Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGANALISIS HUKUM DAN SIKAP HUKUM
TRANSFUSI DARAH
DOSEN PENGAMPU : Muh.Addarunnafis ,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. NURUL AULYA ( 2304030)
2. SAHBIL (2304038)
3.RENDY RAHMAWAN (2304034)
4.RISMAN MUFLIHUN (2304035)
PRODI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS MBOJO BIMA


2023
A. PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang notabenenya mengharuskan


seseorang manusia itu untuk menolong manusia yang lain, apalagi itu
terkait dengan masalah nyawa. Tentunya hal itu dilakukan sesuai dengan
kemampuan dan tidak merugikan pihak mana pun. Transfusi darah
merupakan salah satu wujud kepedulian kita kepada sesama manusia.
Secara sosiologis, masyarakat telah lazim melakukan donor darah untuk
kepentingan pelaksanaan transfusi, baik secara sukarela maupun dengan
menjual kepada yang membutuhkannya. Keadaan ini perlu ditentukan
status hukumnya atas dasar kajian ilmiah. Masalah transfusi darah adalah
masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak ditemukan hukumnya
dalam fikih pada masa-masa pembentukan hukum Islam. Al- Qur'an dan
Hadis pun sebagai sumber hukum Islam, tidak menyebutkan hukumnya,
sehingga pantaslah hal ini disebut sebagai masalah ijtihadi guna menjawab
permasalahan mengenal hubungan pendonor dengan resepien, hukum
menjual belikan darah dan hukum transfusi darah dengan orang beda
agama, karena untuk mengetahui hukumnya diperlukan metode. metode
istinbath atau melalui penalaran terhadap prinsip-prinsip umum agama
Islam.
B. ISI
1. Pengertian

a. Menurut bahasa

Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari
satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain.1

Dalam bahasa Indonesia, pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan


kesehatan berupa pemberian darah/komponen darah kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan atau pemilihan kesehatan2

b. Menurut istilah

transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor)
ke orang sakit (resipien), dimana darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah.Transfusi darah dilakukan untuk menyelamatkan
pasien dalam keadaan darurat tertentu.3

c. Menurut ahli

Kata transfusi darah adalah terjemahan dari “blood transfution” yang berasal dari
bahasa Inggris. Seorang dokter dari Arab menerjemahkan dengan “pemindahan
darah yang disebabkan suatu kebutuhan medis”.
1
Umi Ulfiyah, Memahami Seluk Beluk Transfusi Darah dan Bank Darah (Jakarta: Adhi Aksara Abadi
Indonesia 2014) hlm.4
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 11.30
3
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/10/13/transfusi-darah/, di akses pada 12 Oktober 2023 pukul
11.50
Kemudian diartikan dengan istilah “memindahkan lalu menuangkan darah” oleh
Dr. Ahmad Sofyan. Lalu kemudian dirumuskannya definisi transfusi darah dengan
makna, “memindahkan-menuangkan darah artinya memasukkan darahnya melalui
pembuluh darah kepada orang lain yang dibantunya”

Adapun definisi transfusi darah menurut Syekh Al-Husain Muhammad Makhluf


mengatakan yaitu “Transfusi darah merupakan mengambil manfaat dari darah
seseorang, yaitu yang sehat tubuhnya lalu dipindahkannya ke tubuh orang yang
sakit karena untuk mempertahankan hidup”.4

Menurut Keperawatan :

Transfusi darah atau blood transfution (bahasa Inggris) adalah memindahkan darah
dari seseorang kepada orang lain dalam rangka menyelamatkan jiwanya. Darah
adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut dengan
plasma dan sel darah.5

2. Dalil ( Al-Qur’an/Hadis)

Mufti Syafi' mengatakan bahwa melakukan transfusian darah ke dalam peredaran tubuh
orang lain adalah haram hukumnya, karena darah adalah benda najis.Dasar yang beliau
jadikan pijakan dalam mengeluarkan fatwa ini adalah pendapatnya Imam as-Syafi'i dalam
kitab al-Um sebagai berikut: “Jika seseorang memasukkan darah ke dalam kulitnya,
kemudian darah itu berkembang (fanabata ‘alaih), maka darah tersebut wajib dikeluarkan
dan ia wajib mengganti shalatnya yang sudah ia lakukan setelah memasukkan darah
tersebut."

Dalil lain tentang kenajisan darah manusia adalah hadis Bukhari dan Muslim dari Asma’
ra., ia berkata:

4
Heny Lutfiana Hamdi, Achmad fageh,”TRANFUSI DARAH DALAM TIMBANGAN FIKIH: Antara Najis
dan Masalah Prespektif Kaidah al- Darat Yuzal”,Vol.15 No.1,(Juni 2021),hlm.15
5
https://repository.uin-suska.ac.id/3557/3/BAB%20II.pdf, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 12.07
‫َف َق َل ْت ْح َد َن ُي ُب َث ْو َب َه ْن َد ْل َح ْي َض َك ْي َف‬ ‫َأ ٌة َل‬
: ‫ِة‬ ‫ا ِم ِم ا‬ ‫َج اَء ْت اْم َر ِإ ى الَّن ِب ي صلى هللا عليه وسلم ا ِإ ا ا ِص ي‬
‫َت ْص َن ُع‬

‫ َت ْح ُتُه ُث َّم َتْق ُر ُص ُه اَمْلا ُث َّم َت ْن َص ُح ُه ُث َّم ُت َص‬: ‫؟ َق اَل‬


‫ِّل ي ِف ْي ِه‬ ‫ِب ِء‬ ‫ِب ِه‬

“Seorang wanita datang kepada Nabi saw dan berkata:” Salah seorang dari kami
pakaiannya terkena darah haidh, apa yang harus ia perbuat?” Nabi saw bersabda:
“kupas dan lepaskan darah itu lalu kerok dengan ujung jari dan kuku sambil dibilas air,
kemudian cuci dan shalat dengannya" (HR. Bukhari Muslim)

Bahwa wanita tersebut diperintahkan oleh Nabi saw untuk mencucinya sebelum ia shalat
menggunakan pakaian itu adalah dalil kenajisan darah. Adapun dalil keharaman memakan
dan meminumnya adalah firman Allah swt:

‫َل ْل ْن‬ ‫َل ُك َمْل َة‬


]173/‫[البقرة‬... ‫ِإ َّن َم ا َح َّر َم َع ْي ْم ا ْي َت َو الَّد َم َو ْح َم ا ِخ ِز ير‬

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi......."


(QS. Al- Baqarah[02]:173).

‫َأ ْو َد ًم َم ْس ُف ًح َأ ْو َل ْح َم ْن‬ ‫ُق ْل اَل َأ ُد َم ُأ َي َل َّي ُم َح َّر ًم َع َل َط َي ْط َع ُم ُه اَّل َأ ْن َي ُك َن َم ْي َت ًة‬


‫ِخ ِز يٍر‬ ‫و ا‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ِإ‬ ‫ا ى اِع ٍم‬ ‫ِج ِف ي ا وِح ِإ‬
‫َغ‬ ‫َف َم اْص َط َّر َغ ْي َر َب ا َو اَل َع ا َف َّن‬ ‫َف َّنُه ْج ٌس َأ ْو ْس ًق ُأ َّل َغ ْي َّل‬
/‫َرَّب َك ُف وٌر َر ِح يٌم [األنعام‬ ‫ِإ‬ ‫ٍد‬ ‫ِغ‬ ‫ِف ا ِه ِل ِر ال ِب ِن‬
‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِإ ِر‬
]145

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu
kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam
keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-An’am
[6]: 145)
Dari ayat di atas jelas bahwa darah haram untuk dikonsumsi karena darah dan semacamnya
itu adalah rijsun (kotor). Kenajisan tersebut dikuatkan oleh Nabi dalam sabdanya yang
diriwayatkan oleh Imam al- Bukhari dari Jabir bin Abdullah ra., bahwa ia mendengar
Rasulullah saw pada hari Fath Mekah pada saat di Mekah Beliau bersabda:

‫َّل َأ َأ‬ ‫َف‬ ‫ْل ْن‬ ‫َمْل‬ ‫ْل َخ‬ ‫َّن الَّل َه َو َر ُس وَل ُه َح َّر َم‬
‫َبْيَع ا ْم ِر َو ا ْي َت ِة وا ِخ زيِر واألصنام ِق يَل َي ا َر ُس وَل ال ِه َر ْي َت شُح وم امليتة‬ ‫ِإ‬
‫َو ُي ْذ َه ُن َه ا اْل ُج ُل وُد َو َي ْس َت ْص ُح َه ا الَّن اُس َف َق اَل اَل ُه َو َح َم ُث َق ُس ُل‬ ‫َف َّن َه ا ُي طَل ي َه ا الَّس ْف ُن‬
‫َر ا َّم اَل َر و ِهللا‬ ‫ِب ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِإ‬
‫َد َذ َك َق َت َل َّل ُه ْل َيُه َد َّن َّل َه َّمَل َح َّر َم ُش ُح َم َم ُل ُه ُث َّم َب ُع ُه َف َأ َك ُل‬ ‫َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم‬
‫وا‬ ‫ا و‬ ‫و ها ج و‬ ‫ِع ن ِل ا ال ا و ِإ ال ا‬ ‫ِه‬
‫َث َم َنُه‬

"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan menjual khamr, bangkai, babi dan
berhala. Lalu dikatakan: ya Rasulullah bagaimana pendapatmu dengan lemak bangkai,
itu bisa untuk memvernish kapal, melumasi kulit dan dipakai orang untuk penerangan".
Maka Rasul saw bersabda: "tidak, lemak bangkai itu haram" kemudian pada saat
demikian Rasulullah saw bersabda: "celakalah Yahudi, ketika Allah mengharamkan lemak
hewan lalu mereka jadikan samin kemudian mereka jual dan mereka makan harganya."
(HR. Bukhari27)
Ketidak bolehan ini karena manusia dilarang mencari kesembuhan dengan benda najis,
sebab banyak sekali anjuran dari Rasul untuk berobat dengan benda yang suci. Dasar yang
mereka jadikan dalil adalah hadis Nabi saw:

‫َف‬ ‫ُك‬ ‫َق‬


‫اَل َر ُس وُل هللا صلى هللا عليه وسلم إن هللا أنَزَل الَّد اَء َو الَّد َو اة َو َج َع َل ِل ِّل َد اٍء َد واَء َتَد اَو ْو ا‬

‫وال تداووا بحرام‬


"Rasulullah saw bersabda: Allah menurunkan penyakit dan obat, dan Dia menjadikan
bagi setiap penyakit ada obatnya, maka berobatkal kalian dan jangan berobat dengan
barang haram. "(HR. Abi Daud)

Maka dari itu, darah tidak bisa dibuat sebagai alat untuk menyembuhkan penyakit sebab
dengan berobat menggunakan darah maka dia sama saja berobat dengan yang diharamkan
oleh Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini, Ibnu Mas'ud berkata bahwa Allah tidak akan
menjadikan kesembuhan pada kalian dengan apa-apa yang Dia haramkan.
Berbeda dengan pandangan di atas bahwa boleh melakukan transfusi darah dengan alasan
dharurat demi menjaga kehidupan manusia (hifd an- Nafs). Dasar yang dijadikan dalil
adalah analogi antara air susu dan darah. Air susu keluar secara alamiah (ketika bayi
menetek pada payudara ibunya) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tubuh
ibu. Air susu berfungsi sebagai makanan bagi bayi setelah masuk ke dalam perutnya.
Sementara syari'at sangat mengakui arti pentingnya ASI bagi bayi. Adapun darah diambil
dari tubuh manusia dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubuh ditransfusikan ke dalam
tubuh orang lain untuk menjaga kehidupan bagi orang yang sudah emergensi. Dengan
demikian, meskipun darah merupakan benda najis, namun mendonorkan darah untuk
ditrasfusikan ke orang lain hukumnya ja'iz (boleh) karena dharurat. Sama halnya dengan
memanfaatkan benda najis sebagai obat.

Allah berfirman:

‫َّن َم ا َح َّر َم َع َل ْي ُك ُم اَمْلْي َت ُة َو الَّد َم َو َل ْح َم اْل ْن ي َو َم ا ُأ َّل َغ ْي هللا َف َم اْص َط َّر َغ ْي َر َب ا َو اَل َع اٍد َف اَل ْث َم‬
‫ِإ‬ ‫ِغ‬ ‫ِن‬ ‫ِه ِب ِه ِل ِر‬ ‫ِخ ِز ِر‬ ‫ِإ‬
‫ُف‬ ‫َغ‬ ‫َهللا‬ ‫َّن‬ ‫َل‬ ‫َع‬
]173 /‫وٌر َر ِح يٌم [البقرة‬ ‫ِه ِإ‬
‫ْي‬

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,darah, daging babi, dan


binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah[02]:173).

Menurut Mufti Syafi',pembolehan ini harus memenuhi beberapa ketentuan berikut:


a. Transfusi hanya boleh dilakukan ketika ada kebutuhan mendesak untuk itu. Artinya
harus ada kekawatiran dari seorang dokter yang kompeten di bidangnya bahwa
pasien sedang terancam jiwanya dan tidak ada jalan lain untuk menyelamatkannya
kecuali dengan transfusi darah.
b. Ketika tidak terdapat kondisi yang membahayakan nyawa pasien, dan dalam
pandangan dokter ahli pasien tersebut tidak akan sembuh kecuali dengan
ditransfusikan darah.
Dalil lain yang mendukung kebolehan transfusi darah adalah kaidah-kaidah fiqh, antara
lain:

‫اَملْش ُق ُة َت ْج ِل ُب الَّتْي ِس يَر‬

"Kesulitan dapat mendatangkan pada kemudahan. "


Agama Islam membolehkan hal-hal yang makruh dan yang haram bila berhadapan dengan
hajat dan darurat.Dalam konteks jual beli darah untuk kebutuhan transfusi sangat besar
manfaatnya. Yaitu untuk menjaga dan menyelamatkan nyawa seseorang. Allah berfirman:

‫َف َك َأ َأ‬ ‫َأ‬


]32/ ‫َو َم ْن ْح َي اَه ا َّن َم ا ْح َي ا الَّن اَس َج ِم يًع ا [املائدة‬

"Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (QS. Al- Maidah[05]: 32]

Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan Syari'at Islam, yaitu bahwa sesungguhnya
Syari'at Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan bagi umat manusia,
baik di dunia maupun di akhirat.

Kemaslahan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam transfusi adalah untuk
menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat manusia dalam keadaan
darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan
jiwanya. Sebagaimana kaidah fiqh:
‫ُت ُح َمْلْح ُظ َر‬
‫الضروريات ِب ي ا و اِت‬

"Kondisi-kondisi darurat dapat memperbolehkan pada hal-hal yang dilarang. "

Kondisi darurat bisa membolehkan hal-hal yang dilarang dan bisa menghapus dosa dari
perbuatan tersebut. Jadi transfusi darah sudah menjadi alternatif terakhir dari pengobatan
untuk menjaga dan menyelamatkan kehidupan manusia. Maka dalam hal ini najis pun
seperti darah, boleh dipergunakan untuk mempertahankan hidup manusia.
‫ال خراَم َم َع الَّض ُر َو َر َو اَل َك َر اَه ًة َم َع ْل َح َج‬
‫ا ا ِة‬ ‫ٍة‬

Artinya: “tidak ada keharaman dalam darurat, tidak ada kemakruhan dalam hajat”

Kedudukan kaidah tersebut menjelaskan bahwa Agama Islam membolehkan hal-hal yang
haram bila berhadapan dengan hajat manusia dan darurat. Dengan demikian transfusi darah
untuk menyelamatkan seorang pasien dibolehkan karena hajaat dan keadaan darurat.6

6
Saini,”Donor dan Jual Beli Darah untuk Transfusi Perspektif Hukum Islam Respon Hukum Islam terhadap
Praktik Donor dan Transfusi Darah serta jual Beli Darah untuk Transfusi dalam bingkai Hifd an-
Nafs(menjaga jiwa)” Vol.4 No.1,( Juni 2022)hlm 9-13

Anda mungkin juga menyukai