Anda di halaman 1dari 67

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

Ragil Setiyabudi, SKM

A. Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan

1. Pengertian kesehatan

a) Menurut WHO

“Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg
bebas dari penyakit dan kecacatan.”

b) Menurut UU No 23 / 1992 ttg kesehatan

“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.”

2. Pengertian lingkungan

Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)

“ Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.”

Menurut Encyclopaedia Americana (1974)


“ Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.”

Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)

“ Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”

3. Pengertian kesehatan lingkungan

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)

“ Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.”

Menurut WHO (World Health Organization)

“Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.”

Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan
Sumengen)

“ Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju


keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”
B. Ruang lingkup kesehatan lingkungan

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :

1) Penyediaan Air Minum

2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3) Pembuangan Sampah Padat

4) Pengendalian Vektor

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu

7) Pengendalian pencemaran udara

8) Pengendalian radiasi

9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan

11) Perumahan dan pemukiman

12) Aspek kesling dan transportasi udara


13) Perencanaan daerah dan perkotaan

14) Pencegahan kecelakaan

15) Rekreasi umum dan pariwisata

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam
dan perpindahan penduduk.

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8 :

1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah

3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas

5) Pengamanan radiasi

6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan vektor penyakit


8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

C. Sasaran kesehatan lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992

1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.

4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.

5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan
darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. Sejarah perkembangan kesehatan lingkungan

1) Sebelum Orba

· Th 1882 : UU ttg hygiene dlm Bahasa Belanda.

· Th 1924 Atas Prakarsa Rochefeller foundation didirikan Rival Hygiene Work di Banyuwangi dan
Kebumen.

· Th 1956 : Integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lingkungan di Bekasi hingga didirikan
Bekasi Training Centre
· Prof. Muchtar mempelopori tindakan kesehatan lingkungan di Pasar Minggu.

· Th 1959 : Dicanangkan program pemberantasan Malaria sebagai program kesehatan lingkungan di


tanah air (12 Nopember = Hari Kesehatan Nasional)

2) Setelah Orba

· Th 1968 : Program kesehatan lingkungan masuk dalam upaya pelayanan Puskesmas

· Th 1974 : Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga)

· Adanya Program Perumnas, Proyek Husni Thamrin, Kampanye Keselamatan dan kesehatan kerja,
dll.

E. Konsep hubungan interaksi antara Host – Agent Environmental

1. Tiga komponen/faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit Model Ecology (JHON
GORDON).

· Agent (Agen/penyebab) : adalah penyebab penyakit pada manusia

· Host (tuan Rumah/Induk semang/penjamu/pejamu) adalah manusia yang ditumpangi penyakit.

· Lingkungan/environmental : Segala sesuatu yang berada di luar kehidupan organisme Cth :


Lingkungan Fisik, Kimia, Biologi.

Interaksi antara agent, host dan lingkungan serta model ekologinya adalah sebagai berikut :
Antara agent Host dan lingkungan dalam keadaan seimbang sehingga tidak terjadi penyakit. Gambar
sebagai berikut :

Pejamu Agent

Lingkungan

Peningkatan kemampuan agent untuk menginfeksi manusia serta mengakibatkan penyakit pada
manusia. Gambar sebagai berikut :

Pejamu

Agent

Lingkungan
Perubahan lingkungan menyebabkan meningkatnya perkembangan agent. Gambar sebagai berikut :

Pejamu

Agent

Lingkungan

2. Karakteristik 3 komponen/ faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit

1) Karakteristik Lingkungan

· Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis, Perumahan, Pangan, Panas, radiasi.

· Sosial : Status sosial, agama, adat istiadat, organisasi sosial politik, dll.

· Biologis : Mikroorganisme, serangga, binatang, tumbuh-tumbuhan.

2) Karakteristik Agent/penyebab penyakit

Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent tidak hidup. Agent penyakit dapat
dikualifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :

a. Agent biologis
Beberapa penyakit beserta penyebab spesifiknya

Jenis agent

Spesies agent

Nama penyakit

Metazoa

Ascaris lumbricoides

Ascariasis

Protozoa

Plasmodium vivax

Malaria Quartana

Fungi

Candida albicans

Candidiasis
Bakteri

Salmonella typhi

Typhus abdominalis

Rickettsia

Rickettsia tsutsugamushi

Scrub typhus

Virus

Virus influenza

Influenza

b. Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.

c. Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi, tekanan, panas.

d. Agent chemis/kimia : eksogen contoh ; alergen,gas, debu,

endogen contoh ; metabolit, hormon.


e. Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

3) Karakteristik Host/pejamu

Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung dari karakteristik
yang dimiliki oleh masing – masing individu, yakni :

a. Umur : penyakit arterosklerosis pada usia lanjut, penyakit kanker pada usia pertengahan

b. Seks : resiko kehamilan pada wanita, kanker prostat pada laki-laki

c. Ras : sickle cell anemia pada ras negro

d. Genetik : buta warna, hemofilia, diabetes, thalassemia

e. Pekerjaan : asbestosis, bysinosis.

f. Nutrisi : gizi kurang menyebabkan TBC, obesitas, diabetes

g. Status kekebalan : kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.

h. Adat istiadat : kebiasaan makan ikan mentah menyebabkan cacing hati.

i. Gaya hidup : merokok, minum alkohol

j. Psikis : stress menyebabkan hypertensi, ulkus peptikum, insomnia.


F. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia

1. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain


e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus
dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup,
terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan


penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar
maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :


a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah
penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis,
iklim, musim, dan kemajuan teknologi.

b. Penyimpanan sampah.

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara
efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria,
Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras
mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan
kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit
rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan
sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan
makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).

Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan;

b. Persyaratan fasilitas sanitasi;

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

e. Persyaratan pengolahan makanan;

f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;

g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara.


Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor
air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu
bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi
saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara
di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5
kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata
membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya
jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

G. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia

1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.

2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.

3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

H. Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan
pemukiman

Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan
dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :

1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah slum/kumuh>>>sanitasi


kesehatan lingkungan buruk

2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>>dibuang tanpa pengolahan (ke
sungai) >>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus>>>penyakit menular.
3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap) >>>mencemari udara
kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA.

I. Healthy City (Kabupaten/kota sehat)

Dalam tatanan desentralisasi/otonomi daerah di bidang kesehatan, pencapaian Visi Indonesia Sehat
2010 ditentukan oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap provinsi (yaitu Provinsi sehat).
Khusus untuk Kabupaten/Kota, penetapan indikator hendaknya mengacu kepada indikator yang
tercantum dalam Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. SPM ini dimasukkan sebagai
bagian dari Indikator Kabupaten/Kota Sehat. Kemudian ditambah ha-hal spesifik yang hanya
dijumpai/dilaksanakan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Misalnya Kota/Kabupaten yang area
pertaniannya luas dicantumkan indikator pemakaian pestisida.

Di dalam SPM Kab/kota di Propinsi Jawa Tengah (Keputusan Gubernur Jawa Tengah ) pada point
(huruf) “U” tentang Penyuluhan Perilaku Sehat disebutkan terdapat item Rumah Tangga Sehat (item
1), dimana disebutkan bahwa Rumah Tangga sehat adalah Proporsi Rumah Tangga yang memenuhi
minimal 11 (sebelas) dari 16 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah
Tangga. Lima diantara 16 indikator merupakan Perilaku yang berhubungan dengan Kesehatan
Lingkungan, yaitu :

1. Menggunakan Air Bersih untuk kebutuhan sehari-hari

2. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan

3. Membuang sampah pada tempat yang disediakan

4. Membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat

5. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.

Terdapat juga Penilaian Rumah Sehat (rumah secara fisik : pencahayaan, kelembaban, ventilasi, dll)
Selain Rumah Tangga sehat terdapat pula point “R” yakni Pelayanan Kesehatan Lingkungan dimana
item pertama (Institusi yang dibina) meliputi RS, Puskesmas, Sekolah, Instalasi Pengolahan Air
Minum, Perkantoran, Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil serta tempat penampungan
pengungsi. Institusi yang dibina tersebut adalah unit kerja yang dalam memberikan pelayanan/jasa
potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan.

Secara garis besar dapat diterangkan dengan diagram berikut :

Indonesia Sehat 2010

Indikator Indonesia Sehat (Kep. MenKes No 1202/MENKES/SK/VIII/2003)

Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota (KepMen 1457/Menkes/SK/X/2003)

Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah (Kep.Gub. Jateng
No 71 tahun 2004) Point “U” dan “R” yaitu :

Institusi yang dibina

Rumah Tangga Sehat

Rumah Sehat

Kumpulan Rumah Sehat, Rumah Tangga Sehat dan Institusi-institusi yang dibina akan mewujudkan
Kabupaten/Kota sehat (Healthy City)
Kepustakaan :

Achmadi, Umar Fahmi, 1991. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja di Indonesia,
Jakarta : UI Press.

Azwar, 1983. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Mutiara. Jakarta

Depkes RI, 1982. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI.Jakarta

Ehler, Victor M. 1965., Municifal and Rural Sanitation. Mc. Graw Hill, Publishing Company Ltd, New
Delhi.

Harsanto, et al.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Depkes RI.

Keputusan Gubernur Jawa Tengah No 71 tahun 2004 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat


2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat

Keputusan Menteri Kesehatan No 1457/Menkes/SK/X/2003 Standard Pelayanan Minimal Bidang


Kesehatan di Kab/Kota

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang


Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

Leavel and Clark. 1965. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th Edition, McGraw-
Hill Inc, New York.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka
Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Purdom, 1980. Environmental Health.second edition. Academic Press.

Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar. Jakarta : EGC.

Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Wagner & Lanoix,1958. Excreta Disposal for Rural Areas and Small Comunities, World Health
Organization. Geneva.

Soal Latihan :

1. Sebutkan pengertian kesehatan lingkungan menurut sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi, WHO
dan Sumengen !

2. Sebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 !

3. Jelasakan konsep hubungan interaksi antara tiga komponen yang berperan dalam menimbulkan
penyakit model ecology (Jhon Gordon)

4. Sebutkan karakteristik host, agent dan environmental dan beri contoh masing-masing 2 (diua)
buah !
5. Sebutkan masalah-masalah kesehatan lingkungan di Indonesia dan apa penyebabnya ?

6. Jelaskan dengan contoh (2 saja), hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat di perkotaan dan pemukiman !

7. Jelaskan dengan diagram, kaitan antara Indonesia sehat 2010, kesehatan lingkungan dan Healty
city !

-oOo-

Advokasi Pencemaran Udara

http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara/penc_udara_info_020604/

diakses tanggal 12 Nopember 2007

Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah
(natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia,
dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic
sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat,
hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon.

Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif,
baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida
(CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44%
suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon
monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah
tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber
utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari
ambang batas.

Sementara itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 15% per tahun sehingga
pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 2,8 juta kendaraan.
Seiring dengan laju pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan
mengalami peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke
udara.

Tahun 1999, konsumsi premium untuk transportasi mencapai 11.515.401 kilo liter [Statistik
Perminyakan Indonesia, Laporan Tahunan 1999 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi]. Dalam
setiap liter premium yang diproduksi, terkandung timbal (Pb) sebesar 0,45 gram sehingga jumlah Pb
yang terlepas ke udara total sebesar 5.181,930 ton. Dengan pertumbuhan penjualan mobil dan
sepeda motor sebesar 300% dan 50% diperkirakan tahun 2001 polusi akibat timbal (Pb) meningkat.

Menurut penelitian Jakarta Urban Development Project, konsentrasi timbal di Jakarta akan
mencapai 1,7-3,5 mikrogram/meter kubik (ìg/m3) pada tahun 2000. Menurut Bapedalda Bandung,
konsentrasi hidrokarbon mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999: 0,24 ppm), NOx mencapai
0,076 ppm (baku mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150 mg/m3).

Dampak Pencemaran Udara

Berdasarkan studi Bank Dunia tahun 1994, pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi
anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita seluruh Indonesia dan 6% bagi seluruh angka
kematian penduduk Indonesia. Jakarta sendiri adalah kota dengan kualitas terburuk ketiga di dunia.

Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari
ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan,
seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh
pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok
individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita
mempunyai kerentanan enam kali lebih besar dibandingkan orang dewasa. Kelompok balita lebih
rentan karena mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga
mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di
antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan,
penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ
tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang
terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI. Diperkirakan nilai
sosial setiap tahun yang harus ditanggung akibat pencemaran timbal ini sebesar 106 juta Dollar USA
atau sekitar 850 miliar rupiah.

Apa yang Harus Dilakukan?

Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi penyebabnya.


Mempertimbangan sektor transportasi sebagai kontributor utama pencemaran udara, maka sektor
ini harus mendapat perhatian utama.

WALHI menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi yang ada saat ini,
dengan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan terjangkau oleh publik. Prioritas utama
harus diberikan pada sistem transportasi massal dan tidak berbasis kendaraan pribadi.

WALHI juga menyerukan kepada pemerintah untuk segera memenuhi komitmennya untuk
memberlakukan pemakaian bensin tanpa timbal.

Di sektor industri, penegakan hukum harus dilaksanakan bagi industri pencemar.

-oOo-

Metromini Penyebab Pencemaran Udara Terbesar Di Jakarta

Selasa, 18 Januari 2005 | 07:16 WIB

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2005/01/18/brk,20050118-10,id.html

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tingginya tingkat pencemaran udara di Jakarta tidak lain disebabkan oleh
meningkatnya jumlah angkutan umum yang menggunakan bahan bakar solar.

"60 persen pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda yang bergerak atau transportasi
umum, terutama karena mereka memakai bahan bakar solar, " kata Senior Program Officer Clean Air
Project (Swisscontact), Paul Butar-Butar saat pertemuan dengan Komisi D DPRD DKI di ruang rapat
komisi D, Jakarta, Senin (17/1).

Paul menyatakan, 94 persen penyakit pernafasan yang diderita oleh masyarakat Jakarta disebabkan
oleh pencemaran udara luar ruang. Seperti yang disebabkan oleh asap dari angkutan umum,
misalnya metromini yang menggunakan bahan bakar solar.

Sedangkan 30 persen penyakit pernafasan, disebabkan oleh pencemaran dalam ruang seperti
adanya asap rokok di ruang yang menggunakan AC.

Paul menilai, uji emisi yang telah diluncurkan sejak 2002, yang telah dirintis oleh Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta bekerjasama dengan berbagai LSM tidak menghasilkan dampak yang
signifikan. Karena masih banyaknya kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar dan tidak layak
jalan.

"Dari hasil survei karbonmonoksida (CO2), 50 persen kendaraan yang ada itu tidak lolos uji emisi.
Kadar CO2 mereka berada di atas ambang batas (500), " jelas Paul.

Mengingat kondisi udara Jakarta yang semakin mengkhawatirkan, Paul berharap agar pemerintah
segera menetapkan kebijakan khusus yang mengatur hal tersebut, khususnya sanksi yang tegas dan
lebih berat.

Denda maksimal Rp 5 juta dan hukuman pidana kurungan paling lama 6 bulan dinilai terlalu ringan
bagi pelanggar pencemaran udara.

Seharusnya, kata Paul, dasar acuan penetapan sanksi berdasar pada UU No. 32 tahun 2004 yang
menetapkan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta.

Anggota komisi D dari Fraksi Partai Demokrat, Denny Taloga sependapat dengan Paul. Menurut
Denny, pemerintah saat ini harus bisa melakukan tindakan yang tegas terhadap pada pelanggar
pencemaran udara. "Denda itu terlalu kecil, seharusnya Rp 50 juta bukan Rp 5 juta," kata Denny.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzy Bowo, dalam rapat paripurna DPRD, menyatakan setuju besaran
denda yang disampaikan oleh beberapa fraksi beberapa waktu lalu. Yaitu dengan mengacu pada UU
No. 32 tahun 2004 yang menetapkan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta dan pidana kurungan
paling lama 6 bulan.

Untuk mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh angkutan umum, pihaknya juga kan
menggalang aksi pemasyarakatan pemakaian Bahan Bakar Gas (BBG).

"Sebagai langkah awal, pemasyarakatan BBG ini akan diberlakukan pada berbagai kendaraan dinas
operasional instansi pemerintah maupun BUMD, " kata Fauzy. suryani ika sari

Sampah Swakelola Sha-Link WALHI Yogyakarta

http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/060120_smphswkl_/ tanggal 12 Nopember 2007

Pertumbuhan penduduk diakui atau tidak, telah menimbulkan akibat bertambahnya pola konsumsi
masyarakat yang akhirnya menyebabkan bertambahnya volume sampah. Bertambahnya volume
bukan hanya pada jumlah, tetapi juga pada jenis sampah yang semakin beragam. Kondisi ini
diperparah dengan pola hidup masyarakat yang instan dan paradigma masyarakat yang masih
menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang dan disingkirkan.

Di sisi lain, pengelolaan sampah hanya dilakukan sebagai sesuatu yang bersifat rutin, yaitu hanya
dengan cara memindahkan, membuang, dan memusnahkan sampah. Pada akhirnya, hal ini
berdampak pada semakin langkanya tempat untuk membuang sampah dan produksi sampah yang
semakin banyak mencapai ribuan m3/hari, menyebabkan merebaknya TPA/TPS ilegal di berbagai
tempat baik lahan kosong maupun di sungai – sungai yang terdapat di wilayah DI Yogyakarta.

Di Kabupaten Bantul saja, terdapat paling tidak 12 TPA/TPS ilegal lahan kosong dan di sungai
mencapai 7 TPA/TPS ilegal. Di Kabupaten Sleman, terdapat 10 TPA/TPS ilegal lahan kosong dan di
sungai mencapai 21 TPA/TPS ilegal. Di Kota Yogyakarta sendiri, terdapat 24 TPS/TPA ilegal di sungai.

Ribuan m3/hari sampah yang ada tidak terangkut semuanya. Itu terlihat di Kota Yogyakarta dari
1.724 m3 sampah yang terangkut 1.321 m3/hari. Kabupaten Bantul dari 1.145 m3/hari sampah yang
terangkut 178 m3/hari dan kabupaten Sleman dari 1.268 m3/hari sampah yang terangkut 285
m3/hari. Bisa dibayangkan, sampah yang tidak terangkut berada di sungai, lahan kosong, atau di
rumah.
Bagaimana potret kehidupan masyarakat ke depan, jika persoalan ini tidak segera diselesaikan.
Permasalahan sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga telah
menimbulkan kerawanan sosial dan bencana kemanusiaan. Berbagai kasus, seperti di
Bantargerbang, Bojong Gede, dan Leuwigajah, mengingatkan kita bahwa persoalan sampah bukan
sesuatu yang bisa dianggap sepele.

Pendekatan persoalan sampah biasanya menggunakan paradigma end–pipe of solution (pendekatan


ujung-pipa) sudah saatnya digeser ke pendekatan sumber. Dengan pendekatan sumber sampah
ditangani dari sumber pembuangannya. Hal ini lebih efektif daripada pengolahan di TPA (tempat
pembuangan akhir). Penerapan prinsip 4R: mengganti (“replace”), mengurangi (“reduce’), memakai
kembali (“re-use”), mendaur ulang (“recycle”), merupakan paradigma yang terbukti mampu
menangani permasalahan sampah secara mandiri.

Pengelolaaan sampah swakelola Sukunan, Banyuraden, Gamping, Kabupaten Sleman adalah salah
satu contohnya. Penanganan sampah mulai dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga, terbukti
mampu mengelola potensi sampah yang selama ini luput dari perhatian masyarakat. Sampah organik
yang selama ini dibuang karena bau dapat dimanfaatkan lagi menjadi kompos. Sedangkan sampah
kertas, plastik, logam, dan kaca, mampu dimanfaatkan sebagai kerajinan seni atau dijual ke industri
pengolahan selanjutnya.

Contoh lain adalah di Gondolayu Lor, Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta, tengah memproduksi
secara massal alat pembuatan kompos. Mereka juga memilah sampah non organik, mulai plastik dan
kertas yang masih mempunyai nilai ekonomis, dimanfaatkan dan dikelola, serta sampah non organik
lainnya akan dibuang di tempat khusus. Terobosan masyarakat ini, merupakan sesuatu yang perlu
kita dorong dan kembang-tularkan ke tempat-tempat yang lain.

Kegiatan simulasi pengolahan sampah swakelola dan pembuatan bakteri yang dilaksanakan pada
tanggal 14 Januari 2006 ini, merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, dan juga
menindaklanjuti hasil kunjungan Sahabat Lingkungan bersama Sheep dan Yasanti, yang merupakan
anggota WALHI Yogyakarta, beserta masyarakat dampingannya ke Sukunan pada tanggal 21
Desember 2005.

Kegiatan ini juga melibatkan anggota WALHI Yogyakarta yang lain, yaitu Mitra Tani (sebagai
narasumber) dan kegiatan ini dilaksanakan di Gubuk Rembug Lingkungan yang merupakan Crisis
Center WALHI Yogyakarta, dimana salah satu fungsinya adalah sebagai pusat pelatihan pendidikan
lingkungan. Kegiatan ini merupakan upaya menciptakan budaya baru dalam masyarakat, mulai dari
pemilahan, pengolahan, dan pemanfaatan sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi,
sehingga permasalahan sampah, baik dari segi lingkungan maupun sosial, bisa berkurang, bahkan
dapat teratasi.

1001 Permasalahan Sanitasi

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/08/cakrawala/lainnya05.htm diakses 8 Maret


2007

Berbicara sanitasi, berarti kita lebih jauh membicarakan kesehatan lingkungan. Saat ini, banyak sekali
permasalahan lingkungan yang harus dihadapi dan sangat mengganggu terhadap tercapainya
kesehatan lingkungan. Ironisnya, hanya Rp 200,00/orang/tahun yang disediakan pemerintah dalam
30 tahun terakhir untuk mengatasi masalah ini, padahal kebutuhan ideal per orang setiap tahunnya
adalah Rp 47.000,00.

Sungguh satu nilai yang jauh berbeda, padahal kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap
kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem itu sendiri. Bila lingkungan tidak
sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem
tersebut. Perilaku kurang baik dari manusia, telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan
timbulnya sejumlah permasalahan sanitasi.

Pertama, kebocoran septic tank. Saat ini sekitar 70 persen air tanah di daerah perkotaan sudah
tercemar berat bakteri tinja, padahal separuh penduduk perkotaan masih menggunakan air tanah.
Banyak hal yang mengakibatkan kebocoran atau bahkan rembesan limbah septic tank, padatnya
perumahan bisa mempercepat terjadinya kondisi ini, seperti dimuat Pikiran Rakyat (Senin, 19/2),
2007 merupakan tahun emas industri perumahan. Satu kondisi yang perlu diantisipasi dampaknya
sejak dini.

Bappenas menyatakan, saat ini standar nasional tentang konstruksi septic tank sudah ada, tetapi
dalam implementasinya kurang ditunjang oleh aturan-aturan lainnya, seperti belum adanya aturan
yang membatasi jumlah septic tank per satuan luas kawasan. Demikian pula dengan aturan yang
mewajibkan penyedotan tinja secara rutin dan pihak yang merasa berkepentingan memeriksa isi
septic tank, belum ada. Selain itu, masih ada anggapan dari masyarakat bahwa bagus dan tidaknya
septic tank hanya dirasakan oleh pemiliknya saja.

Kedua, MCK yang tidak berfungsi secara optimal baik karena usang, salah konstruksi, tidak terawat,
tidak ada air, maupun masyarakat yang belum siap menerima keberadaannya sesuai fungsinya.
Ketiga, saluran air yang tersumbat. Seharusnya fungsi saluran tersebut adalah mengalirkan air hujan,
tetapi dalam pelaksanaannya dipakai menampung air kakus dan sampah sehingga jadi sarang
penyakit. Keempat, melakukan aktivitas harian di sungai yang tercemar terjadi akibat terbatasnya
akses masyarakat terhadap sarana MCK dan air bersih.

Kelima, pembuatan jamban yang asal-asalan, 35 persen jamban di kawasan perkotaan tidak ada air,
tidak ada atap atau tidak tersambung ke septic tank. Keenam, influein industri di kawasan
pemukiman sebagian besar dialirkan ke sungai tanpa proses pengelolaan terlebih dahulu. Ketujuh,
buang air besar sembarangan. Lebih dari 12 persen penduduk perkotaan Indonesia sama sekali tidak
memiliki akses ke sarana jamban (Susenas 2004). Artinya, belasan juta penduduk perkotaan
Indonesia masih membuang tinja langsung di kebun, selokan, ataupun sungai. Kedelapan,
pembuangan liar lumpur tinja. Pada kenyataannya, saat ini banyak truk tinja membuang langsung
muatannya ke sungai, alasannya tidak ada IPLT, IPLT tidak berfungsi atau petugasnya malas.

Pembangunan masyarakat kota

Membaiknya sanitasi suatu kota, berarti juga mengurangi penyakit-penyakit akibat buruknya sanitasi
di masyarakat yang disebabkan oleh bakteri patogen, jamur, maupun cacing parasit. Meluasnya
penyakit seperti flu burung juga disebabkan oleh buruknya sanitasi. Padahal jelas, hasil riset
Bappenas menyatakan, sanitasi yang baik mampu mengurangi biaya kesehatan 6 - 19 persen,
bahkan mengurangi biaya pengobatan sekitar 2 - 5 persen.

Contoh konkret bisa kita lihat di Bandung dan Jakarta, dua kota besar yang ada di Indonesia
sekaligus ibu kota provinsi dan negara. ”Jakarta kebanjiran....” itulah sepenggal syair yang pernah
dinyanyikan oleh Benyamin S. (alm) semasa hidupnya. Setidaknya syair tersebut menunjukkan
betapa banjir senantiasa menjadi kejadian tahunan di ibu kota. Tahun 2007, sedikitnya 70 persen
wilayah Jakarta terendam banjir sebagai akibat kesalahan dalam rencana tata ruang dan wilayah
(RTRW). Kerugian yang dialami akibat bencana ini mencapai Rp 8 triliun dan berdampak luas pada
perekonomian bangsa.

Kasus banjir ini sudah menyita banyak waktu dan perhatian masyarakat, siapa yang pantas
disalahkan atau bahkan apa yang salah dalam hal ini? Satu pertanyaan yang harus dicari jawabannya
karena dari hasil penelitian menyatakan bahwa sanitasi yang baik ternyata meningkatkan waktu
produktif masyarakat sekitar 34-79 persen. Tentunya tanpa harus mengurus lumpur banjir yang
mampir ke rumah mereka.
Kejadian serupa pernah mampir di Kota Bandung tahun 2006 lalu. Longsornya Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Leuwigajah, sempat membuat pusing tujuh keliling pemerintah Kota Bandung. TPA itu
pun ditutup. Akibatnya, pengangkutan sampah masyarakat oleh petugas dari PD Kebersihan
terhenti, sampah berserakan, lalat beterbangan menebar penyakit, bau tak sedap tercium setiap kali
melewati daerah timbunan sampah. Banyak yang mengeluh karena sakit diare atau pernapasan,
bahkan para pejalan kaki, pengguna kendaraan banyak yang mengeluh karena baunya, konsumen-
konsumen di pasar-pasar tradisional pun merasa tidak nyaman saat berbelanja. Kembali pemerintah
dan masyarakat Bandung harus menanggung malu, karena mendapat predikat “kota terkotor”. Para
pejabat negara turun tangan, mulai dari gubernur hingga Menteri Lingkungan Hidup.

Kota Bandung kembali harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mengatasi masalah ini. Tidak
sedikit biaya yang harus dikeluarkan, belum lagi pencemaran air akibat lindi sampah yang tidak
tertangani. Data Bappenas menyebutkan, akibat buruknya sanitasi mengakibatkan 70 persen air
tanah tercemar dan 75 persen air sungai tercemar. Padahal, 50 persen penduduk perkotaan saat ini
masih menggunakan air tanah untuk kehidupan sehari-hari.

Wajar kalau kemudian Ir. Ratna Hidayat, seorang peneliti lingkungan pengairan, menyatakan bahwa
kondisi air Citarum sangat kritis dengan kandungan bakteri E.coli-nya mencapai 50.000/100 ml,
sehingga perlu proses yang agak panjang dalam memanfaatkannya (Pikiran Rakyat, 4/12/2006).
Biaya produksi PDAM meningkat sekitar 25 persen dari rata-rata tarif air nasional. Bahkan, ekspor
hasil perikanan Indonesia pun pernah ditolak karena diindikasikan tercemar salmonella.

Bangsa yang maju bisa terlihat dari kemampuan SDM-nya dalam menata lingkungan atau tempat
tinggalnya. Kanada dan Brasil, dua negara yang mampu membiayai operasional wilayahnya hanya
dengan mengelola sampah dengan baik. Tidak pelak lagi terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik, karena minimnya biaya operasional dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota, pastinya
investor pun akan datang dengan sendiriya dan tentunya disambut dengan tangan-tangan handal
dari SDM-SDM yang terlahir dari bangsa yang berhasil menata lingkungannya dengan baik.***

Dine Andriani S.Pt.

Koordinator Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A).

Tanggal

:
20 Februari 2007 12:08 WIB

Judul

Seminal Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia

Sumber

Sesmen

http://www.kemenpera.go.id/detail_warta.asp?id=34 tanggal 12 nopember 2007

Pada tanggal 15 Februari 2007 diadakan Seminal Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan
Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia. Bertempat di Aula Barat Institut Teknologi Bandung,
dimana perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang
mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin
mahalnya harga lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat berpeng-hasilan menengah-
bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan
meningkatkan biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan
produktivitas masyarakat. Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh dari
pusat aktivitas ekononomi, sehingga menyebabkan ketidak-teraturan tata ruang kota dan dapat
menumbuhkan kawasan kumuh baru.

Kecenderungan Global menuju Abad Perkotaan dimana petumbuhan penduduk lebih cepat bila
dibandingkan dengan pertambahan penduduk di perdesaan (urbanisasi). Bila dihubungkan dengan
fenomena tersebut membawa kondisi kemasyarakatan di kawasan perkotaan menjadi lebih
kompleks berikut permasalahan yang timbul. Hal ini banyak disebabkan oleh tingkat persaingan
untuk mencari penghidupan di perkotaan semakin ketat seiring dengan bertambhanya jumlah
penduduk. Dampak lingkungan hunian yang lazim adalah bertambahnya jumlah masyarakat kawasan
permukiman yang tidak layak huni, kurang sarana – prasarana, dan tidak teratur (kumuh). Lokasi
permukiman tersebut cenderung berada pada kawasan yang tidak diperentukan sebagai kawasan
hunian seperti pinggir kali, pinggir rel kreta api, dan areal tidak resmi lainnya. Akibatnya berbagai
dampak lingkungan lanjutan seperti banjir, penyakit menular dan keamanan lingkungan menambah
tugas rumah bagi pemerintah kota dan pusat.

Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi penyediaan


kawasan pemukiman penduduk yang layak. Pemerintah kota didorong untuk menjadi motor dalam
mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjada lingkungan permukiman
merek secara swadaya. Selain juga mengupayakan penyediaan kawasan permukiman berserta
fasilitas yang memadai. Mendorong inovasi teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan
serta melakukan penyebarannya. Melalui seminar nasional dengan tema “Peningkatan Kualitas
Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Mahasiswa
Teknik Planologi ITB dapat memberikan masukan bagi perencaan permukiman yang memiliki
kualitas, berkesinambungan dan menjawab semua tantangan dan permasalahan yang ada pada
permukiman penduduk di perkotaan. Seminar yang dibuka oleh Staf Ahli Menteri Negara Perumahan
Rakyat Bidang Tehnologi (mewakili Menteri) diharapkan akan membuka wacana para akademisi dan
para pemangku pemerintahan kota dalam memberikan perencanaan kawasan permukiman yang
berwawasan lingkungan, kemanusiaan dan berkeadilan bagi para penghuni dan warga sekitar
kawasan tersebut.
Diposkan oleh MATERI di 17.24

3 komentar:

anak kost mengatakan...

bsa mnta tolong gambarnya di liatin,khususnta yg ada di Konsep hubungan interaksi antara Host –
Agent Environmenta

24 Februari 2009 19.02

arhy-the-dragon mengatakan...

penjelasan contnetnya cukup menarik, support me too, ehsablog.com artikel kesehatan dan konsep
dasar kesehatan lingkungan!!!

24 Januari 2011 16.49

Ziel Mayer mengatakan...

ah ini yang punya blog gak kreatif bnget , copas yang orng lain . !! :P

19 Januari 2014 02.24


Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

MATERI

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

► 2011 (1)

▼ 2007 (9)

▼ Desember (6)

PENGANTAR MANAJEMEN KESEHATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN INDU...

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

DEMOGRAFI 2

► November (3)

lmu Kesehatan Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi

Manusia merupakan bagian integral dari ekosistem (Otto Sumarwoto, 1989; Soerjani, 1988)
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya secara timbal balik

Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan hidup

Manusia dilengkapi dgn mekanisme adaptasi yg relatif lambat dan mempunyai batas toleransi,
apabila diluar batas tsb manusia akan sakit.

Manusia adalah pelaku sekaligus sebagai penderita

Sehat merupakan resultante dari interaksi antara manusia dan lingkungannya yang serasi dan
dinamis (seimbang)

Perubahan lingkungan akan mempengaruhi proses interaksi dan akan mempengaruhi pola
kesehatan masyarakat dlm lingkungan tsb

Pendekatan Epidemiologis dalam Kesehatan Lingkungan

Epidemiologi adalah ilmu yg mempelajari distribusi dan determinan dari suatu peristiwa kesehatan
dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan yg menimpa sekelompok populasi dalam
masyarakat dan diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah kesehat an (WHO Reg.Meeting ke
42 – Bandung)

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan atau Epidemiologi Lingkungan adalah studi atau cabang
keilmuan yg mempelajari faktor2 lingkung an yang mempengaruhi timbulnya (kejadian) suatu
penyakit dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk
dengan lingkungan yg memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk
upaya promotif lainnya (Achmadi, 1991)

Environmental epidemiology may be defined as the study of environmental factors that influence
the distribution and determinants of diseases in human population (Cordis, 1994)

Diposkan oleh KL di 02.25 0 komentar

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

SEJARAH DAN PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN

Sejarah Singkat Ilmu Kesehatan Lingkungan


Internasional :

400 thn SM manusia telah menduga adanya hubungan antara lingkungan dan penyakit

Catatan kuno, lingkungan manusia telah diduga memiliki potensi menjadi penyebab sakit atau
berhubungan dengan kesehatan

Bangsa Minoa (3000-1500 SM), Kreta (3000-1000 SM), dan Mesir (1500 SM): Upaya kesmas berupa
perbaikan kualitas lingkungan fisik (cikal bakal upaya kesling)- bangsa Yahudi menulis dalam buku
Levitikus (peraturan tentang kesehatan lingkungan)

Upaya kesling setua ilmu kedokteran (sejak Hippocrates), tetapi mengalami periode perlambatan

Abad 15 dan 16: Ellenbog, Paracelsus dan Agricola mengemukakan teori tentang hubungan penyakit
dan lingkungan kerja

John Snow (1854): berhasil membuktikan adanya hubungan penyakit kolera dengan keadaan sumber
air minum

Abad 17 : revolusi industri menyebabkan masalah kesling makin kompleks

Indonesia :

Thn 1882 : keluar UU tentang Hygiene dalam bhs Belanda

1924: Rockefeller Foundation mendatangkan Dr.J.L.Hydrik konsultan bgs Amerika yg mendirikan


usaha kesmas utk daerah pedesaan dan Rural Hygiene Work dgn mengutamakan penyuluhan
kepada masyarakat di Banyuwangi dan Kebumen

1956 usaha kesling digalakkan lagi di Bekasi yg terintegrasi dgn usaha pengobatan, sekaligus Bekasi
di jadikan Training Center

1956-1959, Prof Mochtar mempelopori usaha kesling di Pasar Minggu Jakarta

12 Nopember 1959 dicanangkan oleh Presiden Soekarno program pemberantasan penyakit malaria
sebagai program kesehatan lingkungan yg dilaksanakan secara nasional di tanah air.

1968- Program kesling terintegrasi prog Puskesmas

1974 – Inpres SAMIJAGA

dll

Paradigma Ilmu Kesehatan Lingkungan


Komponen Lingkungan dari segi bahan/agen yg memiliki potensi bahaya

Gol. Fisik : energi kebisingan, radiasi, panas, dll.

Gol. Kimia: pestisida, asap rokok, limbah industri, bahan pewarna dll

Gol. Biologi: spora jamur, bakteri, cacing dll.

Gol. Psikososial: hub. antar tetangga, hub.bawahan-atasan, dsb.

Diposkan oleh KL di 02.20 0 komentar

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

SISTEM LINGKUNGAN

Sistem Lingkungan mempunyai 4 komponen :

1.Sumber daya alam (life support) :

air, udara, energi, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, dsb

2. Aktivitas manusia (human activities): permukiman, transportasi, pengolahan makanan-minuman,


industri, rumah sakit, dsb

3. Bahan buangan (residu and wastes):

sampah padat, limbah rumah tangga, limbah industri, tinja, sampah radio aktif, dsb

anah, tumbuh-tumbuhan, hewan, dsb


4. Faktor-faktor lingkungan yang berbahaya (environment hazards):

a) alami : gempa bumi, angin ribut, banjir, dsb

b) biologis : binatang, serangga, mikroba, tumbuh- tumbuhan

c) kimia : Pb, HCN, Hg, Cu, CO dsb (bersifat racun, allergen, irritasi, dsb)

d) fisik : vibrasi, radiasi, kelembaban, dsb

e) psikologi : stress, cemas, pobia, jenuh, dsb

f) sosiologi : kepadatan penduduk, ignorance, isolasi, dsb

Hubungan SDA dgn manusia

¢Sumber daya alam (SDA) mempunyai hubungan erat dengan manusia karena SDA dibutuhkan
manusia terutama untuk dapat memenuhi keperluan manusia dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (eksistensi).

¢Tingkat pemanfaatan (eksploitasi) SDA tergantung aktivitas dan kemajuan budaya manusia.

¢Semakin maju budaya dan banyaknya aktivitas manusia maka akan semakin banyak SDA yang
dimanfaatkan atau digunakan manusia

¢Akibat aktivitas yang memanfaatkan SDA (air, udara, energi, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan,
dsb) akan menghasilkan bahan buangan (limbah padat, cair dan gas).

¢Jumlah dan jenis bahan buangan sangat berhubungan erat dengan aktivitas manusia yang
memanfaatkan SDA.

¢Semakin banyak SDA yang dimanfatkan maka akan semakin banyak pula bahan buangan yang di
lepas ke alam (lingkungan hidup manusia)

Hubungan Bahan Buangan dengan Faktor-faktor Lingkungan Yg Berbahaya


Bahan buangan dapat menjadi faktor-faktor lingkungan yang berbahaya jika tidak dikelola dengan
benar sebelum dibuang ke alam.

Jenis dan tingkat bahaya tergantung dari jenis SDA yang dimanfaatkan dan aktivitas manusia

Kualitas dan kuantitas faktor-faktor lingkungan yang berbahaya mempunyai hubungan dengan
kualitas dan kuantitas bahan buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia ketika memanfaatkan
SDA untuk kebutuhan ( primer : sandang, pangan dan papan; dan kebutuhan sekunder )

Hubungan faktor-faktor lingkungan berbahaya dengan manusia dan SDA

Faktor-faktor lingkungan yg berbahaya ( FLB) akan dapat mengancam kehidupan manusia berupa
gangguan kesehatan

FLB juga dapat mengancam keberadaan SDA, karena akan menimbulkan berbagai kerusakan alam.

Jadi aktivitas manusia dapat menghasilkan FLB, sebaliknya FLB dapat menimbulkan gangguan
terhadap aktivitas manusia.

FLB akan menimbulkan kerusakan/gangguan ekosistem/keseimbangan SDA .

Kerusakan SDA akan mengganggu aktivitas manusia berupa gangguan kesehatan (penyakit berbasis
lingkungan ) hingga menimbulkan kematian.

Kerusakan SDA akan menimbulkan berbagai masalah KESEHATAN LINGKUNGAN.

Masalah kesehatan lingkungan yang timbul terus berubah bentuknya tergantung aktivitas dan
tingkat budaya manusia.

Diposkan oleh KL di 01.55 0 komentar

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest
Welcome to Scribd, the world's digital library. Read, publish, and share books and documents. See
more ➡

MengunduhStandard viewFull view OF 102

MATERI PENYULUHAN KESLING

Ratings: (0)|Views: 935|Likes: 1

Dipublikasikan oleh Yudha Savestila

Lihat Lainnya

LAPORAN PENYULUHAN INDIVIDUALPENGENALAN KESEHATAN LINGKUNGANUNTUK PARA PESERTA


PELATIHAN DOKTER KECILWILAYAH PANCORAN MAS TAHUN 2011

Pelaksana:Elza Novita S.ked Nurvita Anggraeni S.kedSherla S.L Viryaspera S.kedPenanggung


Jawab:Penanggung jawab Promosi Kesehatan Puskesmas Pancoran Mas : DeksianaPenanggung
Jawab Kesling Puskesmas Pancoran Mas : Ecih Sumiarsih

PUSKESMAS PANCORAN MAS DEPOK-FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

2011

I. Tujuan

Tujuan Umum :Menambah pengetahuan secara umum kepada Peserta Pelatihan Dokter Kecil
wilayahPancoran Mas tentang kesehatan lingkungan serta turut membantu kegiatan UKS
yangmerupakan salah satu program kesehatan Puskesmas Pancoran Mas.Tujuan Khusus :1.

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kesehatan lingkungan2.


Menambah pengetahuan tentang definisi kesehatan lingkungan, faktor-faktor yangmempengaruhi
kesehatan lingkungan, penyakit-penyakit akibat lingkungan tidak sehat, syarat rumah sehat, dan
personal higiene/kesehatan pribadi.

II. Bentuk dan Nama Kegiatan

Kegiatan ini berbentuk penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan metodeceramah dan tanya
jawab secara langsung dengan peserta pelatihan dokter kecil. Kegiatan inikami beri nama:

Pengenalan Kesehatan Lingkungan Untuk Para Peserta PelatihanDokter Kecil Wilayah Pancoran M

as”

III. Jenis Kegiatan

Kegiatan ini berupa penyuluhan mengenai kesehatan lingkungan. Sebelum dan sesudah pemberian
materi diadakan pre test dan post test serta diskusi dan tanya jawab.

IV. Peserta kegiatan

Peserta dalam kegiatan ini adalah Para Peserta Pelatihan Dokter Kecil Wilayah PancoranMas yang
merupakan perwakilan dari kelas III dan IV Sekolah Dasar sebanyak 240 anak.Serta yang memberikan
penyuluhan adalah dokter muda Fakultas Kedokteran UPN

“Veteran” Jakarta angkatan 2004 yang sedang menjalani kepaniteraan IKK/IKM dan bertugas

di Puskesmas Pancoran Mas.

V. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Untuk dapat memenuhi tujuan dari kegiatan ini maka kegiatan penyuluhan ini dilakukanselama 2
hari yaitu:Hari : Selasa - Rabu

Tanggal : 18-19 Januari 2010Tempat : Ruang Kelas Sekolah Dasar Negeri 5 Depok

VI. Materi PenyuluhanDefinisi Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah semua hal yang mem

engaruhi kesehatan pribadi,keluarga, dan lingkungan sekitar kita.Menurut Habloom, tahun 1974 ada
4 faktor memengaruhi kesehatan lingkungan adalah;1.
Faktor lingkungan2.

Faktor perilaku3.

Faktor pelayanan kesehatan4.

Faktor keturunanDiantara keempat faktor tersebut yang paling mempengaruhi adalah faktor
lingkungan danfaktor perilaku.Faktor LingkunganSyarat lingkungan sehat;-

Tersedia air bersih, sumber air bersih sumur pompa, sumur gali, PDAM (PerusahaanDaerah Air
Minum), PMA (Penampungan Mata Air), PAH (Penampungan Air Hujan).-

Terdapat jamban/ WC keluarga-

Terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sampah), tempat sampah harus tertutup dengansebelumnya
dialasi plastik berwarna hitam, disediakan 2 tempat yaitu sampah basahdan kering.-

Terdapat pembuangan air limbahFaktor PerilakuIntinya adalah melakukan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat);-

BAB (Buang air besar) di jamban-

Cuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah makan, serta setelah BAB danBAK -

Mandi 2x/hari memakai sabun.


DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMUKIMAN

CATEGORIES

AKK

Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan

Gizi Masyarakat

Ilmu Penyakit

K3

Kecelakaan Kerja

Kesehatan Kerja

Kesling Pemukiman

Pengantar Ilmu Kependudukan

Statistik

Uncategorized

ARCHIVES

December 2012

June 2011

February 2010

December 2009

October 2009

July 2009

June 2009

RECENT COMMENTS

rizka on PERSYARATAN RUMAH DAN PEMUKIMA…


Dasar-Dasar Ilmu Kep… on Dasar-Dasar Ilmu Kependudukan

Kristalina Simanjunt… on Dasar-Dasar Ilmu Kependudukan

mukhran mokodompit on Dasar-Dasar Ilmu Kependudukan

Joko Yanto on Dasar-dasar Kesehatan dan Kese…

D-si on Dasar-Dasar Ilmu Kependudukan

leonel on Dasar-dasar Kesehatan dan Kese…

RECENT POSTS

Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit

Beberapa Contoh Skripsi Terbaru

Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

Kecelekaan Kerja (Kajian dari sudut pandang Ilmu Kesehatan Masyarakat)

Administrasi Rumah Sakit

Manajemen Sumber Daya Manusia (2)

Manajemen Sumber Daya Manusia (tinjauan dari sudut pandang AKK)

Website Hit Counter

RUMAH

Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti :

Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-
hari

Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam

Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga

Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini

Sebagai tempat untuk meletakkan barang2 berharga yang dimiliki


SEHAT

Sehat menurut WHO :

Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang
bebas dari penyakit dan kelemahan

Kesehatan menurut UU N0 23 thn 1992 :

Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial ekonomis

Kesehatan badan : Bebas dari penyakit, semua organ tubuh berfungsi sempurna

Kesehatan Jiwa, dibagi menjadi tiga :

Pikiran : Berpikir positif dan dapat diterima oleh akal sehat

Emosi : bisa mengeksperisikan emosinya

Spiritual : bisa mengekspresikan rasa syukurnya terhadap Tuhan

Kesehatan sosial : bisa berinteraksi dengan orang lain

Kesehatan ekonomi : dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

RUMAH SEHAT

Berdasarkan pada pengertian sebelumnya maka rumah sehat :

Sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, sosial maupun mental

PEMUKIMAN
Menurut WHO :

Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt t4 berlindung, dimana lingk dari struktur
tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan yg berguna
untuk kes jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan individu

Menurut winslow dan aph

Suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai t4 unt bermukim, beristirahat,
berekreasi dan t4 berlindung dari pengaruh lingk yg memenuhi persyaratan psikologis, physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan

Sifat Pemukiman

Pemukiman/perkampungan tradisional

Perkampungan darurat

Perkampungan kumuh ( slum area )

Pemukiman transmigrasi

Perkampungan untuk klpok2 khusus

Pemukiman baru

Aspek2 Lingkungan Pemukiman yg Perlu Mendapat Perhatian :

1. Fasilitas Lingkungan :

Fasilitas pendidikan

Fasilitas kesehatan

Perbelanjaan

Rekreasi dan kebudayaan

Olah raga

Lap terbuka

2. Prasarana lingkungan :
Jalan

Saluran air minum

Saluran air hujan

Pembuangan sampah

Jaringan listrik

Masalah Pemukiman di Indonesia

Pertumbuhan penduduk tinggi (2,4 jt pertahun )

Penyebaran penduduk yg tidak seimbang dan merata

Kondisi pemukiman dibawah standar kesehatan

Pemukiman didaerah perkotaan

Penggunaan tanah tidak terkendalikan

Kebutuhan sarana tidak seimbang dengan pertumbuhannya

Pemukiman di pedesaan

Eksploitasi sumber alam yang tidak terkendali

Sumber air yang tidak terlindung

Kebijakan Perbaikan Lingkungan Kota

Program perbaikan kampung

Pembangunan rumah murah,cth : RSS

Pembangunan fasilitas umum

Pembangunan fasilitas sosial

Pencegahan pencemaran

Jaringan pengangkutan

Pengaturan tata guna tanah

Over Crowding

- Suatu keadaan yang menimbulkan efek2 negatif thd kesehatan, baik secara fisik, mental
maupun moral.
Sebuah rumah dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur dirumah tsb menunjukkan hal-
hal sbb :

2 Individu dari jenis kelamin yg berbeda dan berumur diatas 10 tahun dan bukan status suami istri
tidur dalam 1 kamar

Jumlah orang didalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang
ditetapkan.

Ada 2 ketentuan dalam hal ini yaitu :

Jlh orang dibandingkan dengan jumlah kamar apabila rumah tersebut hanya mempunyai 1 kamar
maka penghuninya 2 org

Jika kamar 3, penghuninya 5 org

Jika kamar 5, penghuninya 10 org

Kriteria Slum Area

Sumber air minum yang tercemar

Sumber air minum diluar perumahan

Jamban digunakan beberapa keluarga dan berada di luar rumah

Kamar mandi bersama

Penghuni rumah > 1,5 x seharusnya

Over crowding dikamar tidur

Ruang tidur < 40 sq/ft per org

Tidak ada listrik

Tidak ada jendela kamar

Kerusakan bangunan yang serius

Dijumpai 4 atau lebih dari kretaria ini disebut slum area


Beberapa variabel rancang bangun (Lanjutan)

Debit dan Kapasitas Pengaliran (Q)

Debit. Suatu sumber air yang akan dieksplorasi, misalnya mata air, perlu diketahui produksi atau
debitnya. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai cara yang mudah dan akurat, misalnya
dengan menggunakan sekat ukur-V dari Thompson, baik yang bersudut 60o atau 90o. Data debit ini
perlu diketahui untuk menghitung apakah produksinya dapat mencukupi kebutuhan sejumlah
konsumen.

Soal:

Sebuah mata air debitnya 5 LPD. Jumlah penduduk saat ini adalah 3.000 orang dan diketahui bahwa
laju pertumbuhan penduduknya per tahun, r, adalah= 2,34 %.

Jika kebutuhan air per kapita untuk 20 tahun yang akan datang adalah 50 LOH (liter per orang per
hari), apakah mata air itu masih mencukupi kebutuhan

Jawab:

Setelah dihitung, ternyata jumlah penduduk 20 tahun yang akan datang adalah 4765 orang.
Kebutuhan air nya = 50 liter/orang/hari x 4765 orang = 238.250 liter/hari.

Debit mata air = 5 liter/detik = 5 liter/detik x 24 jam/hari x 60 menit/jam x 60 detik/menit = 432.000


liter/hari

Jadi, walaupun untuk 20 tahun yang akan datang, debit air masih lebih besar dari kebutuhan.

Kapasitas Pengaliran. Kapasitas Pengaliran dari perpipaan adalah besarnya pengaliran yang
direncanakan melewati suatu cabang perpipaan. Misalnya, dibutuhkan pengaliran sebesar 3 LPD
untuk dapat melayani jumlah penduduk tertentu. Maka Q = 3 LPD tersebut dapat dialirkan melalui
pipa berdiamater berapa saja, bisa 2 inchi, atau 4 inchi. Persoalannya hanyalah konsekuensi
besarnya kehilangan tekanan yang terjadi.

Seperti dijelaskan sebelumnya, dalam perencanaan, anda telah menghitung (proyeksi) jumlah
penduduk yang berkelompok di sepanjang lintasan cabang perpipaan. Masing-masing kelompok
penduduk itu memerlukan jumlah air (total) yang berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan
yang berkali-kali, anda perlu mengetahui: berapa jumlah orang yang dapat dilayani untuk setiap 1
LPD debit mata air. Untuk jelasnya, ikuti contoh soal berikut ini.

Soal:

Jika kebutuhan air per kapita per hari = 50 LOH, berapa jumlah orang yang dapat dilayani untuk
setiap 1 LPD pengaliran?

1 LPD = 1 lliter/detik x (24 x 60 x 60) detik/hari= 86400 liter/hari

Kebutuhan air = 50 LOH = 50 liter/orang/hari.

Banyaknya penduduk penduduk yang dapat dilayani untuk setiap pengaliran 1 LPD =

86400 liter/hari

50 liter/orang/hari

= 1.728 orang.

Perhitungan ini sebenarnya hanya perhitungan antara. Gunanya adalah untuk mempermudah
perhitungan yang sama yang harus dilakukan berkali-kali. Misalnya: seumpama kita menghitung tiap
kg beras itu dapat melayani 5 orang. Lalu, kalau ada pertanyaan berapa kg yang diperlukan untuk
melayani 100 orang, maka kita hanya menghitung (100/5) x 1 kg = 20 kg. Kalau jumlah orangnya
200? Jawabnya: (200/5) x 1 kg = 40 kg. Angka lima digunakan berkali-kali.

Dalam contoh di atas, angka yang kita cari adalah 1.728 orang

Selanjutnya, angka tersebut dapat anda gunakan untuk menghitung pengaliran untuk tiap-tiap
cabang:
Cabang Jumlah penduduk Pengaliran yang harus ada

1 - 2 2.450 2.450 : 1.728 = 1,42 LPD

2 - 3 1500 1.500 : 1.728 = 0,87 LPD

2 - 4 1.834 1.834: 1.728 = 1,06 LPD

Kapasitas Pengaliran Kumulatif, Q kumulatif.

Pipa distribusi. Jika suatu cabang perpipaan pecah menjadi dua cabang di bawahnya, maka kapasitas
pengaliran pipa yang pertama adalah gabungan dari ketiganya. Perhatikan gambar dan tabel berikut:

Cabang Jumlah penduduk Pengaliran yang harus ada Q Kumulatif

1 - 2 2.450 1,42 LPD 3.35 LPD

2 - 3 1500 0,87 LPD 0.87 LPD

2 - 4 z1.834 1,06 LPD 1.06 LPD

Perhatikan bahwa besarnya Q kumulatif untuk cabang 1-2 adalah penjumlahan dari:

• Q untuk cabang 1 - 2 sendiri,

• Q untuk cabang 2 - 3, dan

• Q untuk cabang 2 - 4

Dengan demikian ukuran pipa dari titik 1 ke titik 2 harus mampu menampung kebutuhan pengaliran
dari cabang-cabang yang ada di bawahnya. Kebutuhan pengaliran tersebut diperhitungkan
berdasarkan kebutuhan jam puncak, Q J P.

Pipa induk. Q kumulatif untuk pipa induk tidak diperhitungkan seperti cara di atas, melainkan
diperhitungkan tersendiri berdasarkan kebutuhan hari maksimum, QHM.

Tekanan Minimum dan Tekanan Maksimum


Tekanan minimum. Pada titik konsumsi, para konsumen selayaknya masih memiliki tekanan yang
cukup agar mereka dapat:

• memindahkan (mengalirkan) air ke bagian-bagian rumah

• menggunakan tekanan untuk keperluan higiene (kebersihan) perseorangan dan pembersihan


rumah

• menyimpan air dalam tandon di atas tanah (above ground storage)

Tentang batas tekanan minimum ini para perancang juga berbeda-beda patokannya. Sebagai
contoh, proyek INPRES Kesehatan di waktu-waktu yang lalu menetapkan tekanan minimum ini
sebesar 10 m.

Tekanan maksimum. Tekanan maksimum ini berhubungan dengan kekuatan sarana perpipaan,
sehingga besarannya juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Misalnya, kekuatan pipa besi (GI;
galvanized iron) tentu berbeda dengan pipa plastik (PVC, Polyvinyl Chloride) atau pipa asbes semen.
Sebagai contoh proyek, INPRES Kesehatan yang dimulai sekitar tahun 1974 dan berlangsung hingga
beberapa tahun menetapkan tekanan maksimum ini sebesar 60 m. Anda akan menjumpai angka-
angka lain, yang juga digunakan oleh para pakar.

Kecepatan pengaliran

Batas kecepatan maksimum. Seperti anda ketahui, Darcy telah menetapkan bahwa kapasitas
pengaliran berhubungan dengan kecepatan pengaliran dan ukuran pipa, Q = V . A. Jadi untuk
kebutuhan pengaliran yang sama (Q), jika diameternya diubah akan mempengaruhi kecepatan
pengalirannya. Pipa yang lebih kecil menyebabkan kecepatan pengaliran yang lebih besar.

Kecepatan pengaliran menjadi masalah jika laju aliran dihentikan secara tiba-tiba, misalnya dengan
menutup stop kran. Dalam hal yang demikian, enerji kinetik (velocity head) menjadi nol dan
enerjinya berubah menjadi enerji tekanan (pressure head). Lonjakan enerji tekanan di derita oleh
pipa dan sambungan-sambungannya. Jika pemasangannya kurang baik, pipa atau sambungan-
sambungannya dapat rusak, pecah atau terlepas. Peristiwa tersebut disebut palu air atau water
hammer.

Sistim perpipaan pedesaan (Lanjutan)

Perhitungan
Untuk mengerjakan proses perhitungan jaringan perpipaan diperlukan sarana sebagai berikut:

1. Gambar Jaringan dan lintasan

2. Tabel Kerja: Perhitungan KPH

3. Tabel Kerja: Perhitungan Kapasitas Pengaliran

4. Tabel Kerja: Perhitungan Tekanan di sepanjang jaringan

5. Tabel Data: Kehilangan Tekanan; atau Nomogram (terlampir)

Jaringan dan Lintasan

Siapkan gambar rencana jaringan dan lintasan berskala, dilengkapi dengan data serinci mungkin,
setidaknya memuat data: jumlah penduduk, elevasi, simpul-simpul penting dalam jaringan.

Contoh Perhitungan Perpipaan

Latar Belakang

Saudara akan merancang suatu sistem perpipaan dengan lintasan sebagaimana tertera dalam
gambar.

Dari survai lapangan diketahui bahwa:

Titik Elevasi Lintasan Jarak Lintasan Jumlah Penduduk (1983)

1 510 m 1 - 2 2500 m

2 480 m 2 - 3 440 m 415 orang

3 440 m 2 - 4 700 m 465 orang

4 450 m 4 - 5 350 m 335 orang


5 435 m 4 - 6 240 m 285 orang

Diharapkan sistem perpipaan tersebut tetap dapat melayani kebutuhan hingga 20 tahun yang akan
datang (Periode disain, n, adalah: 20 tahun).

Penduduk diasumsikan tumbuh secara geometrik dengan tingkat pertumbuhan, r, sebesar = 2,5 %

(P1 = P0 (1-r%)n

Pada awalnya diperkirakan jenis dan macam konsumen yang akan dilayani adalah sebagai berikut:

• Konsumen Kran Umum (KU) = 50 % dengan tingkat konsumsi (KPH) = 30 LOH

• Konsumen Sambungan Rumah (SR) = 50 % dengan tingkat konsumsi (KPH) = 100 LOH

Dan selama periode disain diperkirakan mengalami pertumbuhan sebagai berikut:

• Konsumen Kran Umum (KU) susut menjadi = 30 %

• Konsumen Sambungan Rumah (SR) naik menjadi = 70 %

sedangkan tingkat konsumsi per orang perhari meningkat sebanyak 1 liter per tahun. Sedangkan
kebocoran-kebocoran diperkirakan sampai mencapai 25%.

• Konsumsi Hari Maksimum adalah 2 kali KPH rata-rata

• Konsumsi Jam Puncak adalah 4 kali KPH rata-rata

Perlu diketahui bahwa untuk menjamin kelangsungan distribusi air, maka pada titik 2 disediakan
tandon dimana paras air tertinggi = 4 meter (diukur dari dasar tandon). Tandon tersebut berada
diatas tanah saja.

Disain harus dihitung sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran maksimum tidak melebihi 1,2
m/detik

Problem

1. Tentukan KPH untuk disain

2. Tentukan tekanan akhir pada masing-masing titik dengan pilihan diameter yang tepat
3. Gambarkan profil tekanan pada lintasan 1-2-4-5 dan 1-2-4-6

4. Gambarkan profil tekanan pada tandon.

Perhitungan KPH

1 LPD (liter per detik) = 24 jam x 60 menit x 60 detik : per hari x 1 liter = 86400 L/H (liter per

Jatah menurut perhitungan KHP per orang = 150 LOH (liter per hari per orang)

Jumlah penduduk yang dapat terlayani

oleh tiap pengaliran 1 LPD dengan jatah 150 LOH = 86400 L/H : 150 LOH = 576 orang

Perhitungan (1+r%)n

(1+2,5/100)20 = 1,6

Diposkan oleh BLOG MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN di 21.00 1 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Label: PAPLC (semester 2)

Sistim Perpipaan Pedesaan.

Sistem perpipaan terdiri atas beberapa macam:

1. Sistem perpipaan terbuka (tree; dead end)

2. Sistem perpipaan tertutup (loop)


3. Gabungan sistem perpipaan terbuka dan tertutup

Sistim perpipaan terbuka (tree; dead end) adalah sistim yang percabangannya terbuka menyerupai
pohon (tree) dengan ujung-ujung bebas (dead end). Keuntungan sistim ini ialah proses
perhitungannya lebih mudah. Kerugiannya, bila salah satu cabang mengalami kerusakan, maka
cabang yang ada di bawahnya akan mengalami hambatan aliran

Sistem perpipaan tertutup (loop) adalah sistim yang percabangannya melingkar membentuk sel-sel
(loop). Keuntungan sistim ini, jika terjadi kerusakan pada salah satu cabang, maka pasok air tetap
dapat diperoleh dari cabang yang lain. Kerugiannya, proses perhitungannya lebih rumit. Sebab,
perhitungannya harus mempertimbangkan keseimbangan tekanan antar sel

Gabungan sistem perpipaan terbuka dan tertutup adalah sistim dimana sebagian percabangan
berupa cabang terbuka sedangkan sebagian lainnya berupa cabang melingkar

Sistem perpipaan pedesaan dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sistim perpipaan dapat memanfaatkan gaya gravitasi atau jatuh bebas, tanpa memerlukan
pemompaan.

2. Kualitas airnya cukup baik, tanpa memerlukan pengolahan.

3. Sistim percabangan terbuka, atau gabungan dengan sistim melingkar sederhana (yang dapat
diperlakukan sebagai cabang lurus).

4. Tidak mengandung instalasi tambahan (accessories) yang memerlukan pengoperasian dan


perawatan yang ekstensif.

Masyarakat pedesaan adalah masyarakat sederhana, yang setiap harinya telah disibukkan dengan
kegiatan mencari nafkah. Sistim perpipaan pedesaan yang memerlukan pompa, memerlukan
pengolahan, memerlukan upaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tinggi (high operational and
maintenance input) patut dipertanyakan kelayakannya. Sebab, walaupun masyarakat pedesaan
bukan masyarakat yang bodoh, namun tuntutan kehidupan mereka menentukan prioritas kegiatan
dan menyita perhatiannya pada bidang yang lain.

Tentunya, suatu sistim perpipaan tidak diharapkan untuk berfungsi hanya selama beberapa saat
saja. Umur pelayanan efektif yang diharapkan lazim disebut dengan istilah periode disain, dengan
notasi n. Lalu, berapa lama masa operasional efektif suatu sistim perpipaan yang diharapkan. Ada
beberapa aspek yang patut dipertimbangkan:

1. Nilai investasi. Lebih besar biaya atau investasi yang disalurkan ke dalam pembangunan instalasi
perpipaan, maka periode disain hendaknya cukup lama.
2. Kerumitan disain. Lebih rumit disain perpipaan yang diterapkan, hendaknya diimbangi dengan
umur operasional (atau periode disain) yang memadai.

3. Generasi. Ada sementara perancang yang berpedoman bahwa setiap generasi hendaknya ikut
membiayai suatu upaya pembangunan yang dilakukan. Umur suatu generasi kurang lebih adalah 25
tahun.

4. Masa pembangunan dari pemerintah. Beberapa perancang lain menyesuaikan periode disain
dengan kurun waktu pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah, misalnya tahun Pelita
(Pembangunan 5 tahun) atau Masa Pembangunan Jangka Panjang (25 tahun).

Jumlah konsumen yang dilayani

Jumlah penduduk. Jika suatu sistim perpipaan dirancang untuk beroperasi selama n tahun, maka ini
berarti bahwa sistim perpipaan itu harus tetap dapat melayani jumlah konsumen pada n tahun yang
akan datang. Untuk itu perancang perlu melakukan proyeksi penduduk.

Banyak teknik proyeksi kependudukan yang telah dikembangkan dan lazim digunakan oleh para
perancang dan pengembang, baik teknik yang sederhana hingga yang sangat canggih. Faktor
terpenting dalam proyeksi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk atau population growth
rate.

Beberapa diantaranya adalah:

1. Penyetaraan jumlah penduduk. Jika tidak diketahui cara yang tepat untuk memproyeksikan
jumlah penduduk di suatu tempat, atau jika data yang tersedia tidak memadai, maka laju
pertumbuhan penduduk di suatu desa dianggap sama dengan desa yang lain, yang sekiranya
memiliki karakteristik yang sama dari segi sosial ekonomi, budaya, geografis, dll.

2. Cara Arithmatic:

Pn = P0 + nb

Pn = Jumlah penduduk n tahun yang akan datang, orang.

P0 = Jumlah penduduk saat ini, orang.

n = periode disain, n tahun.

b = angka pertumbuhan, orang/tahun.


3. Cara Geometric

Pn = P0 (1 + r%)n

Pn = Jumlah penduduk n tahun yang akan datang, orang.

P0 = Jumlah penduduk saat ini, orang.

n = periode disain, n tahun.

r = angka pertumbuhan, rate of growth, r% per tahun, misalnya 2,34% atau 0,0234.

4. Cara-cara lain, termasuk gabungan dari beberapa cara.

Soal :

Jumlah penduduk desa Pucangjajar pada tahun 1996 adalah 3.000 orang. Diketahui bahwa laju
pertumbuhan penduduknya per tahun, r, adalah= 2,34 %. Berapa proyeksi penduduk desa tersebut
untuk tahun 2016.

Jawab:

Pn = P0 (1 + r%)n

P20 = 3000 (1 + 2,34%)20

P20 = 3000 (1,0234)20

P20 = 3000 (1,5882) = 4764,6 atau 4765 orang

Catatan

Dalam merancang suatu sistim perpipaan, penduduk umumnya hidup berkelompok di beberapa
tempat atau pedusunan sepanjang lintasan pipa yang direncanakan. Proyeksi dilakukan untuk
masing-masing kelompok tersebut. Karena itu pelaksanaan perhitungan seperti soal di atas mungkin
akan dilakukan berkali kali. Untuk memudahkan perhitungan, maka angka (1 + r%)n digunakan
berkali-kali. Untuk itu anda dapat langsung saja menggunakan angka 1,5882 sebagai faktor perkalian
untuk masing-masing kelompok penduduk itu. Tentunya jika harga r dan n tetap.

Tingkat konsumsi

Komposisi konsumen. Masyarakat mengkonsumsi air dengan berbagai cara. Cara yang mudah,
menimbulkan kecenderungan konsumsi yang tinggi. Apabila masyarakat konsumen mengalami
kesulitan untuk mendapatkan air, maka mereka cenderung mengurangi jumlah konsumsinya. Pada
dasarnya, ada dua macam cara yang dapat ditempuh oleh konsumen sistim perpipaan:

1. Melalui sambungan rumah. Perpipaan disalurkan hingga mencapai rumah konsumen, sehingga
mereka memperoleh air melalui kran di rumah masing-masing.

2. Melalui kran umum (atau public hydrant). Air disalurkan ke suatu desa atau dusun hanya sampai
di beberapa tempat saja, yaitu di kran-kran bagi umum. Selanjutnya konsumen harus mengangkut
sendiri air dari kran umum tersebut ke rumah masing-masing.

Cara konsumsi lainnya adalah melalui terminal air , melalui penjual air, dll.

Selanjutnya, berapa persen masing-masing konsumen yang menggunakan kran umum dan
sambungan rumah, ikut menentukan tingkat konsumsi.

Perubahan pola konsumsi. Adakalanya, konsumen yang semula cukup puas dengan konsumsi melalui
kran umum, setelah status sosial ekonominya meningkat, menuntut atau beralih menjadi konsumen
melalui sambungan rumah. Berapa persen konsumen kran umum yang berpindah menjadi
konsumen sambungan rumah ikut menentukan tingkat konsumsi.

Konsumsi Per Hari, KPH. Setiap orang memerlukan jumlah air yang berbeda-beda. Besarnya
Konsumsi Per Hari (KPH) ini dipengaruhi antara lain oleh faktor tingkat sosial ekonomi termasuk
tingkat pendapatan, pengaruh kultural religius, dan sebagainya. Sebagai contoh, tingkat konsumsi
individual yang minimal atau normal ini besarnya :
Komponen Besarnya

minum 2,5 - 5 liter per orang per hari

memasak 7,5 - 10 liter per orang per hari

mencuci bahan dan alat makan 10 - 15 liter per orang per hari

menggelontor kakus 5 - 20 liter per orang per hari

mandi (dua kali) 60 - 90 liter per orang per hari

mencuci pakaian 10 - 20 liter per orang per hari

wdhlu (lima kali) 35 - 50 liter per orang per hari

mencuci lantai 25 - 75 liter

mencuci mobil 90 - 200 liter/mobil

Data paling andal mengenai tingkat konsumsi air sehari-hari adalah yang berasal dari penelitian
langsung di lapangan pada saat dilakukan perencanaan. Data yang bersumber pada buku teks
hendaknya digunakan dengan bijaksana.

Kenaikan Konsumsi

Karena peningkatan status sosial ekonomi, atau karena memang secara alami, kebutuhan air
seseorang mengalami peningkatan. Ini wajar dilakukan oleh seorang perancang. Sebagai contoh,
para perancang di bidang irigasi pertanianpun mempunyai standar kenaikan tingkat kebutuhan air,
misalnya dalam satuan liter per detik per hektar. Untuk konsumsi air bersih, dapat digunakan salah
satu pedoman yang menetapkan kenaikan sebesar 1 liter per orang per hari per tahun (1
LOH/tahun).

Jadi, jika periode disain-nya adalah 20 tahun, maka tingkat konsumsi per kapita naik sebesar 20 liter
perhari.

Konsumsi Hari Maksimum, HM. Pengaruh kultural religius ini antara lain tercermin pada adanya
pengingkatan konsumsi pada hari-hari tertentu, misalnya hari raya Idul Fitri, adanya perhelatan
perkawinan, dan sebagainya. Perancang harus mempertimbangkan lonjakan ini dalam menentukan
ukuran sistim, misalnya ukuran pipa. Tingkat konsumsi yang memperhitungkan faktor pengaman
untuk menanggulangi lonjakan konsumsi ini disebut tingkat konsumsi Hari Maximum (Maximum Day
concumption). Perancang harus menentukan besarnya tingkat konsumsi Hari Maximum yang sesuai
untuk daerah sasaran. Ada sementara perancang yang menggunakan pedoman

tingkat konsumsi Hari Maximum, HM = 1,2 x rata-rata konsumsi per hari perseorangan

Dalam penggunaannya, tingkat konsumsi Hari Maximum, HM digunakan untuk menghitung pipa
induk

Pipa induk (main line), disebut juga pipa transmisi (transmission line), atau pipa pengumpan (feeder
line)

adalah cabang perpipaan dimana belum dilakukan pelayanan pada konsumen. Biasanya diameternya
paling besar.

Konsumsi Jam Puncak, JP. Konsumsi pada waktu pagi dan sore hari berbeda dengan tingkat konsumsi
pada siang dan malam hari. Sehingga secara praktis dapat disimpulkan bahwa kebutuhan selama 24
jam kenyataannya dikonsumsi hanya dalam waktu 12 jam, misalnya pukul 04:00-10:00 dan pukul
15:00-21:00. Berati, pipa harus dapat menampung lonjakan konsumsi, yang disebut konsumsi Jam
Puncak, sebesar dua kali lipat:

Konsumsi Jam Puncak, JP = 2 x konsumsi Hari Maksimum

= 2 x 1,2 rata-rata konsumsi per hari perseorangan

= 2,4 rata-rata KPH perseorangan

Dalam penggunaannya, tingkat Konsumsi Jam Puncak, JP digunakan untuk menghitung pipa
distribusi

Pipa distribusi (distribution line), disebut juga pipa pelayanan (service line) adalah cabang-cabang
perpipaan dimana dilakukan pasokan air kepada konsumen.

Konsumsi industri rumah tangga. Dewasa ini dapat dijumpai industri-industri rumah tangga yang
tumbuh dan berkembang di pelosok pedesaan, misalnya industri makanan dan minuman, ataupun
proses-proses produksi lainnya. Ini semua memerlukan air bersih. Jika jumlahnya cukup bermakna,
maka perancang sistim perpipaan juga harus memperhitungkan kebutuhan ini. Jumlah kebutuhan
untuk industri, dll lazimnya dinyatakan dalam persentase (%) dari KPH rata-rata.
Kebocoran. Dalam suatu sistim perpipaan untuk masyarakat pedesaan selalu terjadi kebocoran-
kebocoran. Kebocoran ini sebenarnya ada dua macam:

1. Kebocoran teknis, yaitu adanya ketidak sempurnaan atau kerusakan dalam instalasi perpipaan
sehingga menyebabkan kebocoran air.

2. Kebocoran non teknis, yaitu kecerobohan dalam penggunaan air sehingga air terbuang percuma.
Salah satu faktor yang membantu terjadinya kebocoran non teknis ini ialah jika sistim tarif perpipaan
dikenakan secara rata-rata untuk seluruh konsumen, tanpa mempedulikan besarnya konsumsi tiap-
tiap konsumen (sistim perpipaan tanpa meter-an). Jika konsumen dikenakan tarif berdasarkan
meter-an, maka ada kecenderungan untuk penghematan.

Kebocoran memang terjadi, tetapi hal ini hendaknya diantisipasi oleh perancang, sehingga dapat
diperhitungkan. Tujuannya ialah agar kebutuhan air masyarakat tetap dapat terpenuhi. Besarnya
kebocoran lazimnya dinyatakan dalam persentase (%) dari KPH rata-rata.

Faktor pengaman lainnya. Dalam buku-buku hidrolika atau yang membahas teknologi penyediaan
air, anda dapat menjumpai faktor pengaman lain, selain konsumsi hari maksimum atau konsumsi
jam puncak. Angkanyapun berbeda-beda. Jika anda merancang sistim perpipaan pedesaan, gunakan
angka-angka yang dirumuskan dan diberlakukan untuk negara-negara berkembang.

Diposkan oleh BLOG MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN di 20.53 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Label: PAPLC (semester 2)

PENYEDIAAN AIR BERSIH

BEBERAPA FAKTA

Rumus kimia: H2O

Berat jenis: 1 (kecuali anomali)

Titik beku: 0 oC (76 cm Hg)

Titik didih: 100 oC (76 cm Hg)


Kompresibilitas: inkompresibel

Bentuk: fleksibel

pH: 7

Ciri: jernih, tembus cahaya, tak berasa, tak berbau,tidak berwarna

Air – bagian makhluk hidup

87% bagian dari buah apel

70% dari berat badan manusia

bagian jaringan tubuh

meda perpindahan nutrien dan bahan sisa

media perpindahan panas

kebutuhan per hari: 2400 – 2700 mL.

Peran dan Fungsi Air

Air Minum

Transportasi

Budidaya

Peradaban (civilization)

Dimensi kebutuhan air

Dimensi Kuantitas

Dimensi Kualitas

Penularan Penyakit

Waterborne Diseases

Non Waterborne Diseases:


Foodborne diseases

Vectorborne diseases

Insectborne diseases

Flyborne diseases

Airborne diseases

Etc.

Water Borne Diseases

Specific water borne diseases:

Cholera, Disentery, typhoid, para typhoid, poliomyelitis, viral hepatitis, worms, etc.

Non-specific water borne diseases:

Toxic algae: lumut hijau, lumut biru

Fluor: dental carries; fluorosis

Nitrite: Infant methaemoglobinaemia (blue baby)

Iodine (yodium): gondok

Bradley Classification

Waterborne diseases

Water washed diseases

Water based diseases

Water related vectors

Fecal disposal diseases

Waterborne diseases

CholeraTyphoidLeptospirosisAmoebiasisInfectious Hepatitis

Water washed diseases


ScabiesSkin sepsisYawsLeprosyLice and typhusTrachoma ConjunctivitisBacillary
dysenterySalmonellosisEnterovirus diarrheasParatyphoid feverAscariasisTrichuriasisWhipworm
(Enterobius)Hookworm (Ankylostoma)

Water based diseases

Urinary schistosomiasisRectal schistosomiasisDracunculosis (guinea worm)

Water related vectors

Yellow feverDengue plus dengue hemorrhagic feverWest Nile and Rift valley feverArbovirus
encephalitidesBancroftion filariasisMalariaOnchocerciasisSleeping sickness

Fecal disposal diseases

Hookworm (Necator)ClonorchiasisDiphyllobothriasisFasciolopsiasisParagonimiasis

Waterborne diseases

Air bertindak sebagai wahana pasif bagi pemindahan penyebab penyakit. Misalnya, air minum yang
kurang baik mutunya dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit perut. Semua penyakit jenis ini
juga bergantung pada adanya kondisi sanitasi yang buruk

Water washed diseases

Kurangnya air untuk mendukung hygiene perorangan dapat menciptakan kondisi yang
menguntungkan bagi penyebaran penyakit ini. Sebagai contoh ialah penyakit kulit, infeksi mata.
Infeksi usus oleh penyakit ini tergantung juga pada kondisi pembuangan kotoran manusia yang
kurang baik.

Water based diseases

Bagian penting dari siklus hidup penyebab penyakit berlangsung dalam tubuh makhluk akuatik.
Manusia yang datang ke suatu badan air dapat tertular atau menularkan penyakit, misalnya
schistosomiasis. Beberapa penyakit dipengaruhi oleh sistim pembuangan limbah.

Water related vectors


Infeksi disebarkan oleh serangga yang berkembang biak dalam air atau menggigit di sekitar badan
air. Penyediaan air melalui sistim perpipaan akan menjauhkan manusia dari daerah gigitan, atau
mengurangi tempat perindukan serangga perantara.

Fecal disposal diseases

Pembuangan kotoran manusia secara serampangan dapat menimbulkan penularan. Penyakit-


penyakit ini kebanyakan berhubungan dengan kebersihan dan air. Solusinya ialah dengan
mengamankan pembuangan kotoran dengan membangun kakus.

Point of entry

F = feces (tinja)

O = oral (mulut)

U = urine (air seni)

P = percutaneous (masuk melalui kulit)

C = cutaneous (menempel di kulit)

B = bite (gigitan)

N = nose (hidung)

S = sputum (dahak)

Dimensi kebutuhan air

Dimensi Kuantitas

Dimensi Kualitas

Dimensi Kelestarian (sustainability)

Tujuan sistim penyediaan air minum

Penyediaan air yang sehat (wholesome) dan aman (safe)

Penyediaan air dalam jumlah yang cukup

Penyediaan air yang siap digunakan


Sehat dan Aman ?

(Fair & Geyer)

Bebas kontaminasi kuman pathogen.

Bebas dari zat beracun

Bebas bahan organik atau mineral berlebihan

Standar Kualitas Air

Amerika Serikat: United States Public Health Service (USPHS) – Standards for Drinking Water (1962)

WHO – International Standards for Drinking Water

WHO – European Standards for Drinking Water

Departemen Kesehatan

Standar kualitas Air Departemen Kesehatan

Permenkes 01-BIRHUKMAS/1975: tentang Standar Kualitas Air Minum→Sudah dicabut/diganti

416/Permenkes/1990: tentang Standar Kualitas Air Minum→Dicabut/diganti sebagian, yaitu bagian


kualitas air minum; bagian kualitas air bersih: masih berlaku.

907/Kepmenkes/2002: tentang Standar Kualitas Air Minum→Masih berlaku; Hanya mengatur


kualitas air minum.

Latihan

- pH air yang netral ialah 14.0

- Penyakit bayi biru disebabkan oleh karena konsumsi air yang mengandung nitrit dengan kadar yang
tinggi

- Penyakit kecacingan termasuk pada golongan non-specific waterborne diseases

- Penyakit malaria bisa juga digolongkan pada insectborne diseases

- Menurut klasifikasi Bank Dunia, contoh penyakit waterborne diseases ialah: hepatitis infeksiosa
(infektious hepatitis)

- Water based diseases berkaitan dengan tersedianya air untuk kebersihan badan

- Penyakit kudis atau penyakit kulit tergolong water washed diseases


- Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Permenkes/1990: tentang Standar Kualitas Air minum sudah
tidak berlaku seluruhnya

- Standar kualitas air minum juga mengatur standar kualitas air untuk keperluan industri dan
kegiatan perikanan

- Yang berwenang menetapkan St

Anda mungkin juga menyukai