Anda di halaman 1dari 14

Kumpul

Kode Kelas:
Ambil Revisi

B Maks Revisi

Kembali

LAPORAN RINGKAS PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

(B)

NAMA : M. RIZKI KHOERUL FADILAH


NIM : 22/496851/TK/54449
HARI/TGL : SELASA, 9 MEI 2023
ASISTEN : AL QAEDA INDRANINGTIYAS

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat kurva standar hubungan antara tinggi pelampung dalam
rotameter cairan (h, cm) dengan laju alir air (Q, cm3/s)
2. Membuat kurva standar hubungan antara tinggi pelampung dalam
rotameter gas (h, cm) dengan laju alir udara (Q, cm3/s)

II. METODOLOGI PERCOBAAN


A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Air ledeng : Tidak ada bahaya yang membahayakan. Limbah air
ledeng dapat dibuang melalui westafel.
2. Udara : Tidak ada bahaya yang membahayakan

B. Alat

Keterangan :

1. Tabung penampung
2. Pipa overlflow
3. Kran aliran ke rotameter
4. Kran aliran ke tabung
penampung
5. Pipa pengeluaran
6. Statif
7. Valve rotameter
8. Rotameter cair

Gambar 1. Rangkaian Alat Percobaan Laju Alir Zat Cair

1
Keterangan :

1. Pipa pengeluaran
2. Valve overflow
3. Kompresor
4. Pressure gauge
5. Valve pengatur aliran
6. Tabung pengaman
7. Valve pengatur tabung
8. Valve pembuangan
9. Valve rotameter

Gambar 2. Rangkaian Alat Percobaan Laju 10. Rotameter gas


Alir Zat Gas 11. Tabung penampung 1
12. Tabung penampung 2
13. Kran pengatur aliran ke
tabung penampung 1

C. Cara Kerja
1. Peneraan Laju Alir Zat Cair
Air ledeng diambil dan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Air
ledeng yang ada di gelas ukur diukur suhunya dengan termometer
alkohol 110°C sampai suhu yang tampak di termometer alkohol
konstan. Kran pemasukan dibuka agar bak penampung dapat diisi
hingga overflow. Knop rotameter dibuka sebelum fluida dialirkan ke
dalam rotameter, kemudian kran pengatur aliran ke rotameter dibuka.
Ketinggian float diatur hingga posisi float berada pada ketinggian
yang diinginkan. Cairan yang dialirkan melalui pipa pengeluaran
kemudian ditampung pada gelas ukur dalam waktu sekitar 30 detik
yang dihitung dengan stopwatch. Volume air yang ditampung pada
gelas ukur dan waktu yang terlihat di stopwatch dicatat pada laporan
sementara. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali dengan
ketinggian float yang sama dan percobaan diulangi untuk empat
ketinggian float yang berbeda.

2
2. Peneraan Laju Alir Zat Gas
Suhu udara diukur dengan termometer ruangan yang telah
disediakan. Kran pada semua rangkaian alat ditutup. Tabung
penampung diisi dengan air ledeng hingga terjadi aliran overflow.
Kompresor dinyalakan dan diisi dengan udara hingga tekanan 5
kg/cm2. Kran penghubung tabung pengaman dengan kompresor
dibuka, sehingga tabung gas pengaman terisi udara. Tekanan udara di
kompresor dicatat kemudian kran penghubung tabung gas dan
rotameter dibuka. Ketinggian float diatur hingga stabil dengan bukaan
kran pada tabung pengaman diatur. Ketinggian pipa pengeluaran
diatur dengan botol penampung. Cairan yang mengalir dari pipa
pengeluaran ditampung menggunakan gelas ukur dalam waktu 30
detik yang dihitung dengan stopwatch. Volume air tetampung dan
waktu pada stopwatch dicatat dalam laporan sementara dan
pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali. Percobaan diulangi
untuk empat ketinggian float yang berbeda. Tekanan uadara yang
tersisa di kompresor dicatat. Uadara yang tersisa di dalam kompresor
dan tabung pengaman dikeluarkan

III. ANALISIS DATA


1. Menghitung nilai debit fluida
Untuk menghitung debit pada setiap ketinggian float (h) dapat dicari
dengan menggunakan persamaan berikut :
Vn
Qn = (1)
tn

dengan, Qn = debit fluida (cm3/s)

Vn = volume fluida yang tertampung (cm3)tn = waktu


penampung fluida (s)
n = data ke 1,2,3,...,n

3
Dari persamaan (1), maka dapat dihitung nilai dari debit fluida cairan dan
gas. Berikut perhitungan debit fluida zat cair dengan ketinggian (h) dua
sentimeter pada percobaan pertama :
174 cm3 cm3
Qn = = 5,7711
30,15 s s

Menggunakan persamaan (1) juga dapat digunakan untuk menghitung


debit fluida zat gas pada ketinggian (h) empat sentimeter pada percobaan
pertama
90 cm3 cm3
Qn = 30,25 s = 2,9752 s

2. Menentukan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas (Q) dengan ketinggian
Float Dalam Rotameter
Hubungan debit fluida (Q) dan ketinggian float (h) disajikan dalam bentuk
grafik yang dapat dibuat dengan menggunakan Excel. Setelah
mendapatkan grafik, tentukan persamaan Q=f(h) yang didapatkan
menggunakan pendekatan terbaik (linear/logaritmik/eksponensial).
Pembahasan persamaan dapat dijabarkan secara manual di analisis data
atau menggunakan excel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Cara yang dapat dilakukan untuk peneraan yakni dengan menghitung
volume yang mengalir dari bak penampung dalam jangka waktu tertentu dan
data berupa debit air yang dibuat dengan kurva. Pada percobaan peneraan alat
ukur laju alir zat gas, hal yang harus diperhatikan adalah ketinggian pipa
pengeluaran yang harus sejajar dengan ketinggian air di dalam penampung. Hal
tersebut bertujuan agar keduanya memiliki tekanan sama dan memenuhi
hukum hidrostatika.
Float berfungsi sebagai acuan atas besar kecilnya suatu debit yang
masuk dalam alat. Jika float berada pada ketinggian yang tinggi, maka gaya
dorong masuk fluida itu juga besar yang menandakan bahwa debit air yang
mengalir juga besar. Float yang digunakan pada rotameter untuk gas umumnya
lebih kecil dibanding pada rotameter yang digunakan untuk cairan. Hal itu

4
karena fluida gas memiliki kerapatan molekul yang lebih kecil dan gaya
desaknya juga lebih kecil daripada gaya desak fluida cair.
Berdasarkan percobaan fluida gas yang dilakukan dan perhitungan
dengan persamaan (1) diperoleh hasil perhitungan debit fluida cair dan fluia
gas sebagai berikut.

Tabel I. Data Hasil Perhitungan Debit Fluida Cair pada


Percobaan Peneraan Laju Alir Zat Cair.
h (cm) Q (mL/S)
15,4911
6 15,5064
15,4860
13,0063
5 13,0320
13,0191
10,5576
4 10,3333
10,2785
8,2563
3 8,2502
8,2754
5,9445
2 5,8333
5,7711

Beradasarkan tabel I hasil percobaan peneraan alat ukur laju alir fluida
cair secara keseluruhan menunjukan bahwa debit berbanding lurus dengan
ketinggian float (semakin tinggi float yang terdapat pada rotameter maka nilai
pada debit fluida cair juga semakin meningkat). Hal tersebut dapat terjadi
karena ketika debit laju alir fluida meningkat, artinya jumlah fluida yang
melewati float juga meningkat, sehingga gaya apung yang dialami float juga
semakin besar. Akibatnya, ketinggian float akan semakin tinggi, karena gaya
apung yang dialami oleh float semakin besar dari gaya berat float itu sendiri.

5
Tabel II. Data Hasil Perhitungan Debit Fluida Gas
pada Percobaan Peneraan Laju Alir Zat Cair.

h (cm) Q (mL/S)
3,6327
8 3,5479
3,7450
3,4925
7 3,6423
3,6363
3,2099
6 3,5076
3,5409
2,9479
5 3,2711
3,4380
3,0134
4 2,8289
2,9663

Beradasarkan tabel II hasil percobaan peneraan alat ukur laju alir fluida
baik gas secara keseluruhan menunjukan bahwa debit berbanding lurus dengan
ketinggian float (semakin tinggi float yang terdapat pada rotameter maka nilai
pada debit fluida cair juga semakin meningkat). Hal tersebut dapat terjadi
karena ketika debit laju alir fluida meningkat, artinya jumlah fluida yang
melewati float juga meningkat, sehingga gaya apung yang dialami float juga
semakin besar. Akibatnya, ketinggian float akan semakin tinggi, karena gaya
apung yang dialami oleh float semakin besar dari gaya berat float itu sendiri.
Akan tetapi, pada percobaan ini terjadi penyimpangan yakni pada debit laju alir
fluida gas dengan ketinggian 6 cm, 7, dan 8 cm (pada salah satu data
percobaannya masing-masing, yakni nilai debitnya 3,2100 mL/s, 3,4926 mL/s,

6
dan 3,5480) nilainya lebih kecil dibanding dengan data debit laju alir yang
diperoleh pada ketinggian yang lebih rendah dari ketiganya. Ha ini dapat terjadi
sebab perubahan tekanan di atas fluida, seperti perubahan tekanan atmosferik
atau tekanan dari sumber pompa, dapat mempengaruhi ketinggian float pada
alat pengukur level fluida. Jika tekanan berubah, maka hal ini dapat
menyebabkan perubahan pada ketinggian float yang tidak berbanding lurus
dengan nilai debit laju alir fluida.
R-square adalah sebuah metrik evaluasi kinerja yang digunakan dalam
analisis regresi untuk mengukur seberapa baik model regresi yang dibangun
dapat menjelaskan variasi variabel dependen (y) dengan memperhitungkan
variasi dari satu atau lebih variabel independen (x). R-square dapat diartikan
sebagai proporsi variansi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen yang digunakan dalam model regresi.
R-square dapat dinyatakan dalam persentase atau nilai antara 0 hingga
1. Nilai R-square sebesar 1 menunjukkan bahwa model regresi yang dibangun
dapat menjelaskan seluruh variasi variabel dependen dengan sempurna dan
tidak ada variasi yang tidak dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan, nilai
R-square sebesar 0 menunjukkan bahwa model regresi yang dibangun tidak
dapat menjelaskan variasi variabel dependen sama sekali. R-square pada data
ini didapatkan dari persamaan hasil peneraan debit suatu fluida.
. Persamaan yang diperoleh dapat dengan 3 pendekatan, yaitu
pendekatan linear, logaritmik, atau eksponensial. Secara umum, pendekatan
logaritmik dan eksponensial akan berbentuk grafik melengkung, sedangkan
pendekatan linear akan berbentuk grafik lurus. Pada percobaan ini diambil data
peneraan alat ukur laju alir zat cair. Jika dilihat dari analisis data pada fluida
cair, pendekatan linear diperoleh R-square 0.9986, pada pendekatan logaritmik
nilai R-square sebesar 0,9669, dan pada pendekatan eksponensial nilai R-
square sebesar 0.9852.

7
Hubungan antara ketinggian float pada rotameter dengan laju fluida cair
tersajikan dalam grafik berikut.

Hubungan Debit Fluida Cair dan Ketinggian Float


18.0000
y = 2,4048x + 0,9835
16.0000 R² = 0,9986
14.0000
Debit (cm3/s)

12.0000
Keterangan :
10.0000
8.0000 Debit Percobaan
6.0000 Debit Persamaan
4.0000
2.0000
0.0000
0 2 4 6 8
Ketinggian float (cm)

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Ketinggian Float pada Rotameter dengan Laju Alir
Fluida Cair dengan Pendekatan Linear.
Tujuan dibuatnya grafik hubungan debit fluida cair dengan ketinggian
float adalah untuk menggambarkan pola atau karakteristik hubungan antara
debit fluida cair yang mengalir melalui suatu sistem dengan ketinggian float
yang terukur pada suatu alat atau perangkat. Dengan memplot data debit fluida
cair pada sumbu x dan ketinggian float pada sumbu y, grafik tersebut dapat
menunjukkan apakah ada hubungan linier, non-linier, eksponensial, atau pola
lainnya antara kedua variabel tersebut. Grafik ini juga dapat memberikan
informasi tentang titik-titik tertentu di mana perubahan dalam debit fluida cair
dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam ketinggian float. Dengan
memahami hubungan ini, grafik dapat digunakan untuk memprediksi atau
mengestimasi ketinggian float berdasarkan debit fluida cair yang diketahui atau
sebaliknya.

Berdasarkan gambar 3, pada grafik tersebut menunjukan adanya trend


linear positif yang menunjukan ketinggian float berbanding lurus dengan laju
alir dari fluida cair maka sesuai dengan teori hukum Bernoulli (semakin tinggi

8
float maka laju alir fluidanya juga semakin besar). Dari grafik hubungan antara
laju alir fluida cair dan ketinggian float pada rotameter didapatkan persamaan
dengan pendekatan linear didapatkan persamaan y = 2.4061x + 0,9769
dan diperoleh R-square 0.9987, dengan pendekatan logaritmik didapatkan
persamaan y = 8,6301n(x)-0,7456 dan R-square diperoleh sebesar 0,9669, serta
dengan pendekatan eksponensial didapatkan persamaan y = 3,8293e0,2405x dan
R-square diperoleh sebesar 0,9852. Dapat dilihat bahwa pendekatan linear nilai
R-square yang hampir mendekati satu yang menunjukan bahwa dengan
pendekatan linear, ketinggian rotameter memiliki pengaruh besar terhadap
debit fluida.

Ketika nilai R-square dari pendekatan-pendekatan persamaan yang


digunakan dalam menghitung hubungan antara debit fluida cair dan ketinggian
float mendekati 1, itu menunjukkan bahwa persamaan tersebut terdapat
penyimpangan. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, atau kondisi
lingkungan lainnya dapat mempengaruhi kinerja alat ukur laju fluida cair.
Perubahan dalam faktor-faktor ini dapat menyebabkan penyimpangan dalam
pengukuran yang dilakukan oleh alat tersebut. Fluida cair yang diukur dapat
memiliki variasi dalam sifat-sifatnya, seperti viskositas, kecepatan aliran, atau
densitas. Variabilitas ini dapat menyebabkan penyimpangan dalam pengukuran
laju fluida cair, terutama jika alat ukur tidak mampu mengatasi perubahan
dalam sifat-sifat fluida tersebut. Keberadaan hambatan atau gangguan dalam
jalur aliran fluida cair, seperti tumpukan partikel atau kerusakan pada pipa atau
saluran, dapat mengganggu aliran dan menyebabkan penyimpangan dalam
pengukuran. Hambatan atau gangguan ini dapat mengubah pola aliran fluida
cair dan menghasilkan hasil yang tidak akurat.

Pada percobaan ini juga diambil data peneraan alat ukur laju alir zat
gas. Dari analisis data pada fluida gas, Pada pendekatan linear diperoleh R-
square 0,7630, pada pendekatan logaritmik nilai R-square sebesar 0,7911, dan
pada pendekatan eksponensial nilai R-square sebesar 0,7509. Berikut grafik
hubungan antara ketinggian dengan debit laju alir fluida gas

9
Hubungan Debit FLuida Gas dan Ketinggian Float
4.0000
3.5000
3.0000
Debit (cm3/s) y = 1,0482ln(x) + 1,514
2.5000 R² = 0,7911
2.0000
1.5000
1.0000
0.5000
0.0000
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
Ketinggian float (cm)

Debit Percobaan Debit Persamaan

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Ketinggian Float pada Rotameter dengan Laju Alir
Fluida Gas dengan Pendekatan Logaritmik
Berdasarkan gambar 4, pada grafik tersebut menunjukan adanya
trend linear positif yang menunjukan ketinggian float berbanding lurus dengan
laju alir dari fluida cair maka sesuai dengan teori hukum Bernoulli (semakin
tinggi float maka laju alir fluidanya juga semakin besar). Dari grafik hubungan
antara laju alir fluida cair dan ketinggian float pada rotameter didapatkan
persamaan dengan pendekatan linear didapatkan persamaan y = 0,1783x
+ 2,2918 dan diperoleh R-square 0.7630, dengan pendekatan logaritmik
didapatkan persamaan y = 1,04821n(x) + 1,5140 dan R-square diperoleh
sebesar 0,7911, serta dengan pendekatan eksponensial didapatkan persamaan y
= 2,4189e0,0542x dan R-square diperoleh sebesar 0,7509. Dari ketiga
pendekatan tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan logaritmik nilainya paling
besar, menunjukan bahwa dengan pendekatan logaritmik, ketinggian rotameter
memiliki pengaruh besar terhadap debit fluida.

Ketika nilai R-square dari pendekatan persamaan yang digunakan


dalam menghitung hubungan debit fluida gas dengan ketinggian float jauh dari
1, itu menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mampu menjelaskan
sebagian besar variasi dalam hubungan tersebut. Beberapa alasan
penyimpangan yang mungkin terjadi dalam hal ini adalah. Pada percobaan

10
debit laju alir fluida gas ini ketiga pendekatan masih cukup jauh nilai R-square
dari 1. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan float pada rotameter gas yang
disebabkan oleh aliran gas yang dapat bervariasi lebih banyak karena
perubahan suhu dan tekanan, sehingga dapat mempengaruhi akurasi
pengukuran pada rotameter gas. Selain itu, penyimpangan juga dapat terjadi
akibat tinggi pipa keluaran yang tidak sejajar dengan ketinggian cairan pada
tabung penampung yang berakibat pada perbedaan tekanan hidrostatis pada
kedua titik yang mempengaruhi laju alir cairan yang keluar. Gangguan dalam
aliran gas, seperti turbulensi, perubahan pola aliran, atau keberadaan hambatan
dalam jalur aliran, dapat menyebabkan penyimpangan dalam hasil pengukuran.
Gangguan ini mengubah karakteristik aliran gas yang diukur dan dapat
memengaruhi akurasi alat ukur.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari percobaan ini adalah :
1. Pada percobaan peneraan laju alir zat cair, diperoleh :
• Pendekatan linear : y = 2.4048x + 0,9835
• Nilai R-square : 0,9986
2. Pada percobaan peneraan laju alir zat gas, diperoleh
• Pendekatan logaritmik : y = 1,04821n(x) + 1,5140
• Nilai R-square : 0,7911

Yogyakarta, 9 Mei 2023


Asisten, Praktikan,

Al Qaeda Indraningtiyas M. Rizki Khoerul Fadilah

11
12
13

Anda mungkin juga menyukai