Anda di halaman 1dari 2

1) pemilihan struktur perkerasan maka sebelumnya dikonversikan menjadi 14 cm dengan AC-WC = 6 cm

harus dilakukan perhitungan CESAL4 terlebih dan AC-BC = 8 cm


dahulu. Berdasarkan hasil perhitungan CESAL 4
diperoleh nilai CESAL4 16,42 x 106 kemudian
disesuaikan dengan Tabel 2.7. Berdasarkan Tabel
2.7 nilai CESAL4 termasuk ke dalam range nilai 0,1
sampai 4 dengan jenis struktur perkerasan AC-BC
normal yang dijadikan opsi utama pemilihan
strruktur perkerasan.
2) Lendutan Pemicu untuk Overlay dan Rekonstruksi:
Berdasarkan Lampiran 5 lendutan pemicu dan
rekonstruksi maka diperoleh nilai CESAL5 > 1
sampai 2 ESA5 yang disesuaikan dengan nilai Gambar 7. Tipikal Cross Section Skala 1:100
CESAL5 yang didapatkan yaitu 23,59 × 106
kend/tahun. Kemudian jenis lapisan permukaan
yaitu AC atau HRS yang didapatkan dari 

 

C
L
pemilihan struktur perkerasan, dengan lendutan 

 


 


 
 

 
 

 



pemicu untuk overlay (lendutan pemicu 1) dan 



lendutan pemicu untuk investigasi rekonstruksi
(lendutan pemicu 2) adalah > 1,16 dan > 1,50 mm
yang disesuaikan dengan hasil kurva lendutan
balik terkoreksi benkelman beam sebesar 1,252 Gambar 8. Detail Tipikal Cross Section Skala 1:50
mm.
Penetuan Tebal Overlay: Penentuan tebal overlay
ditentukan berdasarkan Gambar 2.1 untuk solusi
overlay berdasarkan lendutan balik benkelman beam I. KESIMPULAN
yang telah dikoreksi. Cara menentukannya yaitu
A. Kesimpulan
dengan memasukkan nilai lendutan karakteristik
maksimum dan beban lalu lintas desain ESA, tebal Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
overlay diperoleh pada sumbu vertikal. Hasil tebal bahwa tebal lapis tambah (overlay) tidak dapat
overlay ditunjukkan pada Gambar 6 ditentukan dengan menggunakan grafik solusi overlay
berdasarkan lendutan karakteristik maksimum dan
beban lalu lintas ESA untuk kriteria retak alur (rutting)
Tebal overlay yang dperoleh untuk menanggulangi
penurunan kualitas perkerasan di ruas Jalan Isimu -
Paguyaman sebesar 140 mm atau 14 cm dengan rincian
AC-WC = 6 cm dan AC-BC = 8 cm

B. Saran
1) Sebaiknya pengambilan data LHR minimal 7 × 24 jam
sesuai dengan manual desain perkerasan 2017:
2) Perlunya memperhatikan metode yang digunakan untuk
memperoleh hasil yang spesifik. Mengingat perencanan
overlay tebal perkerasan sangat berpengaruh terhadap
metode yang digunakan:
3) Perlu dilakukannya penelitian kembali untuk musim
Gambar 6. Hasil tebal overlay
kemarau apabila penelitian dilakukan pada musim
• Berdasarkan Nilai IRI rata-rata yakni 8 dengan penghujan. Hal ini dimaksudkan untuk dijadikan
perbandingan hasil lendutan di masing-masing musim:
tebal overlay = 6.00cm
• Berdasarkan Pemeriksaan Fatique Pd-T-05-2005 = 4) Perlu dilakukan studi pengembangan mengenai desain
14.46 overlay tebal perkerasan dengan menggunakan alat
• Berdasarkan Grafik Gambar 6.1, 6.3 & 6.4 Overlay falling weight deflectometer untuk dijadikan sebagai hasil
Lendutan Balik BB = 0.00 perbandingan desain tebal overlay:
Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh tebal overlay 5) Disarankan untuk terlebih dahulu melakukan pengujian
yang digunakan pada ruas Jalan Isimu - Paguyaman dengan DCP (Dynamic Cone Penotrometer) untuk
(STA 17+100 - STA 18+100) sebesar 140 mm yang mengetahui jenis kepadatan dan kekuatan tanah pada
lokasi konstruksi jalan untuk memeastikan daya dukung
tanah sugrade yang memadai dalam menarima beban [12] AASHTO, 1993 Guide For Design of Pavement
yang ada: Structures, USA Pedoman Perencanaan
6) Pada perencanaan overlay tebal perkerasan yang ada di Perkerasan Lentur. Pt T- 01-2002 B
Provinsi Gorontalo khususnya jalan nasional sebaiknya
menggunakan alat benkelman beam atau falling weight
deflectometer dalam mendesain tebal overlay, karena di
wilayah Provinsi Gorontalo masih kurangnya
penggunaan alat tersebut:

DAFTAR PUSAKA
[1] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Cara Uji
Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat
Benkelman Beam SNI 2416-2011,Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
[2] Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Tata cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[3] Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen, Pedoman
Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[4] Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metode Lendutan pd T-05-2005-
B, Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[5] Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi
Umum Tahun 2010 Devisi 6 Tentang
Perkerasan Aspal, Pedoman Konstruksi dan
Bangunan, Jakarta.
[6] Hardiyatmo, Hary Christady. 2015. Pemeliharaan
Jalan Raya. Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.
[7] Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
Raya. Bandung. Badan Penerbit Nova.
[8] Oktori, Rozi. 2011. Evaluasi Tingkat Pelayanan
Jalan Dan Tebal Perkerasan Lentur Pada Ruas
Jalan Srandakan – Toyan Dari Km 0+000 Sampai
Dengan Km 5+000. Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
[9] Chaidir, Novel. 2007. Perencanaan Tebal lapis
Tambahan ( overlay ) dan Analisis Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode Benklemean
Beam. Studi kasus Yogyakarta – Parangtritis
[10] Syam, Iskandar M. A. 2007. Perencanaan Tebal
Lapis Tambahan (overlay) dan Analisis Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode Benkleman
Beam. Studi kasus Jalan Yogyakarta – Bantul.
[11] Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai