Anda di halaman 1dari 4

Nama :Ni Made Esa Putri Widia Gandi.

Kelas: IX E

No. Absen: 29

CONTOH – CONTOH KONFLIK SARA DI INDONESIA

1. KONFLIK ANTAR AGAMA DI AMBON YANG TERJADI PADA 1999

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman ras, suku, agama,


budaya atau biasa disebut juga negara yang multikultural. Indonesia
termasuk negara yang kaya akan budaya dan bahasa. Akan tetapi, dengan
keberagaman yang dimiliki, banyak masalah perbedaan sosial yang terjadi.
Masalah tersebut diakibatkan karena masyarakat kurang pemahaman akan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai contohnya konflik
agama yang terjadi di Ambon pada tahun 1999-sekarang. Konflik agama
tersebut sangat berdampak pada kehidupan sosial masyarakat sampai
sekarang ini. Sehebat apakah pemicunya sehingga terjadi pertumpahan
darah jangka panjang masih menjadi konspirasi publik. Konflik agama di
Ambon 1999 berawal dari seorang pemuda muslim Bugis meminta uang
kepada pemuda Kristen asal Mardika-Ambon. Tetapi pemuda tersebut tidak
mau memberi sehingga terjadi pertikaian antar keduanya sehingga pemuda
tersebut membawa parang senjata untuk membunuh.

KONSPIRASI PENYEBAB KONFLIK ANTAR AGAMA DI AMBON 1999

Pertikaian konflik di Ambon sudah dimulai sejak dua bulan sebelumnya yang
dilakukan dengan banyak cara seperti adanya isu, pembagian selebaran
gelap, telepon gelap, grafiti, dan lain sebagainya. Konspirasi adanya
kejanggalan dalam penyebab konflik yang terjadi di Ambon 1999 adalah
sebagai berikut:
Para wajah-wajah tak dikenal muncul saat terjadinya pertikaian, seperti
munculnya sekelompok orang dengan ikat kepala putih di Batu Merah dan
ikat kepala merah di dekat gereja Silo.

Munculnya sekelompok orang bersenjata dan perlengkapan HT dengan


mengendarai mobil

Adanya isu bahwa gereja dan masjid sudah dibakar sebelum adanya aksi
pembakaran

Banyaknya hasutan dari orang-orang tidak dikenal untuk bergabung pada


aksi kerusuhan

Munculnya isu anti-BBM / anti Bugis, Buton, Makassar

Menutup akses dengan cara ancaman lewat telepon gelap terhadap


wartawan di luar Ambon

Berbagai upaya dari kejanggalan tersebut berhasil memecahbelah warga


berdasarkan pandangan agama. Apakah usaha-usaha tersebut merupakan
bagian dari strategi militer untuk memengaruhi pemilu pada Juni 1999 ke
depan? Siapakah yang merekayasa kerusuhan tersebut? Untuk kepentingan
apa?. Sebagian masyarakat mempercayai bahwa konflik tersebut diciptakan
oleh para elite pemerintahan, pemuka agama, dan tokoh masyarakat.

Namun pihak-pihak tersebut tidak pernah mengakui kesalahannya dengan


menuduh masyarakat dan meng-kambinghitamkan para provokator yang
sampai sekarang ini masih belum terungkap, sehingga para tokoh kehilangan
rasa kepercayaan terhadap para elite pemerintahan dan figur formal.

Hal ini dibuktikan dengan kekuatan media sosial, dan media massa yang
semakin memecah belah konflik antar agama tersebut. Penyampaian berita
antara "Suara Maluku" di wilayah kristen dan "Ambon Express" di wilayah
muslim sangat berbeda, karena isi penyampainnya menunjukkan
keberpihakkan pada agama yang dianut masing-masing. Kepentingan
sekelompok elite politik yang menjadi pusat penyebab kerusuhan pada akhir
desember 1999-pertengahan Januari 2000 di Ambon sangat terbaca, yaitu
lima belas pasukan keamanan dan enam belas buah angkatan perang
dikerahkan menjelang dan setelah kunjungan Gus Dur- Megawati ke Ambon.
Cara pasukan yang tidak mampu mencegah dan mengatasi kerusuhan
tersebut merupakan kejanggalan yang tidak dapat ditutupi. Konflik yang
berkepanjangan juga dipelihara lewat berbagai cara, salah satunya adalah
mengenai pasokan senjata dan amunisi. Para pembuat senjata yang sangat
ahli menciptakan ribuan senjata amunisi yang membutuhkan dana besar ,
bahkan tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat Ambon sendiri.

2. KONFLIK BOM BALI ( 2022 )

Pengeboman Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) adalah rangkaian tiga
peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12
Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC)
di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat
kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup
berjauhan. Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang
kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang
juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Tercatat 203 korban jiwa dan 209
orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan
asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata
tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam
sejarah Indonesia. Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri
yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang
digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom
RDX berbobot antara 50–150 kg.[1]
Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan
judul Long Road to Heaven, dengan pemain antara lain Surya
Saputra sebagai Wahabi dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran
dari Australia dan Indonesia. Latar belakang peristiwa ini juga berasal dari
peristiwa kerusuhan yang terjadi di Poso dan Ambon. Bom Bali adalah balas
dendam para teroris karena dalam kedua peristiwa tersebut banyak umat
muslim terbunuh akibat konflik yang terjadi. Selain itu, Bom Bali dilakukan
untuk membela rakyat dalam sejarah perang Afghanistan atas penindasan
yang dilakukan Amerika Serikat karena para teroris menganggap penyebab
perang Afghanistan telah sangat menindas rakyat disana.
Latar belakang peristiwa Bom Bali terjadi juga karena para teroris
menganggap bahwa Bali adalah pusat maksiat dan lokasi yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Para teroris secara umum memang menargetkan lokasi
– lokasi yang dianggapnya menjadi pusat kemaksiatan.[2]

Anda mungkin juga menyukai