Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan

Volume 3 No 2 (2021)

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SABUN CAIR DENGAN PENAMBAHAN KOLAGEN TULANG


IKAN AIR TAWAR YANG BERBEDA

Physicochemical Characteristics of Liquid Soap with The Addition of Different Freshwater Fishbone Collagen

Widya Wijayanti, Yudhomenggolo Sastro Darmanto, Eko Susanto*

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275
Email : eko.susanto@live.undip.ac.id

ABSTRAK

Limbah tulang ikan air tawar memiliki kadar protein yang berpotensi untuk diolah sebagai kolagen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas sabun cair dengan penambahan kolagen tulang ikan air tawar yang berbeda.
Bahan baku yang digunakan yaitu tulang ikan Patin (Pangasius sp.), tulang ikan Nila (Oreochromis niloticus), dan
tulang ikan Lele (Clarias batrachus). Pembuatan sabun cair dilakukan dengan penambahan kolagen konsentrasi
terbaik 0,6%. Parameter yang diamati adalah hedonik, pH, kestabilan busa, alkali bebas, dan viskositas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan kolagen tulang ikan Patin, Nila, dan Lele mempunyai pengaruh yang
berbeda nyata (p<0,05) terhadap pH, kadar alkali bebas, kestabilan busa, viskositas, dan hedonik sabun cair.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh produk terbaik yaitu sabun cair dengan penambahan kolagen tulang ikan
lele yang memiliki: pH 10,21; kadar alkali bebas 0,042%; kestabilan busa 75,83%; viskositas 1211,67 cP; dan
disukai panelis.

Kata kunci: hedonik, kadar alkali bebas, kolagen tulang ikan, sabun cair, viskositas

ABSTRACT

Freshwater fish bone waste has a protein content that has the potential to be processed as collagen. This study
aims to determine the quality of liquid soap with the addition of different freshwater fish bone collagen. The raw
materials used are catfish bone (Pangasius sp.), Tilapia fishbone (Oreochromis niloticus), and catfish bone
(Clarias batrachus). Liquid soap was made by adding the best concentration of 0.6% collagen. Parameters
observed were hedonic, pH, foam stability, free alkali, and viscosity. The results showed that the addition of bone
collagen in catfish, tilapia, and catfish had a significantly different effect (p<0.05) on pH, free alkali content, foam
stability, viscosity, and hedonic of liquid soap. Based on the results of the study, the best product was liquid soap
with the addition of catfish bone collagen which had: pH 10.21; free alkali content of 0.042%; foam stability
75.83%; viscosity 1211.67 cP; and was preferred by the panelists.

Keywords: fishbone collagen, free alkali content, liquid soap, hedonic, viscosity

PENDAHULUAN Meningkatknya aktivitas pengolahan ikan


Kolagen adalah protein serabut yang menyebabkan peningkatan volume limbah yang
memberi kekuatan dan fleksibilitas pada jaringan dihasilkan baik limbah cair maupun padat. Limbah
dan tulang serta memegang peranan penting bagi padat pengolahan hasil perikanan seperti kulit, sisik
jaringan lainnya, termasuk kulit dan tendon. dari dan tulang ikan apabila tidak dimanfaatkan dapat
Sekitar 30% dari tulang disusun oleh komponen- mencemari lingkungan. Limbah pengolahan ikan
komponen organik dan 90-95% diantaranya adalah dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk antara
kolagen, sisanya adalah protein bukan kolagen. lian Kolagen. Penelitian saat ini menunjukkan
Kolagen tersusun atas triple helix kolagen dengan bahwa pemanfaatan limbah hasil perikanan sebagai
urutan XaaYaaGly (Shoulders and Raines, 2009). bahan untuk pembuatan kolagen semakin meningkat
Selama ini kolagen bersumber dari kulit dan tulang (He et al., 2019; Jafari et al., 2020). Limbah tulang
dari sapi maupun babi. Namun, pemanfaatan kedua ikan memiliki kadar protein yang cukup berpotensi
kolagen tersebut terdapat beberapa hambatan untuk diolah menjadi produk bernilai tambah seperti
terutama bagi umat muslim dan yahudi yang tidak kolagen, terutama ikan air tawar. Menurut Darmanto
bisa memanfaatkan kolagen dari Babi, sedangkan et al., (2010), rendemen kolagen tulang ikan air
kolagen dari sapi tidak dapat dimanfaatkan oleh tawar berkisar 48-56%.
umat Hindu (Choi et al., 2013). Saat ini alternatif Kolagen yang terbuat dari tulang ikan
sumber kolagen berasal dari limbah pengolahan memiliki struktur molekul yang lebih kecil
hasil perikanan. dibandingkan dengan kolagen yang terbuat dari sapi
atau babi sehingga lebih mudah untuk diserap

65
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 2 (2021)

(Kumar et al., 2011). Kolagen dari limbah tulang dalam tulang ikan seperti kalsium dan fosfor.
ikan merupakan kolagen tipe I yang terdiri dari 2 Selanjutnya ossein dicuci hingga pH mendekati
ikatan α1 dan 1 ikatan α2 (Jafari et al., 2020). netral untuk menghilangkan larutan HCl yang masih
Kolagen tulang ikan mempunyai beberapa sifat menempel pada tulang. Selanjutnya, ossein
fungsional antara lain anti hipertensi, anti-aging, dikeringkan lalu dihaluskan dengan blender
meningkatkan densitas tulang, formasi tulang, sehingga diperoleh tepung kolagen.
metabolism tulang dan dan meningkatkan agregasi Pembuatan sabun cair dilakukan dengan cara
tromosit (He et al., 2019). asam miristat, asam laurat, dan asam stearat
Berdsarkan sifat fungsional tersebut, kolagen dipanaskan dalam wadah tahan panas sampai
dari tulang ikan dapat dimanfaatkan ke dalam meleleh. KOH dilarutkan dengan akuades dalam
beberapa produk antara lain sabun cair. Penambahan wadah terpisah, lalu ditambahkan ke dalam
kolagen kulit ikan Nila (Oreochromis spp.) campuran bahan dan diaduk sampai reaksi
konsentrasi 0,1% ke dalam sabun cair dan 3% penyabunan sempurna. Lalu, Texapon, CAB-30, dan
kolagen pada sabun transparan memberikan hasil EDTA 2 Na dimasukkan sambil diaduk.
terbaik dibandingkan perlakuan lainnya (Nurhayati Selanjutnya, akuades ditambahkan sedikit demi
dan Murniyati, 2013; Nurhayati et al., 2013). sedikit dan dilakukan pengadukan hingga campuran
Sedangkan penelitian Permata et al., (2018) homogen. Setelah homogen, Propilen glikol,
penambahan kolagen ikan air laut dapat gliserin, dan KCl ditambahkan sambil campuran
meningkatkan sifat fisikokimia sabun cair sehingga diaduk. Setelah suhu campuran tidak terlalu panas,
sesuai dengan SNI. Selain itu, Harris et al., (2016) pewarna, parfum, dan kolagen ditambahkan
menambahkan kolagen tulang ikan air tawar dalam dilanjutkan dengan penambahan pearl concentrate
sabun padat. Namun, penelitian yang mengkaji lebih dan diaduk sampai campuran homogen.
dalam mengenai penambahan kolagen dari tulang
ikan air tawar dengan perlakuan perbedaan jenis ikan Uji Hedonik (Rahayu, 2008)
terhadap mutu sabun cair belum pernah dilakukan. Pengujian hedonik dilakukan berdasarkan
Oelah karena itu penting untuk dilakukan penelitian Rahayu (2008) oleh 30 panelis. Panelis diminta
tentang pemanfaatan limbah tulang ikan untuk penilaiannya tentang tingkat kesukaan terhadap
dijadikan sebagai kolagen kemudian ditambahkan penampakan, kekentalan, banyaknya busa, efek
pada sabun cair. Oleh karena itu, tujuan dari setelah pemakaian (post effect), dan penilaian umum
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh produk sabun cair yang dihasilkan. Parameter
kolagen tulang ikan air tawar (Patin, Nila, dan Lele) penampakan dan kekentalan dilakukan secara visual.
terhadap viskositas, kestabilan busa, alkali bebas, Parameter banyaknya busa dan post effect dilakukan
serta pH sabun cair dan hedonik sabun cair. Hasil setelah sekali penggunaan. Untuk banyak busa,
penelitian ini diharapkan akan memberikan dilakukan dengan menggosokkan sabun cair pada
informasi tentang pemanfaatan limbah pengolahan tangan yang basah. Sedangkan, penilaian post effect
ikan pada produk non-pangan. dilakukan terhadap respon setelah pemakaian
apakah kulit terasa kering atau lembab. Semakin
MATERI DAN METODE PENELITIAN lembab sabun cair, maka semakin tinggi skor
Bahan baku penilaiannya. Parameter penilaian umum dilakukan
Bahan baku pembuatan kolagen yaitu tulang terhadap sifat keseluruhan (umum) produk sabun
ikan Patin (Pangasius sp.), tulang ikan Nila cair. Pengujian dilakukan dengan 7 skala kesukaan,
(Oreochromis niloticus) dan tulang ikan Lele yaitu: 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak
(Clarias batrachus) berturut-turut didapatkan dari tidak suka), 4 (biasa), 5 (agak suka), 6 (suka), 7
CV Karunia Mitra Makmur, Purwakarta; PT (sangat suka).
Aquafarm Nusantara, Semarang; UD Alang-Alang
Tumbuh Subur, Boyolali. Tulang ikan selanjutnya Uji pH dan Kadar Alkali Bebas (BSN, 1996)
disimpan di freezer -30oC. Pengujian pH dilakukan dengan cara
memasukkan elektroda ke dalam sampel pada suhu
Pembuatan Sabun Cair Kolagen 25ºC. pH meter dibiarkan selama beberapa menit
Pembuatan kolagen tulang ikan dimulai sampai nilai pada monitor pH meter stabil. Setelah
dengan membersihkan tulang ikan dengan cara stabil, nilai yang ditunjukkan dicatat sebagai pH
direbus dalam air bersuhu 70ºC selama 30 menit sampel.
(degreasing) untuk menghilangkan sisa-sisa daging Pengujian alkali bebas dilakukan berdasarkan
dan lemak yang masih menempel. Selanjutnya, SNI 06-4085-1996 dengan memasukkan 5 g sampel
tulang ikan kemudian dicuci sampai bersih dan ke dalam erlenmeyer. 100 mL alkohol 96% netral,
dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar batu didih, dan beberapa tetes larutan indikator
matahari sampai kering. Tulang yang telah kering phenol phtalein ditambahkan kedalam sampel.
direndam dengan larutan HCl 4% dalam wadah Sampel dipanaskan di atas penangas air memakai
tahan asam hingga tulang menjadi lunak (ossein) pendingin tegak selama 30 menit hingga mendidih.
untuk menghilangkan mineral-mineral yang terdapat Bila larutan berwarna merah, kemudian dititrasi

66
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 2 (2021)

dengan larutan HCl 0,1 N dalam alkohol sampai protein kasar dan kadar air terhadap kolagen yang
warna merah tepat hilang. dihasilkan. Karakteristik kolagen tulang ikan air
tawar dapat dilihat pada Tabel 1.
Perhitungan: Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar rendemen
V x N x 0,04 kolagen tulang ikan berbeda tergantung spesiesnya.
Kadar alkali bebas = 𝑥 100%
W Perbedaan rendemen tersebut terjadi karena
Keterangan: perbedaan jenis, ukuran dan karakteristik tulang ikan
V = Volume HCl yang digunakan untuk titrasi (mL) sehingga menyebabkan interaksi antara fibril
N = Normalitas HCl kolagen dengan larutan HCl 4% saat proses
W= Berat sampel (g) demineralisasi berbeda-beda sehingga
mempengaruhi kelarutan kolagen. Menurut Potaros
Uji Kestabilan Busa (Deiner, 2008) et al., (2009), perbedaan nilai rendemen kolagen
Pengujian kestabilan busa dilakukan dengan disebabkan oleh perbedaan metode ekstraksi yang
memasukkan akuades dan sabun cair dengan digunakan, konsentrasi larutan yang digunakan
perbandingan 9:1 ke dalam tabung reaksi. Tabung untuk menghilangkan protein non kolagen, dan jenis
reaksi tersebut diletakkan diatas vortex untuk bahan yang digunakan. Selain itu, kadar protein
dilakukan pemutaran selama 5 menit. Setelah menunjukkan perbedaan yang signifikan antar
pemutaran, tinggi busa dalam tabung reaksi dihitung spesies. Menurut Jamilah et al., (2013), perbedaan
(a cm). Lalu tabung reaksi didiamkan selama satu kadar protein dapat disebabkan oleh perbedaan
jam, kemudian dihitung kembali tinggi busa yang metode ekstraksi yang digunakan dan perbedaan
masih tertinggal dalam tabung reaksi (b cm). spesies ikan yang digunakan. Kadar protein kasar
b kolagen tulang ikan Lele pada penelitian ini lebih
Kadar alkali bebas = 𝑥 100%
a besar dibandingkan dengan kolagen yang diekstrak
dari tulang kepala ikan Gabus (Dachi et al., 2020).
Uji Viskositas (Narkhede, 2010)
Pengujian viskositas dilakukan dengan Penentuan Konsentrasi Kolagen
menggunakan alat viskosimeter Brookfield pada Salah satu ikan tawar yang bernilai ekonomis
suhu 25ºC dengan spindle nomor 4. Kekentalan penting adalah ikan patin. Untuk menentukan
larutan diukur pada kecepatan pengadukan 30 rpm. konsentrasi terbaik bagi penelitian selanjutnya
Angka yang terbaca pada alat merupakan nilai adalah dengan menggunakan kolagen tulang ikan
viskositas yang dinyatakan cP. Patin. Penentuan konsentrasi ini digunakan untuk
digunakan pada penelitian selanjutnya dengan
Pengujian Data menggunakan tulang ikan yang berbeda pada
Data pengujian pH, kadar alkali bebas, pembuatan sabun cair. Pada penelitian ini
kestabilan busa, dan viskositas yang diperoleh menggunakan 4 jenis konsentrasi kolagen tulang
dianalisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan ikan atin yang berbeda yaitu 0%, 0,2%, 0,4%, dan
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ/ Tukey). Hasil uji 0,6%. Untuk menentukan konsentrasi yang terbaik,
hedonik dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan dilakukan analisa nilai pH dan viskositas. Table 2
dilanjutkan uji Dunn’s Multiple Comparison menunjukkan bahwa konsentrasi kolagen tulang
menggunakan SPSS 21. ikan patin 0,6% menunjukkan nilai viskositas yang
mendekati sabun cair komersial 1180 cP dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai pH 10,1. Konsentrasi tersebut kemudian
Karakteristik Kolagen Tulang Ikan Air Tawar digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Karakteristik kolagen tulang ikan air tawar dilihat
berdasarkan parameter rendemen, kadar protein asar Karakteristik Sabun Cair Kolagen
dan kadar air. Rendemen merupakan indikator untuk Setelah diketahui konsentrasi terbaik,
mengetahui keefektifan metode yang digunakan selanjutnya dilakukan penelitian utama dengan
dalam proses ekstraksi sehingga dapat menghasilkan menggunakan tiga jenis kolagen tulang ikan air
produk dengan jumlah yang optimal. Nilai rendemen tawar yang berbeda yaitu ikan lele, ikan Nila, dan
kolagen tulang ikan air tawar diperoleh dari ikan Patin. Sebanyak 0,6 % kolagen tulang ikan air
perbandingan berat kolagen yang dihasilkan dengan tawar yang berbeda ditambahkan pada sabun cair,
berat tulang ikan setelah degreasing. Untuk melihat selanjutnya dilakukan analisa mutu yang dapat
keefektifan proses degreasing, demineralisasi, dan dilihat pada Tabel 3.
pengeringan kolagen, dilakukan analisa kadar

Tabel 1. Karakteristik kolagen tulang ikan air tawar


Jenis Tulang Ikan Rendemen (%) Kadar Protein Kasar (%) Kadar Air (%)
Patin (Pangasius sp) 12,36±0,01 77,46±0,13 14,54±0,10
Nila (Oreochromis niloticus) 15,82±0,01 76,63±0,01 13,28±0,08
Lele (Clarias batrachus) 12,23±0,02 87,63±0,06 13,65±0,11

67
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 2 (2021)

Tabel 2. pH dan viskositas sabun cair kolagen


Perlakuan pH Viskositas (cP)
0% 10,31 ± 0,02a 853,67 ± 2,57a
0,2% 10,25 ± 0,01b 988,83 ± 2,75b
0,4% 10,19 ± 0,01c 1061,00 ± 2,00c
d
0,6% 10,10 ± 0,03 1202,17 ± 2,75d
Ket : Superscipt yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 3. Karakteristik sabun cair kolagen


Kadar Alkali Bebas Kestabilan Busa Viskositas
Perlakuan Hedonik pH (%) (%) (cP)
Kontrol 5,43 ± 1,09a 10,29 ± 0,04c 0,08 ± 0,002c 98,33 ± 2,89c 853,50 ± 1,80a
Patin 5,58 ± 0,95b 10,13 ± 0,02a 0,04 ± 0,001a 86,11 ± 2,40b 1187,50 ± 2,29c
Nila 5,67 ± 1,07bc 10,16 ± 0,01ab 0,04 ± 0,001b 88,89 ± 2,41b 1085,33 ± 2,52b
Lele 6,01 ± 0,99cd 10,21 ± 0,02b 0,04 ± 0,002b 75,83 ± 1,44a 1211,67 ± 2,75d
Ket : Superscipt yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Hedonik pH sabun cair kolagen hasil penelitian ini


Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa lebih tinggi bila dibandingkan dengan sabun kolagen
hasil uji hedonik terbaik yaitu sabun cair kolagen komersial yang memiliki pH 8,6 maupun penelitian
komersial diikuti oleh sabun cair kolagen ikan Lele. Nurhayati dan Murniyati (2013) sebesar 8,155
Secara umum, panelis uji hedonik lebih dengan penambahan kolagen kulit ikan nila dengan
menyukai sabun cair kolagen komersial konsentrasi 0,3%. Hal ini dimungkinkan karena
dibandingkan dengan sabun cair kolagen yang proses saponifikasi yang kurang sempurna dan
ditambahkan kolagen tulang ikan. Para panelis lebih konsentrasi kolagen yang lebih besar. Minyak yang
menyukai produk komersial karena kenampakan tidak bereaksi dengan KOH menyebabkan residu
sabun dengan butira-butiran scrub warna biru yang KOH semakin besar sehingga pH sabun cair semakin
menarik. Untuk perlakuan kolagen tulang ikan yang tinggi. Reaksi penyabunan dapat diengaruhi oleh
ditambahkan pada sabun cair, para panelis lebih beberapa faktor antara lain konsentrasi KOH, suhu,
menyukai sabun cair L dibandingan dengan yang pengadukan, serta waktu (Perdana dan Hakim,
lain. Dalam penilaian hedonik, hanya satu parameter 2009).
yang tidak disukai oleh panelis yaitu banyaknya Sabun cair dengan pH basa dapat digunakan
busa. Banyaknya busa pada perlakuan kolagen ikan untuk menghancurkan lemak pada kulit. Namun
lele tersebut dipengaruhi oleh jumlah air yang penggunaan sabun cair dengan pH yang terlalu
digunakan untuk pembentukan busa dan udara yang tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
terperangkap. Faktor yang mempengaruhi iritasi pada kulit. Menurut Lubis (2003), sabun yang
karakteristik busa yaitu adanya surfaktan, penstabil terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai
busa, dan bahan penyusun sabun cair lainnya. Hal ini nilai pH 9.0-10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari
diperkuat oleh Noor dan Nurdyastuti (2009), alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH
kemampuan surfaktan untuk membentuk busa yang lebih rendah yaitu 8,0-9,5. Menurut
tergantung kemampuannya menurunkan tegangan Oluwatoyin (2011), agar sabun tidak menjadi alkali
permukaan dan semakin tinggi suhu, semakin rendah berat, pH sabun harus dalam kisaran 9-11.
tegangan permukaan. Selanjutnya semakin rendah
tegangan permukaan, semakin luas area permukaan Kadar Alkali Bebas
baru untuk menghasilkan busa sehingga semakin Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan
banyak busa yang dihasilkan. bahwa kadar alkali bebas pada sabun cair menurun
setelah dilakukan penambahan kolagen. Kadar alkali
Derajat Keasamaan (pH) bebas pada sabun cair yang ditambahkan kolagen
pH sabun cair dengan penambahan kolagen berbanding lurus dengan nilai pH, dimana semakin
tulang ikan air tawar berkisar antara 10,13-10,29. rendah nilai kadar alkali bebas diikuti dengan
Sabun cair dengan perlakuan P menghasilkan nilai penurunan nilai pH. Kadar alkali bebas pada semua
pH terendah, sedangkan sabun cair dengan perlakuan kolagen sesuai dengan SNI 06-4085-1996
perlakuan K menghasilkan nilai pH tertinggi. Hal ini dimana kadar alkali bebas maksimal sabun cair
disebabkan pH kolagen yang digunakan bersifat adalah adalah 0,1%.
netral cenderung asam yakni 6,54-6,97. Nilai pH Saat proses penyabunan tidak semua alkali
sabun cair yang ditambahkan kolagen tulang ikan bereaksi dengan lemak sehingga sabun cair bersifat
sesuai dengan SNI 06-4085-1996, dengan rentang basa. Penambahan asam seperti asam miristat dalam
pH yang sesuai SNI adalah 8-11, sehingga aman sabun cair dapat menetralkan kelebihan alkali yang
digunakan untuk kulit. tertinggal selama pembuatan sabun. Menurut Wijana
et al., (2010), semakin lama waktu penyabunan

68
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 2 (2021)

maka semakin banyak alkali yang bereaksi dengan viskositasnya semakin meningkat. Selain itu, suhu
lemak, sehingga kadar alkali bebas pada produk juga mempengaruhi viskositas dimana semakin
sabun cair semakin rendah. Kadar alkali bebas tinggi suhu, maka semakin rendah viskositas sabun
memiliki kecenderungan semakin rendah karena cair.
proses saponifikasi semakin sempurna.
KESIMPULAN
Kestabilan Busa Penambahan kolagen tulang ikan Patin, Nila,
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan dan Lele mempunyai pengaruh yang berbeda nyata
bahwa sabun cair dengan perlakuan L menghasilkan (p<0,05) terhadap pH, kadar alkali bebas, kestabilan
nilai kestabilan busa terendah sedangkan sabun cair busa, viskositas, dan hedonik sabun cair.
dengan perlakuan K menghasilkan nilai kestabilan Berdasarkan karakteristik fisik dan kimia sabun cair,
busa tertinggi. Panambahan kolegen tulang ikan produk terbaik diperoleh sabun cair dengan
menyebabkan kesatbilan busa menurun. Hal ini penambahan kolagen tulang ikan lele yakni
disebabkan penambahan kolagen dengan ukuran memiliki: pH 10,21; kadar alkali bebas 0,042%;
partikel yang cukup besar dalam sabun cair kestabilan busa 75,83%; viskositas 1211,67 cP; dan
menyebabkan kestabilan busa menurun sehingga paling disukai panelis.
semakin tinggi viskositas sabun maka semakin
rendah kestabilan busanya. Menurut Yamada et al., DAFTAR PUSTAKA
(1981), elastisitas busa sabun dan ukuran gelembung Badan Standardisasi Nasional. 1996. Sabun Mandi
menurun dengan meningkatnya viskositas larutan. Cair. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Choi, J. H., Benham, S. H., dan Kim, S. M. 2013.
Viskositas Physico-biochemical characteristics of
Viskositas merupakan parameter penting scallop mantle collagen soluble in pepsin.
untuk menentukan kualitas dari sabun cair. Hasil J.Agr. Sci. and Tech, 15: 293-302.
penelitian pada table 3 menunjukkan bahwa nilai Dachi, K., Reveny, J., dan Arianto, A. 2020.
viskositas tertinggi diperoleh pada sabun cair dengan Isolation and characterization of collagen and
perlakuan L, sedangkan nilai viskositas terendah nanocollagen from snake head fish (Channa
terdapat pada sabun cair dengan perlakuan K. striata) bone Asian. Journal of
Semain tinggi nilai visskositas menunjukkan bahwa Pharmaceutical Research and Development
sabun cair semakin stabil karena pergerakan partikel 8(5): 32-36.
cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu Darmanto, Y. S., Swastawati, F., dan Agustini, T. W.
bahan. Viskositas berbanding lurus dengan 2010. Manfaat dan karakter kolagen dari
konsentrasi larutan karena konsentrasi larutan berbagai limbah tulang ikan. Badan Penerbit
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap Universitas Diponegoro, Semarang.
satuan volume. Semakin banyak partikel yang Deiner, F. (2008). Formulasi bath gel bengkuang -
terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan madu. [Skripsi]. Fakultas Teknologi
semakin tinggi pula viskositasnya. Viskositas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Draelos, Z. D. dan L. A. Thaman. (2006). Cosmetic
viskositas kolagen ikan air laut yang ditambahkan formulation of skin care products. Cosmetic
pada sabun cair (Permata et al., 2018). science and technology series volume 30.
Kolagen dalam sabun cair berperan sebagai Taylor & Francis Group, New York
bahan pengental sehingga penambahan kolagen Gomez-Guillen, M. C., Gimenez, B., Lopez-
dalam sabun cair dapat meningkatkan viskositas. Caballero, M. E., dan Montero, M. P. 2011.
Menurut Gomez-Guillen et al., (2011), sifat kolagen Functional and bioactive properties of
yang berhubungan dengan perilaku gel, yaitu collagen and gelatin from alternative source:
pembentukan gel, memberikan tekstur, pengentalan, a review. J. Food Hydrocolloids 25: 1813-
dan kapasitas mengikat air. Sabun cair dengan 1827.
penambahan kolagen tulang ikan sesuai dengan Harris, M. V., Darmanto, Y. S., dan Riyadi, P. H.
Williams and Schmitt (1996), dimana viskositas 2016. Pengaruh kolagen tulang ikan air tawar
produk shampoo, shower, dan foam bath secara yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan
umum berkisar 400-4000 cP. kimia sabun mandi padat. Jurnal Pengolahan
Viskositas sabun cair kolagen hasil penelitian dan Bioteknologi Hasil Perikanan 5(1) : 118-
ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan sabun cair 124.
kolagen komersial sebesar 1180 cP maupun He, G., Yan, X., Wang, X., dan Wang, Y. 2019.
penelitian Nurhayati dan Murniyati, (2013) Extraction and structural characterization of
menyatakan viskositas sabun cair dengan collagen from fishbone by high intensity
penambahan kolagen kulit ikan Nila konsentrasi 0- pulsed electric fields. J. Food Process Eng, 1-
0,3% yaitu 762,5-945 cP. Hal ini disebabkan oleh 9.
perbedaan penambahan kolagen. Semakin tinggi Jamilah, B., Hartina,M. R. U., Hashim,D. M. dan
penambahan konsentrasi kolagen, maka Sazili, A. Q. 2013. Properties of collagen

69
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 2 (2021)

from barramundi (Lates calcarifer) skin. J. Nasional Tahunan X Hasil Penelitian


Food Res 20(2): 835-842. Kelautan dan Perikanan Universitas Gadjah
Jafari, H., Lista, A., Siekapen, M. M., Pejman, G. B., Mada, Yogyakarta.
Lei, N., Alimoradi, H dan Amin, S. 2020. Oluwatoyin, S. M. 2011. Quality of soaps using
Fish collagen: extraction, characterization, different oil blends. J. Microbiol. and
and applications for biomaterials engineering. Biotech. Res. 1(1): 29-34.
Polymers 12(10): 2230. Perdana, F. K., dan Hakim, I. 2009. Pembuatan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. sabun cair dari minyak jarak dan soda q
Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2014. sebagai upaya meningkatkan pangsa pasar
Pusat Data, Statistik, dan Informasi sodaq. http://eprints.undip.ac.id/ [26 Oktober
(Pusdatin) Kementerian Kelautan dan 2014].
Perikanan, Jakarta. Permata, A.N., Darmanto, Y.S., dan Susanto, E.
Kumar, M. H., Spandana, V., dan Poonam, T. 2011. 2018. Liquid soap characteristic with the
Extraction and determination of collagen addition of fish bone collagen. RJOAS, 4(76)
peptide and its clinical importance from Potaros, T., Raksakulthai, N., Runglerdkreangkrai,
tilapia fish scales (Oreochromis niloticus). J. J., dan Worawattanamateekul, W. 2009.
Pharmacy 2(10): 97-99. Characteristics of collagen from nile tilapia
Lubis, L. S. 2003. Sabun obat. Jurusan Farmasi, (Oreochromis niloticus) skin isolated by two
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan, different methods. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 43:
Universitas Sumatera Utara, Medan. 584-593.
Narkhede, D. B. 2010. Formulation and evaluation Rahayu, W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian
of coconut oil liquid soap. J. Pharma World Organoleptik. Institut Pertanian Bogor,
Res 1(2): 1-15. Bogor.
Noor, S. U., dan Nurdyastuti, D. 2009. Lauret-7- Shoulders, M. D. dan Raines, R.T. 2009. Collagen
Sitrat sebagai detergensia dan peningkat busa structure and stability. Annual Review of
pada sabun cair wajah Glysine soja (Sieb.) Biochemistry 78: 929-958.
Zucc. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Wijana, S., Pranowo, D.,dan Taslimah, M. Y. 2010.
7(1): 39-47. Penggandaan skala produksi sabun cair dari
Nurhayati dan Murniyati. 2013. Pengaruh daur ulang minyak goreng bekas. Jurnal
penambahan kolagen kulit ikan nila Teknologi Pertanian 11(2): 114-122.
(Oreochromis spp.) terhadap karakteristik Williams, D. F., dan Schmitt, W. H. 1996. Chemistry
sabun cair. Prosiding Seminar Nasional and technology of the cosmetics and toiletries
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan industry 2nd edition. Blackie Academic &
Indonesia V Universitas Diponegoro, Professional, London.
Semarang. Yamada, H., Komatsu, H., dan Tanaka, M. 1981.
Nurhayati., Murniyati., dan Peranginangin, R. 2013. Influence of bubble size on rheological
Karakteristik sabun transparan dengan properties of soap foam. J. Soc. Cosmet.
penambahan kolagen kulit ikan nila Chem 33: 131-140.
(Oreochromis spp.). Prosiding Seminar

70

Anda mungkin juga menyukai