Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik


penelitian studi kasus. Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2005) mendefinisikan
pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan dan
deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
lingkungannya dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan. Menurut Richie (dalam Moleong, 2005), pendekatan
kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam
dunia dari segi konsep, perilaku dan persepsi, serta persoalan tentang manusia
yang diteliti.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku
persepsi, motivasi, tindakan dan lain – lain. Secara holistik (utuh) dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah, dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005).

1. Pengertian Studi Kasus


Salah satu jenis dari pendekatan penelitian kualitatif adalah metode
studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena peneliti
ingin mengetahui lebih dalam mengenai fenomena forgiveness remaja panti
asuhan yang ditelantarkan oleh orang tua. Menurut Basuki (2006), studi
kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu
masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity) yang dapat
dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Dengan sasaran
perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Kasus

20
21

ini dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas,


atau bahkan masyarakat luas.
Yin (2002) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu inquiry empiris
yang menyelidiki fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dimana
multi sumber bukti dimanfaatkan. Selanjutnya Stake (dalam Basuki, 2006)
menekankan bahwa studi kasus bersifat naturalistik, berbasis pada budaya
dan minat fenomenologi. Penekanan studi kasus sendiri adalah
memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk
mendapatkan generalisasi.
Berdasarkan uraian di atas tentang pendekatan penelitian kualitatif
dengan metode studi kasus, maka dapat disimpulkan bahwa metode studi
kasus merupakan suatu inquiry empiris yang memiliki sifat kekhususan
(particularity), memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari
dengan sasaran perorangan maupun kelompok, serta dapat dilakukan dengan
metode kualitatif ataupun kuantitatif.

2. Ciri – ciri Studi Kasus


Ciri – ciri sebuah penelitian studi kasus menurut Basuki (2006) adalah
sebagai berikut :
a. Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian, tetapi suatu bentuk studi
tentang masalah yang khusus (particular).
b. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditunjukkan perorangan atau
individual) atau suatu kelompok.
c. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau
kompleks.
d. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang
suatu kasus.
e. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi.
22

3. Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus


Menurut Basuki (2006), terdapat kelebihan dan kelemahan dalam
metode penelitian studi kasus, yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan Studi Kasus
1) Studi kasus dapat menggungkapkan hal – hal yang spesifik, unik, dan
hal – hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi
yang lain. Studi kasus juga mampu mengungkap makna di balik
fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
2) Studi kasus tidak sekedar memberi laporan vakum, tetapi juga
memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran – pikiran yang
berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat
ditangkap oleh penelitian kualitatif yang sangat ketat.
b. Kelemahan Studi Kasus
Dari kacamata penelitian kualitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi
validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya
unik dalam bentuk kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari
generalisasi.

B. Subyek Penelitian

1. Karakteristik Subyek Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, pemberian batasan pada partisipan
merupakan suatu hal penting yang perlu dilakukan berkenaan dengan
pengontrolan keabsahan dan keajegan penelitian (Banister, dalam
Poerwandari, 2001). Berdasarkan tujuan penelitian, maka dipilih subyek
penelitian dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Usia remaja umur 12 sampai 20 tahun
b. Tinggal dalam lingkungan panti asuhan
c. Masih memiliki minimal salah satu orang tua kandung
d. Dititipkan oleh orang tua kandungnya di panti asuhan
23

e. Sudah mampu berkomitmen untuk memberikan forgiveness kepada orang


tuanya

2. Jumlah Subyek Penelitian


Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) tidak ada pedoman baku
mengenai jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yang fokus penelitiannya terletak pada kedalaman dan
proses, cenderung dilakukan dengan jumlah kasus yang sedikit
(Poerwandari, 2001).
Dalam penelitian ini, jumlah subyek penelitian yang akan digunakan
oleh peneliti adalah satu orang subyek dan satu significant other. Subyek
merupakan remaja yang ditelantarkan oleh orang tuanya dan dititipkan di
panti asuhan yang berada di daerah Jakarta, serta significant other yang
merupakan sahabat karib subyek di dalam panti asuhan.

C. Tahap Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian


Pertama – tama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan dimensi gambaran, tahapan dan faktor yang menyebabkan
forgiveness. Pedoman wawancara berisi pertanyaan mendasar yang nantinya
akan berkembang pada saat wawancara berlangsung, kemudian peneliti juga
mempersiapkan diri untuk kegiatan wawancara dengan subyek. Selanjutnya
peneliti melanjutkan pedoman observasi yang disusun berdasarkan perilaku
dan bahasa tubuh subyek selama kegiatan wawancara berlangsung dan
melakukan observasi tehadap lingkungan wawancara, serta pengaruhnya
terhadap subyek. Selanjutnya, peneliti mengambil subyek yang sesuai
dengan kriteria subyek penelitian. Sebelum wawancara dilaksanakan,
peneliti bertanya kepada subyek tentang kesediaannya untuk diwawancara.
Setelah subyek bersedia untuk diwawancarai, peneliti dan subyek membuat
kesepakatan tentang waktu yang tepat untuk pelaksanaan wawancara.
24

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Sebelum melakukan proses wawancara dengan subyek, pertama –
tama peneliti melakukan rapport atau pendekatan yang bertujuan agar
subyek merasa nyaman dan merasa tidak ada batasan pada saat wawancara
berlangsung. Peneliti juga memberi informasi kepada subyek mengenai
tujuan wawancara, yaitu untuk mengetahui bagaimana gambaran, faktor,
serta tahapan remaja panti asuhan untuk memberikan forgiveness kepada
orang tua yang telah menelantarkannya.
Setelah itu peneliti juga memberi tahu kepada subyek, alat bantu apa
saja yang akan digunakan saat proses wawancara berlangsung, seperti
handphone untuk merekam kegiatan wawancara, kamera digital dan
sebagainya. Jika subyek menolak atau tidak bersedia untuk menggunakan
alat bantu yang telah disebutkan, peneliti tidak bisa memaksakan untuk tetap
menggunakan alat bantu tersebut. Hal ini bertujuan agar subyek tetap
merasa nyaman. Kemudian peneliti mulai mewawancarai subyek sesuai
dengan waktu yang telah disepakati. Dalam melakukan wawancara, peneliti
juga melakukan observasi terhadap subyek, sebagai penunjang wawancara.
Setelah proses wawancara selesai, peneliti memindahkan data hasil
wawancara yaitu berupa rekaman atau audio ke dalam bentuk verbatim.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis dan interpretasi data. Kemudian
peneliti membuat dinamika, kesimpulan, serta saran – saran untuk subyek
dan penelitian selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan


data, yaitu teknik wawancara terbuka mendalam dan observasi.
25

1. Wawancara
a. Definisi Wawancara
Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006), wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang merupakan
proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap –
hadapan secara fisik. Menurut Sugiono (2010), wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan study
pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Wawancara adalah suatu
kegiatan tanya jawab dengan tatap muka antara pewawancara dengan
yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara
bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang
diwawancarai terkait dengan masalah yang diteliti (Basuki, 2006). Dapat
disimpulkan bahwa metode wawancara adalah teknik pengumpulan data,
dimana peneliti ingin mengetahui permasalahan – permasalahan subyek
secara mendalam dengan proses tanya jawab secara langsung.
b. Jenis – jenis Wawancara
Menurut Sarwono (dalam Poerwandari, 2005) terdapat beberapa jenis
wawancara sebagai berikut :
1) Wawancara bebas, dalam wawancara ini pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan
bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data – data yang
diinginkan.
2) Wawancara terarah, yaitu wawancara yang terfokus pada topik
tertentu.
3) Wawancara terbuka, dalam jenis wawancara ini pewawancara
diharuskan untuk membuat garis besar pokok pertanyaan – pertanyaan
yang akan diajukan dalam proses wawancara yang berguna sebagai
panduan dalam mengajukan pertanyaan.
26

4) Wawancara tertutup, yaitu wawancara yang jawabannya terbatas atau


terikat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terbuka secara
mendalam (in depth), dimana dalam jenis wawancara ini peneliti diharuskan
untuk membuat garis besar pokok pertanyaan – pertanyaan yang akan
diajukan dalam proses wawancara yang berguna sebagai panduan dalam
mengajukan pertanyaan. Dalam proses wawancara berlangsung tidak harus
terikat dengan panduan serta dapat menciptakan suasana yang nyaman,
rileks atau santai, sekaligus dapat menyesuaikan pertanyaan dengan konteks
aktual saat wawancara berlangsung, bahkan dapat menghasilkan berbagai
bentuk pertanyaan yang lebih kompleks, panduan itu sendiri dibuat hanya
untuk menjaga agar pokok – pokok yang ingin digali tercakup seluruhnya.

2. Observasi
a. Definisi Observasi
Katomo (dalam Basuki, 2006) menjelaskan bahwa observasi adalah study
yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala – gejala
psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Menurut Fudyartanta
(2004), observasi merupakan kegiatan mengenali tingkah laku individu
yang biasanya akan diakhiri dengan mencatat hal – hal yang dianggap
penting untuk menunjang informasi mengenai klien, serta informasi yang
diperoleh dari proses observasi adalah informasi situasi sekarang. Hadi
(dalam Sugiono, 2010) mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Melalui berbagai pengertian dari berbagai
sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan teknik
pengumpulan data melalui proses pengamatan dan pencatatan tingkah
laku subyek yang bertujuan untuk menambah informasi mengenai
subyek.
b. Jenis – jenis Observasi
27

Menurut Santana (2007) ada beberapa jenis observasi berdasarkan


kelompoknya, yaitu :
1) Berdasarkan prosedur dan pelaksanaan
a) Controlled Observation
Observasi terstruktur yang memiliki prosedur sangat ketat,
memiliki panduan observasi yang rinci, serta dilakukan simulasi
terlebih dahulu sebelum observasi yang sesungguhnya dilakukan.
b) Uncontrolled Observation
Observasi tidak berstruktur yang dilakukan secara spontan terhadap
suatu gejala tanpa memperhatikan kembali atas ketajaman hasil
observasi. Panduan observasi sebagai pedoman pelaksanaan dibuat
secara sederhana yang berisi garis besar pedoman observasi.
2) Berdasarkan hubungan observer dengan objek observasi
a) Observasi Partisipan
Observasi dengan interaksi sosial yang memakan waktu cukup
lama antara observer dan observee, karena observer terlibat
langsung dalam kegiatan sehari – hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, jadi tidak ada
jarak antara observer dengan gejala yang diobservasi.
b) Observasi Non Partisipan
Observasi dimana observer memperlakukan dan mempersiapkan
diri sedemikian rupa sehingga dirinya benar – benar berada
“diluar” atau tidak terlibat dalam situasi, lingkungan dan gejala
yang diamati. Dalam observasi ini, observer tidak terlibat langsung.
Kelemahan pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini
adalah sulit mendapatkan data yang mendalam dan penuh makna.
3) Berdasarkan hal yang diobservasi
a) Event Sampling
Observasi yang dilakukan hanya untuk mengamati beberapa aspek
tingkah laku pada saat tertentu.
b) Time Sampling
28

Observasi yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat apa


saja yang dilakukan individu dalam waktu tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik event sampling dalam
melakukan proses observasi.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Poerwandari (2005), peneliti sangat berperan dalam seluruh proses


penelitian, mulai dari memilik topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan
data, hingga menganalisis, menginterpretasikan dan mengumpulkan hasil
penelitian. Dalam mengumpulkan data – data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan empat alat bantu, yaitu :
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dibuat dan digunakan agar peneliti tidak menyimpang
dari tujuan penelitian dan kegiatan wawancara. Pedoman wawancara dibuat
berdasarkan teori yang digunakan dan berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dibuat dan digunakan agar pengamatan peneliti tidak
menyimpang dari tujuan observasi. Pedoman observasi dibuat berdasarkan
perilaku dan bahasa tubuh subyek selama kegiatan wawancara berlangsung,
serta observasi terhadap lingkungan wawancara dan juga pengaruhnya
terhadap perilaku subyek.
3. Alat Rekam
Alat rekam sangat berguna bagi peneliti ketika melakukan wawancara untuk
memudahkan peneliti dalam mendapatkan data, sehingga tidak perlu banyak
mencatat jawaban – jawaban subyek, serta agar peneliti dapat berkonsentrasi
saat melakukan tanya jawab. Alat perekam dapat digunakan jika sudah
mendapatkan ijin dari subyek yang bersangkutan.
4. Alat Tulis
29

Alat tulis merupakan salah satu alat yang sangat penting bagi peneliti, selain
untuk mencatat identitas subyek, alat tulis juga berguna untuk mencatat hal
– hal yang dianggap penting selama kegiatan wawancara berlangsung.

F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Dalam bukunya, Poerwandari (2005) menyatakan bahwa untuk mencapai


kredibilitas dalam suatu penelitian dengan metode kualitatif, ada beberapa teknik
yang dapat digunakan, salah satu teknik tersebut adalah dengan melakukan
triangulasi. Patton (dalam Poerwandari, 2005) melihat konsep triangulasi dalam
kerangka yang luas dengan membedakannya dalam empat macam, yaitu :
1. Triangulasi Data
Sebuah triangulasi yang menggunakan berbagai sumber data, seperti
dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subyek yang dianggap memiliki sudut
pandang yang berbeda.
2. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Dalam penelitian ini dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat
(expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan
data.
3. Triangulasi Teori
Penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan dalam BAB II untuk digunakan dan menguji data yang telah
dikumpulkan tersebut.
4. Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara, metode observasi atau metode kuantitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data dan triangulasi
pengamat untuk menjaga keabsahan dan keajegan dalam penelitian ini.
30

Triangulasi data dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara data verbatim


dari subyek sebagai informan kunci, data verbatim dari significant other dan juga
data hasil observasi terhadap subyek.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004), analisis data adalah proses mengorganisasikan


dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Langkah – langkah yang dilakukan untuk mengolah dan
menginterprestasikan data menurut Poerwandari (2005) yaitu :
1. Mengorganisasikan data dari tiap – tiap subyek dengan rapi, sistematis dan
selengkap mungkin.
2. Membubuhkan kode – kode pada materi yang diperoleh. Koding sendiri
dimaksutkan untuk dapat mengorganisasikan dan melakukan sistemasi data
secara lengkap dan mendetail, sehingga dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang dipelajari.
3. Analisis antar kasus, yaitu perbandingan informasi yang diperoleh dari tiap
subyek berdasarkan tema yang tampil.
4. Menginterprestasikan data, dilakukan supaya memahami data secara
mendalam. Saat menginterprestasikan data, peneliti memiliki perspektif
mengenai apa yang sedang ditelitinya dan menginterprestasikan data melalui
perspektif tersebut.

Anda mungkin juga menyukai