokoan, Tempat Wisata, Stasiun, Sarana Olah Raga
dan tempat Umum lainnya.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud Tempat Umum yang bias untuk menjual rokok
yaitu : Warung, Pasar, Mall, Plaza, Minimarket dan
Supermarket.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MESUJI TAHUN 2021 NOMOR


........

Anda mungkin juga menyukai