Kritik Terhadap Metode Hapalan Dalam Sistem Pendidikan Kita1
Kritik Terhadap Metode Hapalan Dalam Sistem Pendidikan Kita1
KITA
1
Artikel Pijar Sekolah, Mana Lebih Baik untuk Siswa: Menghafal atau Memahami Pelajaran,
https://pijarsekolah.id/blog/mana-lebih-baik-untuk-siswa-menghafal-atau-memahami-pelajaran/
2
Mardiya, Artikel: Pendidikan untuk Anak Berbakat,
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/1347/pendidikan-untuk-anak-berbakat
kreatif dan proses berpikir tinggi. Sehubungan dengan itu, hafalan dalam
pembelajaran bagi anak berbakat harus sejauh mungkin dicegah. Tekanannya
justru pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan
pendekatan induktif.3
3
Mardiya, Artikel: Pendidikan untuk Anak Berbakat,
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/1347/pendidikan-untuk-anak-berbakat
4
MTsN 5 Karang Anyar, Artikel: Menghapal vs Memahami, Mana Cara Belajar Paling Tepat?,
https://www.mtsn5karanganyar.sch.id/berita/detail/423546/menghafal-vs-memahami-mana-
cara-belajar-paling-tepat-/
bapak dan ibu-ibu? Lupa. Karena itu, metode belajar dengan cara “memahami
konsep” akan lebih efektif diterapkan bagi siswa dan siswi di Indonesia. Sebab,
dengan cara ini, mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk
menyelesaikan masalah di kehidupan nyata. Perlu metode belajar
komprehensif agar mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan,
siswa membutuhkan bimbingan belajar yang komprehensif. Bimbingan belajar
yang dimaksud mencakup pemberian materi pelajaran, latihan soal, pembahasan,
dan rangkuman. Memperbanyak latihan soal dengan berbagai variasi kasus dapat
membuat siswa jadi lebih cepat memahami konsep ilmu pengetahuan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.Adapun pembahasan dari latihan soal
juga diperlukan agar siswa memahami jawaban yang benar dan mampu
memperdalam konsep ilmu yang dipelajari. Sementara itu, rangkuman materi juga
dibutuhkan bagi siswa dalam proses belajar agar mereka lebih mudah mengingat
inti materi pelajaran. Meski demikian, metode belajar siswa tidak boleh dilakukan
secara monoton agar siswa tidak cepat bosan ketika belajar. Dibutuhkan metode
belajar yang variatif untuk membuat siswa betah lama-lama mempelajari ilmu
pengetahuan yang berguna bagi hidupnya.5
5
MTsN 5 Karang Anyar, Artikel: Menghapal vs Memahami, Mana Cara Belajar Paling Tepat?,
https://www.mtsn5karanganyar.sch.id/berita/detail/423546/menghafal-vs-memahami-mana-
cara-belajar-paling-tepat-/
Pada pembelajaran kontektual (Contextual Theaching
Learning), menyandarkan pada pemahaman makna, pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan siswa, siswa terlibat secara aktif dalam prosesi
pembelajaran, pembelajaran dikaitkan pada kehidupan nyata siswa, selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan siswa, cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang, waktu belajar siswa digunakan untuk belajar (menemukan –
menggali – berdiskusi - dan berfikir kritis atau mengerjakan proyek dan
pepecahan masalah melalui kerja kelompok), perilaku dibangun atas kesadaran’
ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik
adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif. Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tersebut merugikan. Perilaku tidak berdasarkan motivasi
intrinsik. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat kontek dan setting. Hasil belajar
diukur dengan penerapan autentik.7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan model
pembelajaran kontektual (Contextual Theaching Learning) dengan pembelajaran
model konvensional terletak pada peran siswa dalam model kontektual
(Contextual Theaching Learning ) sebagai pelaku pencari informasi sedang pada
dalam model pembelajaran konvensional siswa berperan sebagai penerima
informasi.8
6
Sakiyem Kiki FN, Jurnal: MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL THEACING LEARNING (CTL),
HTTPS://BABEL.KEMENAG.GO.ID/ID/OPINI/599/MODEL-PEMBELAJARAN-CONTEXTUAL-
THEACING-LEARNING-CTL#_FTN2
7
Ibid….
8
Sakiyem Kiki FN, Jurnal: MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL THEACING LEARNING (CTL),
HTTPS://BABEL.KEMENAG.GO.ID/ID/OPINI/599/MODEL-PEMBELAJARAN-CONTEXTUAL-
THEACING-LEARNING-CTL#_FTN2
9
Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
h.67
1) Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat
kesempatan yang sama untuk mendengarkan.
4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
10
Nur Ali, ANALISIS TERHADAP METODE PEMBELAJARAN HAFALAN, Annual Conference on Islamic
Education and Thought, file:///J:/Downloads/669-133-1163-1-10-20201103%20(1).pdf , h.140
11
Hermawati. 2015. Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: Rosda
12
Ikowiyah, “Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Dengan Metode Menghafal (Mahfudzot) Di
Mts An-Nawawi Berjan Purworejo”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga, 2007, hlm. 11
2. Menjelaskan latar belakang yang cukup agar lebih mudah dihafal.
3. Mendorong atau memotivasi hafalan kepada peserta didik.
4. Memilih teknik hafalan yang lebih ampuh, agar dapat menghafalkan
secara keseluruhan atau sebagian.
5. Peserta didik menghafal materi yang penting-penting saja.13
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Pijar Sekolah, Mana Lebih Baik untuk Siswa: Menghafal atau Memahami
Pelajaran, https://pijarsekolah.id/blog/mana-lebih-baik-untuk-siswa-
menghafal-atau-memahami-pelajaran/
13
Nur Ali, ANALISIS TERHADAP METODE PEMBELAJARAN HAFALAN, Annual Conference on Islamic
Education and Thought, file:///J:/Downloads/669-133-1163-1-10-20201103%20(1).pdf , h.141