Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROJECT FISIKA INTI

APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR DALAM BIDANG KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
SILVINA HAYATI (20033101)
AFIFAH AZZAHRA HARAHAP (20033109)
ANISYA RAHMADANI (20033113)
GHABY SAL SABILA (20033129)

DOSEN PENGAMPU :

Dra. HIDAYATI, M.Si

DEA STIVANI SUHERMAN, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalahproject kelompok ini. Makalah ini di susun dengan tujuan untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah yakni “Fisika Inti” dengan judul makalah “Aplikasi Teknologi Nuklir dalam
Bidang Kesehatan”.

Adapun dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan
tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya. Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam makalah
ini baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan, maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberikan saran dan juga kritiknya demi perbaikan makalah ini, mengingat bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai “Aplikasi Teknologi Nuklir dalam Bidang
Kesehatan” dan juga dapat memberikan informasi yang mudah dipahami.

Padang, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5

C. Tujuan..................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

A. Nuklir ..................................................................................................................................... 6

B. Prosedur Penggunaan Nuklir dalam Teknologi Kesehatan .................................................... 9

C. Manfaat dan Resiko Penggunaan Nuklir .............................................................................. 11

D. Aplikasi Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan ................................................................. 12

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 20

A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 20

B. SARAN ................................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi adalah sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia. Energi sangat
dibutuhkan untuk membantu setiap kegiatan yang dilakukan manusia, seperti kegiatan rumah
tangga atau juga kebutuhan sehari-hari. Energi dapat dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Mulai terbatasnya sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui milik Indonesia,
pemerintah menyadari bahwa seharusnya negara selalu mengikuti kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana saat ini masyarakat dunia cenderung
untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memperoleh energi. Salah satunya
adalah dengan pemanfaatan pengembangan nuklir sebagai bahan energi alternatif.
Teknologi nuklir adalah teknologi yang berhubungan dengan penggunaan, pengelolaan,
dan rekayasa inti atom (nuklir). Sebagian besar orang menilai bahwa tehnologi nuklir hanya
sebuah alat atau benda berupa bom yang dapat membinasakan umat manusia dan dapat
menimbulkan radiasi, sehingga banyak perspektif radiasi akan berdampak buruk. Secara garis
besar teknologi Nuklir sangat membantu terhadap kehidupan manusia, diantaranya teknologi
Nuklir bermanfaat bagi sarana pembantu penyembuhan kanker, pembangkit tenaga listrik,
diagnosa penyakit dan masih banyak lagi keuntungan lainya. Karena sifat tenaga nuklir yang
berbahaya dan menimbulkan bahaya radiasi juga dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia,
baik bagi pekerja sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Maka setiap kegiatan yang
berkaitan dengan tenaga nuklir harus ditangani oleh tenaga yang mempunyai kemampuan
dalam bidangnya. Selain tenaga-tenaga akademik yang berasal dari lulusan perguruan tinggi,
diperlukan juga tenaga-tenaga profesional untuk menangani atau mengelola kegiatan yang
berkaitan dengan tenaga nuklir.
Program Nuklir Indonesia memiliki tujuan dalam membangun dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir baik di bidang non-energi maupun di bidang energi untuk
tujuan kesejahteraan dan damai. Pemanfaatan non-energi di Indonesia sudah cukup
berkembang, sedangkan dalam bidang energi (pembangkit listrik), hingga tahun 2011
Indonesia masih berupaya mendapatkan dukungan publik, walaupun sudah dianggap kalangan
internasional bahwa Indonesia sudah cukup mampu dan sudah saatnya menggunakannya.
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia diawali dari
pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitas tahun 1954, lalu dengan
memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi
kesejahteraan masyarakat dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom
(LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Salah satu cabang ilmu nuklir yang berkembang pesat dalam bidang kedokteran. Ilmu
kedokteran nuklir memelajari proses fisiologi dan biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia
menggunakan perunut bertanda radioaktif (radiolabelled tracer) yang berasal dari disintegrasi
inti radionuklida buatan. Keunikan dalam prosedur penggunaan nuklir terletak pada
kemampuan suatu atom selama proses fisiologi dan biokimia pada tingkat sel dan molekul,
sehingga menurut Feinendegen (dalam Masjhur, 2000) mengungkapkan bahwa “nuclear
medicine make living body biochemically transparent”.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik dan ingin mengkaji lebih jauh seara
berfokus tentang perkembangan teknologi nuklir dalam bidang kesehatan. Penulis ingin menulis
salah satu makalah yang berjudul “Aplikasi Teknologi Nuklir dalam Bidang Kesehatan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang sesuai dengan makalah ini :

1) Bagaimana kajian umum tentang nuklir ?


2) Bagaimana kajian tentang prosedur penggunaan nuklir dalam teknologi kesehatan ?
3) Bagaimana kajian umum tentang manfaat dan resiko penggunaan nuklir ?
4) Bagaimana aplikasi teknologi nuklir dibidang kesehatan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kajian umum tentang nuklir.


2. Mendeskripsikan kajian tentang prosedur penggunaan nuklir dalam teknologi kesehatan.
3. Mendeskripsikan kajian umum manfaat dan resiko penggunaan nuklir.
4. Mendeskripsikan aplikasi teknologi nuklir dibidang kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nuklir

Pada tahun 1896 Henri Becquerel menyelidiki fosforensi dalam garam uranium. Saat itu
ditemukan sebuah fenomena baru yang kemudian disebut radioaktivitas. Pierre Curie dan Marie
Curie juga mulai menyelidiki fenomena itu. Dalam prosesnya, mereka menemukan elemen
radium, yang sangat radioaktif. Mereka menemukan bahwa bahan radioaktif menghasilkan sinar
yang intens dan menembus dari tiga jenis berbeda, yang mereka beri label alpha, beta, dan
gamma setelah tiga huruf Yunani pertama. Beberapa jenis radiasi ini dapat melewati materi
biasa, dan semuanya bisa berbahaya dalam jumlah besar. Semua peneliti awal menerima
berbagai luka bakar radiasi, seperti terbakar sinar matahari, dan tidak banyak memikirkannya.
Fenomena baru radioaktivitas dimanfaatkan oleh produsen obat (seperti halnya penemuan
listrik dan magnet), dan sejumlah obat paten dan perawatan yang melibatkan radioaktivitas
diajukan. Lambat laun disadari bahwa radiasi yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif, radiasi
pengionisasi, dan bahkan jumlah yang terlalu kecil untuk dibakar dapat menimbulkan bahaya
jangka panjang yang parah. Banyak ilmuwan yang bekerja di radioaktivitas meninggal karena
kanker akibat paparan radioaktivitas. Obat paten radioaktif sebagian besar menghilang, tetapi
aplikasi lain dari bahan radioaktif tetap ada, seperti penggunaan garam radium untuk
menghasilkan panggilan cepat pada meter.
Ketika atom lebih dipahami, sifat radioaktivitas menjadi lebih jelas. Beberapa inti atom
yang lebih besar tidak stabil, hal ini karena peluruhannya (melepaskan materi atau energi) setelah
interval acak. Tiga bentuk radiasi yang ditemukan Becquerel dan Curie juga lebih dipahami.
Peluruhan alfa terjadi ketika nukleus melepaskan partikel alfa yang merupakan dua proton dan
dua neutron, setara dengan nukleus helium. Peluruhan beta adalah pelepasan partikel beta,
elektron berenergi tinggi. Peluruhan gamma melepaskan sinar gamma, yang tidak seperti radiasi
alfa dan beta bukan masalah tetapi radiasi elektromagnetik frekuensi sangat tinggi, dan energi.
Jenis radiasi ini adalah yang paling berbahaya dan paling sulit diblokir. Ketiga jenis radiasi
terjadi secara alami pada unsur-unsur tertentu. Hal ini menjadi jelas bahwa sumber utama dari
sebagian besar energi terestrial adalah nuklir, baik melalui radiasi dari Matahari yang disebabkan
oleh reaksi termonuklir bintang maupun sumber energi utama panas bumi dari peluruhan
radioaktif uranium di dalam Bumi.
Secara umum teknologi nuklir adalah teknologi yang berhubungan dengan penggunaan,
pengelolaan, dan rekayasa inti atom (nuklir). Sebuah inti atom terdiri dari proton dan neutron
yang saling terikat sangat kuat. Gaya elektromagnet yang menyebabkan muatan, mencegah
proton membentuk ikatan tanpa neutron (gaya elektromagnetik tersebut akan menghancurkan inti
nuklir). Ketika neutron dan proton berada dalam jarak yang sangat dekat, ditahan oleh gaya
nuklir kuat. Gaya nuklir kuat ini sangat sangat kuat bila dibandingkan dengan gaya gravitasi atau
dengan gaya elektromagnet, akan tetapi karena gaya nuklir kuat ini hanya bekerja dalam jarak
yang sangat pendek (berlawanan dengan gaya gravitasi dan elektromagnet yang mempunyai
jangkauan tak terhingga), namun kita tidak dapat merasakannya dalam kehidupan sehari hari.
Hidrogen adalah satu-satunya unsur yang tidak mempunyai neutron dalam intinya; inti hidrogen
hanya terdiri 1 proton. Bentuk stabil dari helium, unsur teringan berikutnya, mempunyai 2 proton
dan 2 neutron. Sebagian besar unsur ringan stabil ketika mempunyai jumlah neutron dan proton
yang seimbang, tetapi semakin berat/besar suatu unsur ia akan membutuhkan lebih banyak
neutron untuk tetap terikat bersama.
Dalam konsep nuklir terdapat reaksi fisi dan fusi, adapun beberapa kajian terhadap reaksi
fisi dan fusi adalah sebagai berikut :
1) Fisi nuklir adalah proses pemisahan inti menjadi bagian yang kira-kira sama, dan melepaskan
energi dan neutron dalam proses tersebut. Jika neutron ini ditangkap oleh nukleus lain yang tidak
stabil akan terjadi fisi dan mengarah ke reaksi berantai. Ketika neutron ditangkap oleh nukleus
yang sesuai, fisi dapat terjadi segera, atau nukleus dapat bertahan dalam keadaan tidak stabil
untuk waktu yang singkat. Jika ada cukup pembusukan segera untuk melakukan reaksi berantai,
massa dikatakan kritis, dan pelepasan energi akan tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali,
biasanya mengarah ke ledakan.
Penggunaan fisi nuklir biasanya digunakan untuk pembangkit listrik, daya untuk kapal selam,
reaktor penelitian dalam produksi neutron, dan reaktor peranakan untuk produksi bahan bakar
nuklir dari isotop atom. Reaksi fisi yang diinduksi sebuah neutron diserap oleh inti uranium-235,
mengubahnya secara singkat menjadi inti uranium-236 yang tereksitasi, dengan energi eksitasi
yang disediakan oleh energi kinetik dari neutron ditambah kekuatan yang mengikat neutron.
Uranium-236, pada gilirannya, membelah menjadi elemen ringan yang bergerak cepat (produk
fisi) dan melepaskan sejumlah kecil neutron bebas. Pada saat yang sama, satu atau lebih sinar
gamma cepat juga diproduksi. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1 Reaksi Fisi Nuklir

2) Reaksi Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah reaksi di mana dua inti atom bergabung
membentuk satu atau lebih inti atom yang lebih besar dan partikel subatom (neutron atau
proton). Perbedaan dalam massa antara reaktan dan produk dimanifestasikan sebagai pelepasan
energi dalam jumlah besar. Perbedaan dalam massa ini muncul akibat perbedaan dalam energi
ikatan inti atom antara sebelum dan setelah reaksi. Fusi nuklir adalah proses yang memberikan
daya bagi bintang untuk bersinar. Proses fusi yang menghasilkan nukleus lebih ringan dari besi-
56 atau nikel-62 secara umum tidak akan melepaskan sejumlah energi bersih.
Elemen-elemen ini memiliki massa per nukleon terendah dan energi ikatan per nukleon tertinggi.
Fusi elemen-elemen ringan akan melepas energi, sedangkan fusi yang menghasilkan inti lebih
berat dari elemen ini, akan menghasilkan energi yang ditahan oleh nukleon yang dihasilkan
(reaksi endotermis). Penggabungan deuterium dengan tritium menciptakan helium-4,
membebaskan neutron, dan melepaskan 17,59 MeV sebagai energi kinetik produk sementara
jumlah massa yang sesuai menghilang, sesuai dengan kinetik E = Δmc2, di mana Δm adalah
penurunan massa total istirahat partikel sesuai pada gambar 2.2 sebagai berikut.
Gambar 2.2 Reaksi Fusi Nuklir
B. Prosedur Penggunaan Nuklir dalam Teknologi Kesehatan

Dalam perkembangannya PET (Positron Emission Tomography) merupakan salah satu


teknologi nuklir dalam kesehatan. Adanya tahap diagnosa pada pencitraan nuklir dalam
kesehatan menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif yang disebut radiotracers yang biasanya
disuntikkan ke dalam aliran darah, dihirup atau ditelan. Radiotracer bergerak melalui area yang
sedang diperiksa dan mengeluarkan energi dalam bentuk sinar gamma yang terdeteksi oleh
kamera khusus dan komputer untuk membuat gambar bagian dalam tubuh pasien. Pencitraan
nuklir memberikan informasi unik yang seringkali tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
prosedur pencitraan lain dan menawarkan potensi untuk mengidentifikasi penyakit pada tahap
paling awal. Pencitraan melarang pasien yang hamil dan menyusui, serta pasien yang
menggunakan perhiasan untuk memeriksakan penyakit maupun kondisi medisnya. Hal ini akan
berdampak pada tubuh dan hasil diagnosa pada pasien.
Pencitraan kedokteran nuklir menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif untuk
mendiagnosis, mengevaluasi, atau mengobati berbagai penyakit. Termasuk banyak jenis kanker,
penyakit jantung, gangguan pencernaan, endokrin atau neurologis dan kelainan lainnya. Karena
ujian kedokteran nuklir dapat menunjukkan aktivitas molekuler, radiotracer memiliki potensi
untuk mengidentifikasi penyakit pada tahap paling awal. Radiotracers adalah molekul yang
terhubung dengan, sejumlah kecil bahan radioaktif yang dapat dideteksi pada pemindaian PET.
Radiotracers terakumulasi dalam tumor atau daerah peradangan.
Radiotracer juga dapat mengikat protein spesifik dalam tubuh. Radiotracer yang paling
umum digunakan adalah 18F (fluorodeoxyglucose/FDG), molekul yang mirip dengan glukosa.
Sel-sel kanker lebih aktif secara metabolik dan dapat menyerap glukosa pada tingkat yang lebih
tinggi. Tingkat yang lebih tinggi ini dapat dilihat pada pemindaian PET. Ini memungkinkan
dokter Anda mengidentifikasi penyakit sebelum dapat dilihat pada tes pencitraan lainnya. FDG
hanyalah satu dari banyak radiotracers yang digunakan atau sedang dalam pengembangan.
Hasil pencitraan pada jantung biasanya berguna dalam 1) memvisualisasikan aliran dan
fungsi darah jantung (seperti pemindaian perfusi miokard), 2) mendeteksi penyakit arteri koroner
dan tingkat stenosis koroner, 3) nilai kerusakan pada jantung setelah serangan jantung, 4)
mengevaluasi opsi perawatan seperti operasi bypass jantung dan angioplasty, 5) mengevaluasi
hasil prosedur revaskularisasi (pemulihan aliran darah), 6) mendeteksi penolakan transplantasi
jantung, dan 7) mengevaluasi fungsi jantung sebelum dan sesudah kemoterapi. Hal ini juga dapat
diterapkan dalam organ paru-paru, ginjal, tulang, otak, serta penyakit kanker yang dapat
digunakan untuk mendeteksi 1) stadium kanker dengan menentukan keberadaan atau penyebaran
kanker di berbagai bagian tubuh, 2) melokalisasi kelenjar getah bening sentinel sebelum operasi
pada pasien dengan kanker payudara atau tumor kulit dan jaringan lunak, dan 3) mendeteksi
kekambuhan kanker, serta 4) mendeteksi tumor langka pankreas dan kelenjar adrenal.
Teknologi nuklir juga menawarkan prosedur terapeutik, seperti terapi radioaktif yodium
(131I) yang menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif untuk mengobati kanker dan kondisi
medis lainnya yang mempengaruhi kelenjar tiroid, serta perawatan untuk kanker dan kondisi
medis lainnya. Radioimmunotherapy (RIT) adalah perawatan kanker khusus yang
menggabungkan terapi radiasi dengan kemampuan penargetan imunoterapi, perawatan yang
meniru aktivitas seluler dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam imunoterapi, molekul yang
diproduksi laboratorium yang disebut antibodi monoklonal direkayasa untuk mengenali dan
mengikat permukaan sel kanker. Antibodi monoklonal meniru antibodi yang diproduksi secara
alami oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang zat asing, seperti bakteri dan virus.
Dalam RIT, antibodi monoklonal dipasangkan dengan bahan radioaktif. Ketika
disuntikkan ke dalam aliran darah pasien, antibodi tersebut bergerak ke dan mengikat sel-sel
kanker, yang memungkinkan radiasi dosis tinggi dikirim langsung ke tumor. Dalam terapi
yodium-131 MIBG untuk neuroblastoma, radiotracer diberikan melalui injeksi ke dalam aliran
darah. Radiotracer berikatan dengan sel kanker yang memungkinkan radiasi dosis tinggi
dikirimkan ke tumor.
C. Manfaat dan Resiko Penggunaan Nuklir

Dalam perkembangan nuklir sampai saat ini di bidang teknologi sudah sangat kompleks.
Adapun beberapa kebermanfaatan nuklir sebagai berikut :
1) Pembangkit listrik, energi nuklir dihasilkan oleh reaksi berantai nuklir yang dikendalikan yang
menghasilkan panas dan yang digunakan untuk merebus air, menghasilkan uap, dan
menggerakkan turbin uap. Turbin digunakan untuk menghasilkan listrik dan melakukan
pekerjaan mekanis.
2) Kesehatan di bidang kedokteran, Pencitraan menggunakan radiasi pengion terbesar adalah
radiografi medis untuk membuat gambar bagian dalam tubuh manusia menggunakan sinar-X.
Sinar-X adalah sumber buatan paparan radiasi terbesar bagi manusia. Adapun dalam
pengembangannya nuklir dalam bidang kesehatan bisa berupa diagnosis dari PET (Positron
Emission Tomography) dan terapi radioaktif yodium (131I) yang menggunakan sejumlah kecil
bahan radioaktif untuk mengobati kanker.
3) Bidang Industri, Sinar-X dan sinar gamma digunakan dalam radiografi industri untuk
membuat gambar bagian dalam produk padat, sebagai alat pengujian dan inspeksi yang tidak
merusak. Potongan yang akan di-radiografi ditempatkan di antara sumber dan film fotografi
dalam kaset. Setelah waktu pemaparan tertentu, film dikembangkan dan menunjukkan cacat
internal material.
 Gauges menggunakan hukum serapan eksponensial sinar gamma.
 Pelacak radioaktif dengan isotop radioaktif berperilaku, secara kimiawi, sebagian besar
seperti unsur tidak aktif, perilaku zat kimia tertentu dapat diikuti dengan melacak
radioaktivitas.
 Eksplorasi minyak dan gas untuk pemboran sumur, nuklir digunakan untuk membantu
memprediksi kelayakan komersial dari sumur baru atau yang sudah ada. Teknologi ini
melibatkan penggunaan sumber neutron atau sinar gamma dan detektor radiasi yang
diturunkan menjadi lubang bor untuk menentukan sifat-sifat batuan sekitarnya seperti
porositas dan litografi.
 Konstruksi Jalan, sebagai alat pengukur kelembaban / kerapatan nuklir digunakan untuk
menentukan kepadatan tanah, aspal, dan beton. Biasanya sumber atom cesium-137
digunakan untuk hal ini.
4) Detektor asap, detektor asap ionisasi termasuk massa kecil radioaktif americium-241, yang
merupakan sumber radiasi alfa. Dua ruang ionisasi ditempatkan bersebelahan. Keduanya
mengandung sumber kecil 241Am yang menimbulkan arus konstan kecil. Satu tertutup dan
berfungsi untuk perbandingan, yang lain terbuka untuk udara sekitar; ia memiliki elektroda grid.
Ketika asap memasuki ruang terbuka, arus terganggu ketika partikel-partikel asap menempel
pada ion yang bermuatan dan mengembalikannya ke keadaan listrik netral. Ini mengurangi arus
di ruang terbuka. Ketika arus turun di bawah ambang batas tertentu, alarm dipicu sehingga
menjadi sebuah pendeteksi.
5) Iradiasi makanan yang merupakan proses memaparkan makanan terhadap radiasi pengion
untuk menghancurkan mikroorganisme, bakteri, virus, atau serangga yang mungkin ada dalam
makanan. Sumber radiasi yang digunakan termasuk sumber sinar gamma radioisotop, generator
sinar-X dan akselerator elektron. Aplikasi lebih lanjut termasuk penghambatan kecambah,
keterlambatan pematangan, peningkatan hasil jus, dan perbaikan hidrasi ulang.
Berdasarkan beberapa manfaat nuklir diatas, namun terdapat resiko atau efek samping
penggunaan teknologi nuklir adalah sebagai berikut :
1) Dampak biologis bagi kesehatan seseorang yang sering terpapar radioaktif seperti rusaknya
sel-sel tubuh, gangguan tumbuh kembang anak, dan kerusakan jaringan kulit.

2) Dampak bagi lingkungan, seperti kejadian di Fukushima atau Chernobyl melepaskan sejumlah
besar radiasi pada masyarakat sekitar, memaksa ratusan ribu orang mengungsi dan beberapa
korban jiwa.
3) Penyalahgunaan fungsi reaksi nuklir sebagai bahan peledak pada bom atom Nagasaki dan
Hiroshima yang menyebabkan korban jiwa.

D. Aplikasi Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan

Peran aplikasi nuklir dalam mengembangkan sejumlah peralaatn medis dan produk
kesehatan untuk menangani berbagai penyakit adalah Kamera Gamma, Renograf dan Thyroid
Uptake, Radiofarmaka I-131 Hippuran, Biomaterial untuk Keperluan Klinis, Mo-99/Tc-99
Generator dan I-131 Oral Solution.
1) Kamera Gamma. Digunakan dalam penelitian kanker payudara dan kanker prostat dan
keperluan riset penyakit lainnya yang menyangkut jantung, tulang, otak, fungsi ginjal dan lain
sebagainya. Keunggulannya, dapat memberikan informasi fisiologis sehingga jika terjadi
kelainan fisiologi dapat segera diketahui. Tingkat akurasi yang tinggi dan waktu analisis yang
cepat. Harga jauh lebih murah dibanding produk impor.
A. Prinsip Dasar dan Sejarah Gamma Camera
Gamma camera adalah camera yang di gunakan pada medical diagnostic imaging,yang
digunakan untuk melacak radiofarmaka yang telah disuntikan kedalam tubuh manusia. .Gamma
camera merupakan alat kedokteran nuklir yang menggunakan teknik scintigraphy. Yaitu teknik
yang menggunakan scintillation counter atau detector sejenis untuk menditeksi tracer radioactive
guna menghasilkan citra suatu organ atau fungus organ tersebut.
Gamma camera digunakan untuk melakukan scanning pada otak, tiroid, paru-paru, hati,
ginjal, empedu, dan kerangka tulang. Image yang tampak pada gamma camera dihasilkan oleh
pancaran radiofarmaka yang di injeksikan ke dalam tubuh pasien. Radiofarmaka yang sering
digunakan adalah technetium 99m, alasan digunakanya radiofarmaka ini karena Tc-99m
memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 6 jam. Berikut adalah beberapa radiofarmaka yang
digunakan pada kedokteran nuklir adalah :
1) I-125 memiliki waktu paruh 60,1 hari dengan energi pancaran 0,035 MeV
2) I-135 memiliki waktu paruh 8 hari dengan energi pancaran Radiasi beta 0,61 MeV Dan
energi Radiasi gamma 0,08-0,7 MeV
3) P-32 memiliki waktu paruh 14,3 hari dengan energi pancaran 1,7 MeV

B. Komponen Dasar Gamma Camera


Gamma camera memiliki komponen dasar yang terdiri dari :
1) Kolimator
Dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana untuk memfokuskan sinar gamma ke
detektor. Untuk itu diperlukan kolimator yang terbuat dari timbal yang berisikan pipa-pipa kecil
yang disebut dengan septa, dimana arah dari pipa-pipa ini tergantung dari jenis kolimator. Ada 4
jenis kolimator :
a) Paralel Hole kolimator. Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang
parallel dengan detektor. Alat ini menekan hampir semua sinar gamma yang tidak paralel dengan
lubang detector yang tidak mempunyai sistem focusing. Resolusi yang terbaik adalah meletakan
objek sedekat mungkin dengan detektor.

b) Konverging Kolimator. Terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang yang
memusat dari detektor ke objek. Kolimator ini dapat digunakan untuk objek yang terletak pada
bagian dalam tubuh. Dua objek yang sama mempunyai kedalaman yang berbeda dan akan
diproyeksikan secara berbeda.
c) Diverging Kolimator. Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang yang
memusat dari objek ke detektor. Sensitifitas kolimator akan berkurang bila jarak kolimator ke
objek diperbesar. Objek yang lebih besar dari ukuran kolimator dapat dideteksi tanpa terpotong.
d) Pin Hole Kolimator. Mempunyai bentuk kerucut. Mempunyai sebuah lubang dengan jarak
yang tetap dari objek ke detektor. Kolimator ini biasa digunakan untuk objek yang sangat kecil,
misal kelenjar tyroid.

Gambar 1.1. Jenis-jenis Kolimator


Dengan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipa-pipa dapat melalui
kolimator dan menumbuk detektor. Karenanya kolimator dalam menjalankan fungsinya adalah
dengan mengabsorbsi dan menghalangi radiasi photon yang datang diluar bidang tertentu yang
berhadapan dengan permukaan detektor.
2) Detektor
Detektor terdiri dari scintilasi kristal yang diletakkan di belakang kolimator, terbuat dari
Natrium Iodida kristal ditambah Thalium. Fungsi utama kristal ini ialah untuk mengubah sinar
gamma menjadi photon.
Semakin luas ukuran bidang kristal semakin luas pula bidang pencitraan yang dimiliki kamera
gamma.
Gambar 1.2. Detector
3) Photo Multiplier Tube (PMT)
PMT berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal elektrik secara terukur. PMT
ditempatkan dibagian belakang kristal NaI dan berjumlah banyak serta tersusun dalam suatu
konfigurasi. PMT dihubungkan dengan kristal secara optis dengan bahan silicon-like materials.

Gambar 1.3. Photo Multiplier Tube (PMT)


4) Cathode Ray Tube (CRT)
Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi 3 signal X, Y, Z. spatial
coordinates X dan Y sebagai sumbu , dan komponen Z sebagai parameter besarnya energi yang
masuk dalam kristal detektor dan diproses oleh PHA.
5) Pulse Height Analyzer (PHA)
PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang signal-signal radiasi yang berasal dari
sinar hambur atau radiasi lain dari hasil interferensi isotop, sehingga hanya foton yang berasal
dari photopeak yang dikehendaki yang dicatat. PHA akan melakukan pemilahan terhadap signal-
signal tersebut, selanjutnya meneruskan signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer,
sedang yang tidak sesuai ditolak. PHA mampu melakukan fungsi tersebut karena energi yang
diterima oleh detektor akan diubah menjadi signal skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan
voltage signal yang dikeluarkan oleh PMT.
C. Prinsip Pembentukkan Gambar Gamma Kamera
Pada prinsipnya alat/ pesawat kedokteran nuklir hanya digunakan sebagai detector, yaitu
menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif dalam tubuh dan merubahnya
menjadi data yang dapat dilihat sebagai angka angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan
pencitraan kedokteran nuklir memerlukan gamma kamera yang mempunyai detector dalam
jumlah banyak. Satu gamma kamera terdiri dari kolimator, detector, Photo Multiplier Tube ,
Catode Ray Tube , Pulse Height Analizer.

Gambar 1.4. Skema kerja Gamma Kamera

Sinar gamma yang telah melewati kolimator akan menumbuk detector yang terbuat dari
Natrium Iodida kristal plus Thalium. NaI . Tumbukan antara sinar gamma dan detector akan
menyebabkan terjadinya efek photo elektrik, sehingga menghasilkan pulsa cahaya flourosensi
yang intensitasnya proporsional dengan kandungan energy gamma yang bersangkutan.
Gambar 1.5. Gambar sisi sebelah kiri ilustrasi gambaran dari dua titik sumber radiasi tanpa
menggunakan kolimator. Gambar sisi sebelah kanan ilustrasi gambaran dari dua titik sumber
radisi menggunakan kolimator.
Pulsa pancaran cahaya yang dihasilkan pada detector kemudian dideteksi dan dikuatkan
oleh setiap PMT di sepanjang permukaan belakang kristal, PMT mengubah pulsa cahaya
menjadi suatu sinyal listrik dengan bearan suatu pulsa cahaya dengan besaran yang dapat diukur.
Signal- signal yang sesuai akan diteruskan ke system computer sedangkan yang tidak sesuai akan
ditolak. Sinyal sinyal analog X,Y dan Z yang telah dihasilkan pada proses sebelumnya akan
diproses oleh kartu antarmuka agar dapat diolah lebihh lanjut oleh computer. Sinyal- sinyal
analog X dan Y akan diubah menjadi angka- angka digtal oleh Digital to Analog Converter .

2) Renograf dan Thyroid Uptake. Renograf XP USB merupakan alat periksa fungsi ginjal
berbasis teknik nuklir yang dioperasikan dengan sistem komputer. Alat ini telah tervalidasi
dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional. Sedangkan
Thyroid Uptake merupakan perangkat diagnostik uji tangkap kelenjar gondok atau thyroid up-
take diagnostic secara in vivo. Fungsi alat ini untuk mempelajari kecepatan kelenjar gondok
dalam mengakumulasi dan melepaskan iodium sebagai komponen pembentukan hormon
tiroksin. Perunut yang dipakai adalah isotop Iodium-131 (I-131) yang diberikan ke pasien.
Gambar 2. Gambar Renograf dan Thyroid Uptake

3) Radiofarmaka I-131 Hippuran. Hippuran 131 mempunyai waktu paruh selama 8,04 hari dan
memancarkan energi gamma sebesar 364,48 keV. Digunakan untuk pemindaian tulang dan
pemeriksaan fungsi ginjal. I-131 Hippuran saat ini diproduksi oleh Batan bersama PT. Inuki
(Persero) dengan produksi rata2 100 mCi/minggu atau 400 mCi/bulan. Total produksi dalam satu
tahun sekitar 4.800 mCi I-131 Hippuran. Jika ditinjau dari pasien ginjal yang meningkat dari
tahun ke tahun, kebutuhan Hipuran I-131 jumlahnya cukup besar. Namun hal ini harus diimbangi
dengan penyebaran alat Renograf yang menggunakan hipuran tersebut. Penyebaran Renograf
yang mulai diproduksi oleh pihak swasta harus bisa menembus wilayah yang membutuhkan alat
tersebut khususnya di daerah yang mempunyai kasus penyakit ginjal cukup tinggi.

4) Biomaterial untuk Keperluan Klinis, berupa allograf tulang manusia (Allograft berasal dari
donor dari spesies yang sama, yang dapat berupa tulang segar/beku, beku-kering atau
demineralisasi tulang beku-kering), xenograft/graf tulang sapi (Xenograft diperoleh dari spesies
lain dan banyak digunakan dalam aplikasi regeneratif periodontal klinis. Bahan alloplastic
termasuk keramik dan polimer dan alami atau sintetis), dan membran amnion. Berdasarkan data
tahun 2014 nilai kapitalisasi impor biomaterial dibutuhkan 1,4 juta pcs bahan biomaterial.
Kebutuhan ini meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya kasus penyakit
seperti kanker tulang, periodentitis, patah tulang dan trauma pada mata.

Gambar 3. Biomaterial untuk keperluan klinis

5) Mo-99/Tc-99 Generator dan I-131 Oral Solution. Batan bersama PT Inuki telah mampu
memproduksi untuk mencukupi kebutuhan nasional, bahkan melakukan ekspor di beberapa
negara di Asia (Malaysia, Vietnam, China, Bangladesh, Korea, Jepang, dan Philipina). Harga
produk Batan dan PT Inuki jauh lebih murah dibanding produk negara lain. Kebutuhan dalam
negeri untuk Tc-99 Generator sekitar 500 unit. Kebutuhan I-131 Oral Solution adalah 90.000
mCi/tahun. Sedangkan kebutuhan Mo-99 untuk Asia sebesar 1.200 Ci/tahun. Sementara
kebutuhan dunia akan radioisotop ini juga semakin meningkat.

Disamping kelima produk kesehatan tersebut di atas, BATAN (Badan Tenaga Nuklir
Nasional) juga mengaplikasi radiasi sinar gamma dari iradiator untuk mensterilkan beberapa alat
dan produk kesehatan seperti jarum suntik, sarung tangan bedah, kateter, dan hemodialiser atau
alat pencuci darah. Selain itu, sterilisasi juga dilakukan terhadap bahan jaringan dan jaringan
biologi yang kemudian di simpan di Bank Jaringan. Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan
energi radiasi yang tinggi guna membunuh mikroba seperti bakteri, jamur (kapang), atau virus.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1) Secara umum rekayasa inti atom (nuklir) merupakan rekayasa sebuah inti atom terdiri
dari proton dan neutron yang saling terikat sangat kuat. Gaya elektromagnet yang
menyebabkan muatan, mencegah proton membentuk ikatan tanpa neutron (gaya
elektromagnetik tersebut akan menghancurkan inti nuklir).
2) Secara umum prosedur penggunaan nuklir dalam bidang kesehatan berupa diagnosa
dengan PET (Positron Emission Tomography). Adanya tahap diagnosa pada pencitraan
nuklir dalam kesehatan menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif yang disebut
radiotracers yang biasanya disuntikkan ke dalam aliran darah, dihirup atau ditelan.
Radiotracer bergerak melalui area yang sedang diperiksa dan mengeluarkan energi
dalam bentuk sinar gamma yang terdeteksi oleh kamera khusus dan komputer untuk
membuat gambar bagian dalam tubuh pasien. Selain itu juga pada tahapan terapi
radioaktif yodium (131I) yang menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif untuk
mengobati kanker dan kondisi medis lainnya yang mempengaruhi kelenjar tiroid, serta
perawatan untuk kanker dan kondisi medis lainnya.
3) Manfaat teknologi nuklir dalam kehidupan cukup kompleks yaitu a) pembangkit listrik,
energi nuklir, b) kesehatan di bidang kedokteran c) bidang Industri d) eksplorasi minyak
dan gas untuk pemboran sumur, e) konstruksi jalan, , f) detektor asap, dan g) iradiasi
makanan. Pemanfaatan energi nuklir juga dapat menyebabkan dampak buruk bagi
kehidupan manusia dan lingkungan apabila disalahgunakan atau tidak digunakan dengan
hati hati.
4) Peran aplikasi teknologi nuklir dalam mengembangkan sejumlah peralatan medis dan
produk kesehatan untuk menangani berbagai penyakit, yaitu : Kamera Gamma,
Renograf dan Thyroid Uptake, Radiofarmaka I-131 Hippuran, Biomaterial untuk
Keperluan Klinis, Mo-99/Tc-99 Generator dan I131 Oral Solution. pemanfaatan energi
nuklir juga dapat menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan manusia dan lingkungan
apabila disalahgunakan atau tidak digunakan dengan hati hati.
B. SARAN

Penulis menyadari bahwa hasil dari makalah ini jauh dari kata sempurna, dan masih ada
tujuan yang belum terpenuhi. Maka dari itu, sekiranya dapat memberikan masukan yang bersifat
mendukung. Sehingga pada pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih disempurnakan dan
memenuhi tujuan penulisan sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Bhardwaj, R., Meer, A. V, D., Das. S. K., Bruin, M. D., Gascon, J., Wolterbeek, H. T.,
Denkova, A. G., & Crespo. P.S. 2017. Separation of nuclear isomers for cancer
therapeutic radionuclides based on nuclear decay aftereffects. Department of
Radiation Science and Technology. 44242 (7) : 1-8. Tersedia pada
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.

Dwi Bondan, Panular,dkk. 2014. KAJIAN PEMANFAATAN RADIOFARMAKA


TECHNETIUM-99m DTPAPADA INDIKASI KELAINAN GINJAL DENGAN
MENGGUNAKAN KAMERA GAMMA. Jurnal Berkala Fisika, 7 (3) : 97 – 102.

Ferguson, C. D. 2011. Nuclear Energy: What Everyone Needs to Know. Oxford University
Press. Inc

https://www.eia.gov/energyexplained/nuclear/nuclear-power-and-the-environment.php

Johansson B, Grepe A, Wannfors K, Hirsch J. Sebuah studi klinis tentang perubahan volume
cangkok tulang pada rahang atas yang atrofi. Dentomaxillofac Radiol. 2001; 30 :157–61.
doi: 10.1038/sj.dmfr.4600601.

Masjhur, J. S. 2000. Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan masa kini. Indonesian
Journal of Nuclear Science Technology. 1 (2) : 29-42. Tersedia pada
www.googleschoolar.com.

McHugh, C. I., Thirpparthi, M. R., Lawhorn, J. M., Polin, L., Gadgeel, S. Akoury, J., Mangner,
T. J., Douglas, K. A., Li, J., Ratnam, M., & Shields, A. F. 2018. Using radiolabeled
3’-Deoxy-3’-18F-Flourothymidine with PET to monitor the effect of dexamethasone on
non-small cell lung cancer. The Journal of Nuclear Medicine. 59 (10) : 1544-1550.
Tersedia pada www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.
Soeranto, H. 2003. Peran IPTEK nuklir dalam pemulian tanaman untuk mendukung industri
pertanian. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi-Batan. 0216(3128): 308-316.
Tersedia pada www.batan.go.id.

Suhariyono, G. 2006. Perkembangan tenaga nuklir di dunia. Buletin Alara-Informasi


IPTEK. 7(3): 102-112. Tersedia pada www.issn.com.

Anda mungkin juga menyukai