Anda di halaman 1dari 8

PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan)

Vol.2 No.1, Maret 2023


E-ISSN 296-6072 (Online)
DOI. 10.56721/pledoi.v2i1.168
https://jurnal.amalinsani.org/index.php/pledoi

Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Kebijakan


Penanganan Limbah Medis
Annisa Hartami 1, Lego Karjoko2, Fatma Ulfatun Najicha3
1,2,3
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
E-mail Korespondensi: annisa.hartami21@gmail.com

Abstract
Law 32 of 2009 on Environmental Protection and Management is an example of the government's efforts to achieve a balance
between economic growth and environmental preservation. In accordance with Human Rights (HAM) in realizing sustainable
development and the existence of global environmental issues. This research method uses normative legal research methods
that are prescriptive. Types and sources of law include primary and secondary legal materials. The technique of collecting
legal materials used is the study of literature. Furthermore, the analysis technique used is the deductive method. The results
of this study show that there is a need to optimize the role carried out by the government to deal with the growing medical
waste. In addition, health service facilities also carry out direct sorting to be more effective in handling the management of
medical waste. This can be seen from the use of the Regulation of the Minister of Environment and Forestry Number
p.56Menlhk-Setjen2015 as SPO in implementing medical waste management. These laws and regulations are able to provide
legal expediency and certainty. Meanwhile, in terms of fairness, this is determined by how the implementation of these laws
and regulations in the field.

Keywords: Policy, Government role, Medical Waste.

Abstrak
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan salah satu contoh
upaya pemerintah untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sesuai dengan
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan adanya isu lingkungan global. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif bersifat preskriptif. Jenis dan bahan sumber hukum meliputi
bahan hukum primer dan sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi kepustakaan.
Selanjutnya teknik analisis yang digunakan adalah metode deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya
optimalisasi peran yang dilakukan pemerintah guna menangani limbah medis yang terus bertambah. Selain itu fasilitas
pelayanan kesehatan juga melakukan pemilahan secara langsung agar lebih efektif dalam menangani pengelolaan limbah
medis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
p.56Menlhk-Setjen2015 sebagai SPO dalam pelaksanakan pengelolaan limbah medis. Peraturan perundang-undangan
tersebut mampu memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum. Sedangkan dari sisi keadilan, hal ini ditentukan pada
bagaimana implementasi peraturan perundang-undangan tersebut di lapangan.

Kata kunci: Kebijakan , Peran pemerintah , Limbah Medis.

Copyright©2023PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan) All rights reserved.

I. PENDAHULUAN
Intervensi negara ke dalam kehidupan masyarakat diperlukan untuk pertumbuhan
ekonomi. Pentingnya strategis administrasi negara dalam memberikan layanan
masyarakat yang esensial tidak dapat dilebih-lebihkan. Ketika pemerintah turun tangan
untuk mencoba memperbaiki masalah yang tersebar luas, itu memberlakukan kebijakan
(Aprilia, 2019). Pro dan kontra sering dipetik dari kebijakan publik karena pemerintah
memiliki kemampuan dan otoritas hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat dan

12
PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan)
Vol.2 No.1, 2023

melaksanakan undang-undang yang telah ditetapkan. Bagian integral dari setiap


pemerintahan yang berfungsi adalah kebijakan publiknya. Pemerintah mendasarkan
semua keputusan dan tindakannya pada adanya kebutuhan dan tujuan masyarakat
(Candrakirana, 2015). Secara teori, hukum dikembangkan untuk menanamkan
kepercayaan pada masyarakat (manusia) dalam beragam kepentingan individu dengan
harapan mencapai kesejahteraan. Hukum sepenuhnya mengontrol perilaku manusia,
termasuk interaksi dengan orang lain, dengan bisnis, dan dengan lingkungan (Sagama,
2016).
Untuk mencapai tujuan kesejahteraan rakyat, yaitu kesejahteraan masyarakat,
upaya kesehatan juga harus dilakukan. Karena pengelolaan limbah yang tidak tepat dapat
menyebabkan degradasi lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia,
perencanaan dan penanganan limbah B3 medis di fasilitas kesehatan menjadi sangat
penting. Salah satu kontributor utama masalah limbah medis yang sudah besar di
Indonesia adalah banyaknya rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya di negara ini.
Ada risiko limbah medis akan meracuni lingkungan, yang mungkin memiliki konsekuensi
parah bagi alam (Nursabrina, 2021). Penumpukan limbah medis akibat operasional
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.
Pencemaran dapat menurunkan kualitas lingkungan alam. Masyarakat Indonesia sangat
menjunjung tinggi hidup di lingkungan yang bersih dan aman. Bahan kimia beracun dan
zat lain dalam limbah medis menimbulkan ancaman serius bagi ekosistem. Pencemaran
di lingkungan mengancam keadaan bumi seperti sekarang ini.
Karena potensi limbah medis mencemari lingkungan, keterlibatan pemerintah
dalam mengatasi masalah saat ini sangat praktis bagi masyarakat. Pasal 28 H ayat (1)
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. lingkungan yang sehat merupakan hak asasi manusia yang
mendasar bagi masyarakat Indonesia.
Melindungi dan mengelola lingkungan berarti mengambil tindakan yang disengaja
dan terpadu untuk menjaga proses ekologis dan mencegah kontaminasi atau bahaya.
Proses tersebut meliputi persiapan, implementasi, regulasi, dan pemeliharaan.
Pembuangan limbah medis yang tepat merupakan bagian integral dari pengelolaan
lingkungan yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan lingkungan masyarakat
sekitar.
Salah satu perubahan atau persiapan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif
adalah tumbuhnya hukum administrasi negara, dan dalam segala hal keputusan
pemerintah harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang dilayaninya. “Kesehatan
Lingkungan” merupakan faktor utama dalam menentukan kesehatan. Kesehatan
penduduk sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keadaan
lingkungan. Di mana pun orang perlu meningkatkan kesehatan masyarakat, menikmati
kenyamanan lebih, dan menyelesaikan lebih banyak pekerjaan atau sekolah, lingkungan

13
Annisa Hartami, Lego Karjoko, Fatma U. Najicha.
Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis.

yang sehat adalah suatu keharusan. Sesuai dengan Pasal 28 H Undang-Undang Republik
Indonesia tahun 1945, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat
Indonesia. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) merupakan hak
asasi manusia yang mendasar, sebagaimana diakui oleh Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 (Pemerintah, 2009). Sementara Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
mencakup berbagai topik pengelolaan dan pelestarian lingkungan, undang-undang
tersebut hanya menangani pengelolaan limbah medis di satu bidang tertentu. Aturan
tambahan mengenai penanganan sampah B3 dapat didasarkan pada peraturan
pemerintah yang ada. UUPPLH merupakan jaminan perlindungan hak asasi manusia
terhadap lingkungan hidup berdasarkan undang-undang. Dari Pasal 5 Ayat 1 UUPLH:
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang layak dan sehat”. Namun di samping
hak tersebut, Pasal 6 ayat (1) UUPLH menyatakan bahwa “setiap orang wajib menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta menghindari dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup”.
Penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari fungsi, tugas, dan
kewajiban pemerintah daerah. Untuk mencapai keberhasilan, suatu kebijakan harus
dilaksanakan secara efektif dan memiliki kaitan langsung dengan bagaimana pemerintah
daerah tertentu beroperasi. Keberhasilan suatu kebijakan tergantung pada masukan baik
dari pemerintah maupun pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan limbah medis.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian hukum normatif dan prospektif adalah strategi yang digunakan dalam
penelitian ini. Untuk mengidentifikasi standar hukum yang berlaku untuk pertanyaan
hukum tertentu adalah tujuan dari studi hukum normatif. Baik pendekatan legislatif
(undang-undang) maupun konseptual (konseptual) digunakan (pendekatan konseptual).
Penelitian kepustakaan atau disebut juga dengan library research, bersama dengan studi
dokumen dan observasi lapangan menjadi metode pengumpulan data untuk penelitian
ini. Jenis data sekunder, termasuk sumber hukum utama, serta menggunakan metodologi
analisis data berdasarkan penalaran silogistik. Mengingat temuan ini, jelas bahwa
kebijakan saat ini dapat membuka jalan menuju masyarakat yang lebih damai dan sukses.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Peran Pemerintah dalam Kebijakan yang Ada
Penanganan limbah medis berbeda dengan sampah rumah tangga atau rumah.
Penempatan limbah medis dilakukan pada wadah yang sesuai dengan sifat kimia,
radioaktif, dan volume. Limbah medis yang terkumpul harus terlebih dahulu menjalani
proses pengolahan sebelum dapat dibuang di fasilitas pembuangan limbah rumah. Ini
memiliki mekanisme penurunan emisi gas dan debu selama proses pembuangan limbah

14
PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan)
Vol.2 No.1, 2023

medis yang berupa gas (Kusumaningtiar, 2021). Penumpukan limbah medis yang ada
menjadi salah satu isu yang perlu lebih kita perhatikan lagi apalagi mengingat adanya
Covid-19 yang telah terjadi, maka penumpukan limbah medis akan semakin bertambah
jadi perlu adanya optimalisasi yang lebih diperhatikan disini (Nugraha,2020). Peraturan
undang-undang adalah seperangkat standar hukum yang dikodifikasikan dengan
kekuatan hukum yang dapat digunakan untuk memaksakan ketertiban pada suatu
komunitas. Peraturan perundang-undangan mencakup baik yang dibuat oleh pembuat
undang-undang maupun yang dibuat oleh lembaga penegak hukum, yang menerima
wewenang yang didelegasikan dari undang-undang untuk membuat peraturan khusus
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jenis peraturan lainnya adalah Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dan sebagainya (Fartini,2022).
Dengan adanya suatu kebijakan yang dapat diberlakukan dan agar aturan dan
kegiatan yang ada di lapangan dapat sinkron, peran pemerintah sebagai pelaksana sangat
penting. Hukum administrasi didasarkan pada cita-cita demokrasi liberal. Untuk
memastikan agar sebanyak mungkin orang dapat merasakan manfaat dari suatu
kebijakan, maka suatu kebijakan disosialisasikan kepada publik melalui berbagai saluran
sebagaimana disyaratkan oleh asas-asas hukum administrasi dalam proses kebijakan
public (April 2019). Banyak undang-undang dan peraturan pemerintah, kebijakan
presiden, kebijakan daerah, dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan ini, serta cara-cara yang dapat bermanfaat bagi masyarakat,
memberikan dasar untuk pelaksanaannya. Kebijakan sah yang mendorong otonomi
daerah adalah kebijakan yang dibuat oleh negara yang membantu pelaksanaan
pemerintahan baik di tingkat nasional maupun daerah. Dengan kata lain, gagasan yang
tertuang dalam peraturan perundang-undangan menjadi landasan bagi seluruh program
dan prakarsa pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Sugiartha & Widiati , 2020).
Ada asas kehati-hatian dalam hukum lingkungan yang dapat digunakan untuk
masalah limbah medis jika dapat ditunjukkan bahwa pencemaran yang ditimbulkan cukup
memadai untuk melakukan langkah-langkah pencegahan kerusakan lingkungan. Konsep
kehati-hatian telah dikodifikasikan dalam Pasal 2 UU No 32 Tahun 2009. Pasal 2 UU 32
Tahun 2009 mengatur tentang pedoman penerapan konsep kehati-hatian. Prinsip 15
Deklarasi Rio memuat prinsip kehati-hatian, yang menyatakan bahwa negara memiliki
kewajiban untuk melestarikan lingkungan dan mendayagunakan sumber daya alamnya
untuk kepentingan generasi saat ini dan yang akan datang. Ditunjukkan kepada rakyat
indonesia dalam pengelolaan lingkungan secara intrinsik terkait dengan hak atas
lingkungan (Rahmadi,2013). Jaminan konstitusional dari pengaturan yang sehat dan
bebas risiko telah dipertahankan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup merupakan hak asasi manusia yang mendasar, dan Undang-Undang Republik
Indonesia tahun 1945 menjamin hak tersebut. Pasal 28H ayat (1) sebagaimana telah
diubah, memuat ketentuan terkait:

15
Annisa Hartami, Lego Karjoko, Fatma U. Najicha.
Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis.

“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan
lingkungan hidup yang layak dan sehat, serta memperoleh pelayanan kesehatan”. Setiap
orang berhak mendapatkan kehidupan yang aman dan memuaskan di dunia modern saat
ini.
Istilah "hak asasi manusia" digunakan untuk merujuk pada seperangkat
perlindungan yang harus dimiliki semua orang karena menjadi manusia. Perlindungan hak
asasi manusia mendasari kerangka konstitusional sistem peradilan kita. Oleh karena itu,
setiap pasal dalam UUD dapat dijelaskan dengan mengemukakan bahwa negara adalah
suatu bentuk pemerintahan yang didirikan atas dasar kedaulatan rakyat. Kewenangan ini
harus bertumpu pada kedaulatan rakyat agar berfungsi tanpa batas (Irawan,2021). Sudah
banyak aturan dan peraturan yang berlaku, dan harus diikuti oleh pihak berwenang jika
ingin berdampak dalam menciptakan masyarakat yang aman dan berkembang. Upaya
pemerintah untuk melestarikan dan menjaga alam antara lain dengan memberlakukan
sejumlah peraturan dan ketentuan dalam bentuk ketetapan. UU 32 Tahun 2009 yang
mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah salah satunya (PPLH).
Karena kerusakan ekosistem dan kesehatan lingkungan merupakan indikator eksploitasi
manusia terhadap lingkungan, maka tujuan peraturan ini adalah untuk mencegah
eksploitasi tersebut (Mina, 2016).

2. Parameter Regulasi Yang Digunakan Sebagai Acuan Dalam Mengatasi Pencemaran


Lingkungan Akibat Limbah Medis
Istilah "limbah medis" digunakan untuk menggambarkan produk limbah menular
atau beracun yang berasal dari industri kesehatan. Di sisi lain, limbah padat medis B3
mengacu pada barang-barang yang tidak dapat didaur ulang atau sisa-sisa kegiatan yang
berpotensi menular. Tujuan utamanya menangani limbah medis adalah mengurangi
jumlah sampah yang sudah ada (Fatimah dan Sulistyaningsih, 2021). Semua layanan
kesehatan masyarakat, seperti pemberian dosis obat secara teratur dan penyediaan
lingkungan yang higienis, harus memiliki kualitas dan relevansi tertinggi. Menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/
Menlkh-Setjen /2015 limbah medis ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan, dan institusi pelayanan kesehatan. Peran pemerintah dalam menegakkan
kebijakan publik. Kami membutuhkan gelombang kesadaran publik untuk muncul sebagai
tanggapan atas masalah ini. Dalam menangani limbah medis ini pemerintah dapat
menggunakan SPO (Standard Penanganan Operasional) yang sesuai dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/ Menlhk-Setjen
/2015 (Peraturan Menteri, 2015). Dalam peraturan ini merinci prosedur dan peraturan
teknis internal untuk pembuangan bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh
fanyakes. Lampiran 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.56/ Menlkh-Setjen /2015 menjelaskan langkah-langkah penanganan

16
PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan)
Vol.2 No.1, 2023

limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh fasilitas kesehatan. Langkah-
langkah berikut dapat diterapkan:(Kristanti , 2021)
a. Pengurangan sumber daya
b. Pengurangan keseluruhan potensi bahan atau sumber yang menghasilkan limbah.
c. Penggunaan kembali
Menggunakan kembali barang menyebabkan orang memilih barang dengan rentang
hidup lebih lama daripada barang dengan produktivitas lebih tinggi. Dengan memilih
bahan yang dapat digunakan kembali, sterilitas peralatan dapat ditingkatkan. Wadah
yang terbuat dari kaca termasuk persediaan medis yang dapat digunakan kembali.
Perangkat desinfektan yang digunakan pada peralatan harus memiliki lisensi yang sesuai
sebelum dapat dikumpulkan.
Menggunakan kembali bahan dalam proses fisik, kimia, atau biologis lainnya untuk
membuat produk yang sama atau serupa. (Permen,2015) Menjamin bahwa “setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 28 H ayat (1), perlu adanya hukum untuk kemaslahatan rakyat.
Kebijakan seperti ini yang sudah ada di Indonesia bisa dijadikan benchmark untuk
pengelolaan bahan berbahaya. Mereka yang khawatir tentang kontaminasi dari limbah
medis mungkin menggunakan undang-undang yang sudah ada sebagai pedoman untuk
menyusun lingkungan yang aman dan sehat. Banyak komponen sistem hukum kita yang
saling bergantung satu sama lain dan tidak dapat berfungsi secara mandiri. Seperti sinyal
ponsel, pohon memiliki banyak bagian yang berbeda, dan setiap bagian memiliki akarnya
sendiri-sendiri. Betapapun baiknya peraturan dan regulasi tersebut, mereka tidak akan
efektif tanpa dukungan masyarakat dan polisi. Jika proses-proses lingkungan terpelihara
dengan baik, maka terciptalah lingkungan yang sehat yang dapat berfungsi sebagai cara
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan yang mendukung
keberlanjutan untuk kesejahteraan masyarakat yang sehat dan sukses

IV. KESIMPULAN
Segala sesuatu yang dilakukan pemerintah harus berdasarkan hukum. Adapun
langkah-langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
berdasarkan hukum tata usaha negara. Hukum adalah sarana dimana kebijakan publik
dilakukan. Suatu kebijakan memiliki peluang keberhasilan yang lebih baik jika sumber
daya yang memadai dialokasikan untuk pembuatan dan implementasinya. 'Bahwa
pemerintah tunduk pada hukum' adalah makna konsep legalitas dalam hukum
administrasi. Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan perundangundangan tersebut mampu
memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum. Sedangkan dari sisi keadilan, hal ini
ditentukan pada bagaimana implementasi peraturan perundang-undangan tersebut di

17
Annisa Hartami, Lego Karjoko, Fatma U. Najicha.
Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis.

lapangan. Kerangka hukum harus berfungsi sebagai dasar untuk semua tindakan
pemerintah. Langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah untuk memberlakukan
kebijakan berdasarkan hukum administrasi negara. Pelaksanaan kebijakan publik
dilakukan melalui penggunaan undang-undang. Suatu kebijakan akan berhasil jika
dikembangkan dan dilaksanakan dengan sumber daya yang memadai. Asas legalitas
digunakan dalam bidang hukum administrasi dan memiliki makna “bahwa pemerintah
tunduk kepada undang- undang”.
Dari semua adanya kebijakan yang ada memiliki tujuan agar terciptanya suatu
lingkungan yang sehat dan sejahtera agar semua masyarakat memiliki tingkat kehidupan
yang sehat dan sejahtera pencemaran lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan
dan kesejahteraan penduduk dapat disebabkan jika pengelolaan sampah tidak dilakukan
secara efektif sesuai dengan berbagai standar yang berlaku. Diharapkan masyarakat dan
pemerintah melakukan langkah-langkah yang memadai dan tepat untuk menangani
kasus limbah medis ini, dengan tetap adanya jaminan lingkungan yang sehat. Kebijakan
yang mendorong pemerintah daerah untuk terus membina dan melakukan upaya
pembinaan dalam berbagai peraturan daerah dan kebijakan daerah yang sejalan dengan
penegakan hak asasi manusia atas dasar kepentingan sendiri merupakan salah satu cara
untuk mewujudkan tujuan terjaminnya peraturan di tingkat pusat. Tingkat pemerintah
daerah selaras dengan hak asasi manusia. sesuai dengan norma masyarakat.

REFERENSI
Aprilia, S. (2019). Kebijakan Publik Dalam Hukum Administrasi Negara.
https://www.researchgate.net/publication/336878750
Candrakirana, R. (2015). Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah
Sebagai Pengembangan Prinsip Tata Kelola Lingkungan Di Kota Surakarta. Di 581 |
Yustisia (Vol. 4, Edisi 3). http://m.antaranews.com/berita/41728/production-
sampah-plasticindonesia-54-juta-ton-
Dony Irawan, A., Putra Samudra, K., & Pratama, A. (2021). Perlindungan Hak Asasi
Manusia oleh Pemerintah pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Citizenship
Virtues, 2021(1), 1–6.
Fartini, A. (2022). PLEDOI: Jurnal Politik Hukum dan Peradilan Hukum: Otonomi Daerah
Pasca Amandemen UUD 1945 Upaya Menjaga Keseimbangan Antara Prinsip
Bhinneka Tunggal Ika. 1(1). https://doi.org/10.56721/pledoi.v1i1.26
Fatimah, N., & Sulistyaningsih, T. (2021). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH MEDIS AKIBAT COVID-19 Kebijakan Pemerintah Tentang Pengelolaan
Limbah Medis Akibat Covid-19 (Vol. 18).
Kristanti, W., Susmeneli, H., Purnawati Rahayu, E., Sitohang, N., Komunitas, K.,
Lingkungan, K., Hang Tuah Pekanbaru, Stik., & Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kota Pekanbaru, D. (2021). 426 HIGEIA 5 (3) (2021) Jurnal Higeia Penelitian Dan

18
PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan)
Vol.2 No.1, 2023

Pengembangan Kesehatan Masyarakat Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3). https://doi.org/10.15294/higeia/v5i3/41571
Mina, R. (2016). Desentralisasi Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Sebagai
Alternatif Pemecahan Masalah Lingkungan. Arena Hukum, 9(2), 149–165.
https://doi.org/10.21776/ub.arena Hukum.2016.00902.1
Pemerintah, R. (2009). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri, R. (2015). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.56/ Menlhk-Setjen /2015.
Rahmadi, T. (2013). Hukum Lingkungan di Indonesia. Rajawali Press.
Sugiartha, ING, & Widiati IAP (2020b). Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Berbasis Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Daerah
Bali. Kertha Wicaksana, 14(2), 96–102. https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1862.96-
102
Sagama, S. (2016). Analisis Konsep Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemanfaatan dalam
Pengelolaan Lingkungan. MAZAHIB, 15(1). https://doi.org10.21093mj.v15i1.590
Nugraha, C. (2020). “Tinjauan Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Infeksius Penanganan
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)”. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat. [online]
4(2), pp.216-226. Available at: <http:ejournal.urindo.ac.idindex.phpjukmas> .
Kusumaningtiar, D. A., Irfandi, A., Azteria, V., Veronika, E., Nitami, M., Masyarakat, K., &
Kesehatan, I. (2021). Tantangan Limbah (Sampah) Infeksius Covid-19 Rumah
Tangga Dan Tempat-Tempat Umum (Vol. 7, Issue 2).
Nursabrina, A., Joko, T., & Septiani, O. (2021). Kondisi Pengelolaan Limbah B3 Industri Di
Indonesia Dan Potensi Dampaknya: Studi Literatur. Jurnal Riset Kesehatan
Poltekkes Depkes Bandung, 13(1), 80–90.
https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v13i1.1841

19

Anda mungkin juga menyukai