Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN VERTIGO

DI RUANGAN INTERNIS RSU YARSI KOTA PONTIANAK

DISUSUN OLEH:

SYAHRIL AMRAN
NIM 201133065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN VERTIGO

DI RUANGAN INTERNIS RSU YARSI KOTA PONTIANAK

Oleh :

SYAHRIL AMRAN
NIM. 201133065

Pontianak, Maret 2021


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep Arief Zumantara, S.Kep.,Ners


NIP. 19911205 20180301

i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi
Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesikan
tepat pada waktunya.

Terselesainya makalah ini berkat kerja sama dari berbagai pihak untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Azhari Baedlawi, M.Kep dan tim selaku
koordinator stase Keperawatan Medikal Bedah kami, serta tidak lupa pula kami ber terimaka

sih kepada :

1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Pontianak
2. Ibu Nurbani, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Singkawang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Prodi Ners Keperawatan Pontianak
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak
Yang telah memberikan masukan dan gagasan tentang makalah yang kami susun.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan baik dari sisi penulisan maupun sistem penulisan, karena keterbatasan
pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan mengucapkan terimakasih atas kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i
VISI DAN MISI.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
BAB I KONSEP DASAR........................................................................................................1
A. Konsep Dasar Penyakit..................................................................................................1
1. Pengertian...................................................................................................................1
2. Klasifikasi.................................................................Error! Bookmark not defined.
3. Anatomi Fisiologi.....................................................Error! Bookmark not defined.
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................................3
5. Patofisiologi...............................................................................................................3
6. Komplikasi.................................................................................................................4
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................4
8. Penatalaksanaan Medik..............................................................................................5
9. WOC (WEB OF CAUSATION)................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................................7
1. Pengkajian..................................................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................9
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................................9
4. Implementasi Keperawatan......................................................................................11
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iv
BAB I
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian
Vertigo merupakan suatu kumpulan gejala yang terjadi akibat gangguan
pada sistem keseimbangan. Pada sindrom vertigo ditemukan keluhan berupa rasa
berputar, rasa ditarik atau didorong menjauhi bidang vertikal. Seseorang yang
mengalami vertigo akan mempresepsikan suatu gerakan yang abnormal atau suatu
ilusi berputar. Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan
kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada
sistem vestibular ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo
dapat pula terjadi akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang terdiri dari
reseptor pada visual (retina), vestibulum (kanalis semisirkularis) dan proprioseptif
(tendon, sendi dan sensibilitas dalam). (Setiawati, 2016).

2. Klasifikasi
a) Vertigo periferal

Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang


disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan vertigo periferal antara lain penyakit penyakit seperti benigna
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-
sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).

b) Vertigo sentral

Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasamengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan.Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di

1
dalam otak, khususnyadi bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil). (Kusumastuti, 2018).

3. Etiologi
a) Usia

Usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa degenerasi dan


atrofi pada sistem vestibular, visual dan proprioseptif dengan akibat gangguan
fungsional pada ketiga sistem tersebut. Usia lanjut dengan gangguan
keseimbangan memiliki risiko jatuh 2-3 kali dibanding usia lanjut tanpa
gangguan keseimbangan. Tiap tahun berkisar antara 20-30% orang yang
berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak berada di rumah saja karena
masalah mudah jatuh.

b) Stress berat

Tekanan stres yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan


individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah,
dan tidak bisa tidur. Salah satu respons yang muncul dari akibat stres adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur.

c) Diare intraktabel

d) Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

e) Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin

f) Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara


karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler

g) Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di


dalam telinga bagian dalam (menyebabkan bening paroxysmal positional
vertigo). (Putri, 2016)

2
4. Tanda dan Gejala
a) Vertigo paroksismal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan diantara serangan
penderita bebas dari keluhan. Berdasarkan gejala penyerta dibagi :
1) Dengan keluhan telinga, tuli, atau telinga berdenging:sindrom meniere,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan
ondontogen, tumor fossa posterior.
2) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilespsi, migraine, vertigo
anak
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional
paroksismal benigna.
b) Vertigo kronis Ciri khas : vertigo menetap lama,keluhan konstan tidak
membentuk serangan-serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
1) Dengan keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin,
meningitis TB, labirinitis, lues serebri.
2) Tanpa keluhan telinga: kontusio serebri,hipoglikemia,ensefalitis
pontis,kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis, posttraumatik
sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic,vertigo servikalis.
c) Vertigo yang serangannya akut,berangsur-angsur berkurang tetapi tidak
pernah bebas serangan. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
1) Dengan keluhan telinga: neuritis N.VIII, trauma labirin,pendarahan
labirin,herpes zoster otikus
2) Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis,sclerosis multipel, oklusi
arteri serebeli posterior, ensefalitis vestibularis, sclerosis multipel,
hematobulbi. (Laksmidewi, 2016).

5. Patofisiologi
Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampai kan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro prioseptik,

3
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan
VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulo spinalis. Dalam kondisi
fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh
berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses
lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap


lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh
atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa
nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
(Laksmidewi, 2016).

6. Komplikasi
a) Cidera fisik pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibatterganggunya saraf V111 (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampumempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b) Kelemahan otot pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaringyang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot. (Gunawan, 2017).

7. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium pada stroke dan infeksi
b) EEG pada kasus vestibular epilepsi
c) EMG pada kasus neuropati
d) EKG pada kasus serebrovaskular
e) TCD pada kasus serebrovaskular
f) CT Scan/MRI pada kasus stroke,infeksi dan tumor. (Pulungan, 2018).

4
8. Penatalaksanaan Medik
a) Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi
b) Terapi kausal, mencakup:
1) Farmakoterapi
2) Prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
3) Bedah ( karena vertigo yang disebabkan oleh tumor, spondilosis servikalis
dan impresi basilar).
c) Terapi rehabilitatif (metode Brandt-Daroff,latihan visual vestibular latihan
berjalan). Hindari faktor pencetus dan memperbaiki lifestyle pemilihan terapi
vertigo angat tergantung dari tipe dan kausa vertigo (makanan dan diit adekuat
mencegah minum alkohol dan berlebihan,mengurangi obat sedative,ototoksik
dan opoid). (Pulungan, 2018).

5
9. WOC (WEB OF CAUSATION)
Ketidakcocokan
informasi aferen ke Ketidakseimbangan
Gangguan aliran darah ke otak pusat kesadaran antara suplai dan
kebutuhan oksigen

Agen pencedera fisiologis Ketidakteraturan kerja otot Gangguan keseimbangan

Peningkatan tekanan intrakranial Gerakan abnormal (sensasi


Kegagalan koordinasi
berputar-putar, pusing dan
otot
melayang)
Nyeri kepala
Kekuatan otot menurun
Intoleransi
Nyeri akut aktivitas
Risiko jatuh

6
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Keluhan utama

Klien yang biasanya merasakan pusing dan nyeri sekitar kepala

b) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri dibagian kepala,nyeri yang dirasakan seperti


berputar-putar,nyeri yang dirasakan apabila klien duduk atau berdiri.Rasa
nyeri berkurang apabila klien berbaring. Nyeri dirasakan hilang timbul skla
nyeri 7 (0-10).

c) Riwayat kesehatan dulu

Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi yang


memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat menanyakan riwayat
masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah diderita, penggunaan obat-
obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi dan riwayat pola hidup juga penting
dikaji detail pada pasien

d) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit


seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan seperti jantung,diabetes militus
dan asma.

e) Pengkajian sosial

Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

f) Kebutuhan dasar

1) Aktivitas/istrahat: dengan gejala kelemahan, kelelahan

2) Sistem Pernafasan : frekwensi nafas normal 20 x/menit pergerakan dada


kanan dan kiri simetris dan tidak ada sianosis.

3) Sistem Persyarafan :Bicara normal,orientasi waktu menjawab dengan


baik,orientasi orang menjawab dengan baik,orientasi tempat klien

7
baik,pupil mengecil saat diberi reflek cahaya,klien tidak dapat
menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah.

4) Sistem Cardioveskuler: konjungtiva anemis, tidak terdapat odema


pelpebra, tidak ada pembesaran vena jugularis, CRT< 3 detik, bentuk
thorax simetris, tekanan darah normal 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit

5) Sistem pencernaan :Mukosa bibir tidak kering, tidak ada pembengkakan


tonsil, mulut bersih, bising usus 10 x/menit, reflex menelan baik, pada saat
di palpasi tidak ada nyeri tekan turgor kulit baik, dan tidak terjadi distensi
abdomen.

6) Sistem Perkemihan : Volume urine 1000 cc/hari,warna kuning jernih,tidak


terpasang kateter,saat di palpasi tidak ada pemebesaran kaandung
kemih,pada saat di palpasi tidak ada nyeri pada ginjal

7) Sistem Integumen : Kulit bewarna sawo matang,kulit teraba hangat,warna


rambut hiam,terdapat ubun,ubun,tidak adanya kemerahan atau hematum.

8) Sistem pendengaran : klien mengatakan sulit mendengar,distorsi


sensori,konsentrasi buruk

9) Eliminasi: Gejala riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena


perdarahan, gatrointestinal, atau masalah yang berhubungan dengan
gastrointestinal.

10) Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada masalah


menelan, tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi penurunan berat
badan,penurunan nafsu makan.

11) Neurologi: Gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala, kelemahan.

12) Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai tajam,


dangkal, tertusuk- tusuk.

13) Pola tidur : klien mengatakan tidurnya tidak puas, terdapat kantung
mata,klien mengatakan tidak bisa tidur,klien mengatakan pola tidur
berubah.

8
14) Pengetahuan : klien selalu menanyakan tentang penyakitnya. (Doenges,
2014).

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi,
lakemia, neoplasma)

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen

c) Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun. (SDKI, 2017).

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1 Nyeri akut b.d SLKI SIKI
agen pencedera
fisiologis Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian kembali
1. Keluhan nyeri menurun tentang nyeri yang dirasakan
2. Meringis menurun Rasional : mengetahui

3. Kesulitan tidur menurun karakteristik nyeri yang


dirasakan pasien
2. Berikan info mengenai nyeri
Rasional : menambah wawasan
pasien terkait rasa nyeri yang
dirasakan
3. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan
pemahaman dan respon keluarga
terhadap pengalaman nyeri
Rasional : agar keluarga mampu
melakukan manajemen nyeri
secara mandiri
4. Kolaborasi dengan pasien, orang

9
terdekat, tim keseha tan untuk
memilih tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
Rasional : alternatif dalam
mengatasi nyeri yang dirasakan
5. Kolaborasi dalam Pemberian
Analgesik
Rasional : mengurangi rasa nyeri
2 Intoleransi SLKI SIKI
aktivitas b.d
ketidakseimbangan Toleransi Aktivitas Manajemen Hipertermia
antara suplai dan Kriteria hasil : 1. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan oksigen
1. Perasaan lemah menurun Rasional : Untuk melihat
keadaan umum
2. Sianosis menurun
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Rasional : Untuk meningkatkan
nafsu makan
3. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
Rasional :
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Rasional :

Untuk menentukan diet yang


sesuai pada pasien
3 Risiko jatuh b.d SLKI SIKI
kekuatan otot
menurun Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
1. Berat badan membaik Rasional : untuk melihat
keadaan umum
2. Tebal lipatan kulit
membaik 2. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
3. Indeks masa tubuh

10
membaik Rasional : untuk meningkatkan
nafsu makan
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : untuk meningkatkan
nafsu makan pasien
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Rasional : mencegah konstipasi
5. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Rasional : untuk membantu
dalam pencernaan makanan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Rasional : untuk menentukan
diet yang sesuai pada pasien
(SDKI, 2017)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi yang disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapi tujuan yang telah
ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, mencegah penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Jenis-jenis pelaksanaan diantaranya :

1) Secara mandiri (Independen)

Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya menanggapi reaksi karena adanya stressor.

2) Saling ketergantungan/kolaborasi (Interdependen)

11
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim perawat atau
dengan tim kesehatan yang lain seperti dokter, psikologi, psikiater, alhi gizi,
fisioterapi, dan sebagainya.

3) Rujukan/ketergantungan (Dependen)

Adalah keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter,
psikologi, psikiater, alhi gizi, fisioterapi, dan sebagainya. . (Setyowati, 2019).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambung dan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang sesuai
dengan kriteria hasil pada perencanaan

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP maupun


SOAPIER, format tersebut meliputi :

S : Subjektif. Merupakan data perkembangan keadaan yang didasarkaan pada apa


yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan pasien.

O : Objektif. Merupakan data perkembangan yang bisa diamati atau diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.

A : Assasement/analisis. Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif


dinilai dan dianalisis apakah berkembang kearah perbaikan atau
kemunduran.Hasil analisi dapat diuraikan sampai dimana masalah yang ada dapat
diatasi atau adakah perkembangan masalah yang baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.

P : Planning/perencanaan. Rencana penanganan pasien dalam hal ini didasarkan


pada hasil analis di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila
keadaan atau masalah pasien belum teratasi dan membuat rencan baru bila
rencana awal tidak efektif.

I : Implementasi. Pada analisa/assessment dapat kita menuliskan pelaksanaan


rencana tindakan untuk mengatasi maslah keluhan/mencapai tujuan pasien.

12
Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Pilihan pasien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, implementasi
mungkin juga harus berubah/disesuaikan.

E : Evaluasi. Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan tafsiran dari


hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan
yang diberikan.Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian
ketetapan tindakan.Apabila kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai
tujuan.

R : Re-essesment/perbaikan. Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan


komponen evaluasi dapat menjadi petunjuk perlunya.

Rencana tindak lanjut pada evaluasi dapat dilakukan dengan :

a) Rencana diteruskan, jika masalah berubah

b) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan


tetapi hasil belum memuaskan.

c) Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang


dengan masalah yang ada serta diagnosalama dibatalkan.

d) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Pada bagian ini ditemukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat
juga timbul masalah baru. (Setyowati, 2019).

13
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Gunawan. (2017). Asuhan Keparawatan Pada Klien Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa
Aman Nyaman Akibat Nyeri Karena Vertigo Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong
Karya.

Kusumastuti, & Sutarni, S. (2018). Sindroma Vertigo Sentral Sebagai Manifestasi Klinis
Stroke Vertebrobasilar Pada Pasien Pemfigus Vulgaris. Berkala Ilmiah Kedokteran
Duta Wacana, 3(1), 61. https://doi.org/10.21460/bikdw.v3i1.80

Laksmidewi, dkk (2016). Bali Neurology Update. Denpasar: Udayana University

PPNI Tim Pokja, (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Pulungan, Patimah (2018). Hubungan Vertigo Perifer dengan Kualitas Tidur.

Setiawati, M., & Susianti, S. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Jurnal Majority, 5(4),
91-95.

Setyowati, W. W. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH Di Ruang Mawar RSUD Dr. Harjono
Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

14

Anda mungkin juga menyukai