Makalah Wawasan Kemaritiman Adin
Makalah Wawasan Kemaritiman Adin
DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang dengan karunia-nya
sehingga kami diberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah “Sejarah Dan
Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional”. Maksud pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dosen pada mata kuliah Wawasan Kemaritiman.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini tentu masih ada kekurangan,
sehingga kami membutuhkan saran, kritik dan masukan yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
1.1 Sejarah Kemaritiman Nasional.....................................................................................
1.1.1 Peranan Maritim Zaman Sriwijaya.......................................................................
1.1.2 Peranan Maritim Zaman Majapahit.....................................................................
1.1.3 Portugis dan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.........................................
1.1.4 Strategi VOC Menguasai Maritim Indonesia.......................................................
1.2 Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan........................................
1.3 Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional..............................................................
1.4 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim..................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
1.1 Kesimpulan...................................................................................................................
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Kemaritiman Nasional
2. Untuk mengetahui Kinerja Ekonomi Maritim Indonesia Masa Kemerdekaan
3. Untuk mengetahui Arah Pembangunan Kemaritiman Nasional
4. Untuk mengetahui Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Maritim
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
1.1.1 Peranan Maritim Zaman Sriwijaya
Aktivitas dagang melalui pelayaran antar pulau, antar negara dan lintas
samudera yang paling jelas di Nusantara diawali pada era Kerajaan Sriwijaya
pada abad ke 5 Masehi. Pada saat itu Kerajaan Sriwijaya, Palembang sebagai
pelabuhan laut sekaligus sebagai ibu kota yang mampunyai fungsi strategis
sebagai pintu gerbang masuknya perdagangan antara India dan Tiongkok.
Pada abab ke 5 Masehi India dan Tiongkok adalah dua negara yang
memiliki aktivitas perdagangan yang besar dan saling membutuhkan, wilayah
Nusantara Indonesia merupakan salah satu pemasok komoditas perdagangan
berupa hasil pertaniaan, rempah- rempah, hasil hutan dan lain-lain. Untuk
memperlancar aktivitas dagang ke dua Negara, Sriwijaya membuka pintu
gerbang dagang yang paling strategis dan efesien serta saling menguntungkan ke
dua negara India dan Tiongkok dalam melakukan aktivitas perdagangan saat
itu di Selat Malaka.
Dengan adanya pintu gerbang dagang terbesar di Selat Malaka,
Sriwijaya memiliki otoritas untuk mengendalikan aktivitas perdagangan di jalur
Selat Malaka. Otoritas pengendalian arus barang dan jasa dalam aktivitas
perdagangan ini membuat Sriwijaya mampu mengumpulkan produk-produk
hasil pertanian, hasil hutan dan hasil laut di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
yang dimiliki Sriwijaya untuk kemudian turut dalam perdagangan India dan
Tiongkok serta bangsa lain di Selat Malaka.
Untuk menjamin kelangsungan aktivitas perdagangan baik antar pulau di
Nusantara maupun aktivitas dagang dengan bangsa- bangsa di dunia terutama
Tiongkok dan India serta negara-negara Eropa, Maka :
Sriwijaya membanguan kekuatan keamanan yang tangguh yang
dipusatkan di Selat Malaka. Kekuatan armada laut dan darat Sriwijaya
mampu melindungi perairan laut Nusantara dari pembajakan dan serangan
dari negara lain yang akan merugikan Sriwijaya secara politik, aspek
ekonomi, dan keamanan.
Selain strategi tersebut, Sriwijaya berusaha meningkatkan aktivitas dagang
dengan Tiongkok, India dan negara- negara Eropa dengan meningkatkan
4
keamanan dalam negeri khusunya diperairan Selat Malaka.
Sriwijaya juga menjalin hubungan baik dengan Tiongkok melalui pengiriman
upeti, hal ini untuk menjamin Tiongkok tidak menyerang Sriwijaya dan
Sriwijaya lebih dahulu menguasai semenanjung Malaya sebelum Tiongkok
bergerak melakukan ekspansi ke negara-negara Asia.
5
1.1.2 Peranan Maritim Zaman Majapahit
Peranan kemaritiman pada Zaman Kerajaan Majapahit dimulai dengan
memposisikan Selat Malaka sebagai pusat lalu lintas perdagangan antar Negara, di
Jawa saat itu berkembang kerajaan Majapahit yang memeliki kekuatan armada
dagang yang tangguh baik dalam kekuatan penyatuan dagang antar Pulau di
Nusantara maupun kekuatan hubungan diplomatik dagang dengan bangsa-bangsa
lain di Asia dan Eropa. aktivitas diplomatik politik dan aktivitas dagang Tiongkok
dengan Majapahit baru berlangsung dengan baik pada tahun 1400 M – 1500 M.
Pada Saat ini ekspor berbagai komoditi hasil pertanian dan hasil hutan serta berbagai
komoditi hasil laut dilakukan oleh Kerajaan Jawa dikirim ke Tiongkok dan India.
Berdasarkan limpahan potensi sumber daya yang dimiliki Nusantara, maka pada
abad ke 12 dan abad ke 13 Tiongkok memandang bahwa Jawa sebagai negara
terkaya kedua diluar Tiongkok dan Arab, maka Tiongkok berusaha membangun
hubungan diplomatik dagang yang baik dengan Jawa sebelum Arab dan bangsa-
bangsa Eropa menguasai perdagangan dengan Jawa.
Dalam upaya membangunan kekuatan dagang dan penyatuan pusat-pusat
perdagangan Nusantara, Kerajaan Jawa membangun dan menempatkan Tuban
dan Hujang Galuh menjadi pelabuhan induk terbesar di Jawa Fungsi Pelabuhan
Tuban melayani pertukaran barang-barang domestik atau perdaagangan antara
pulau di Nusantara, sedangkan pelabuhan Hujang Galuh berfungsi untuk
melayani pertukaran barang-barang dagang dari Tiongkok, India dan bangsa-
bangsa Eropa. Pemisahan fungsi pelabuhan Tuban dan Hujan Gayuh tersebut
dimaksudkan untuk dapat mengontrol arus barang dan jasa yang diperdagang baik
Nusantara maupun secara Internasional, sehingga kekuatan perdagangan tetap
dikuasai oleh Kerajaan Majapahit yang saat itu merupakan Kerajaan terbesar di
Jawa.
Era Kerajaan Majapahit adalah era penyatuan Nusantara melalui penaklukan
sebagian besar kerajaan-kerajaan di Nusantara, kemudian kerjaan-kerajaan yang
telah ditaklukan diwajibkan membayar Upeti kepada Kerajaan Majapahit. Dari
penaklukan kerajaan-kerajaan Nusantara oleh Kerajaan Majapahit, kemudian
berkembang menjadi hubungan dagang antar pulau di Nusantara, sehingga aktivitas
6
ekonomi maritim berkembang di seluruh Nusantara. Pelabuhan Utama Kerajaan
Majapahit dibangunan di Bubat dan Canggu yang juga membangun gudang yang
berfungsi untuk penyimpanan barang-barang yang diturunkan dari pelabuhan-
pelabuhan Nusantara dan Mancanegara.
Sekitar tahun 1400 M, kedudukan Tuban sebagai pelabuhan utama di
Nusantara tergantikan dengan Malaka, kemudian ekonomi Maritim berkembang ke
arah Timur Nusantara, hal ini karena para pedagang dari Tiongkok membeli
sendiri rempah-rempah dari Timur Nusantara. Untuk membatasi aktivitas dagang
Tiongkok, pedagang Jawa membeli duluan barang rempah-rempah dari Timur
Nusantara.
Akhirnya aktivitas dagang yang semakin melemah, ketika Portugis mulai
menguasai perairan Selat Malaka pada tahun 1520 M, sehingga kejayaan Malaka
semakin meredupkan dan kekuasaan pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa. Pada
akhirnya penjajah dengan membawa bendera VOC sebagai perusahaan besar
menguasai komoditas perdagangan Indonesia Timur dan pada akhirnya
menguasai komoditas dan pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa.
7
Komoditi unggulan dagang di Banten yang sangat diminati oleh pedagang
Tiongkok, India, dan Eropa adalah Lada yang didatangkan dari Wilayah Indonesia
Timur seperti Maluku dan Ternate, sehingga Banten menjadi pusat perdagangan
domestik maupun luar negeri. Kemajuan ekonomi Banten dari perdagangan tersebut,
pada tahun 1681 Banten mendapat kepercayaan untuk membangun kedutaan besar
Banten di Inggris, karena Banten mampu membangun hubungan baik yang masing-
masing pihak telah memberikan keuntungan ekonomi dalam aktivitas dagang dengan
negara-negara Tiongkok, India, Eropa, Arab, Inggris, Belanda, dan Portugis.
Untuk Indonesia Barat yang menjadi pusat ekonomi maritim Nusantara yang
dekat dengan Selat Malaka adalah Aceh. Penguasaan Malaka oleh Portugis
memberikan keuntungan ekonomi maritim bagi Aceh, karena pedagang Muslim dari
barat lebih senang berhenti di Aceh daripada di Malaka. Sehingga perdagangan di
Aceh berkembang lebih pesat, sejalan dengan perkembangan dagang ini duta besar
Aceh dikirim ke Belanda dan menjadi duta besar Asia pertama yang diakui Belanda.
Makassar semula hanya berfungsi sebagai wilayah transit dagang, kemudian
berkembang menjadi pusat pertemuan dagang antara wilayah Nusantara bagian barat
dengan wilayah Nusantara bagian Timur, sehingga pertumbuhan ekonomi maritim
Makassar berkembang dengan cepat.
Terdapat empat pusat ekonomi maritim di Maluku, yaitu Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo, hubungan keempat pusat ekonomi maritim ini bersifat federatif
dan damai. Empat pusat ekonomi maritim ini menjadi pusat perdagangan rempah-
rempah dan hasil pertanian terbesar di Indonesia Timur. Berkembangnya ekonomi
maritim di Maluku yang pertama akibat kontak dagang dengan Tiongkok lewat
kedatangan armada dagang Tiongkok tahun 1371–1435 membeli komoditi cengkeh
dan rempah rempah, sejak itu penduduk lokal Maluku memproduksi cengkeh dan
rempah-rempah dalam jumlah yang besar.
8
yang menjadi pusat ekonomi yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur
ekonomi maritim nusantara. Kedua, Belanda lewat VOC berhasil merebut
Malaka dari Portugis.
Akibat dua hal ini terjadi eksodus besar-besaran dari Malaka ke
Makasar di bagian Timur Nusantara, sementara di barat VOC berhadapan
langsung dengan Mataram yang telah menguasai jawa. Karena Mataram bukan
kerajaan maritim, maka VOC dengan mudah masuk dibagian pesisir yang belum
dikuasai Mataram. VOC menguasai nusantara dengan taktik dagang monopoli
dagang, pemaksaan penjualan komoditi hanya kepada orang Belanda jika
ditemukan menjual kepada orang eropa lain selain Belanda akan dikenakan
hukuman.
VOC telah menyadari kalau Mataram merupakan ancaman bagi mereka
(VOC). Rencana awal membangun pusat penjualan monopoli di Malaka dan
Batavia dengan pusat perdagangan maritim di Cerebon. Tetapi kemudian VOC
menyadari Mataram akan menjadi masalah karena Mataram menguasai jawa,
maka VOC mulai ikut campur dalam konflik internal di Istana Mataram untuk
memecah Mataram dari dalam, ketika Mataram sibuk dengan masalah
internalnya VOC menjalankan misi dagangnya sehingga VOC secara perlahan
menguasai Jawa seperti Cerebon dan Banten.
Setelah itu, VOC melakukan ekspansi ke wilayah Timur, Nusantara
VOC menaklukan Ternate tahun 1605 kemudian menduduki seluruh Maluku
dengan memonopoli komoditi cengkeh. Kemudian VOC menyerang pusat
eksodus di Makassar dan menaklukan Makassar pada tahun 1667. Penaklukan
ini membuat pedagang di Makasar kembali di jawa dan sebagian mejadi bajak laut
yang mengintai kapal dagang VOC dan kapal dagang Eropa.
Para pedagang nusantara masih beraktivitas, tetapi mereka bekerja di
bawah VOC menjadi distributor bagi VOC membawa barang dari pelabuhan
besar ke pelabuhan kecil atau sebaliknya.
VOC memanfaatkan modal besar dan tentaranya yang kuat untuk
mempertahankan monopoli dagang dan untuk menghancurkan pesaing dagang
pribumi kalau ada yang muncul.
9
VOC semakin mampu menguasai Mataram , pada tahun 1681 Mataram
menyerahkan Cerebon sepenuhnya ditangan VOC mendapat hak monopoli
atas komoditi yang diperdagangkan dengan bebas pajak dan biaya ekspor
impor.
Puncaknya pada tahun 1755 ketika Mataram menandatangani perjanjian
Giyanti dengan VOC yang menyebabkan raja Mataram dan raja Jogya
menyerahkan perdagangan mereka ke VOC. Praktis saat itu seluruh Nusantara
berada dalam genggaman monopoli VOC. Sampai ketika VOC mengalami
kebangrutan akibat korupsi dan para pemegang saham mereka kehilangan modal
karena membiyai perang besar di Eropa.
10
hubungan laut Indonesia, dan Kementerian sumber daya ikan Indonesia.
Pemerintahan Sukarno berakhir, kemudian diganti oleh Suharto, yang menfokuskan
pada pengembangan sektor agraris, karena ada peluang dan potensi yang besar untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia melalui pembangunan sektor agraris
sekaligus kemaritiman.
Setelah B.J. Habibi menjadi Presiden kemudian meluncurkan Deklarasi
Bunaken pada tahun 1998 dengan Visi Pembangunan Kelautan Indonesia. B.J.
Habibi merencanakan pembangunan pelabuhan di Batam dan sekitar selat Malaka
untuk menyaingi Singapura, namun hanya berhasil membangun Batam sebagai
kawasan industri.
Pada era Presiden Abd. Rahman Wahid membentuk Departemen Ekplorasi
Kelautan tgl 26 oktober 1999, kemudian berganti nama menjadi Departemen
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001. Abd. Rahman Wahid menjadikan
Deklarasi Djuanda tgl 13 Desember sbagai hari Nusantara, kemudian membentuk
Dewan Maritim Indonesia kemudian berganti nama menjadi Dewan Kelautan
Indonesia tahun 2010.
Tonggak baru ekonomi Maritim Indonesia pada tahun 2012 pada KTT
Rio+20 di Brasil pada saat itu wacana Ekonomi Biru mulai berkembang ,
Ekonomi biru yang rama lingkungan merujuk pada ekonomi Maritim. Disinilah
tonggak baru. Sukarno telah meletahkan fondasi awal dengan menempatkan
Maritim sebagai kedaulatan bangsa, kemudian Suharto menempatkan maritim
sebagai Wawasan Nusantara, Habibi menempatkan pembangunan Maritim
sebagai pembangunan global yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia,
hal ini sama dengan Visi Abd. Rahman Wahid dan Megawati.
Pada tahun 2005 diterbitkan Instruksi Presiden No. 5 tahun 2005 tentang
pemberdayaan industri pelayaran Indonesia. Impres ini mengatur smua kapal yang
beroperasi diperairan harus dimiliki secara domestik. Impres juga merumuskan
kebijakan dibidang perdagangan dan keuangan (perpajakan, lembaga keuangan
dan asuransi) perhubungan (angkutan laut dan pelabuhan) perindustrian, energi dan
sumber daya miniral, serta pendidikan dan pelatihan.
11
Sejak tahun 2009 diadakan pesta rakyat berupa Indonesia Sail, lokasinya
berpindah-pindah pertama di Bunakem, ke dua di Banda, ke tiga di Wakatobi-
Bilitung, ke empat di Morotai, ke lima di Raja Empat, dan terakhir di teluk Tomini
tahun 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan betapa besar potensi
sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia dimata Internasional. Pada tahun
2014 dibentuk UU No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan. UU ini mengatur
tentang pemanfaatan laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya
dimanfaatkan secara komprenhensif.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur 13 November 2014
Presiden Jokowi menyatakan lima pilar pembangunan Indonesia sebagai pilar
poros ekonomi Maritim Dunia yang akan menjadi dasar mewujudkan cita-cita
besar bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat adil dan makmur, adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan budaya maritim.
12
Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh
peraturan perundang undangan kepada KKP dan penjabaran dari misi
pembangunan nasional, maka terdapat 3 pilar yang menjadi misi KKP yakni:
a. Kedaulatan (Sovereignty),
b. Keberlanjutan (Sustainability),
c. Kesejahteraan (Prosperity),
Tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan Indonesia di atas
merupakan lanjutan dari pencapaian pembangunan sektor kelautan. Sasaran
strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan tujuan yang akan
dicapai sebelumnya adalah:
a. Meningkatnya peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional
b. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan
yang memiliki komoditas unggulan.
c. Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian
sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar
Nelayan/Pembudidayaan Ikan.
d. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan.
e. Meningkatnya branding produk perikanan dan produk perikanan dan
market share di pasar luar negeri.
f. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar
g. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan
h. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil.
i. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh
aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan
perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan
ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan
ekonomi serta iklim sosial politik yang kondusif. Melihat potensi sumber daya
kelautan dan perikanan yang begitu besar, maka tantangan lain yang timbul
13
adalah maraknya kegiatan Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing
yang berdampak merugikan negara dan mengancam kelestarian sumber daya
kelautan dan perikanan. Disamping itu, terdapat permasalahan yang dihadapi yang
menjadi strategyc issue untuk dilakukan upaya tindak lanjut, antara lain:
a. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan
perikanan yang disebabkan struktur armada yang masih didominasi oleh
kapal berukuran kecil, belum terintegrasinya sistem produksi hulu dan hilir,
dan masih terbatasnya sarana dan prasarana yang dibangun. Dalam
pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada permasalahan
implementasi kebijakan tata ruang,terbatasnya prasarana saluran irigasi,
terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul, mahalnya
harga pakan, dan serangan hama dan penyakit ikan/udang serta adanya
pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya.
Indonesia juga masih menghadapi beberapa kondisi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung untuk memenuhi persyaratan mutu produk
ekspor hasil perikanan yang semakin ketat dari negara pengimpor, seperti
Uni Eropa. Aspek yang mempengaruhi lemahnya daya saing dan
produktivitas yang sangat mendasar adalah aspek kualitas SDM dan
kelembagaannya yang minim dan tidak merata di seluruh wilayah
Indonesia.
b. Dalam rangka pengembangan usaha, permasalahan yang dihadapi adalah
masih belum diperolehnya dukungan permodalan usaha dari perbankan dan
lembaga keuangan lainnya.
c. Bencana alam seringkali menimbulkan berbagai kerusakan mulai dari tingkat
ringan hingga berat yang merusak sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan, perumahan penduduk hingga korban jiwa, yang memerlukan
upaya mitigasi yang lebih baik.
d. Permasalahan lain adalah adanya degradasi lingkungan perairan,
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, adanya species
tertentu yang belum dilindungi, eksploitasi sumber daya ikan yang
berlebihan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
14
(WPP-NRI), produksi hasil perikanan belum dapat dimanfaatkan oleh Unit
Pengolahan Ikan secara maksimal, dan PNBP perikanan yang masih rendah.
15
sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku
kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan
partisipatif.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diletakkan pada 8 program
utama, yaitu perikanan, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata,
dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama
tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip dasar dan prasyarat keberhasilan pembangunan. Adapun 22
kegiatan ekonomi utama yaitu : Telematika, Perkapalan, Tekstil, Makanan
Minuman, Besi Baja, Alutsista, Kelapa sawit, Karet, Kakao, Peternakan,
Perkayuan, Minyak dan Gas, Batu bara, Nikel, Tembaga, Bauksit, Perikanan,
Pariwisata, Pertnian pangan, Jabodetabek area, KSN selat sunda, dan Peralatan
transportasi. Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan
berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
seluruh Indonesia.
16
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sebuah visi dan misi bersama harus ada pada semua aras institusi negara yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan kemaritiman dan kelautan dengan implikasi
secara ekonomi sehingga sektor maritim dan kelautan menjadi aras utama dalam
kebijakan pembangunan nasional. lnilah yang kemudian menjadi tugas besar dari
semua komponen bangsa untuk menjawab problem struktural bangsa yakni
kemiskinan, keterbelakangan, dan ketergantungan terhadap negara maju seperti
bertambahnya jumlah utang, Pemerintah harus mampu mengelola potensi maritim
dan kelautan untuk kepentingan perekonomian nasional dengan tidak hanya
mengandalkan kehadiran kementerian terkait, tetapi juga harus membangun
keterkaitan dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya baik di pusat
maupun daerah.
17