Makalah Northern
Makalah Northern
NORTHERN BLOTTING
Disusun Oleh :
1. Awanda Safira Shidiq (1011211018)
2. Dewi Ariyanti (1011211028)
3. Diarul Alvin (1011211136)
4. Intan Putri Trismayanti (10112110501)
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
2.2 Perbedaan Analisis Western blot, Northern blot, dan Southern blot.............4
BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................................7
BAB 4. PENUTUP..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
Ada 2 jenis analisis molekuler yaitu analisis asam nukleat dan analisis
protein. Analisis asam nukleat terdiri dari southern blot, northern blot,
sekuensing DNA, hibridisasi DNA, dll. Analisis protein terdiri dari elektroforesis
protein, western blot, dll.
Blotting asam nukleat adalah teknik sentral dalam studi hibridisasi dalam
pemahaman mengenai ekspresi gen, organisasi, identifikasi protein tertentu.
Blotting adalah suatu teknik dimana asam nukleat (DNA dan RNA) atau protein
di immobilisasi / ditransfer pada membran nitroselulosa. Northern Blot adalah
suatu metode untuk megidentifikasi dan menghitung jumlah RNA (mRNA) yang
mengkode protein tertentu dalam campuran kompleks RNA.
1
1. Apa yang dimaksud dengan teknik Blottting ? dan apa kelebihan teknik
tersebut?
2. Apa perbedaan antara analisis western blot, southern blot, dan northern
blot?
1.3. Tujuan
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Analisis molekuler terdiri dari analisis asam nukleat dan analisis protein.
Analisis asam nukleat terdiri dari DNA dan RNA. Pada analisis basis DNA
terdapat 3 macam analisis yaitu analisis kualitatif dengan metode
insituhibridisasi, analisis dengan mengukur kadar dengan southern blot, dan
sequencing nukleotida dengan PCR. Analisis protein diantarannya secara
kualitatif dengan imunohistokimia (antbodi) dan imunoflouroresense, secara
kuantitatif dengan menggunakan western blot, dan dengan sequencing asam
amino dengan proteomis.
Kelebihan Blotting :
a. Akses yang lebih besar kepada moleul yang telah terikat ke permukaan
lembaran dibandingkan kepada molekul yang masih berada di dalam gel
atau matriks
c. Waktu untuk melakukan staining dan distaining, inkubasi, mencuci, dll dapat
lebih singkat
Dalam teknik ini matriks yang digunakan berupa nitroselulosa (NC), tetapi
NC juga memiliki kekurangan yaitu memiliki afinitas lemah dan dapat hilang
selama pemrosesan.
3
2.2 Perbedaan Analisis Western blot, Northern blot, dan Southern blot
Dalam blotting protein berbasis protein, teknik yang dilakukan yaitu teknik
Western blot. Western blot adalah istilah yang dipakai untuk proses transfer
dan imunodeteksi protein pada gel yang bertujuan untuk : (1) mengetahui
keberadaan dan berat molekul protein sampel dalam suatu campuran, (2)
membandingkan reaksi silang antar protein, (3) mempelajari modifikasi protein
selama sintesis.Teknik ini digunakan untuk mendeteksi DNA-binding protein.
Teknik ini memiliki beberapa keuntungan seperti :
4
menggunakan gel elektroforesis untuk memisahkan protein berdasarkan
panjang polipeptida atau berdasarkan struktur 3D-nya. Protein tersebut
kemudian ditransfer ke sebuah membran, biasanya nitroselulosa atau PVDF,
dimana mereka kemudian akan dilacak dengan menggunakan antibodi yang
spesifik kepada protein target.
Proses mendeteksi protein target dapat dilakukan secara direct dan indirect.
Pendetksian secara direct (langsung) tidak membutuhkan antibodi sekunder
karena antibodi primer sudah langsung dilabeli oleh enzim maupun pewarna
fluorescent. Sedangkan pendeteksian secara indirect (tidak langsung) yaitu
antibodi primer ditambahkan lebih dahulu supaya berikatan dengan protein
antigen dalam sampel, lalu diikuti penambahan antibodi sekunder sehingga
antibodi sekunder dapat langsung berikatan dengan antibodi primer.
5
Fragmen DNA yang spesifik dideteksi dengan menggunakan pelacak. Pelacak
biasannya merupakan DNA yang dimurnikan dan bisa ditandai dengan aktifitas
spesifik radionukletida. Lokasi sinyal terlihat setelah autradiografi sehingga
dapat menentukan ukuran dari fragmen DNA terebut.
Southern blot digunakan penemuan gen dan pemetaan, evolusi dan studi
pengembangan, forensik dan diagnostik. Dalam tingkat genetic, southern blot
digunakan sebagai test untuk memastikan baha bagian DNA tertentu mengenal
urutan gen. Southern blot analysis untuk menandai karakter transforman.
Southern blot analysis bermanfaat untuk mengidentifikai bentuk berbeda,
menentukan, memasukkan atau menyisipkan jumlah copy dan untk mentedekti
gross DNA penyusun kembali yang mungkin telah terjadi perubahan.
6
BAB 3. PEMBAHASAN
7
formaldehid), (2) RNA sudah berupa untai tunggal dan membutuhkan kondisi
denaturasi yang lebih ringan, (3) RNA biasanya berukuran tertentu sehingga
tidak memelukan digesti enzim untuk memperoleh pola pita. Kedua prosedur
sangat mirip karena setelah elektroforesis RNA juga ditransfer ke membran
melalui difusi kapilaritas. Biasanya sinar UVdigunakan untuk mengikat
(crosslink) RNA pada membran sehingga tidak bergerak (imobilisasi).
- Urutan dengan homology parsial, tidak sama dengan PCR atau lain metoda
sehingga dapat digunakan sebagai hibridisasi pemeriksaan (yaitu urutan dari
jenis berbeda untuk homology analisa, atau bahkan fragmen genomic juga
dapat digunakan).
8
3.2 Prinsip Teknik Northern Blot
Teknik ini pada dasarnya hibridisasi asam nukleat, perbedaannya pada RNA
sebagai target. Probe sama dengan southern blot dengan target adalah mRNA.
Didalam eukariot pemilihan mRNA lebih efisien karena genomik DNA tidak
mempunyai intron yang mungkin interference yang mengikat probe untuk
mengoreksi sekuen. Dasarnya, teknik ini menggunakan mRNA sehingga pada
agarose gel tidak menggunakan perlakuan denaturasi dengan asam kuat.
Tahapan yang digunakan dalam metode ini yaitu: pemisahan mRNA dengan
elektroforesis, dipindahkan kedalam membran nylon dan diinkubasi dengan
probe yang utas tunggal. Probe yang sebelumnya dilabel dengan biotin atau
digoxigenin atau radioaktif. Membran kemudian diperlihatkan difilem atau
substrad kromegenic. Variasi dari hibridisasi Northern blot adalah dengan
teknik blot titik dimana sampel tidak diseparasi berdasarkan ukuran. Melalui
teknik ini mudah dilakukan hanya dengan membran ditetesi dengn mRNA dan
9
probe. Sepertihalnya sourthern blot DNA harus dibuat utas tunggal sebelum
dblot. Sebelum ditetesi dengan DNA sampel maka probe terlebih dahulu untuk
menghibridisasi probe. Kemudian membran difisualisasikan di filem. Jika probe
dan DNA atau RNA target mirip maka filem akan berwarna hitam.
1. Isolasi RNA
2. Elektroforesis
5. Pencucian
6. Deteksi
10
2. Mengisi sampel dalam sumur
Sampel RNA yang paling sering dipisahkan pada gel agarosa adalah sampel
yang mengandung formaldehid
Gel dilihat di bawah sinar UV untuk mengamati kualitas dan kuantitas RNA
sebelum blotting.
Membran nilon yang paling efektif untuk digunakan dalam northern blotting
adalah yang bermuatan positif karena memiliki afinitas tinggi.
11
h. Tempatkan membran nilon pada gel
i. Aliri membran nilon tersebut dengan larutan buffer
j. Tutup dengan menggunakan 2 kertas saring whatman berukuran 3mm
k. Hilangkan gelembung-gelembung yang ada
l. Tutup pula dengan plastic wrap
m. Tumpuk kertas tersebut dengan menggunakan handuk, tutupi dengan
piringan kaca diatas gel untuk memberikan berat
n. Tunggu hingga semalam
12
5. Membongkar sistem transfer
a. Pindahkan handuk dan kertas saring
b. Menyiapkan RNA pada membran nilon menggunakan crosslinker UV
transilluminator
6. Hibridisasi
a. Prehibridisasi membran dalam prehibridisasi buffer
SSC 6x
Denhardts 5x
SDS 0,5%
Denatured DNA 100 µg/ml
Formamide 50%
13
b. Inkubasi pada suhu 42oC selama 2-4 jam
14
Perlakuan :
a. Hibridisasi semalam
b. Buang larutannya
15
3.4 Aplikasi Northern Blotting dalam Penelitian
1. Deteksi Chemokine
Hasil dari penelitian ini transfer Th 1 pada cell memiliki effect dalam ekpresi
chemokine secara in vivo. Th1 cell akan menghambat ekpresi eotaxin, dimana
eotaxin ini diekpresikan sangat kuat pada model asthma. RANTES akan
diinduksi secara kuat pada model yang ditransfer Th1, dan tidak terinduksi pada
model asthma. Eotaxin diketahui berpotensi sebagai kemoatarkatan untuk
eosinophils. Kesimpulan dalam penelitian ini pemberian TH 1 dapat digunakan
dalam terapi asthma.
16
BAB 4. PENUTUP
Analisa dilakukan dengan cara isolasi RNA dari jaringan yang mempunyai
ekspresi gen yang paling tinggi.Dasarnya, teknik ini menggunakan mRNA
sehingga pada agarose gel tidak menggunakan perlakuan denaturasi dengan
asam kuat. Tata laksana pada metode Northern Blot dengan Menyiapkan
sampel RNA,Mengisi sampel dalam sumur dan alat dinyalakan pada 100 volt
selama 2 jam, Visualisasi integritas dari RNA menggunakan UV atau dengan
pewarnaan EtBr, Transfer menuju membran nilon, Membongkar sistem
transfer, Hibridisasi, Penambahan probe.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Peter C., Thomas W. Mackay. 1997. Diagnosis dan Terapi (alih bahasa).
Jakarta : EGC
Irifune, A., Yokohama,A., Sakai, K., Watanabe, H., Katayama, H., Ohnishi, H.,
Hamada, H., Nakajima, M., Kohno, Higaki, J. 2005. Adoptive transfer of T-helper cell
type 1 clones attenuates an asthmatic phenotype in mice. Eur Respir J (25): 653–
659.
Sambrook, J., Fritsch, E.F. and Maniatis, T.1989. Molecular Cloning. A Laboratory
Manual. Cold Spring Harbor: New York.
Trayhurn, P. 1996. Northern Blotting. Proceedings of the Nutrition Society (55): 583-
589.
18