Anda di halaman 1dari 2

Membaca Tidak Hanya untuk Bersenang-Senang, tapi Juga Membantu Menjernihkan Pikiran

Pikiran seperti air, ketika jernih dan suci ia bisa memberi manfaat yang besar. Begitu
sebaliknya, ketika ia kotor dan najis maka ia tidak begitu berguna. Ia tidak membuat tubuh kita sehat
dan tidak dapat digunakan untuk menyucikan diri.

Waktu kecil, dalam fiqih taharah atau bersuci, kita diajarkan tatacara menyucikan badan dari
najis, hadas kecil maupun hadas besar. Guru kita seringkali berkata Tuhan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri. Kesucian dipandang sebagai unsur penting dalam kehidupan beragama,
bahkan tidaklah sah ibadah kita ketika kita masih dalam keadaan tidak suci.

Namun, satu hal yang luput dari pembelajaran masa kecil adalah, kita senantiasa diajari
membersihkan dan menyucikan badan, tapi jarang kita dibimbing untuk membersihkan dan
menyucikan pikiran. Padahal memiliki pikiran yang bersih, jernih, dan suci tidak kalah penting dari
memiliki badan yang bebas dari kotoran dan najis. Lebih-lebih dalam menghadapi hingar-bingar
tahun politik seperti sekarang.

Pikiran yang jernih akan menghindarkan kita dari kerusakan. Ia berfungsi seperti rem
sekaligus penasihat yang bijaksana. Ia akan memberikan kita pertimbangan-pertimbangan matang
dan penting dalam setiap tindakan. Orang dengan pikiran yang tidak jernih cenderung lebih mudah
membuat kerusakan dan perbuatan buruk.

Dalam hal menerima informasi misalnya, orang dengan pikiran jernih biasanya akan
mempertimbangkan validitas informasi tersebut sebelum memutuskan mempercayainya atau
meresponnya lebih lanjut. Sebaliknya, orang dengan pikiran tidak jernih cenderung lebih mudah
menerima informasi bohong atau menyebarkannya.

Selain itu, orang dengan pikiran yang jernih tidak akan membiarkan dirinya dibimbing oleh
prasangka-prasangka atau asumsi-asumsi, terlebih prasangka yang buruk. Ia pandai memilah mana
fakta atau kebenaran dan mana prasangka atau fitnah. Sebaliknya, orang dengan pikiran yang tidak
jernih biasanya secara serampangan gampang melontarkan hal-hal yang ia percaya sebagai fakta
padahal itu prasangka atau fitnah.

Dan yang tidak kalah penting, pikiran yang jernih membantu kita melihat suatu hal secara
utuh, tidak sepotong-potong sehingga kesimpulan yang kita dapatkan akan presisi, tidak ngawur,
tidak asal, dan tidak sembarangan.

Nah, pikiran yang jernih amat kita butuhkan ketika terjun ke ruang publik, terutama ruang
media sosial, apalagi di tahun-tahun politik seperti sekarang di mana segala informasi bisa sangat
ngawur dan simpang siur. Di mana kadang aktor-aktor politik dan para simpatisan atau
pendukungnya menyampaikan informasi secara tidak utuh dan tidak benar.

Saya percaya, jika diisi oleh manusia-manusia dengan pikiran yang jernih maka ruang media
sosial kita akan lebih nyaman karena bebas dari hoax, ujaran kebencian, atau informasi yang
menyesatkan. Dengan pikiran yang jernih, maka perdebatan-perdebatan di media sosial pun
kualitasnya akan jauh lebih baik.

Mengingat berbagai manfaat yang didapat dari kejernihan pikiran itu, maka sudah waktunya
kita menyadari bahwa selain membersihkan dan menyucikan badan dengan mandi dua kali sehari
kita juga perlu membersihkan dan menyucikan pikiran kita dari kotoran serta ‘najis’ berupa
prasangka buruk, Informasi bohong, juga stereotip negatif.

Bagaimana caranya? Gemar membaca adalah jurus jitu yang saya tawarkan.
Membaca, Anda tahu, akan meningkatkan pengetahuan di kepala kita. Dengan
perbendaharaan pengetahuan yang memadai, kita bisa melihat suatu fenomena dari berbagai sisi,
sehingga kita akan lebih bijak dalam menyimpulkan. Selain itu, luasnya pengetahuan yang kita miliki
adalah modal penting untuk menganalisis seberapa valid informasi yang kita dapatkan.

Dengan membaca banyak literatur kita akan terbiasa melihat berbagai sudut pandang dan
argumen yang berbeda. Ini memberi kita manfaat yang kedua yakni membantu kita meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan analitis.

Kemampuan berpikir kritis adalah anugerah yang luar biasa, dengannya kita bisa mengambil
keputusan yang lebih baik, memecahkan masalah dengan lebih efektif, memahami keragaman
perspektif, menganalisis dan mengidentifikasi informasi dan data lebih akurat, dan masih banyak lagi.

Jika Anda terlahir sebagai orang dengan kemampuan berpikir kritis yang mumpuni maka
Anda patut bersyukur, tapi saya yakin itu mustahil. Karena kemampuan berpikir kritis bukan
pemberian yang jatuh dari langit tetapi sesuatu yang perlu kita pelajari.

Selain dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki kemampuan berpikir kritis,


sebenarnya kita bisa menyebutkan lebih banyak lagi manfaat dari kebiasaan membaca seperti
meningkatkan imajinasi dan kreativitas, meningkatkan kemampuan berbahasa, melatih fokus dan
konsentrasi dan sebagainya. Tapi, saya pikir dua manfaat itu saja sudah cukup, sudah sangat
mumpuni membantu pikiran kita menjadi lebih jernih, terbebas dari kotoran dan ‘najis’.

Tapi, barangkali Anda tipe orang yang lebih suka bersenang-senang, alias membaca sekadar
sebagai hiburan. Tentu tidak masalah. Membaca memang seharusnya kita pandang sebagai aktivitas
yang menyenangkan. Maksud saya, daripada menghibur diri dengan jenis hiburan seperti menonton
TV atau scroll-scroll media sosial, lebih baik kita membaca buku. Karena membaca buku, menurut
saya, adalah aktivitas hiburan yang lebih berkualitas dibanding yang lainnya.

Jadi, tidak ada bedanya, kita boleh punya tujuan yang beragam. Saya yakin apa pun tujuan
kita, selama kita punya kebiasaan gemar membaca maka kita akan tetap akan mendapat berbagai
manfaat yang saya sebutkan sebelumnya. Dan yang lebih penting lagi, alangkah baiknya kebiasaan itu
tidak kita simpan sendiri melainkan kita tularkan.

Anda mungkin juga menyukai