Anda di halaman 1dari 21

WAWASAN KEMARITIMAN

SEJARAH DAN ARAH PEMBANGUNAN


KEMARITIMAN NASIONAL

DISUSUN OLEH:

ADIN RAFAEL LYANO


E1A122040

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang dengan karunia-nya
sehingga kami diberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah “Sejarah Dan
Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional”. Maksud pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dosen pada mata kuliah Wawasan Kemaritiman.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini tentu masih ada kekurangan,
sehingga kami membutuhkan saran, kritik dan masukan yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis.

Kendari, 21 Juni 2023

Adin Rafael Lyano

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
1.1 Sejarah Kemaritiman Nasional.....................................................................................
1.1.1 Peranan Maritim Zaman Sriwijaya.......................................................................
1.1.2 Peranan Maritim Zaman Majapahit.....................................................................
1.1.3 Portugis dan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.........................................
1.1.4 Strategi VOC Menguasai Maritim Indonesia.......................................................
1.2 Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan........................................
1.3 Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional..............................................................
1.4 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim..................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
1.1 Kesimpulan...................................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan luas wilayah yang sebagian
besar adalah perairan tidak dapat dipisahkan dari narasi kemaritiman. Segala
peristiwa dan aktivitas masyarakat hampir selalu bersinggungan dengan air, baik
dalam konteks kelautan maupun dalam konteks yang lebih luas, meliputi segala
perairan yang membentang di tiap daerah. Peran air bagi masyarakat berkaitan erat
dengan fungsi air bagi kehidupan. Oleh karenanya, menurut Susanto Zuhdi (2006)
terdapat dua karakter pola negara di Indonesia, yaitu “negara laut-persungaian” dan
“negara persawahan dataran rendah”. Kedua pola tersebut bersinggungan langsung
dengan air, meski salah satunya berfokus di daratan.
Sejarah maritim terus mengalami perkembangan yang dinamis.
Berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan turut andil dalam perkembangan
kajian sejarah. Kebijakan-kebijakan baru lahir, di samping meningkatnya arus
industrialisasi dan globalisasi yang telah menimbulkan permasalahan kompleks.
Dalam konteks ini, posisi sejarah maritim layak dipertanyakan. Berdasar pada latar
belakang dan permasalahan tersebut, tulisan ini membahas mengenai perkembangan
sejarah kemaritiman nasional, kinerja ekonomi maritim indonesia masa
kemerdekaan, arah pembangunan kemaritiman nasional dan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi maritime.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Kemaritiman Nasional ?
2. Bagaimana Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan ?
3. Bagaimana Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional ?
4. Bagaimana Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Kemaritiman Nasional
2. Untuk mengetahui Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan
3. Untuk mengetahui Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional
4. Untuk mengetahui Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim

BAB II

2
PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Kemaritiman Nasional


Maritim berasal dari bahasa inggris “maritim” yang berarti Navigasi
atau Bahari. Berdasarkan kata tersebut, maka lahirlah istilah maritim power
yang berarti Negara maritim atau Negara Samudera. Dengan demikian
pemahaman terhadap kemaritiman sangat berkaitan dengan terminologi kelautan
atau yang berkenaan dengan lautan, pelayaran dan perdagangan laut. Indonesia
sebagai salah satu Negara maritim dengan pulau-pulau terbanyak dan luas
perairan 63 % dari luas wilayah Negara Indonesia.
Indonesia harus mampu mengelola segala potensi sumber daya yang
berkaitan dengan kemaritimannya, karena pada sektor maritimlah bangsa ini secara
fisik mengungguli Negara lain khususnya Negara Asean. Namun tidak juga
berarti mengabaikan keunggulan lain sebagai Negara Agraris dan Negara dengan
sumber daya manusia yang terbanyak ke 5 di dunia.
Tetapi di sisi lain, sumber daya alam di darat dan di laut yang berlimpah
masih menyisahkan kemiskinan penduduk, puluhan juta orang seperti tikus yang
kelaparan di lumbung padi. Inilah kondisi kehidupan yang ironi dialami negara
ini, yang seharusnya membuka mata dan menyadarkan semua komponen
bangsa, terutama pengelolah kebijakan di Negara ini.
Indonesia yang sebagian besar bangsanya memiliki kebudayaan maritim
dengan jiwa kebahariannya adalah bernafaskan filosofi “Hidup dengan Laut
dengan sumber kehidupan dari Laut” atau dikenal dengan “Yales Veva
Yayamahe”.
Sejak zaman Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, Indonesia telah dikenal
sebagai negeri maritim dan bangsa maritim sebagai Negara kepulauan yang
lebih 2/3 wilayahnya adalah laut, potensi ini telah menjadi kekuatan dan
ancaman yang mesti dikelola dengan efektif sehingga daya dorong dan daya
tariknya menguntungkan bangsa dan rakyat Indonesia.

3
1.1.1 Peranan Maritim Zaman Sriwijaya
Aktivitas dagang melalui pelayaran antar pulau, antar negara dan lintas
samudera yang paling jelas di Nusantara diawali pada era Kerajaan Sriwijaya
pada abad ke 5 Masehi. Pada saat itu Kerajaan Sriwijaya, Palembang sebagai
pelabuhan laut sekaligus sebagai ibu kota yang mampunyai fungsi strategis
sebagai pintu gerbang masuknya perdagangan antara India dan Tiongkok.
Pada abab ke 5 Masehi India dan Tiongkok adalah dua negara yang
memiliki aktivitas perdagangan yang besar dan saling membutuhkan, wilayah
Nusantara Indonesia merupakan salah satu pemasok komoditas perdagangan
berupa hasil pertaniaan, rempah- rempah, hasil hutan dan lain-lain. Untuk
memperlancar aktivitas dagang ke dua Negara, Sriwijaya membuka pintu
gerbang dagang yang paling strategis dan efesien serta saling menguntungkan ke
dua negara India dan Tiongkok dalam melakukan aktivitas perdagangan saat
itu di Selat Malaka.
Dengan adanya pintu gerbang dagang terbesar di Selat Malaka,
Sriwijaya memiliki otoritas untuk mengendalikan aktivitas perdagangan di jalur
Selat Malaka. Otoritas pengendalian arus barang dan jasa dalam aktivitas
perdagangan ini membuat Sriwijaya mampu mengumpulkan produk-produk
hasil pertanian, hasil hutan dan hasil laut di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
yang dimiliki Sriwijaya untuk kemudian turut dalam perdagangan India dan
Tiongkok serta bangsa lain di Selat Malaka.
Untuk menjamin kelangsungan aktivitas perdagangan baik antar pulau di
Nusantara maupun aktivitas dagang dengan bangsa- bangsa di dunia terutama
Tiongkok dan India serta negara-negara Eropa, Maka :
 Sriwijaya membanguan kekuatan keamanan yang tangguh yang
dipusatkan di Selat Malaka. Kekuatan armada laut dan darat Sriwijaya
mampu melindungi perairan laut Nusantara dari pembajakan dan serangan
dari negara lain yang akan merugikan Sriwijaya secara politik, aspek
ekonomi, dan keamanan.
 Selain strategi tersebut, Sriwijaya berusaha meningkatkan aktivitas dagang
dengan Tiongkok, India dan negara- negara Eropa dengan meningkatkan

4
keamanan dalam negeri khusunya diperairan Selat Malaka.
 Sriwijaya juga menjalin hubungan baik dengan Tiongkok melalui pengiriman
upeti, hal ini untuk menjamin Tiongkok tidak menyerang Sriwijaya dan
Sriwijaya lebih dahulu menguasai semenanjung Malaya sebelum Tiongkok
bergerak melakukan ekspansi ke negara-negara Asia.

Strategi diplomatik Sriwijaya memberikan manfaat berupa :


 Perkembangan kelancaran dalam berbagai aktivitas perdagangan bagi
seluruh Nusantara, sehingga perluasan dan penyatuan dagang baik
perdagangan Nusantara maupun perdagangan dengan India dan
Tiongkok serta perdagangan dengan bangsa Eropa.
 Sriwijaya juga terlihat dari kekaisaran Tiongkok melakukan pencatatan
dalam buku kekaisaran tentang kebesaran Kerajaan Sriwijaya dan
hubungan baiknya dengan Tiongkok. Dengan adanya hubungan
diplomatik dan aktivitas dagang yang baik dengan Tiongkok, Kerajaan
Sriwijaya diizinkan ke perairan Tiongkok untuk mengirim utusan
perwakilan Sriwijaya, kemudian Kerajaan Sriwijaya mendirikan
perwakilan di Tiongkok.
Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya berakhir, ketika Sriwijaya di kalahkan
oleh Kerajaan Jawa setelah melalui peperangan berulang- ulang. Setelah
Sriwijaya kalah pada tahun 1377, Raja Jawa menamakan Sriwijaya sebagai
Chiu Chiang yang artinya Pelabuhan Lama. Palembang sebagai pusat
perdagangan melalui Selat Malaka di Zaman Kerajaan Sriwijaya dihancurkan
dan diterlantarkan, sehingga semua fasilitas dagang tidak berfungsi dan
Palembang menjadi sarang perampok, artinya kekalahan Sriwijaya bukan hanya
secara politik tetapi juga melemahkan penguasaannya terhadap aktivitas
perdagangan antar pulau maupun antar negara, kemudian mengalihkan
pelabuhan-pelabuhan besar sebagai pusat strategis perdagangan antar pulau
dan antar negara di Jawa. Kerajaan Jawa terbesar sebelum penjajahan adalah
Kerajaan Majapahit.

5
1.1.2 Peranan Maritim Zaman Majapahit
Peranan kemaritiman pada Zaman Kerajaan Majapahit dimulai dengan
memposisikan Selat Malaka sebagai pusat lalu lintas perdagangan antar Negara, di
Jawa saat itu berkembang kerajaan Majapahit yang memeliki kekuatan armada
dagang yang tangguh baik dalam kekuatan penyatuan dagang antar Pulau di
Nusantara maupun kekuatan hubungan diplomatik dagang dengan bangsa-bangsa
lain di Asia dan Eropa. aktivitas diplomatik politik dan aktivitas dagang Tiongkok
dengan Majapahit baru berlangsung dengan baik pada tahun 1400 M – 1500 M.
Pada Saat ini ekspor berbagai komoditi hasil pertanian dan hasil hutan serta berbagai
komoditi hasil laut dilakukan oleh Kerajaan Jawa dikirim ke Tiongkok dan India.
Berdasarkan limpahan potensi sumber daya yang dimiliki Nusantara, maka pada
abad ke 12 dan abad ke 13 Tiongkok memandang bahwa Jawa sebagai negara
terkaya kedua diluar Tiongkok dan Arab, maka Tiongkok berusaha membangun
hubungan diplomatik dagang yang baik dengan Jawa sebelum Arab dan bangsa-
bangsa Eropa menguasai perdagangan dengan Jawa.
Dalam upaya membangunan kekuatan dagang dan penyatuan pusat-pusat
perdagangan Nusantara, Kerajaan Jawa membangun dan menempatkan Tuban
dan Hujang Galuh menjadi pelabuhan induk terbesar di Jawa Fungsi Pelabuhan
Tuban melayani pertukaran barang-barang domestik atau perdaagangan antara
pulau di Nusantara, sedangkan pelabuhan Hujang Galuh berfungsi untuk
melayani pertukaran barang-barang dagang dari Tiongkok, India dan bangsa-
bangsa Eropa. Pemisahan fungsi pelabuhan Tuban dan Hujan Gayuh tersebut
dimaksudkan untuk dapat mengontrol arus barang dan jasa yang diperdagang baik
Nusantara maupun secara Internasional, sehingga kekuatan perdagangan tetap
dikuasai oleh Kerajaan Majapahit yang saat itu merupakan Kerajaan terbesar di
Jawa.
Era Kerajaan Majapahit adalah era penyatuan Nusantara melalui penaklukan
sebagian besar kerajaan-kerajaan di Nusantara, kemudian kerjaan-kerajaan yang
telah ditaklukan diwajibkan membayar Upeti kepada Kerajaan Majapahit. Dari
penaklukan kerajaan-kerajaan Nusantara oleh Kerajaan Majapahit, kemudian
berkembang menjadi hubungan dagang antar pulau di Nusantara, sehingga aktivitas

6
ekonomi maritim berkembang di seluruh Nusantara. Pelabuhan Utama Kerajaan
Majapahit dibangunan di Bubat dan Canggu yang juga membangun gudang yang
berfungsi untuk penyimpanan barang-barang yang diturunkan dari pelabuhan-
pelabuhan Nusantara dan Mancanegara.
Sekitar tahun 1400 M, kedudukan Tuban sebagai pelabuhan utama di
Nusantara tergantikan dengan Malaka, kemudian ekonomi Maritim berkembang ke
arah Timur Nusantara, hal ini karena para pedagang dari Tiongkok membeli
sendiri rempah-rempah dari Timur Nusantara. Untuk membatasi aktivitas dagang
Tiongkok, pedagang Jawa membeli duluan barang rempah-rempah dari Timur
Nusantara.
Akhirnya aktivitas dagang yang semakin melemah, ketika Portugis mulai
menguasai perairan Selat Malaka pada tahun 1520 M, sehingga kejayaan Malaka
semakin meredupkan dan kekuasaan pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa. Pada
akhirnya penjajah dengan membawa bendera VOC sebagai perusahaan besar
menguasai komoditas perdagangan Indonesia Timur dan pada akhirnya
menguasai komoditas dan pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa.

1.1.3 Portugis dan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara


Runtuhnya Kerajaan Majapahit digantikan oleh Demak yang berkedudukan
di pantai Utara Jawa. Karena posisi geografis Demak yang sangat strategis baik dari
Indonesia Timur maupun dari Indonesia Barat menjadikan Demak segera
berkembang menjadi pusat ekonomi baru di Nusantara, para pedagang internasional
berdatangan bertukar komoditi di pelabuhan Demak, begitu pula para pedagang Jawa
menyebar sampai di semenanjung Arabia melanjutkan yang telah dilakukan pada
zaman Kerajaan Majapahit. Melihat peranan Portugis yang semakin mendominasi
perdagangan melalui jalur kemaritiman. Pada tahun 1511–1513 Sultan Demak Pati
Unus menggabungkan seluruh angkatan laut di Jawa untuk menyerang Portugis di
Malaka, tetapi serangan tersebut tidak berhasil, akibat dari kekalahan Kesultanan
Demak melawan Portugis, pusat pemerintahan kesultanan Demak dipindah dari
Demak ke Panjang dengan pelabuhan utama di Jepara.

7
Komoditi unggulan dagang di Banten yang sangat diminati oleh pedagang
Tiongkok, India, dan Eropa adalah Lada yang didatangkan dari Wilayah Indonesia
Timur seperti Maluku dan Ternate, sehingga Banten menjadi pusat perdagangan
domestik maupun luar negeri. Kemajuan ekonomi Banten dari perdagangan tersebut,
pada tahun 1681 Banten mendapat kepercayaan untuk membangun kedutaan besar
Banten di Inggris, karena Banten mampu membangun hubungan baik yang masing-
masing pihak telah memberikan keuntungan ekonomi dalam aktivitas dagang dengan
negara-negara Tiongkok, India, Eropa, Arab, Inggris, Belanda, dan Portugis.
Untuk Indonesia Barat yang menjadi pusat ekonomi maritim Nusantara yang
dekat dengan Selat Malaka adalah Aceh. Penguasaan Malaka oleh Portugis
memberikan keuntungan ekonomi maritim bagi Aceh, karena pedagang Muslim dari
barat lebih senang berhenti di Aceh daripada di Malaka. Sehingga perdagangan di
Aceh berkembang lebih pesat, sejalan dengan perkembangan dagang ini duta besar
Aceh dikirim ke Belanda dan menjadi duta besar Asia pertama yang diakui Belanda.
Makassar semula hanya berfungsi sebagai wilayah transit dagang, kemudian
berkembang menjadi pusat pertemuan dagang antara wilayah Nusantara bagian barat
dengan wilayah Nusantara bagian Timur, sehingga pertumbuhan ekonomi maritim
Makassar berkembang dengan cepat.
Terdapat empat pusat ekonomi maritim di Maluku, yaitu Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo, hubungan keempat pusat ekonomi maritim ini bersifat federatif
dan damai. Empat pusat ekonomi maritim ini menjadi pusat perdagangan rempah-
rempah dan hasil pertanian terbesar di Indonesia Timur. Berkembangnya ekonomi
maritim di Maluku yang pertama akibat kontak dagang dengan Tiongkok lewat
kedatangan armada dagang Tiongkok tahun 1371–1435 membeli komoditi cengkeh
dan rempah rempah, sejak itu penduduk lokal Maluku memproduksi cengkeh dan
rempah-rempah dalam jumlah yang besar.

1.1.4 Strategi VOC Menguasai Maritim Indonesia


Pada abab ke 17, ada dua perubahan besar yang menghancurkan
ekonomi maritim terutama pusat-pusat ekonomi maritim di utara jawa.
Pertama, Perkembangan Mataram dari selatan menyerang kota-kota pesisir

8
yang menjadi pusat ekonomi yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur
ekonomi maritim nusantara. Kedua, Belanda lewat VOC berhasil merebut
Malaka dari Portugis.
Akibat dua hal ini terjadi eksodus besar-besaran dari Malaka ke
Makasar di bagian Timur Nusantara, sementara di barat VOC berhadapan
langsung dengan Mataram yang telah menguasai jawa. Karena Mataram bukan
kerajaan maritim, maka VOC dengan mudah masuk dibagian pesisir yang belum
dikuasai Mataram. VOC menguasai nusantara dengan taktik dagang monopoli
dagang, pemaksaan penjualan komoditi hanya kepada orang Belanda jika
ditemukan menjual kepada orang eropa lain selain Belanda akan dikenakan
hukuman.
VOC telah menyadari kalau Mataram merupakan ancaman bagi mereka
(VOC). Rencana awal membangun pusat penjualan monopoli di Malaka dan
Batavia dengan pusat perdagangan maritim di Cerebon. Tetapi kemudian VOC
menyadari Mataram akan menjadi masalah karena Mataram menguasai jawa,
maka VOC mulai ikut campur dalam konflik internal di Istana Mataram untuk
memecah Mataram dari dalam, ketika Mataram sibuk dengan masalah
internalnya VOC menjalankan misi dagangnya sehingga VOC secara perlahan
menguasai Jawa seperti Cerebon dan Banten.
Setelah itu, VOC melakukan ekspansi ke wilayah Timur, Nusantara
VOC menaklukan Ternate tahun 1605 kemudian menduduki seluruh Maluku
dengan memonopoli komoditi cengkeh. Kemudian VOC menyerang pusat
eksodus di Makassar dan menaklukan Makassar pada tahun 1667. Penaklukan
ini membuat pedagang di Makasar kembali di jawa dan sebagian mejadi bajak laut
yang mengintai kapal dagang VOC dan kapal dagang Eropa.
Para pedagang nusantara masih beraktivitas, tetapi mereka bekerja di
bawah VOC menjadi distributor bagi VOC membawa barang dari pelabuhan
besar ke pelabuhan kecil atau sebaliknya.
VOC memanfaatkan modal besar dan tentaranya yang kuat untuk
mempertahankan monopoli dagang dan untuk menghancurkan pesaing dagang
pribumi kalau ada yang muncul.

9
VOC semakin mampu menguasai Mataram , pada tahun 1681 Mataram
menyerahkan Cerebon sepenuhnya ditangan VOC mendapat hak monopoli
atas komoditi yang diperdagangkan dengan bebas pajak dan biaya ekspor
impor.
Puncaknya pada tahun 1755 ketika Mataram menandatangani perjanjian
Giyanti dengan VOC yang menyebabkan raja Mataram dan raja Jogya
menyerahkan perdagangan mereka ke VOC. Praktis saat itu seluruh Nusantara
berada dalam genggaman monopoli VOC. Sampai ketika VOC mengalami
kebangrutan akibat korupsi dan para pemegang saham mereka kehilangan modal
karena membiyai perang besar di Eropa.

1.2 Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan


Pada tahun 1957 adalah tonggak sejarah pengakuan negara terhadap
pentingnya sektor ekonomi maritim. Deklarasi wawasan Maritim (Deklarasi
Djuanda) yang melihat laut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan NKRI,
Sukarno menyatakan : bahwa segala perairan dalam wilayah kedaulatan Republik
Indonesia harus dijaga, dilindungi dan dimanfaatkan potensi sumber daya yang
terkndung didalamnya untuk memberikan kemakmuran segenap rakyat Indonesia.
Setahun kemudian, pandangan ini diperjuangkan di PBB untuk mendapatkan
asas archipelago, pada tahun 1958 sambil menunggu keputusan PBB Sukarno
mengambil alih dominasi Belanda terhadap aktivitas kemaritiman. Pada tahun 1959
pemerintah mengeluarkan PP No. 45 tahun 1959 tentang Nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Maritim Belanda.
Pada tahun 1960 Sukarno meminta Angkatan Laut Republik Indonesia
(ALRI) menjalankan operasi tertip mengelilingi kawasan NKRI dan meneliti berapa
luas lautan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam forum Munas
Sukarno mengatakan: Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara
kuat, negara makmur, dan negara damai, jika dapat menguasai lautan. Untuk
menguasai lautan kita harus memeliki armada laut yang seimbang.
Pada tahun 1964 dibentuk Kementrian perindustrian dan kemaritiman,
Kementerian koordinator kompartemen kemaritiman Indonesia, Kementerian

10
hubungan laut Indonesia, dan Kementerian sumber daya ikan Indonesia.
Pemerintahan Sukarno berakhir, kemudian diganti oleh Suharto, yang menfokuskan
pada pengembangan sektor agraris, karena ada peluang dan potensi yang besar untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia melalui pembangunan sektor agraris
sekaligus kemaritiman.
Setelah B.J. Habibi menjadi Presiden kemudian meluncurkan Deklarasi
Bunaken pada tahun 1998 dengan Visi Pembangunan Kelautan Indonesia. B.J.
Habibi merencanakan pembangunan pelabuhan di Batam dan sekitar selat Malaka
untuk menyaingi Singapura, namun hanya berhasil membangun Batam sebagai
kawasan industri.
Pada era Presiden Abd. Rahman Wahid membentuk Departemen Ekplorasi
Kelautan tgl 26 oktober 1999, kemudian berganti nama menjadi Departemen
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001. Abd. Rahman Wahid menjadikan
Deklarasi Djuanda tgl 13 Desember sbagai hari Nusantara, kemudian membentuk
Dewan Maritim Indonesia kemudian berganti nama menjadi Dewan Kelautan
Indonesia tahun 2010.
Tonggak baru ekonomi Maritim Indonesia pada tahun 2012 pada KTT
Rio+20 di Brasil pada saat itu wacana Ekonomi Biru mulai berkembang ,
Ekonomi biru yang rama lingkungan merujuk pada ekonomi Maritim. Disinilah
tonggak baru. Sukarno telah meletahkan fondasi awal dengan menempatkan
Maritim sebagai kedaulatan bangsa, kemudian Suharto menempatkan maritim
sebagai Wawasan Nusantara, Habibi menempatkan pembangunan Maritim
sebagai pembangunan global yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia,
hal ini sama dengan Visi Abd. Rahman Wahid dan Megawati.
Pada tahun 2005 diterbitkan Instruksi Presiden No. 5 tahun 2005 tentang
pemberdayaan industri pelayaran Indonesia. Impres ini mengatur smua kapal yang
beroperasi diperairan harus dimiliki secara domestik. Impres juga merumuskan
kebijakan dibidang perdagangan dan keuangan (perpajakan, lembaga keuangan
dan asuransi) perhubungan (angkutan laut dan pelabuhan) perindustrian, energi dan
sumber daya miniral, serta pendidikan dan pelatihan.

11
Sejak tahun 2009 diadakan pesta rakyat berupa Indonesia Sail, lokasinya
berpindah-pindah pertama di Bunakem, ke dua di Banda, ke tiga di Wakatobi-
Bilitung, ke empat di Morotai, ke lima di Raja Empat, dan terakhir di teluk Tomini
tahun 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan betapa besar potensi
sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia dimata Internasional. Pada tahun
2014 dibentuk UU No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan. UU ini mengatur
tentang pemanfaatan laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya
dimanfaatkan secara komprenhensif.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur 13 November 2014
Presiden Jokowi menyatakan lima pilar pembangunan Indonesia sebagai pilar
poros ekonomi Maritim Dunia yang akan menjadi dasar mewujudkan cita-cita
besar bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat adil dan makmur, adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan budaya maritim.

2. Menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangunan


kedaulatan pangan laut, melalui pengembangan industri perikanan
dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
3. Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur dan koneksivitas
maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik dan
industri perkapalan, serta pariwisata maritm.
4. Diplomasi maritin dengan mengajak semua mitra Indonesia bekerja
sama dibidang kelautan.
5. Membangun kekuatan pertahanan ke Maritiman Indonesia.

1.3 Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional


Visi pemerintahan Indonesia saat ini adalah ”Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” dimana
salah satu misi yang akan diemban dalam rangka pencapaian visi Indonesia
tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional”.

12
Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh
peraturan perundang undangan kepada KKP dan penjabaran dari misi
pembangunan nasional, maka terdapat 3 pilar yang menjadi misi KKP yakni:
a. Kedaulatan (Sovereignty),
b. Keberlanjutan (Sustainability),
c. Kesejahteraan (Prosperity),
Tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan Indonesia di atas
merupakan lanjutan dari pencapaian pembangunan sektor kelautan. Sasaran
strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan tujuan yang akan
dicapai sebelumnya adalah:
a. Meningkatnya peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional
b. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan
yang memiliki komoditas unggulan.
c. Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian
sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar
Nelayan/Pembudidayaan Ikan.
d. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan.
e. Meningkatnya branding produk perikanan dan produk perikanan dan
market share di pasar luar negeri.
f. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar
g. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan
h. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil.
i. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh
aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan
perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan
ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan
ekonomi serta iklim sosial politik yang kondusif. Melihat potensi sumber daya
kelautan dan perikanan yang begitu besar, maka tantangan lain yang timbul

13
adalah maraknya kegiatan Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing
yang berdampak merugikan negara dan mengancam kelestarian sumber daya
kelautan dan perikanan. Disamping itu, terdapat permasalahan yang dihadapi yang
menjadi strategyc issue untuk dilakukan upaya tindak lanjut, antara lain:
a. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan
perikanan yang disebabkan struktur armada yang masih didominasi oleh
kapal berukuran kecil, belum terintegrasinya sistem produksi hulu dan hilir,
dan masih terbatasnya sarana dan prasarana yang dibangun. Dalam
pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada permasalahan
implementasi kebijakan tata ruang,terbatasnya prasarana saluran irigasi,
terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul, mahalnya
harga pakan, dan serangan hama dan penyakit ikan/udang serta adanya
pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya.
Indonesia juga masih menghadapi beberapa kondisi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung untuk memenuhi persyaratan mutu produk
ekspor hasil perikanan yang semakin ketat dari negara pengimpor, seperti
Uni Eropa. Aspek yang mempengaruhi lemahnya daya saing dan
produktivitas yang sangat mendasar adalah aspek kualitas SDM dan
kelembagaannya yang minim dan tidak merata di seluruh wilayah
Indonesia.
b. Dalam rangka pengembangan usaha, permasalahan yang dihadapi adalah
masih belum diperolehnya dukungan permodalan usaha dari perbankan dan
lembaga keuangan lainnya.
c. Bencana alam seringkali menimbulkan berbagai kerusakan mulai dari tingkat
ringan hingga berat yang merusak sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan, perumahan penduduk hingga korban jiwa, yang memerlukan
upaya mitigasi yang lebih baik.
d. Permasalahan lain adalah adanya degradasi lingkungan perairan,
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, adanya species
tertentu yang belum dilindungi, eksploitasi sumber daya ikan yang
berlebihan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

14
(WPP-NRI), produksi hasil perikanan belum dapat dimanfaatkan oleh Unit
Pengolahan Ikan secara maksimal, dan PNBP perikanan yang masih rendah.

1.4 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim


Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Kemaritiman
Indonesia merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi
negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia melalui
pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan suatu strategi dan program percepatan
dan perluasan pembangunan berbasis potensi sumber daya kemaritiman setiap
pulau dan Daerah.
Dalam dokumen Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia, Pelaksanaannya dilakukan untuk mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang
terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan
Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dilakukan dengan
mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:
1) Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi
Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa,
Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi
Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku.
2) Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan
terhubung secara global (locally integrated, globally connected);
3) Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung
pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesiaakan menjadi dokumen yang
terintegrasi dan komplementer, sertapenting dan khusus untuk melakukan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi kemaritiman Indonesia.
Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan
sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus
pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari

15
sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku
kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan
partisipatif.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diletakkan pada 8 program
utama, yaitu perikanan, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata,
dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama
tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip dasar dan prasyarat keberhasilan pembangunan. Adapun 22
kegiatan ekonomi utama yaitu : Telematika, Perkapalan, Tekstil, Makanan
Minuman, Besi Baja, Alutsista, Kelapa sawit, Karet, Kakao, Peternakan,
Perkayuan, Minyak dan Gas, Batu bara, Nikel, Tembaga, Bauksit, Perikanan,
Pariwisata, Pertnian pangan, Jabodetabek area, KSN selat sunda, dan Peralatan
transportasi. Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan
berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
seluruh Indonesia.

16
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sebuah visi dan misi bersama harus ada pada semua aras institusi negara yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan kemaritiman dan kelautan dengan implikasi
secara ekonomi sehingga sektor maritim dan kelautan menjadi aras utama dalam
kebijakan pembangunan nasional. lnilah yang kemudian menjadi tugas besar dari
semua komponen bangsa untuk menjawab problem struktural bangsa yakni
kemiskinan, keterbelakangan, dan ketergantungan terhadap negara maju seperti
bertambahnya jumlah utang, Pemerintah harus mampu mengelola potensi maritim
dan kelautan untuk kepentingan perekonomian nasional dengan tidak hanya
mengandalkan kehadiran kementerian terkait, tetapi juga harus membangun
keterkaitan dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya baik di pusat
maupun daerah.

17

Anda mungkin juga menyukai