merupakan jalan arteri dengan tipe 2 lajur 2 arah (2/2 lalu lintas harian (LHR), kedua data tersebut dianalisis
UD) dengan waktu selama 1 minggu menggunakan metode Manual Desain Perkerasan Jalan
2017 (MDP 2017). Tahapan-tahapan dalam menganalisa
kedua data tersebut meliputi:
1) Menentukan umur rencana:
2) Menghitung volume lalu lintas:
3) Menghitung beban sumbu standar transportasi
(CESAL):
4) Menentukan pemicu penanganan:
5) Menentukan jenis lapis permukaan:
6) Menentukan tebal lapis tambah (overlay):
D. Tahapan Penenlitian
Gambar 3. Lokasi Penelitian
NO JENIS LHR LHR VDF 4 VDF 4 VDF 5 VDF 5 ESA 4 ESA 4 ESA 5 ESA 5
KLASIFIKASI LHR Tahun 2021 (i)
. KENDARAAN 2023 2024 FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL
Nor Oppos
Lama Alt Total 2 3
mal ite
- Sepeda motor,
1 1 1 15578 15578 31156 4.75% 34186 35810
skuter, roda 3
-
Sedan/Angkot/Pic
2 2,3,4 2,3,4 7488 7488 14976 4.75% 16433 17213
k up / Station
Wagon
3 5a 5a - Bus kecil 2 2 4 4.75% 4 5
4 5b 5b - Bus Besar 22 22 44 4.75% 48 51 1.20 1.20 1.30 1.30 52.80 60.69 57.20 65.74
- Truk 2 sumbu
5 6a.1 6.1 0 0 0 4.75% 0 0 0.50 0.50 0.40 0.40 0.00 0.00 0.00 0.00
cargo ringan
- Truk 2 sumbu
6 6a.2 6.2 23 23 46 4.75% 50 53 0.50 0.50 0.40 0.40 23.00 26.44 18.40 21.15
ringan
- Truk 2 sumbu
7 6b1.1 7.1. 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
cargo sedang
- Truk 2 sumbu
8 6b1.2 7.2 1148 1148 2296 4.75% 2519 2639 2.40 0.90 4.70 0.80 5510.40 2375.07 10791.20 2111.17
sedang
- Truk 2 sumbu
9 6b2.1 8.1 berat muatan 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
umum
- Truk 2 sumbu
10 6b2.2 8.2 berat (tanah, 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
pasir.besi, semen)
- Truk 3 sumbu
11 7a.1 9.1 0 0 0 4.75% 0 0 9.20 2.10 16.10 2.40 0.00 0.00 0.00 0.00
ringan
- Truk 3 sumbu
12 7a.2 9.2 64 64 128 4.75% 140 147 13.80 4.40 26.80 5.60 1766.40 647.33 3430.40 823.87
sedang
- Truk 3 sumbu
13 7a.3 9.3 0 0 0 4.75% 0 0 13.80 4.40 26.80 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00
berat
- Truk 2 sumbu dan
14 7b 10 gandengan 2 0 0 0 4.75% 0 0 13.80 4.40 26.80 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 4
15 7c.1 11 0 0 0 4.75% 0 0 16.70 6.40 29.10 8.10 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 5
16 7c2.1 12 63 63 126 4.75% 138 145 16.80 5.90 31.30 7.40 2116.80 854.45 3943.80 1071.68
sumbu
- Semi Trailler 5
17 7c2.2 13 0 0 0 4.75% 0 0 31.90 5.00 64.40 5.90 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 6
18 7c.3 14 0 0 0 4.75% 0 0 31.90 5.00 64.40 5.90 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Kendaraan tak
19 31 31 62 4.75% 68 71
bermotor
JUMLAH 9469 3963 18241 4093
B. Hasil Perhitungan Cumulative Equivalent Single 5B sampai 6B, sedangkan untuk pangkat 5 diperoleh
Axle Load 1.3, 0.4, 4.7 dan 0.80. Kedua nilai VDF ini nantinya akan
Nilai vehicle damage factor pangkat 4 diperoleh digunakan pada perhitungan CESAL4 dan CESAL5.
nilai 1.20, 0.5, 2.4 dan 0.9 untuk transportasi golongan
D. Hasil Analisis Tebal Lapis Tambah Perkerasan dahulu. Berdasarkan hasil perhitungan CESAL 4
Lentur (Overlay) diperoleh nilai CESAL4 16,42 x 106 kemudian
1) Penentuan Umur Rencana: Penentuan umur disesuaikan dengan Tabel 2.7. Berdasarkan Tabel
rencana merupakan tahapan pertama dalam 2.7 nilai CESAL4 termasuk ke dalam range nilai 0,1
mendesain tebal lapis tambah overlay. Umur sampai 4 dengan jenis struktur perkerasan AC-BC
rencana ditentukan berdasarkan kriteria beban normal yang dijadikan opsi utama pemilihan
lalu lintas yang diperoleh dari perhitungan strruktur perkerasan.
CESAL4 overlay merupakan pekerjaan 3) Lendutan Pemicu untuk Overlay dan Rekonstruksi:
peningkatan kualitas jalan maka dari itu umur Berdasarkan Lampiran 5 lendutan pemicu dan
rencana yang sesuai adalah 10 tahun. rekonstruksi maka diperoleh nilai CESAL5 > 1
2) Pemilihan Struktur Perkerasan: Cara menentukan sampai 2 ESA5 yang disesuaikan dengan nilai
pemilihan struktur perkerasan maka sebelumnya CESAL5 yang didapatkan yaitu 23,59 × 106
harus dilakukan perhitungan CESAL4 terlebih kend/tahun. Kemudian jenis lapisan permukaan
yaitu AC atau HRS yang didapatkan dari
pemilihan struktur perkerasan, dengan lendutan
pemicu untuk overlay (lendutan pemicu 1) dan
lendutan pemicu untuk investigasi rekonstruksi
(lendutan pemicu 2) adalah > 1,16 dan > 1,50 mm
yang disesuaikan dengan hasil kurva lendutan Gambar 8. Detail Tipikal Cross Section Skala 1:50
balik terkoreksi benkelman beam sebesar 1,252
mm.
Penetuan Tebal Overlay: Penentuan tebal overlay
ditentukan berdasarkan Gambar 2.1 untuk solusi II. KESIMPULAN
overlay berdasarkan lendutan balik benkelman beam
A. Kesimpulan
yang telah dikoreksi. Cara menentukannya yaitu
dengan memasukkan nilai lendutan karakteristik Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
maksimum dan beban lalu lintas desain ESA, tebal bahwa tebal lapis tambah (overlay) tidak dapat
overlay diperoleh pada sumbu vertikal. Hasil tebal ditentukan dengan menggunakan grafik solusi overlay
overlay ditunjukkan pada Gambar 6 berdasarkan lendutan karakteristik maksimum dan
C
beban lalu lintas ESA untuk
L kriteria retak alur (rutting)
Tebaloverlay yang dperoleh untuk
menanggulangi
B. Saran
1) Sebaiknya pengambilan data LHR minimal 7 × 24 jam
sesuai dengan manual desain perkerasan 2017:
2) Perlunya memperhatikan metode yang digunakan untuk
memperoleh hasil yang spesifik. Mengingat perencanan
overlay tebal perkerasan sangat berpengaruh terhadap
metode yang digunakan:
3) Perlu dilakukannya penelitian kembali untuk musim
kemarau apabila penelitian dilakukan pada musim
penghujan. Hal ini dimaksudkan untuk dijadikan
Gambar 6. Hasil tebal overlay
perbandingan hasil lendutan di masing-masing musim:
• Berdasarkan Nilai IRI rata-rata yakni 8 dengan
tebal overlay = 6.00cm 4) Perlu dilakukan studi pengembangan mengenai desain
• Berdasarkan Pemeriksaan Fatique Pd-T-05-2005 = overlay tebal perkerasan dengan menggunakan alat
14.46 falling weight deflectometer untuk dijadikan sebagai hasil
• Berdasarkan Grafik Gambar 6.1, 6.3 & 6.4 Overlay perbandingan desain tebal overlay:
Lendutan Balik BB = 0.00 5) Disarankan untuk terlebih dahulu melakukan pengujian
Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh tebal overlay dengan DCP (Dynamic Cone Penotrometer) untuk
yang digunakan pada ruas Jalan Isimu - Paguyaman mengetahui jenis kepadatan dan kekuatan tanah pada
(STA 17+100 - STA 18+100) sebesar 140 mm yang lokasi konstruksi jalan untuk memeastikan daya dukung
dikonversikan menjadi 14 cm dengan AC-WC = 6 cm tanah sugrade yang memadai dalam menarima beban
dan AC-BC = 8 cm yang ada:
6) Pada perencanaan overlay tebal perkerasan yang ada di
Provinsi Gorontalo khususnya jalan nasional sebaiknya
menggunakan alat benkelman beam atau falling weight
deflectometer dalam mendesain tebal overlay, karena di
wilayah Provinsi Gorontalo masih kurangnya
penggunaan alat tersebut:
DAFTAR PUSAKA
Gambar 7. Tipikal Cross Section Skala 1:100 [1] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Cara Uji
Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat
Benkelman Beam SNI 2416-2011,Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
[2] Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Tata cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[3] Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen, Pedoman
Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[4] Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metode Lendutan pd T-05-2005-
B, Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[5] Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi
Umum Tahun 2010 Devisi 6 Tentang
Perkerasan Aspal, Pedoman Konstruksi dan
Bangunan, Jakarta.
[6] Hardiyatmo, Hary Christady. 2015. Pemeliharaan
Jalan Raya. Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.
[7] Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
Raya. Bandung. Badan Penerbit Nova.
[8] Oktori, Rozi. 2011. Evaluasi Tingkat Pelayanan
Jalan Dan Tebal Perkerasan Lentur Pada Ruas
Jalan Srandakan – Toyan Dari Km 0+000 Sampai
Dengan Km 5+000. Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
[9] Chaidir, Novel. 2007. Perencanaan Tebal lapis
Tambahan ( overlay ) dan Analisis Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode Benklemean
Beam. Studi kasus Yogyakarta – Parangtritis
[10] Syam, Iskandar M. A. 2007. Perencanaan Tebal
Lapis Tambahan (overlay) dan Analisis Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode Benkleman
Beam. Studi kasus Jalan Yogyakarta – Bantul.
[11] Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan. Jakarta.
[12] AASHTO, 1993 Guide For Design of Pavement
Structures, USA Pedoman Perencanaan
Perkerasan Lentur. Pt T- 01-2002 B