Anda di halaman 1dari 16

Makalah

“Bentuk-bentuk Metode Dakwah Dalam Sosialisasi Islam”

Dosen Pengampu:
Nurunnisa Mutmainnah, S.Sos.,M.Sos

KELOMPOK 6 ILMU DAKWAH

Disusun Oleh:
Magfira (234100040)
Nur Amalia (234100050)
Imam Arifki (234100052)
Anzar (234100053)
Nazwa Safira (234100058)
Zella Sakila (234100060)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
(2023)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi hidayah dan karunia-nya
hingga makalah yang berjudul “bentuk bentuk metode dakwah yang digunakan dalam
sosialisi islam” dapat terselesaikan dengan baaik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dosen mata kulliah ilmu
dakwah.Dengan segala kerendahan hati, kami sadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi makin sempurnanya isi karya tulis ini dimasa yang
akan mendatang.
Kami ucapkan terima kasih kepadaa ibu Nurunnisa Mutmainnah, S.Sos., M.Sos.
Selaku dosen pengampuh mata kuliah ilmu dakwah yang telah memberikan tugas ini
menambah pengetahuan pada bidang dakwah. Kani ucapkan terima kasih juga kepada
semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas ini.

Palu, 12 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..1
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………………
1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………….2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………….3
2.1 Pengertian Dakwah………………………………………………………………………………3
2.2 Metode Dakwah…………………………………………………………………………………..4
2.3 Hakikat Metode Dakwah………………………………………………………………………5
2.4 Macam macam Dakwah……………………………………………………………………….6
2.5 Unsur unsur Metode
Dakwah……………………………………………………………….9
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………………….12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………..12
3.2 Saran………………………………………………………………………………………………….12
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam, karena


berkembang tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan
aktifitas dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut
penyampaian dan penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi
dan misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat
Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai
dengan konsep Islam ( Saefudin, 1996 : 1 ).
Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam. Banyak para
ahli ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut pandang yang berbeda.
Meskipun demikian akan lebih terasa kalau semuanya itu saling melengkapi. Untuk
lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan beberapa devinisi dakwah :
Amrullah Ahmad berpendapat sebagai berikut : “Dakwah Islam merupakan
aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur utuk
mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran
kenyataan indifidual dan sosio kultural dalam mengusahakan terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tersebut ( amrullah, 1984: 2)”..
Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yang
akan digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program
dakwah sering dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah
yang dihadapi oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang
berhasil di suatu tempat tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain ( Abdullah, 1993 : 1
). Penulisan makalah ini, akan memaparkan tentang penjelasan metode dakwah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut terdapat Batasan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini, antara lain :
1. Apa yang dimaksud metode dakwah?
2. Apa saja hakikat dalam metode dakwah?
3. Apa saja macam macam metode dakwah?
4. Apa saja unsur unsur metode dakwah?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat tujuan penulisan makalah
sebagai berikut ini :
1. Untuk mengetahui definisi metode dakwah.
2. Untuk mengetahui hakikat dalam metode dakwah.
3. Untuk mengetahui macam macam metode dakwah.
4. Untuk mengetahui unsur unsur metode dakwah.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dakwah


Menurut Bahasa, dakwah berasal dari kata da’a yang artinya memanggil,
mengundang, ajakan, imbauan dan hidangan. Dalam al qur’an, kata dakwah ini memiliki
makna hamper sama dengan tabligh, nasihat, tarbiyah, tabsyir, dan tanzdir. Namun jika
dikaji lebih mendalam, kata-kata tersebut memiliki makna dan pengunaaan yang
berbeda. Abdul Wahid dalam bukunya gagasan mengatakan, secara etimologi dakwah
berasal dari Bahasa Arab dari kata da’a yang artinya memanggil, mengajak, menyeru.
Ulama tafsir Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada
keinsafan atau usaha mengubah situasi menjadi lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Menurutnya, dakwah harus dilaksanakan dengan rendah
hai, bijaksana, dan penuh sopan santun. Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata
“ilmu” dan kata “islam”, sehingga menjadi “ilmu dakwah” dan “dakwah islam”. Ilmu
dakwah didefinisikan sebagai suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntuna-tuntunan
tentang bagaimana seharusnya menarik perhatian orang lain untuk menganut,
menyetujui dan atau melaksanakan suatu ideologi/agama, pendapat atau pekerjaan
tertentu.orang yang menyampaikan dakwah disebut “dai” (juru dakwah), sedangkan
orang yang menjadi obyek dakwah disebut mad’u. para ulama berlainan pendapat dalam
menentukan hukum menyampaikan dakwah islam. Ada yang menetapkannya sebagai
fardu kifayah (kewajiban kolektif) ada pula yang menetapkan fardu ain. Semuanya
sama-sama mendasarkan pendapatnya kepada al-qur’an surah ali Imran ayat 104. “dan
hendaklah di antara kamu ada kebajikan, menuruh (berbuat) yang mekruf, dan
mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Kata
minkum dalam ayat di atas ada yang menganggap mengendung pengertian tab’id
(bagian), sehingga hukum dakwah menjadi fardu kifayah. Sedangkan, Sebagian lainnya
menganggapnya sebgaia za’idah (tambahan), sehingga hukumnya menjadi fardu ain.
Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat yang diridhai oleh allah SWT. Yakni dengan menyampaikan nilai-nilai
yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai allah SWT,
Rasulullah SAW melakukan dakwah islam baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan.
Beliau memulai dakwahnya kepada istrinya, keltarganya dan sahabat karibnya.
Awalnhya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena situasitak
memungkinkan. Namun, setelah jumlah sahabat yang memeluk islam bertambah
banyak, dakwah pun mulai dilakukan secara terang-terangan. Rasulullah pun melakukan
dalwah dengan tulisan, melalui surat yang berisi seruan, ajakan atau panggilan untuk
menganut agama islam kepada raja-raja dan kepala-kepala pemerintahan dari negara-
negara yang bertetangga dengan Kawasan arab. Raja-raja yang mendapat surat atau
risalah dari Nabi SAW itu antara lain kaisar Heraclius dari Bizantium, Mukaukis dari
Mesir, Kisra dari Persia dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). (Disarikan dari
Ensiklopedi islam terbitan Icthar Baru van Hoeve, Jakarta).
2.2 Metode dakwah
Pengertian Metode Dakwah Dari segi bahasa metode dakwah berasal dari dua kata
yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber
yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya
ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan
melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud (Munir, 2009: 6).
Menurut KH. Ahmad Siddiq, mantan Rais „Am Nahdlatul Ulama„ berbagai
macam sarana diperlukan untuk dakwah ini, mulai dari harta benda, tenaga, ilmu
teknologi, wibawa, lembaga sosial dan lain-lain. Negara sebagai salah satu wujud
persekutuan sosial dan kekuasaan yang di dalamnya juga merupakan salah satu sarana
untuk menciptakan tata kehidupan yang diridhai oleh Allah swt dan perjuangan dakwah
harus dilakukan dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah pula, menuju rahmatan lil al-
amin (Amin, 2013: 96). Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang (Munir, 2009: 7).
Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode
dakwah adalah strategi yang diatur da‟i dalam melaksanakan aktifitas amar ma’ruf nahi
munkar yang disesuaikan dengan keadaan mad‟u agar tujuan dakwah benar-benar
mampu terwujud.
2.3 Hakikat metode dakwah
Sebelum lebih jauh membicarakan tentang hakikat metode dakwah, terlebih dahulu
perlu disamakan persepsi kita tentang hakikat metode dakwah tersebut, sehingga dalam
pembicaraan berikutnya lebih terarah dan tidak mengambang kesana kemari.
Hakikat adalah merupakan intisari atau dasar atau kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya)1, artinya sesuatu yang sangat prinsip dan sangat mendasar untuk
diketahui atau dimiliki.
Metode berasal dari dua kata yaitu "meta" (melalui) dan "hodos" (jalan, cara),
artinya metode itu adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah yang sistematis. Dengan demikian Metode dapat diartikan sebagai suatu cara
atau jalan yang tersusun secara sistematis dalam mencapai suatu tujuan.
Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Dakwah adalah panggilan atau
seruan bagi umat manusia untuk menuju jalan Allah yaitu jalan menuju Islam, upaya
tiap muslim untuk merealisasikan (aktualisasikan) fungsi ke-Islaman dan fungsi
kerahmatan. Dengan demikian dakwah itu mempunyai pengertian yang cukup luas
karena terkait dengan suatu upaya untuk mengikuti keislaman secara keseluruhan dan
rahmatan mencakup sekalian alam.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa Hakikat Metode
Dakwah adalah suatu prinsip atau mendasar yang harus dilakukan atau dimiliki dengan
jalan atau cara untuk mencapai tujuan keislaman secara keseluruhan dan menjadi rahmat
untuk sekalian alam. Cara atau jalan inilah yang perlu dipelajari, dipahami secara baik
dan benar serta berupaya untuk melakukannya dengan baik dan benar pula sehingga apa
yang diinginkan yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat bisa terwujud
dengan baik.
2.4 Bentuk bentuk dakwah

1. dakwah bil qalam


Kata dakwah memiliki arti yang cukup luas. Definisi dakwah menurut Kamus besar
Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu 1) penyiaran; propoganda 2) penyiaran agama dan
pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama1 . Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu
da’a, yad’u, da’watan, yang berarti mengajak, menyeru menanggil. Sedangkan dakwah
secara terminologi menurut Syekh Ali Mahfudz, adalah upaya mendorong manusia
untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk dari Allah Swt, menyuruh mereka
berbuat kebaikan, dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rokhayati:2020). Pengertian tersebut sesuai dengan
firman Allah Swt dalam Al-Quran surah Ali Imran:104 yang artinya :
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran:104)”.
Pendapat lainnya yaitu menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang
mendefinisikan dakwah dengan mengajak seseorang beriman kepada Allah dan kepada
apa yang dibawakan oleh para Rasulnya dengan cara membenarkan apa yang mereka
beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan (Pirol:2019). Dari pengertian
tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dakwah yaitu untuk mengajak dalam berbuat
kebaikan demi mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat
yang diridhoi oleh Allah Swt dan Nabi Muhammad SAW.
Dakwah bil qalam berasal dari bahasa Arab yang jika ditulis sesuai gramatikal
maka akan ditulis ad-da’wah bi al-qalam, terdiri dari dua kata yaitu dakwah dan qalam.
Secara terminologi, dakwah bil qalam yaitu suatu upaya menyeru manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah Swt melalui seni lisan
(Fitria:2019). Tulisan untuk dakwah diperintahkan oleh Allah Swt sebagaimana Firman-
Nya dalam al-Quran surah Al-Qalam:1 yang artinya :
“Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis”(QS. Al-Qalam:1)
Dakwah bil qalam menurut KH. Aceng Zakaria memiliki suatu kekuatan tersendiri
dalam mengajak mad’u, sebab secara tidak langsung mad’u yang membaca karyanya
memiliki pemikiran tersendiri dalam menanggapi suatu permasalahan maupun
perdebatan dalam menetapkan hukum yang sesuai dengan koridor Allah Swt juga dapat
menjadi referensi dalam menciptakan karya yang baru, serta menjadi pegangan dalam
memperdebatkan suatu masalah (Poernomo:2018).
2. dakwah bil lisan
Implementasi dakwah Bil-Lisan dalam meningkatkan pemahaman agama di
masyarakat adalah upaya yang dilakukan guna menyampaikan dakwah dengan baik dan
benar kepada masyarakat agar pemahaman keagamaan masyarakat meningkat. Metode
dakwah yang penulis maksud di dalam penelitian ini adalah dakwah bil-lisan.
Dakwah Bil-Lisan adalah dakwah yang dilakukan menggunakan lisan atau
perkataan. Dakwah secara lisan memang telah memiliki usia yang tidak muda dengan
kata lain sangat tua, setua dengan umur manusia. Contohnya adalah ceramah, pidato,
khotbah, dan lain-lain.15 Dakwah bil-lisan merupakan metode dakwah atau cara
seseorang dai dalam menyampaikan dakwah atau pesan kepada mad’u,َ sehingga mad’uَ
dapatَ menerimaَ pesanَ dakwahَ denganَ baikَ danَ dapatَ diaplikasikannyaَ diَ dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menyampaikan pesan dan moral agama terkhusus kepada pemahaman agama
tentunya memerlukan metode yang tepat sehingga tujuan yang diinginkan dari pesan
dakwah dapat dicerna dengan baik oleh mad’u.َ Dalamَ syiarَgamaَ Islamَ Allah َ pasti
َmemberikanَ jalan َ terbaikَ kepada orang-orang yang berjuang untuk agama Allah. Ada
beberapa pendapat tentang metode dakwah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Proses memahami dan menjelaskan inti dakwah yang tertuang dalam Alquran
dan hadis melalui penalaran yang dikenal dengan metode istinbath.
2. Proses dan memahami inti dakwah Islam aktual, Islam empiris, Islam historis
atau fakta sosial kehidupan masyarakat Islam yang dikenal dengan metode
iqtibas.
3. Dikenal dengan metode istiqra menggunakan penelitian kualitatif atau
kuantitatif dengan berpedoman pada ide sentral dakwah dan teori-teori yang
diturunkan darinya untuk memahami dan menjelaskan hakikat dakwah
Ketiga metode dakwah di atas merupakan satu kesatuan yang saling mendukung
dan tidak dapat dipisahkan. Metode dakwah bil-lisan menurut penulis merupakan suatu
metode yang tidak bisa dipisahkan sehingga dapat dikatakan sebagai metode teoritis.
Yakni metode yang diimplementasikan tanpa adanya sebuah praktik.
Dakwah dengan lisan merupakan salah satu metode yang digunakan dengan
menggunakan perkataan seperti dalam ceramah, pidato dan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan. Pengimplementasian metode dakwah bil-lisan ini merupakan usaha yang
sangat efektif dalam penyebaran dakwah Islam. Biasanya dakwah dengan lisan akan
lebih mudah didengar dan sampai dengan baik ke masyarakat karena dai sendiri yang
menyampaikan. Metode ini juga merupakan salah satu cara yang sangat sering
digunakan dan dipakai dalam penyebaran dakwah Islam.
3. dakwah bil hal
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu “Da‟a, Yad‟u, Da‟watan”
yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil (Amin, 2008: 3). Qurays Syihab
mendefinisikan dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha untuk
merubah situasi pada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman
dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih
luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada
pelaksanakan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek (Samsul,
2009: 1-5).
Sedangkan menurut Abu Bakar Zakaria dalam kitabnya ad Da’wat ila al-Islam
mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa
yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka,
adapun menurut Muhammad al Khaydar Husayn mengatakan dakwah adalah mengajak
kepada kebaikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebajikan (ma‟ruf) dan melarang
kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Mubarok, 2006: 5-
6).
Menurut Ma‟arif (1994: 101) menyimpulkan makna dakwah di dalam Qur'an tidak
hanya sebagai menyeru, akan tetapi ucapan yang baik, tingkah laku yang terpuji dan
mengajak orang lain ke jalan yang benar ,itu sama halnya dengan kegiatan dakwah.
Bil hal secara bahasa berasal dari bahasa Arab (al-hal) yang artinya tindakan.
Sehingga dakwah bil hal dapat diartikan sebagai proses dakwah dengan keteladanan,
dengan perbuatan nyata (Muriah, 2000: 75).
Dapat disimpulkan bahwas dakwah bil hal adalah melakukan dakwah dengan
memberikan contoh melalui tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan nyata yang
berguna dalam peningkatan keimanan manusia yang meliputi segala aspek kehidupan.
Dakwah bil hal adalah bagian dari metode dakwah selain dari dakwah bil lisan dan
bil qalam. Metode dakwah bil hal atau dakwah dengan aksi nyata masih jarang
digunakan jika dibandingkan dengan metode dakwah yang lain. Padahal jika kita
melihat kepada dakwah Rosulullah SAW. beliau telah memberikan contoh bahwa as-
sunnah terdiri dari perkataan, perbuatan dan perbuatan sahabat yang direstui oleh nabi
(Nasruddin dan Rifai, 1996: 31).
Metode yang digunakan dalam dakwah bil hal adalah metode pengembangan
masyarakat dari dalam, yaitu berusaha mengembangkan prakarsa, peran serta dan
swadaya masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya (Nasruddin dan
Rifai, 1996: 50). Sehingga dalam hal ini yang aktif dalam kegiatan dakwah bukan hanya
penyampai dakwah melainkan sasaran dakwah juga berpartisipasi dalam rangka
mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebudayaan menurut Islam.
Menurut Alamsyah Ratu Prawira Negara (1985: 14) dakwah bil hal dapat
dicontohkan seperti usaha membantu orang jahat untuk menjadi individu yang tawakal
dan penuh taubat atau upaya-upaya untuk mendidik orang bodoh agar menjadi lebih
berilmu. Sedangkan menurut Aqib Suminto (1989: 45) memberikan pengertian dakwah
bil hal itu sendiri adalah amaliah yang berupa mengembangkan masyarakat dalam
rangka mewujudkan tatanan sosial, ekonomi, budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam.
Berkaitan dengan dakwah bil hal pula, Husein As-Segaf berpendapat (1991: 33)
bahwa dakwah bil hal adalah seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata
untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka memecah persoalan suatu
lingkungan masyarakat.
2.5 Unsur unsur metode dakwah

A. Da’I (pelaku dakwah)


Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da‟i adalah muslim dan muslimat yang
menjadikan dakwah sebagai alamiah pokok. Ahli dakwah adalah da‟i, mubaligh
mustami‟in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, member pegajaran, dan pelajaran
agama Islam (Munir, 2006: 22). Jadi subyek dakwah adalah manusia, baik individu,
kelompok, ataupun lembaga yang mampu mengubah suatu situasi yang kurang baik
menjadi situasi yang lebih baik dan yang diridhai Allah.
Sejarah mencatat para juru dakwah yang tangguh dan berbekal keteguhan iman
kepada Allah SWT, antara lain Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Khalid bin Walid, Sa‟ad
bin Abi Waqash dan lain sebagainya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,
pertama, para juru dakwah harus memiliki bekal pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman keagamaan yang baik agar proses dakwah berjalan lancar. Kedua, para juru
dakwah harus memiliki sifat-sifat pemimpin (qudwah) dan karenanya para juru dakwah
perlu ditempa terlebih dahulu agar mereka tabah, sabar, dan tidak putus asa menghadapi
cobaan (Pimay, 2006: 25).
Seorang da‟i baik perempuan maupun laki-laki harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman agama yang luas dan benar serta memiliki khasanah ilmu tentang AlQur‟an
dan hadits, karena keduanya merupakan landasan pokok dan sumber ajaran Islam yang
harus disampaikan kepada khalayak.
B. Mad‟u (Penerima dakwah)
Mad‟u atau objek dakwah adalah manusia secara individual ataupun kelompok
yang menerima pesan-pesan dakwah. Mereka sering disebut dengan komunikan. Bagi
da‟i, mad‟u atau komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menjadi titik
fokus kegiatan dakwah, baik itu yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata
lain manusia secara keseluruhan.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka
untuk mengikuti atau memeluk agama Islam, sedangkan bagi orang-orang yang telah
beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan.
Oleh karena itu, masyarakat yang menjadi sasaran dakwah sangat heterogen dan
memiliki pluralitas yang sangat tinggi dalam berbagai aspek, baik segi usia, jenis
kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, dan jenis profesi.
C. Maddah (Materi dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan olek da‟i kepada
mad‟u. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah
pokok, yaitu :
1) Masalah akidah (Keimanan)
Ruang lingkup akidah sebagai materi dakwah erat hubungannya dengan i‟tiqad
bathiniyah (keyakinan dalam batin) atau keimanan. Masalah ini di dalam Islam
terangkum dalam enam rukun dasar keimanan umat Islam atau lebih dikenal
dengan Rukun Iman.

2) Masalah syari‟ah (Hukum)


Pembahasan masalah syari‟ah atau tata hukum dengan aturan yang berlaku
dan harus ditaati oleh umat Islam terbagi menjadi dua, yakni berupa hukum yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang harus dikerjakan dan hukum atas segala
sesuatu yang harus ditinggalkan. Hukum bagi umat Islam terangkum dalam
sumbersumber hukum Islam yaitu Al- Qur‟an, Hadits, dan Ijma‟ para fuqaha.
3) Masalah muamalah (Hubungan sosial)
Segala sesuatu yang menyangkut aktivitas manusia muslim dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti jual beli dan hutang piutang.
4) Masalah akhlak (Tingkah laku)
Akhlak dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu akhlak yang baik
(akhlaqul mahmudah) dan akhlak yang buruk (akhlaqul madzmumah). Akhlak
menjadi bagian dari ruang lingkup materi dakwah karena dakwah merupakan
bagian nyata (implementasi) seorang muslim dalam memahami dan menjalankan
iman sesuai dengan hukum Islam (Munir, 2006: 24-31).
D. Wasilah (Media dakwah)
Dalam Ilmu Komunikasi, media adalah alat yang digunakan komunikator untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan/penerima (Mulyana, 2007: 70). Sedangkan
dakwah mempunyai arti ajakan untuk berbuat kebaikan dan menjauhi larangan.
Sehingga dapat diartikan media dakwah adalah alat yang digunakan da‟i untuk
menyampaikan maddah (materi dakwah) yang berisikan beramar ma‟ruf nahi mungkar
kepada mad‟u. Ditinjau dari segi sifatnya, media dakwah dibagi menjadi dua golongan :
1) Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan tradisional
dipentaskan di depan umum (khalayak) terutama sebagai sarana hiburan yang
memiliki sifat komunikatif, seperti wayang, drama, ludruk, dan sebagainya.

2) Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronik” yaitu


media yang dilahirkan dari teknologi. Yang termassuk media ini antara lain
Televisi, Radio, Surat Kabar, dan sebagainya (Aziz, 2004 : 149).
Di Era globalisasi sekarang ini dakwah harus semaksimal mungkin dalam
menggunakan media massa modern untuk mengembangkan dakwah Islam, sehingga
memiliki ektifitas tinggi. Beberapa media massa modern diantaranya adalah :
Surat Kabar (Pers)
Surat kabar (pers) merupakan media komunikasi masyarakat pembaca, yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pembacanya. Ada beberapa persamaan antara dakwah dan
pers yaitu sama-sama menyampaikan isi pernyataan, sasarannya sama-sama yaitu
manusia, sama-sama bertujuan agar manusia lain jadi sependapat, selangkah dan serasi
dengan orang yang menyampaikan isi pernyataan. Contohnya : pemberitaan nabi palsu,
pembakaran al-Qur‟an, dan lain-lain.
Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat
udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara. Media radio
terbukti efektif sebagai sarana komunikasi massa yang bisa menjangkau seluruh lapisan
masyarakat dan menembus batas, terlebih dengan adanya fasilitas streaming/ internet
untuk mengembangkan siaran dakwah dengan membentuk program-program religi.
Film
Film merupakan hasil olahan dari beragam komponen, seperti perwatakan, kostum,
properti, alur, plot dan lainnya mampu mengemas pesan maupun ideology dari
pembuatnya serta menyampaikan realitas simbolik dari sebuah fenomena secara
mendalam. Penyampaian dakwah bisa disampaikan dari berbagai sisi, diantaranya
melalui pesan/isi cerita, kostum yang digunakan, perwatakan dan lain-lain.
E. Thariqah (Metode dakwah)
Metode adalah jalan atau cara yang dipakai untuk menyampaikan dakwah Islam.
Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena
suatu pesan walaupun baik, tetapi jika disampaikan lewat 43 metode yang tidak benar,
maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.
Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
1) Bi al-hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga
mudah dimengerti da mereka tidak merasa bosan dengan apa yang da‟i
sampaikan.
2) Mau’idzatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang (lemah lembut),
sehingga apa yang disampaikan da‟i tersebut bisa menyentuh hati si mad‟u.
3) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran
atau tanya jawab dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan
tekanantekanan yang memberatkan pada sasaran dakwah. Dengan ini da‟i bisa
mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu
tentang suatu masalah dalam kehiidupan (Munir, 2006: 34).
Penutup

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah dakwah aktivitas mulia,
dimana allah SWT berjanji kepada para penghambanya dengan janji yang
benar dan pasti akan mengaruniakan kemuliaan pahala yang tiada terputus,
pertolongan kemenangan, dan surga. Dakwah juga merupakan aktivitas
penyadaran umat yang akan mengiringi manusia dan membebaskannya dari
belenggu syahwat. Lebih dari itu dakwah merupakan sebuag proses sosialisasi
nilai-nilai islam yang mentransformasi individu, kelompok juga masyarakat
menuju kehidupan islam. Dengan demikian dakwah memiliki dua peran yang
saling terkait yaitu dakwah sebagai proses sosialisasi nilai-nilai islam yang juga
merupakan proses perubahan sosial.

3.2 Saran
Adapun beberapa saran yang kami ajukan dalam retorika
K.H.Muhammad Dainawi gunakan. Semoga saran-saran ini bermanfaat. Dalam
kali ini kami mengajukan sebagai berikut :
1. Ketika akan berdakwah diperbanyak Bahasa Indonesia, karena
dimajlis ta’lim banyak yang berbeda daerah seperti, daerah padang,
jawa, jambi, sunda. Karena Bahasa salah satu panunjang
keberhasilan dan kegagalan dalam menyampaikan pesan dakwah
kepada masyarakat.
2. Kepada keluarga dan kepada seluruh masyarakat untuk
mendukung kegiatan yang diadakan terlebih tentang urusan agama,
seperti kegiatan rutin pengajian, memperingati hari besar islam yag
bersifat positif, agar masyarakat terarah dengan bekal ilmu
pengetahuan terlebih ilmu agama.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Fitria dan Anhar Fazri. (2017). “Konsep Pengembangan
Metode Dakwah Modern”.
At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.
Ali Aziz, Mohammad. (2009). “Ilmu Dakwah. Edisi Revisi” . Jakarta:
Kencana.
Aripudin, Acep. (2011). “Pengembangan Metode Dakwah”. Jakarta:
PT Raja Grafinda.

Anda mungkin juga menyukai