Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAL LIMA PONTIANAK

Disusun Oleh:

AZIZATUL UMMAH
NIM.211133043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam


Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI

1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang


Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAL LIMA PONTIANAK

Pontianak, Maret 2022


Telah di persiapkan dan disusun oleh :

AZIZATUL UMMAH

NIM. 211133043

Telah disetujui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


BAB I
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut
Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)
mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta
sosial dari tiap anggota keluarganya. Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam
Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau


lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh
jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan
memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan
budaya, 7 meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial
sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

B. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti
diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan
nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau
karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan
anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada
waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti
kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang
tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik.
Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang
tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah
tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama;
serta sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual
dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi
aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
C. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati
(2018) sebagai berikut:

1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan


emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas,
dan mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan,
nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran
dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

D. Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :

1. Mengenal masalah kesehatan

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-


perubahan yang dialami anggota keluarga. Dan sejauh mana keluarga
mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal


sifat dan luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan adanya
masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah yang dialami, adakah
perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap
masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan,
dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam
tindakan mengatasi masalah kesehatan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit, keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan
penyakit, sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial,
fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi


lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumber-
sumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara
lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi,
upaya pencegahan penyakit.

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota


keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada
terjangkau oleh keluarga.

II. Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi
yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA
merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak
dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat.
ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan
menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Jalil, 2018).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA
akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.
Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, et al. 2016)

B. Anatomi Fisiologi

a. Organ Pernafasan
1) Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung (Adib, 2017). Fungsi hidung, terdiri dari :
a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-
bulu hidung
c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) atau hidung.
2) Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut,
tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat
dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus
(Adib, 2017). Menurut Graaff (2010 dalam Adib, 2017) Faring
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Nasofaring, b) Orofaring c)
Laringofaring.
3) Laring Pangkal
Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring (Adib, 2017).
4) Trakea Batang
Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring yang
terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia hanya bergerak kearah luar (Adib, 2017).
Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan
di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Dinding-dinding
trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.
Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk,
menjerat partikelpartikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya.
Sel silia berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke faring
yang dapat ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan (Adib, 2017).
5) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris
kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus
lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik dan saraf (Adib, 2017).
a) Bronkiolus Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi
bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
b) Bronkiolus terminalis Bronkiolus membentuk percabangan
menjadi bronkiolus terminalis (yang mempunyai kelenjar
lendir dan silia).
c) Bronkiolus respiratori Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap
sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
d) Duktus alveolar dan sakus alveolar Bronkiolus respiratori
kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alveoli.
6) Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi
pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan
dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Adib, 2017). Paru-
paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri
dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru
kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen 15 yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Adib, 2017).
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral
(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru- paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum
pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas
(Adib, 2017).
b. Fisiologi
Sistem pernafasan Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut
keperluan. Manusia sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau
tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa 16
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis (Adib, 2017).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat
pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2
lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng
oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi
pernapasan eksterna (Adib, 2017).

C. Etiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri
dari genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus,
bordetella, dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus
(termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),
adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh
manusia melalui partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan
melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka
kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan
yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya
(Marni,2014).

Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan
asap bahan bakar memasak, kepadatan anggota keluarga, kondisi ventilasi
rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas
pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu (usia, kebiasaan
merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya
tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba).
(WHO,2007:12). Menurut Widoyono (2008), Kondisi lingkungan yang
berpotensi menjadi faktor risiko ispa adalah lingkungan yang banyak
tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil
pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil.

D. Klasifikasi

E. Patofisiologi ISPA
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA
dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal
akibat pneumonia. Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar
dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu
sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara
amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang
sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas
yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang
terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila
terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-
sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini
akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi
pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi
sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

F. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal
dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
penyulit. (Suriani, 2018) Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan
adalah sebagai berikut Rosana (2016):

a. Gejala dari ISPA ringan


Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
b. Gejala dari ISPA sedang Seseorang balita dinyatakan menderita
ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat Seseorang balita dinyatakan menderita
ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA
sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak
gelisah.
4) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.

G. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan
penyebaran infeksi. (Windasari, 2018)

a. Sinusitis paranasal Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar


karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala
umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan
nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada
anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala
malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).
Kadangkadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul,
bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral
ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan
rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang
dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat
diobati dengan memberikan antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA).

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah (Saputro, 2013):

a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan


adalah biakan kuman (+) sesuai jenis kuman.
b. Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

I. Penatalaksanaan
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian
besar kasus ISPA atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral,
tetapi cukup dengan terapi suportif.

a. Terapi Suportif Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan


performa pasien berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin.
b. Antibiotik Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab,
utama ditujukan pada pneumonia, influenza, dan aureus. (Kepmenkes
RI, 2011)
BAB II
WOC
III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga.


b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 4)
Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga : a) Fungsi afèktif, b) Fungsi sosialisai, c)
Fungsi perawatan kesehatan,. d) Pemenuhan tugas keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang
dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka
diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungn dengan


penumpukan sekret.
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, yaitu pola
penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan
untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota
keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif
dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga dan klien.

3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SIKI
1. Bersihan jalan nafas Latihan Batuk Efektif (I.01006)
tidak efektif (D. 0001) Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
- Monitor input dan output
cairan ( mis. jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau
Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
2. Manajemen kesehatan Dukung keluarga merencanakan
keluarga tidak efektif perawatan (I. 13477)
(D. 0115) Observasi
- Identifikasi kebutuhan dan
harapan keluarga tentang
kesehatan
- Identifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
- Motivasi pengembangan sikap
dan emosi yang mendukung
upaya kesehatan
- Gunakan saran dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
Edukasi
- Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
- Anjurkan menggunkan
fasilitas kesehatan yang ada
- Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga
3. Pemeliharaan Edukasi Kesehatan (I. 12383)
kesehatan tidak efektif Observasi
(D. 0117) - Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
-
Idetifikasi faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan perilaku hidup
sehat dan bersih.
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
4. Kesiapan peningkatan Dukungan koping keluarga (I. 09260)
koping keluarga Observasi
(D.0090) - Identifikasi respon emosional
terhadap kondisi saat ini
- Identifikasi beban prognosis
secara psikologis
Terapeutik
- Dengarkan masalah, perasaan,
dan pertanyaan keluarga
- Diskusikan rencana medis dan
perawatan
- Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan
kelurga atau antar anggota
keluarga
Edukasi
- Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia

4. Implementasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) adapun sebagai berikut:
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang pesifik. Tahap Implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor -faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan. pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan memfasilitasi koping perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi,dan implementasi. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan (Nursalam, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Adib Huda Mujtaba. 2017. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi System


Pernapasan Manusia. Dikutib 22 Mei 2019.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,


Teori, dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai