Gambut tropika terbentuk melalui proses paludifikasi dari penebalan gambut karena tumpukan bahan organik dalam keadaan tergenang air. Dominasi yang kuat dari bahan organik sebagai penyusunnya mengakibatkan karakteristik tanah gambut berbeda dengan tanah mineral sehingga pengelolaannya untuk pertanian bersifat spesifik dan perlu kehati-hatian. Pembentukan tanah gambut memerlukan waktu ribuan tahun melalui proses yang sangat beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya. Pembentukan tanah gambut memerlukan waktu ribuan tahun melalui proses yang sangat beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya. Dengan luas 10- 12% lahan gambut dunia, lahan gambut tropika menyimpan 191 Gt atau sepertiga karbon yang tersimpan pada lahan gambut (Page, 2002). Prinsip pengaturan tata air pada lahan gambut juga harus memperhitungkan dampaknya terhadap laju dekomposisi gambut. menggambarkan hubungan linier antara tinggi muka air di saluran drainase dengan laju emisi gambut sebagai dampak peningkatan laju dekomposisi gambut, artinya semakin dalam tinggi muka air di saluran drainase maka laju emisi dari lahan gambut semakin meningkat, namun hal ini berlaku sampai kedalam 120 cm. Artinya hubungan antara emisi dan kedalaman drainase tidak selalu bersifat linier, pada kedalaman tertentu laju emisi kembali mengalami penurunan, kemungkinan pada kondisi gambut yang terlalu kering aktivitas mikroorganisme dekomposer kembali menurun. Namun demikian peluang peningkatan emisi tetap tinggi akibat risiko terjadinya kebakaran gambut menjadi lebih tinggi (Hooijere, 2006). Infiltrasi adalah proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam penganekaragaman hujan menjadi aliran sungai. Air yang menginfiltrasi itu pertama- pertama diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke permukaan tanah. Dalam hal tertentu, infiltrasi itu berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum setiap tanah bersangkutan. Kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi intensitas curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi (I). Menurut Utaya (2008), perbedaan kapasitas infiltrasi pada berbagai penggunaan lahan menunjukkan bahwa faktor vegetasi memiliki peran besar dalam menentukan kapasitas infiltrasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas infiltrasi pada tanah bervegetasi akan cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang tidak bervegetasi. Meningkatkan banyaknya air yang masuk kedalam tanah dengan meningkatkan simpanan depresi yang ditimbulkan oleh pengolahan tanah, pembuatan galengan atau pengolahan lahan menurut kontur, mengurangi besarnya evaporasi, dengan pemberian mulsa misalnya juga memperbesar jumlah air yang masuk kedalam tanah, pemupukan dengan pupuk organik. Penutupan tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan laju infiltrasi suatu lahan Arsyad (2006). Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan tebal serasah, tipe vegetasi dan tumbuhan bawah (Asdak, 2010). Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus, dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah liat (Achmad, 2011). Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas hujan (laju penyediaan air) lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, terjadilah genangan air di permukaan tanah atau aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat infiltrasi terjadi. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran dan kemantapan pori tanah. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi; a). Ukuran pori, laju masuknya air hujan ke dalam tanah ditentukan oleh ukuran dan susunan pori– pori makro. Pori yang demikian ini dinamai porositas aerasi, karena pori-pori mempunyai diameter yang cukup besar (>0,06 mm) yang memungkinkan air keluar dengan cepat. Pori-pori demikian juga memungkinkan udara ke luar dari tanah, sehingga tanah beraerasi baik. Dahulu, tanah yang berpori dengan ukuran demikian dikatakan mempunyai porositas nonkapiler. Pori-pori berukuran besar demikian ini dapat disebabkan oleh tekstur kasar atau agregasi butir-butir primer; b). Kemantapan pori