1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Terapeutik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kata yang berkaitan dengan terapi, artinya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan atau penyembuhan klien. Menurut Stuart G.W (2016) komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan klien yang menghasilkan pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan menurut Potter & Perry (2017) komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang penggunaannya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi dan pencapaian tujuan kesehatan pasien. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi terapeutik didalam prosesnya terdapat tujuan atau arah spesifik untuk komunikasi, komunikasinya pun dipusatkan untuk kesembuhan klien, membina hubungan terapeutik antara perawat dan klien agar dihasilkan pengalaman belajar bersama untuk memperbaiki pengalaman emosional klien itu sendiri.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart (2016) menyatakan tujuan hubungan terapeutik diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan klien yang meliputi: a. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri. b. Rasa identitas diri yang jelas dan meningkatkan rasa integritas yang tinggi. c. Kemampuan ntuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung, menggunakan kemampuan dalam memberi dan menerima kasih sayang. d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan utnuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis terhadap klien. 3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik Terdapat empat hal mendasar yang menjadi dimensi responsif komunikasi terapeutik menurut Stuart (2016), empat hal tersebut kami kembangkan menjadi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu : a. Ketulusan Tulus adalah sikap terbuka, jujur, dan secara aktif ikut terlibat dalam hubungan. Maka, tulus secara harfiah bisa diartikan sebagai melakukan pekerjaan tanpa ada motif tertentu. Perawat tidak berpikir dan merasakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dikatakannya. Hal-hal yang dilakukan perawat terhadap klien bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam rangka mempercepat kesembuhan. b. Menghormati Menghormati berarti kepedulian, menyukai, dan menghargai. Dalam hal ini artinya perawat memperlakukan klien sebagai seseorang yang berharga. Perawat tidak bersikap menghukum klien dengan mengkritik, mentertawakan, atau meragukan. c. Pemahanan Empati Empati merupakan kemampuan untuk memasuki kehidupan orang lain, dan secara tepat mempersepsikan perasaan yang sedang klien alami lalu memaknainya, serta mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada klien ke dalam bahasa yang mudah dimengerti. d. Konkrit Hubungan saling membantu (helping relationship) dibuat untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan perasaan dan nilai-nilai secara bebas. Namun, di dalam pelaksaannya diperlukan kejelasan dalam membuat asumsi tentang pengalaman klien. Hal inilah yang dinamakan konkrit, yang mana berfungsi untuk meningkatkan ketepatan pemahaman perawat, dan mendorong klien menghadapi area masalah yang spesifik. 4. Prinsp Komunikasi Terapeutik Prinsip komunikasi terapeutik dijelaskan dalam kualitas personal perawat menurut Stuart (2016),prinsip-prinsip tersebut antara lain: a. Kesadaran diri : perawat mampu mengenal dirinya sendiri dengan menghayati dan memahami dirinya untuk mengenal perbedaan dan keunikan klien. b. Klarifikasi nilai : perawat perlu menyadari nilai diri sendiri untuk berlaku jujur, dan lebih baik dalam menerima perbedaan dengan orang lain. c. Eksplorasi perasaan : perawat harus mampu menguasai dan mengendalikan perasaan untuk menolong klien. d. Contoh peran : perawat sebagai penolong memiliki pengaruh kuat bagi klien, maka perwat harus mampu berperan sebagai role model agar dapat membentuk perilaku adaptif yang diterima secara sosial. e. Altruisme : merupakan sikap peduli terhadap kesejahteraan orang lain, dalam hal ini perawat akan mendapatkan kepuasan dalam menolong orang lain bila dilandasi rasa cinta terhadap kemanusiaan. f. Etika dan Tanggung Jawab : perawat mengetahui keterbatasan dan kekuatan diri sendiri, serta dapat bertanggung jawab untuk itu. Prinsip-prinsip di atas, diharapkan dengan segala kemampuan yang ada pada perawat, ia dapat menggunakan dirinya sendiri secara terapeutik untuk menolong klien.
5. Tahapan Komunikasi Terapeutik
a. Fase pra-interaksi, dimulai sebelum kontak pertama perawat dengan klien - Mengeksplorasi diri sendiri tentang perasaan, fantasi dan rasa takut yang di alami - Menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri - Mengumpulkan data tentang klien - Merencanakan pertemuan pertama b. Fase perkenalan atau orientasi - Membina hubungan saling percaya, dimulai dengan perkenalan perawat dan klien - Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perilaku klien - Bersama sama merumuskan kontrak menetapkan waktu, tempat dan tujuan c. Fase kerja Fokus dari fase kerja ini adalah perubahan perilaku, dengan cara: - Menggali stresor dan mengembangkan penghayatan pada klien dengan mengaitkan persepsi, perasaan, dan tindakan - Menolong klien untuk menguasai ansietas, meningkatkan kemandirian, dan tanggung jawab diri d. Fase terminasi - Mengevaluasi kemajuan asuhan dan pencapaian tujuan - Bersama-sama mengeksplorasi perasaan - Membina realitas perpisahan (terminasi), dengan kriteria: 1) Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada 2) Fungsi klien sudah meningkat. 3) Harga diri klien meningkat serta identitas diri yang kuat 4) Klien menggunakan respon koping yang lebih adaptif. 5) Klien telah mencapai hasil asuhan yang direncanakan 6) Kendala sudah ditemukan dalam hubungan perawat klien.
II. DAFTAR PUSTAKA
Potter,P. A & Perry, A. G. (2017). Fundamentals of Nursing. Diambil dari https://books.google.co.id/ Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapura: ELSEVIER