Tugas
Tugas
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. NURUL AULYA ( 2304030)
2. SAHBIL (2304038)
3.RENDY RAHMAWAN (2304034)
4.RISMAN MUFLIHUN (2304035)
PRODI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
a. Menurut bahasa
Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari
satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain.1
b. Menurut istilah
transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor)
ke orang sakit (resipien), dimana darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah.Transfusi darah dilakukan untuk menyelamatkan
pasien dalam keadaan darurat tertentu.3
c. Menurut ahli
Kata transfusi darah adalah terjemahan dari “blood transfution” yang berasal dari
bahasa Inggris. Seorang dokter dari Arab menerjemahkan dengan “pemindahan
darah yang disebabkan suatu kebutuhan medis”.
1
Umi Ulfiyah, Memahami Seluk Beluk Transfusi Darah dan Bank Darah (Jakarta: Adhi Aksara Abadi
Indonesia 2014) hlm.4
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 11.30
3
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/10/13/transfusi-darah/, di akses pada 12 Oktober 2023 pukul
11.50
Kemudian diartikan dengan istilah “memindahkan lalu menuangkan darah” oleh
Dr. Ahmad Sofyan. Lalu kemudian dirumuskannya definisi transfusi darah dengan
makna, “memindahkan-menuangkan darah artinya memasukkan darahnya melalui
pembuluh darah kepada orang lain yang dibantunya”
Menurut Keperawatan :
Transfusi darah atau blood transfution (bahasa Inggris) adalah memindahkan darah
dari seseorang kepada orang lain dalam rangka menyelamatkan jiwanya. Darah
adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut dengan
plasma dan sel darah.5
2. Dalil ( Al-Qur’an/Hadis)
Mufti Syafi' mengatakan bahwa melakukan transfusian darah ke dalam peredaran tubuh
orang lain adalah haram hukumnya, karena darah adalah benda najis.Dasar yang beliau
jadikan pijakan dalam mengeluarkan fatwa ini adalah pendapatnya Imam as-Syafi'i dalam
kitab al-Um sebagai berikut: “Jika seseorang memasukkan darah ke dalam kulitnya,
kemudian darah itu berkembang (fanabata ‘alaih), maka darah tersebut wajib dikeluarkan
dan ia wajib mengganti shalatnya yang sudah ia lakukan setelah memasukkan darah
tersebut."
Dalil lain tentang kenajisan darah manusia adalah hadis Bukhari dan Muslim dari Asma’
ra., ia berkata:
4
Heny Lutfiana Hamdi, Achmad fageh,”TRANFUSI DARAH DALAM TIMBANGAN FIKIH: Antara Najis
dan Masalah Prespektif Kaidah al- Darat Yuzal”,Vol.15 No.1,(Juni 2021),hlm.15
5
https://repository.uin-suska.ac.id/3557/3/BAB%20II.pdf, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 12.07
َف َق َل ْت ْح َد َن ُي ُب َث ْو َب َه ْن َد ْل َح ْي َض َك ْي َف َأ ٌة َل
: ِة ا ِم ِم ا َج اَء ْت اْم َر ِإ ى الَّن ِب ي صلى هللا عليه وسلم ا ِإ ا ا ِص ي
َت ْص َن ُع
“Seorang wanita datang kepada Nabi saw dan berkata:” Salah seorang dari kami
pakaiannya terkena darah haidh, apa yang harus ia perbuat?” Nabi saw bersabda:
“kupas dan lepaskan darah itu lalu kerok dengan ujung jari dan kuku sambil dibilas air,
kemudian cuci dan shalat dengannya" (HR. Bukhari Muslim)
Bahwa wanita tersebut diperintahkan oleh Nabi saw untuk mencucinya sebelum ia shalat
menggunakan pakaian itu adalah dalil kenajisan darah. Adapun dalil keharaman memakan
dan meminumnya adalah firman Allah swt:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu
kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam
keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-An’am
[6]: 145)
Dari ayat di atas jelas bahwa darah haram untuk dikonsumsi karena darah dan semacamnya
itu adalah rijsun (kotor). Kenajisan tersebut dikuatkan oleh Nabi dalam sabdanya yang
diriwayatkan oleh Imam al- Bukhari dari Jabir bin Abdullah ra., bahwa ia mendengar
Rasulullah saw pada hari Fath Mekah pada saat di Mekah Beliau bersabda:
َّل َأ َأ َف ْل ْن َمْل ْل َخ َّن الَّل َه َو َر ُس وَل ُه َح َّر َم
َبْيَع ا ْم ِر َو ا ْي َت ِة وا ِخ زيِر واألصنام ِق يَل َي ا َر ُس وَل ال ِه َر ْي َت شُح وم امليتة ِإ
َو ُي ْذ َه ُن َه ا اْل ُج ُل وُد َو َي ْس َت ْص ُح َه ا الَّن اُس َف َق اَل اَل ُه َو َح َم ُث َق ُس ُل َف َّن َه ا ُي طَل ي َه ا الَّس ْف ُن
َر ا َّم اَل َر و ِهللا ِب ِب ِب ِب ِإ
َد َذ َك َق َت َل َّل ُه ْل َيُه َد َّن َّل َه َّمَل َح َّر َم ُش ُح َم َم ُل ُه ُث َّم َب ُع ُه َف َأ َك ُل َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم
وا ا و و ها ج و ِع ن ِل ا ال ا و ِإ ال ا ِه
َث َم َنُه
"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan menjual khamr, bangkai, babi dan
berhala. Lalu dikatakan: ya Rasulullah bagaimana pendapatmu dengan lemak bangkai,
itu bisa untuk memvernish kapal, melumasi kulit dan dipakai orang untuk penerangan".
Maka Rasul saw bersabda: "tidak, lemak bangkai itu haram" kemudian pada saat
demikian Rasulullah saw bersabda: "celakalah Yahudi, ketika Allah mengharamkan lemak
hewan lalu mereka jadikan samin kemudian mereka jual dan mereka makan harganya."
(HR. Bukhari27)
Ketidak bolehan ini karena manusia dilarang mencari kesembuhan dengan benda najis,
sebab banyak sekali anjuran dari Rasul untuk berobat dengan benda yang suci. Dasar yang
mereka jadikan dalil adalah hadis Nabi saw:
Maka dari itu, darah tidak bisa dibuat sebagai alat untuk menyembuhkan penyakit sebab
dengan berobat menggunakan darah maka dia sama saja berobat dengan yang diharamkan
oleh Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini, Ibnu Mas'ud berkata bahwa Allah tidak akan
menjadikan kesembuhan pada kalian dengan apa-apa yang Dia haramkan.
Berbeda dengan pandangan di atas bahwa boleh melakukan transfusi darah dengan alasan
dharurat demi menjaga kehidupan manusia (hifd an- Nafs). Dasar yang dijadikan dalil
adalah analogi antara air susu dan darah. Air susu keluar secara alamiah (ketika bayi
menetek pada payudara ibunya) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tubuh
ibu. Air susu berfungsi sebagai makanan bagi bayi setelah masuk ke dalam perutnya.
Sementara syari'at sangat mengakui arti pentingnya ASI bagi bayi. Adapun darah diambil
dari tubuh manusia dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubuh ditransfusikan ke dalam
tubuh orang lain untuk menjaga kehidupan bagi orang yang sudah emergensi. Dengan
demikian, meskipun darah merupakan benda najis, namun mendonorkan darah untuk
ditrasfusikan ke orang lain hukumnya ja'iz (boleh) karena dharurat. Sama halnya dengan
memanfaatkan benda najis sebagai obat.
Allah berfirman:
َّن َم ا َح َّر َم َع َل ْي ُك ُم اَمْلْي َت ُة َو الَّد َم َو َل ْح َم اْل ْن ي َو َم ا ُأ َّل َغ ْي هللا َف َم اْص َط َّر َغ ْي َر َب ا َو اَل َع اٍد َف اَل ْث َم
ِإ ِغ ِن ِه ِب ِه ِل ِر ِخ ِز ِر ِإ
ُف َغ َهللا َّن َل َع
]173 /وٌر َر ِح يٌم [البقرة ِه ِإ
ْي
"Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (QS. Al- Maidah[05]: 32]
Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan Syari'at Islam, yaitu bahwa sesungguhnya
Syari'at Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan bagi umat manusia,
baik di dunia maupun di akhirat.
Kemaslahan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam transfusi adalah untuk
menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat manusia dalam keadaan
darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan
jiwanya. Sebagaimana kaidah fiqh:
ُت ُح َمْلْح ُظ َر
الضروريات ِب ي ا و اِت
Kondisi darurat bisa membolehkan hal-hal yang dilarang dan bisa menghapus dosa dari
perbuatan tersebut. Jadi transfusi darah sudah menjadi alternatif terakhir dari pengobatan
untuk menjaga dan menyelamatkan kehidupan manusia. Maka dalam hal ini najis pun
seperti darah, boleh dipergunakan untuk mempertahankan hidup manusia.
ال خراَم َم َع الَّض ُر َو َر َو اَل َك َر اَه ًة َم َع ْل َح َج
ا ا ِة ٍة
Artinya: “tidak ada keharaman dalam darurat, tidak ada kemakruhan dalam hajat”
Kedudukan kaidah tersebut menjelaskan bahwa Agama Islam membolehkan hal-hal yang
haram bila berhadapan dengan hajat manusia dan darurat. Dengan demikian transfusi darah
untuk menyelamatkan seorang pasien dibolehkan karena hajaat dan keadaan darurat.6
6
Saini,”Donor dan Jual Beli Darah untuk Transfusi Perspektif Hukum Islam Respon Hukum Islam terhadap
Praktik Donor dan Transfusi Darah serta jual Beli Darah untuk Transfusi dalam bingkai Hifd an-
Nafs(menjaga jiwa)” Vol.4 No.1,( Juni 2022)hlm 9-13