Anda di halaman 1dari 10

Nama : Syahdina Putri Arsyad

Kode : R
NIM : R0212110
Optimalisasi Potensi Limbah Medis di Rumah Sakit Sebagai Upaya
Menanggulangi Pencemaran Lingkungan
Masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, dimana peristiwa-
peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural yang terjadi tanpa
menimbulkan akibat bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kembali
secara alami. Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan
sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia itu sendiri yang
memberikan faktor penyebab yang secara variabel bagi peristiwa-peristiwa
lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah-masalah lingkungan yang
hadir dan berkembang karena faktor dari manusia itu sendiri. Masalah lingkungan
hidup pada intinya yaitu dengan menemukan cara-cara yang harus dijalankan
untuk menjamin dan menjadikan bumi dan alam sekitar sebagai ruang yang layak
dihuni bagi kehidupan yang tentram, damai dan sejahtera. Karena itu tindakan
yang mencemari lingkungan hidup sama artinya dengan mematikan hidup itu
sendiri. Dalam hukum lingkungan bukan saja dalam hubungannya dengan fungsi
hukum sebagai perlindungan pengendalian dan kepastian masyarakat dengan
peran agent of sability, tetapi lebih menonjol lagi sebagai sarana pembangunan
dengan peran sebagai agent of development atau agent of change.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.1
Di dalam pengelolaan lingkungan tersebut tentu perlu adanya pengawasan
lingkungan yang bertumpu pada pembangunan berkelanjutan, dimana pengawasan
pengelolaan lingkungan tersebut merupakan instrumen penegakan hukum yang
bersifat preventif yaitu berupa cara pencegahan bagi upaya pengendalian terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep
pembangunan yang tidak berkelanjutan dan tidak berwawasan lingkungan bukan

1
UU No. 32 tahun 2009. Database Peraturan | JDIH BPK.
hanya akan memperparah masalah-masalah lingkungan dan sosial yang ada
namun juga akan memicu timbulnya masalah-masalah lingkungan yang baru,
antara lain masalah kerusakan hutan dan lahan, kerusakan pesisir dan laut
pencemaran air, tanah dan udara, permasalahan lingkungan perkotaan dan
kemasyarakatan.
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan memerlukan
kerjasama para ahli lingkungan dari berbagai disiplin ilmu untuk secara bahu
membahu meneliti faktor-faktor yang menghambat maupun mendorong
pembinaan dan pengembangan lingkungan negara kita. Segi-segi pengelolaan
lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia perlu dikaji
secara intensif, karena pengelolaan lingkungan tidak mungkin tanpa pengaturan
hukum.
Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang dioperasikan
dan dipelihara dengan memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan lingkungan
baik secara fisik, sampah, limbah cair, air bersih serta serangga/binatang
pengganggu. Akan tetapi untuk menciptakan kebersihan di rumah sakit
merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan
berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, perilaku masyarakat, kondisi
lingkungan, sosial dan teknologi.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit, khususnya
limbah medis yang belum di kelola dengan baik akan berakibat fatal bagi
lingkungan hidup.
Berdasarkan pemaparan diatas, permasalahan yang timbul dikarenakan
dalam limbah rumah sakit mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit
pada manusia, seperti demam thypoid, cholera, disentri dan hepatitis sehingga
limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dimana banyak
sistem rumah sakit yang pengelolaannya yang tidak memenuhi syarat
menyebabkan pencemaran lingkungan tempat tinggal penduduk disekitar rumah
sakit dan menimbulkan masalah kesehatan. Ketidakpedulian dari manajemen
rumah sakit terhadap pengelolaan lingkungan yang telah diatur secara jelas dalam
peraturan Analisis Dampak Lingkungan menimbulkan tumpukan sampah atau
limbah yang dibuang tidak sebagaimana mestinya.2
Mengenai pengelolaan limbah medis sebagai upaya untuk mengurangi
pencemaran lingkungan. Karena potensi limbah medis mencemari lingkungan,
keterlibatan pemerintah dalam mengatasi masalah saat ini sangat praktis bagi
masyarakat. Menurut pasal 28 H ayat (1) menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” dapat
disimpulkan bahwa lingkungan yang sehat merupakan hak asasi manusia yang
mendasar bagi masyarakat Indonesia.

PEMBAHASAN

REFERENSI 3
KESIMPULAN
Upaya perbaikan dan pemulihan terhadap lingkungan hidup, kalah cepat
dibandingkan laju kerusakan dan pencemaran yan terjadi. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa, isu lingkungan belum berada dalam sentral
pembangunan Indonesia.
Dalam menangani kasus lingkungan hidup yang semakin berkembang, harusnya
pemerintah harus membuat konsep yang bersifat ius contitium, hal ini akibat dari
perkembangan alam dan lingkunganyang semakin lama semakin berkembang dan
mempunyai pola yang tidak lagi disesuaikan dengan undang-undang lingkungan
hidup.
Oleh karena itu dalam penegakan hukum lingkungan ketiga unsur tersebut yaitu
kepastian, kemanfaatan, dan keadilan harus dikompromikan. Artinya ketiganya
harus mendapat perhatian se-cara proposional seimbang dalam penanganannya,
meskipun di dalam praktek tidak selalu mudah melakukannya. Berbeda halnya

2
Putri, A. H. (2018). Efektivitas pengelolaan limbah medis rumah sakit terhadap
dampak lingkungan hidup. Krtha Bhayangkara, 12(1).
dengan M. Daud Silalahi yang menyebutkan bahwa penegakan hukum lingkungan
mencakup penaatan dan penindakan yang meliputi hukum administrasi negara,
bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyediakan tiga macam penegakan hukum lingkungan yaitu penegakan hukum
administrasi, perdata dan pidana. Diantara ke tiga bentuk penegakan hukum yang
tersedia, penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya penegakan
hukum terpenting
2. Arliman, L. (2018). Eksistensi Hukum Lingkungan dalam Membangun
Lingkungan Sehat Di Indonesia. Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 761-770.
REFERENSI KE-2
Hal ini berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar yang menjadi tidak sehat
sehingga menurunkan kualitas kehidupan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit seharusnya telah dipersiapkan perangkat
lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan
rumah sakit tersebut. Selain itu secara bertahap dan berkesinambungan
Depertemen Kesehatan haruslah mengupayakan instalasi pengelolaan limbah
rumah sakit telah tercipta dan terlaksana. Meskipun harus disadari bahwa
pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi.
2. Putri, A. H. (2018). Efektivitas pengelolaan limbah medis rumah sakit terhadap
dampak lingkungan hidup. Krtha Bhayangkara, 12(1).
REFERENSI 4

Melindungi dan mengelola lingkungan berarti mengambil tindakan yang disengaja


dan terpadu untuk menjaga proses ekologis dan mencegah kontaminasi atau
bahaya. Proses tersebut meliputi persiapan, implementasi, regulasi, dan
pemeliharaan. Pembuangan limbah medis yang tepat merupakan bagian integral
dari pengelolaan lingkungan yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan
lingkungan masyarakat sekitar. Salah satu perubahan atau persiapan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif adalah tumbuhnya hukum
administrasi negara, dan dalam segala hal keputusan pemerintah harus didasarkan
pada kebutuhan masyarakat yang dilayaninya. “Kesehatan Lingkungan”
merupakan faktor utama dalam menentukan kesehatan. Kesehatan penduduk
sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keadaan lingkungan.
Di mana pun orang perlu meningkatkan kesehatan masyarakat, menikmati
kenyamanan lebih, dan menyelesaikan lebih banyak pekerjaan atau sekolah,
lingkungan yang sehat adalah suatu keharusan.
Sesuai dengan Pasal 28 H Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) merupakan hak asasi manusia yang
mendasar, sebagaimana diakui oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
(Pemerintah, 2009). Sementara Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 mencakup
berbagai topik pengelolaan dan pelestarian lingkungan, undang-undang tersebut
hanya menangani pengelolaan limbah medis di satu bidang tertentu. Aturan
tambahan mengenai penanganan sampah B3 dapat didasarkan pada peraturan
pemerintah yang ada. UUPPLH merupakan jaminan perlindungan hak asasi
manusia terhadap lingkungan hidup berdasarkan undang-undang. Dari Pasal 5
Ayat 1 UUPLH: “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang layak dan
sehat”. Namun di samping hak tersebut, Pasal 6 ayat (1) UUPLH menyatakan
bahwa “setiap orang wajib menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
menghindari dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup”.
(4)
4. Hartami, A., Karjoko, L., & Najicha, F. U. (2023). Optimalisasi Peran
Pemerintah Dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis. PLEDOI (Jurnal
Hukum dan Keadilan), 2(1), 12-19.
REFERENSI 5
Dengan adanya suatu kebijakan yang dapat diberlakukan dan agar aturan dan
kegiatan yang ada di lapangan dapat sinkron, peran pemerintah sebagai pelaksana
sangat penting. Hukum administrasi didasarkan pada cita-cita demokrasi liberal.
Untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang dapat merasakan manfaat dari
suatu kebijakan, maka suatu kebijakan disosialisasikan kepada publik melalui
berbagai saluran sebagaimana disyaratkan oleh asas-asas hukum administrasi
dalam proses kebijakan public (April 2019) (5)
Istilah hak asasi manusia digunakan untuk merujuk pada seperangkat
perlindungan yang harus dimiliki semua orang karena menjadi manusia. Istilah
"hak asasi manusia" digunakan untuk merujuk pada seperangkat perlindungan
yang harus dimiliki semua orang karena menjadi manusia. Perlindungan hak asasi
manusia mendasari kerangka konstitusional sistem peradilan kita. Oleh karena itu,
setiap pasal dalam UUD dapat dijelaskan dengan mengemukakan bahwa negara
adalah suatu bentuk pemerintahan yang didirikan atas dasar kedaulatan rakyat.
Kewenangan ini harus bertumpu pada kedaulatan rakyat agar berfungsi tanpa
batas (Irawan,2021).
KESIMPULAN
Dari semua adanya kebijakan yang ada memiliki tujuan agar terciptanya suatu
lingkungan yang sehat dan sejahtera agar semua masyarakat memiliki tingkat
kehidupan yang sehat dan sejahtera pencemaran lingkungan yang dapat
berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan penduduk dapat disebabkan jika
pengelolaan sampah tidak dilakukan secara efektif sesuai dengan berbagai standar
yang berlaku. Diharapkan masyarakat dan pemerintah melakukan langkah-
langkah yang memadai dan tepat untuk menangani kasus limbah medis ini,
dengan tetap adanya jaminan lingkungan yang sehat. Kebijakan yang mendorong
pemerintah daerah untuk terus membina dan melakukan upaya pembinaan dalam
berbagai peraturan daerah dan kebijakan daerah yang sejalan dengan penegakan
hak asasi manusia atas dasar kepentingan sendiri merupakan salah satu cara untuk
mewujudkan tujuan terjaminnya peraturan di tingkat pusat. Tingkat pemerintah
daerah selaras dengan hak asasi manusia. sesuai dengan norma masyarakat
5. Aprilia, S. (2019). Kebijakan Publik Dalam Hukum Administrasi Negara.
https://www.researchgate.net/publication/336878750
REFERENSI 6

6. Arliman, L. (2018). Eksistensi Hukum Lingkungan dalam Membangun


Lingkungan Sehat Di Indonesia. Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 761-770.
REFERENSI 7
Adapun dampak negatif dari tidak baik atau kurang tepatnya dalam
pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan beracun sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup maupun manusia yang hidup di dalamnya.7 Apabila limbah
medis tersebut tidak dikelola dengan baik, tentu akan dapat mengancam
keberlangsungan hidup dari makhluk hidup, karena lingkungan tempat tinggalnya
sudah terkontaminasi limbah-limbah medis bahan berbahaya dan beracun, dan
limbah-limbah medis (khususnya limbah benda tajam) tersebut apabila bekas
dipakai oleh pasien yang menderita penyakit serius dapat menularkan penyakitnya
baik secara langsung dan tidak sengaja jika terkena limbah tersebut baik dalam
tahap-tahap yang sudah disebutkan di atas.
Untuk mencegah agar pencemaran lingkungan hidup tidak terjadi secara terus
menerus akibat pengelolaan limbah medis bahan berhaya dan beracun, perlu
diadakannya suatu tindakan pencegahan, diantaranya8 :  Upaya dengan preventif
(pencegahan), yaitu dengan melakukan pencegahan terhadap pngelolaan limbah
medis yang kurang tepat oleh fasilitas pelayanan kesehatan.  Upaya bersifat
represif (dengan tindakan), ini diambil tindakan terhadap orang atau pemberi
pelayanan kesehatan yang tidak mau tertib mematuhi peraturan, serta yang
melakukan tindakan pelanggaran terhadap lingkungan
Bahwa mekanisme pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan beracun
harus melalui beberapa proses, dari penggolongan berdasarkan kategori
limbahnya, hingga tahapan-tahapan pengelolaannya seperti tahap pemisahan yang
sesuai dengan kategori limbahnya, tahap penampungan atau pengumpulan, tahap
pengangkutan, tahap pemanfaatan, tahap pengolahan, dan/atau tahap penimbunan.
Pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan beracun dapat berdampak
positif apabila dilakukan dengan sebagaimana mestinya, dan akan berdampak
negatif ketika lingkungan sudah terkontaminasi limbah-limbah medis bahan
berbahaya dan beracun, sehingga dapat menularkan penyakit baik secara langsung
maupun tidak langsung jika terkena limbah tersebut.
7. Setiawati, L. A., & WITA, I. N. (2019). Pengelolaan limbah medis bahan berbahaya
dan beracun terhadap potensi pencemaran lingkungan. Kertha Negara,[S. 1], 7(4), 1-14.
1. Herlina, N. (2017). Permasalahan lingkungan hidup dan penegakan hukum
lingkungan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 3(2), 162-176.

Anda mungkin juga menyukai