Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fransisco Lisandro Kaun

NPM : 22026

Tan Malaka adalah seorang pejuang yang ingin menghadirkan perubahan dalam cara berpikir
bangsa Indonesia. Ia adalah seorang tokoh inspiratif yang memperjuangkan kebebasan dan
kemerdekaan bangsa Indonesia dengan penuh semangat dan dedikasi. Meskipun beberapa
gagasannya mungkin sulit untuk diimplementasikan secara praktis, gagasan-gagasan tersebut
tetap memiliki nilai penting dalam memperkaya wacana dan diskusi tentang masa depan
Indonesia dan dunia.
Secara keseluruhan, pemikirannya dalam "MADILOG" menawarkan pandangan holistik
tentang masyarakat dan ekonomi, serta mengusulkan ide-ide revolusioner untuk mengatasi
ketidakadilan sosial. Buku ini memperlihatkan pemikiran Tan Malaka yang kritis dan
progresif, serta menginspirasi banyak orang dalam perjuangan sosial dan politik di Indonesia
dan di luar negeri. Hal utama yang ditekankan dalam bukunya “MADILOG” ialah cara
berpikir yang realistik, dinamis dan logis.
Cara berpikir realistic ialah cara berikir yang berpijak pada kenyataan empiris. Seseorang
harus selalu berpijak pada kenyataan empiris dalam berpikir, sesuatu yang benar terjadi di
dunia nyata. Bukan terbatas pada konsep-konsep abstrak atau teori yang sulit
diimplementasikan dalam praktek. Lalu, cara berpikir ini menggunakan metode analisis,
yakni penggunaan metode analisis yang sistematis dan logis untuk mengurai masalah dan
menemukan solusi yang tepat. Selain itu, cara berpikir realistic menuntut keterbukaan diri
terhadap berbagai pandangan dan ide yang berbeda-beda, tanpa terjebak pada satu sudut
pandang tertentu.
Adapun ciri lainnya, yakni menjaga konsistensi dan logika dalam menyusun argumen,
sehingga dapat menghindari kecenderungan untuk berbicara tanpa dasar yang kuat. Dengan
demikian, seseorang dapat berpikir konkrit, yaitu ia mampu mengaitkan ide-ide abstrak
dengan kenyataan konkret di dunia nyata, sehingga dapat menghasilkan solusi yang praktis
dan terukur. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, kita dapat mengembangkan kemampuan
berpikir yang realistik dan konkrit, yang dapat membantu kita dalam menghadapi berbagai
tantangan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, cara berpikir dinamis merupakan cara berpikir jangka panjang. Cara berpikir
ini selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan dan tindakan
yang diambil, bukan hanya fokus pada hasil yang instan atau sementara. Cara berpikir ini
juga terus mencari alternatif dan solusi baru untuk mengatasi masalah atau situasi yang sulit,
dan tidak terjebak pada satu cara pandang atau metode tertentu. Maka, seseorang selalu
berpikir kreatif, yakni ia dapat mengembangkan ide-ide baru dan kreatif yang dapat
membantu, ketika menghadapi situasi yang kompleks dan berubah-ubah.
Selain itu, cara berpikir dinamis selalu memperhitungkan risiko dan konsekuensi dari setiap
keputusan dan tindakan yang diambil, sehingga dapat menghindari kesalahan yang dapat
merugikan. Berpikir dinamis membuat seseorang dapat bertindak cepat dan responsif
terhadap perubahan dan situasi yang terjadi di sekitarnya, sehingga dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat dalam waktu yang sesuai. Prinsip yang ditawarkan menekankan
pengembangan kemampuan berpikir yang dinamis dan responsif terhadap situasi yang terus
berubah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu kita dalam menghadapi
berbagai tantangan dan memperoleh keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kemudian yang terakhir ialah cara berpikir logis. Cara berpikir ini berarti berpikir rasional
yakni berpegang pada prinsip-prinsip yang rasional, obyektif, dan tidak terjebak pada
pandangan yang didasarkan pada keyakinan pribadi atau emosi semata. Cara berpikir ini
menuntut penggunaan data dan fakta yang akurat dan terpercaya, serta menggunakannya
sebagai dasar dalam membuat keputusan atau mengambil tindakan. Dengan adanya
pendekatan yang sistematis dan terstruktur, seseorang dapat mempertimbangkan semua faktor
yang relevan dalam sebuah situasi atau masalah.
Penekanan lain dari cara berpikir logis ialah menganalisis dan menguji hipotesis dengan
menggunakan metode yang obyektif dan teruji, tanpa terjebak pada asumsi pribadi. Selain itu,
adanya pertimbangan implikasi dari setiap keputusan atau tindakan yang diambil, dan
memastikan bahwa keputusan tersebut sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang dianut
kemampuan berpikir yang logis dan sistematis dapat membantu dalam membuat keputusan
yang tepat dan efektif dari berbagai situasi dan masalah yang dihadapi. Hal ini dapat
membantu seseorang mencapai tujuan yang diinginkan dengan lebih mudah dan efisien.
Ketiga hal ini adalah sifat dari cara berpikir ‘MADILOG’ sebagai suatu revolusi berpikir
rasional. Tan Malaka menekankan penggunaan logika rasional sebagai upaya untuk
melepaskan bangsa Indonesia dari perbudakan feodalistik serta mentalitas pasrah, takut dan
pesimistik. Melalui bukunya, Tan Malaka memguraikan sebuah pemahaman yang dapat
membantu kita dalam meningkatkan kemampuan pemikiran secara keseluruhan. Cara
pandang yang terbuka termasuk dalam hal pemahaman sudut pandang yang berbeda,
kreativitas, kemampuan berpikir kritis, analitis, komunikasi, serta manajemen waktu.
Penentangan Tan Malaka terhadap logika mistika atau cara berpikir magis merupakan sebuah
Langkah awal untuk membentuk pribadi bangsa yang selalu terbuka dan berusaha
mempertanyakan segala sesuatu. Kritiknya terhadap budaya jawa yang dipengaruhi oleh
Hinduisme sebagai tolok ukur untuk menggambarkan masyarakat Indonesia, hendak
menyampaikan kepada kita bahwa masyarakat Indonesia sering tunduk pada hal-hal yang
sulit ia pertanyakan atau sesuatu yang berada di luar dirinya. Hal ini menjadikan orang-orang
tidak mampu berpikir secara kritis atau bahkan tidak menggunakan logikanya.
Cara berpikir ‘MADILOG’ adalah suatu cara pikir yang memprovokasi sekaligus mengkritik
secara keras alur pemikiran bangsa Indonesia yang masih kental dengan hal-hal magis-
spiritual. Alur pemikiran ini sebagai penghambat yang membuat bangsa Indonesia tidak
berkembang dan bermentalitas pasrah. Tan Malaka juga mengajak masyarakat Indonesia
untuk peduli terhadap Pendidikan. Sebab, hanya melalui Pendidikan, seseorang mampu
mengembangkan cara berpikir yang logis-rasional.
Tan Malaka menggunakan filsafat positivisme yang dipelopori oleh Auguste Comte dalam
mengembangkan pemikirannya tentang logika rasional. Pendekatan filsafat Positivisme
dalam ilmu pengetahuan menekankan pada pengamatan dan pengujian secara empiris untuk
memperoleh data-data yang objektif. Pengamatan dan pengujian empiris ini sebagai satu-
satunya cara untuk memperoleh pengetahuan yang valid dan benar. Menurut Comte, semua
pengetahuan yang benar harus didasarkan pada observasi yang sistematis dan metode ilmiah
yang ketat, dan hanya hal-hal yang dapat diamati dan diukur dengan jelas yang dapat
dianggap sebagai pengetahuan yang valid. Selain itu, Positivisme juga menekankan pada
pentingnya penggunaan metode ilmiah dalam memecahkan masalah sosial dan politik, dan
bahwa semua masalah dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang
obyektif dan rasional.
Tan malaka telah lama berpikir bahwa pemikiran Comte ini mendorong penggunaan metode
ilmiah yang sistematis dan rasional dalam memperoleh pengetahuan, sehingga pengetahuan
yang diperoleh terhindar dari kesalahan atau persepsi pribadi. Hal ini memungkinkan
pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih presisi dan terukur, karena adanya observasi dan
eksperimen yang sistematis. Selain itu, bangsa Indonesia akan semakin maju karena adanya
pengembangan teknologi yang pesat. Kemudian, adanya pendekatan ilmiah yang rasional
memungkinkan pemecahan masalah sosial dan politik yang lebih efektif, sehingga solusinya
pun lebih efektif dan berdasarkan fakta.
Keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh filsafat positivisme inilah yang membuat Tan
Malaka menggambarkan alur pemikiran rasional yang tepat sasaran. Selain itu, pemikiran
dari Marxisme dan Leninisme memengaruhi cara pandang Tan Malaka mengenai kehidupan
bersama. Tan Malaka juga mengeksplorasi konsep-konsep baru, seperti "madilog" yang
menggabungkan aspek-aspek dari rasionalitas, spiritualitas, dan transendentalitas, serta
konsep-konsep filosofis lainnya seperti positivisme, idealisme, dan empirisme, sehingga
pemikiran Tan Malaka tergolong inovatif dan kreatif. Perpaduan antara filsafat positivisme
Auguste Comte dan pemikiran Marx, Lenin, dan engels merekonstruksi pemikiran Tan
Malaka. Ia membangun sebuah mimpi utopis, yakni menggambarkan sebuah negara yang
menerapkan prinsip-prinsip sosialis-komunis dalam kehidupan serta penggunaan alur
pemikiran positivisme yang menekankan pada observasi dan eksperimen.
Alur pemikiran Tan Malaka yang dituangkan dalam ‘MADILOG’ secara kritis menekankan
sebuah revolusi mental dan berpikir. Akan tetapi, Tan Malaka tidak melihat konteks
masyarakat Indonesia secara utuh. Penekanan utama Tan Malaka terhadap logika formal,
secara eksplisit mengabaikan keberadaan kompleksitas dan dinamika yang ada dalam realitas.
Ia kurang mempertimbangkan aspek-aspek yang bersifat subyektif dan kontekstual dalam
pengalaman manusia. Penggunaan filsafat positivisme memang penting, namun pendekatan
yang ditawarkan oleh filsafat ini kurang memperhatikan dimensi subyek manusia dan
kompleksitas kehidupan.
Pengetahuan tidak hanya diperoleh dengan pemakaian pikiran logis-rasional. Ada begitu
banyak pendekatan seperti fenomenologi, hermeneutika, dan konstruktivisme. Ketiga
pendekatan ini membantu kita dalam cara berpikir, karena adanya peran suyek dalam
membangun suatu pengetahuan. Aspek-aspek spiritualisme atau sesuatu yang transmateri
sebenarnya menghargai keberagaman manusia yang tidak terbatas serta pengalaman manusia
yang yang tidak selalu terbatas pada apa yang dapat dijelaskan atau diukur oleh metode
ilmiah atau logika rasional.
Selain itu, hal-hal transmateri juga memberikan perspektif yang lebih luas tentang kehidupan.
Hal ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat keberadaan
manusia di alam semesta. Tan Malaka menympulkan sesuatu hal yang diskriminatif tentang
keberadaan agama-agama lain. Meskipun, ia mempelajari semua agama atau pengetahuan
tentang agama-agama, namun pemikirannya tentang agama-agama lain dijelaskan dari sudut
pandang keislaman. Ia tidak melihat hakikat dari agama Kristen, Hindu-Budha dll. Ia
memakai ukuran ke-Islaman untuk menentang spiritualisme agama-gama lain.
Penggunaan logika rasional Tan Malaka kurang memperhatikan aspek etis dan moral dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Penggunaan logika rasional sendiri dapat mengakibatkan
kehancuran atau eksploitasi alam yang berlebihan karena hilangnya peran subyek dalam
pembentukan pengetahuan. Adanya hal-hal spiritual-magis sebagai harmonisasi serta
kelengkapan dalam memahami manusia dan dunia sekitarnya. Hal ini memungkinkan
manusia untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan tidak menyimpang dari aspek etis
dan moral.
Hal-hal yang berbau spiritual-magis tidak dapat direduksikan sebagai suatu penghalang tetapi
realitas ini menggambarkan hal lain yang berada di luar rasionalitas manusia. Bukan hanya
warisan budaya saja namun, adanya kesatuan antara manusia dan alam. Meskipun demikian,
perlu diingat bahwa pemikiran Tan Malaka dalam Madilog tetap memiliki nilai-nilai yang
penting dalam memahami hubungan antara spiritualitas dan rasionalitas dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun terdapat beberapa kritik
terhadapnya, pemikiran Tan Malaka dalam Madilog masih menjadi referensi penting dalam
diskursus filsafat dan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai