Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang


Gambut tropika terbentuk melalui proses paludifikasi dari penebalan gambut
karena tumpukan bahan organik dalam keadaan tergenang air. Dominasi yang kuat
dari bahan organik sebagai penyusunnya mengakibatkan karakteristik tanah gambut
berbeda dengan tanah mineral sehingga pengelolaannya untuk pertanian bersifat
spesifik dan perlu kehati-hatian. Pembentukan tanah gambut memerlukan waktu
ribuan tahun melalui proses yang sangat beragam antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Pembentukan tanah gambut memerlukan waktu ribuan tahun melalui proses
yang sangat beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya. Dengan luas 10-
12% lahan gambut dunia, lahan gambut tropika menyimpan 191 Gt atau
sepertiga karbon yang tersimpan pada lahan gambut (Page, 2002).
Prinsip pengaturan tata air pada lahan gambut juga harus memperhitungkan
dampaknya terhadap laju dekomposisi gambut. menggambarkan hubungan linier
antara tinggi muka air di saluran drainase dengan laju emisi gambut sebagai dampak
peningkatan laju dekomposisi gambut, artinya semakin dalam tinggi muka air di
saluran drainase maka laju emisi dari lahan gambut semakin meningkat, namun hal
ini berlaku sampai kedalam 120 cm. Artinya hubungan antara emisi dan kedalaman
drainase tidak selalu bersifat linier, pada kedalaman tertentu laju emisi kembali
mengalami penurunan, kemungkinan pada kondisi gambut yang terlalu kering
aktivitas mikroorganisme dekomposer kembali menurun. Namun demikian peluang
peningkatan emisi tetap tinggi akibat risiko terjadinya kebakaran gambut menjadi
lebih tinggi (Hooijere, 2006).
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam
penganekaragaman hujan menjadi aliran sungai. Air yang menginfiltrasi itu pertama-
pertama diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke
permukaan tanah. Dalam hal tertentu, infiltrasi itu berubah-ubah sesuai dengan
intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi
akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum setiap tanah
bersangkutan. Kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi intensitas
curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi (I).
Menurut Utaya (2008), perbedaan kapasitas infiltrasi pada berbagai
penggunaan lahan menunjukkan bahwa faktor vegetasi memiliki peran besar dalam
menentukan kapasitas infiltrasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas
infiltrasi pada tanah bervegetasi akan cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang
tidak bervegetasi. Meningkatkan banyaknya air yang masuk kedalam tanah dengan
meningkatkan simpanan depresi yang ditimbulkan oleh pengolahan tanah, pembuatan
galengan atau pengolahan lahan menurut kontur, mengurangi besarnya evaporasi,
dengan pemberian mulsa misalnya juga memperbesar jumlah air yang masuk
kedalam tanah, pemupukan dengan pupuk organik. Penutupan tanah dengan vegetasi
dapat meningkatkan laju infiltrasi suatu lahan Arsyad (2006). Banyaknya air yang
masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan
unsur organik, jenis dan tebal serasah, tipe vegetasi dan tumbuhan bawah (Asdak,
2010). Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus,
dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah
liat (Achmad, 2011).
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju
penyediaan air. Selama intensitas hujan (laju penyediaan air) lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas
hujan melampaui kapasitas infiltrasi, terjadilah genangan air di permukaan tanah atau
aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas
infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat
infiltrasi terjadi. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran dan kemantapan
pori tanah. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi; a). Ukuran pori,
laju masuknya air hujan ke dalam tanah ditentukan oleh ukuran dan susunan pori–
pori makro. Pori yang demikian ini dinamai porositas aerasi, karena pori-pori
mempunyai diameter yang cukup besar (>0,06 mm) yang memungkinkan air keluar
dengan cepat. Pori-pori demikian juga memungkinkan udara ke luar dari tanah,
sehingga tanah beraerasi baik. Dahulu, tanah yang berpori dengan ukuran demikian
dikatakan mempunyai porositas nonkapiler. Pori-pori berukuran besar demikian ini
dapat disebabkan oleh tekstur kasar atau agregasi butir-butir primer; b). Kemantapan
pori

Anda mungkin juga menyukai