Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

TEKNOLOGI BIOPROSES

DISUSUN OLEH:
NAMA : EVITA WAHYU
NIM : 227022004

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
1. Berikan uraian tentang immobilisasi enzim
2. Apa tujuan utama dari immobilisasi enzim dalam aplikasi industri?
3. Bagaimana proses adsorpsi digunakan dalam immobilisasi enzim? Apa jenis interaksi
yang terlibat?
4. Apa perbedaan utama antara pencelupan (entrapment) dan penggumpalan (cross-linking)
dalam konteks immobilisasi enzim?
5. Mengapa pemilihan metode immobilisasi enzim sangat penting dalam penggunaan enzim
dalam produksi berulang?
6. Bagaimana teknologi nanopartikel digunakan dalam immobilisasi enzim dan apa
keuntungannya?
7. Mengapa penting untuk memahami sifat sebelum memilih metode immobilisasi yang
tepat?
8. Bagaimana kontrol aktivitas enzim dapat dicapai melalui metode immobilisasi yang
berbeda?
9. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas enzim selama proses immobilisasi dan
penggunaan berulang?
10. Bagaimana enzim yang diimmobilisasi digunakan dalam industri makanan atau farmasi
untuk meningkatkan efisiensi produksi?
11. Bagaimana kemampuan untuk menghasilkan produk reaksi dalam jumlah besar
dipengaruhi oleh metode immobilisasi enzim yang digunakan?
JAWABAN:
1. Imobilisasi enzim merupakan teknologi dimana enzim dipasangkan kedalam bahan
pendukung sehingga menciptakan sistem imobilisasi yang heterogen. Imobilisasi enzim
juga merupakan melokalisir enzim sehingga enzim dapat digunakan secara berlanjut.
Imobilisasi enzim digunakan sebagai metode untuk memisahkan enzim diakhir reaksi agar
dapat digunakan kembali. Area permukaan padatan pendukung yang dapat digunakan
dalam imobilisasi enzim harus luas, dapat ditembus, tidak dapat larut, memiliki stabilitas
kimia, stabilitas termal, kekakuan yang tinggi mempunyai bentuk dan ukuran pori yang
cocok, tahan terhadap serangan mikrobial dan dapat diregenerasi. Metode imobilisasi
enzim ada tiga yaitu carrier-binding (adsorpsi, ikatan ionik dan ikatan kovalen), cross-
linking (ikatan silang), dan entrapping atau jebakan (jenis kisi dan mikrokapsul). Metode
imobilisasi yang biasa digunakan adalah metode adsorpsi, ikatan kovalen, entrapping
(jebakan) dan cross-linking (ikatan silang). Kelebihan dari imobilisasi enzim adalah
sebagai berikut:
a. Dapat digunakan secara berulang
b. Penghentian proses cepat
c. Kestabilan lebih baik dengan adanya ikatan pada imobilisasi yang menyebabkan enzim
dapat bertahan pada lingkungan yang lebih keras misalnya pada pH rendah dan suhu
yang cukup tinggi
d. Bisa dipisahkan diakhir rekasi tanpa mengontaminasi hasil reaksi
e. Dapat digunakan untuk tujuan analisis, misalnya menentukan umur tengah enzim dan
perkiraan penurunan aktivitas
f. Dapat digunakan untuk proses kontinyu
g. Pengontrolan lebih baik

2. Tujuan utama dari imobilisasi enzim dalam dunia industri adalah untuk meningkatkan
stabilitas dan aktivitas enzim, sehingga secara otomatis meningkatkan kinerja teknis
proses industri, meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi. Selain itu imobilisasi
enzim pada aplikasi industri juga memiliki banyak kelebihan diantaranya sebagai berikut:
a. Enzim yang tidak bergerak biasanya lebih stabil dibandingkan dengan enzim yang
bergerak.
b. Reaksi dapat dikontrol dengan cepat dengan menghilangkan enzim dari larutan reaksi
Dapat digunakan berulang kali atau berulang-ulang dalam suatu proses pengolahan
c. Enzim dapat dipisahkan dari produk dengan mudah sehingga kontaminasi dapat
dihindari
d. Keuntungan lainnya adalah penggunaan enzim yang diimobilisasi memungkinkan
pengembangan sistem reaksi multi- enzim

3. Adsorpsi merupakan metode imobilisasi enzim yang sangat sering digunakan dan
termasuk metode yang cukup sederhana pada suatu padatang pendukung. Metode ini
memungkinkan enzim teradsorpsi dalam bahan pendukung dengan membentuk ikatan
irreversible. Ikatan yang terlibat merupakan ikatan hidrogen, gaya van der waals, interaksi
ionik, hidrofobik dan terkadang melibatkan pengikatan afinitas. Ikatan tersebut mudah
dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu, kekuatan ionik dan pH sehingga menyebabkan
ikatan tidak stabil dan dapat menyebabkan kebocoran serta berakibat pada rendahnya
reproduktifitas. Padatan pendukung yang dapat digunakan dalam imobilisasi enzim harus
memilik area permukaan yang luas, dapat ditembus, tidak dapat larut, memiliki stabilitas
kimia, stabilitas termal, kekakuan yang tinggi, mempunyai bentuk dan ukuran pori yang
cocok, tahan terhadap serangan mikrobial serta dapat diregenerasi. Metode adsorpsi
merupakan metode yang membuat enzim melekat pada bagian luar atau bagian permukaan
dari sutau bahan inert dengan persiapan yang sederhana dan pada kondisi ringan. Metode
adsorpsi memiliki kelemahan yaitu interaksi antara enzim dan matriks yang digunakan
sangan lemah, karena bukan merupakan reaksi kimia. Sebuah enzim tidak dapat bergerak
karena ikatan dengan ikatan energi rendah permukaan baik eksternal atau internal carrier
atau support.

Gambar 1. Imobilisasi enzim dengan metode adsorpsi


Adsorpsi memanfaatkan interaksi fisik yang dihasilkan antara pembawa dan enzim
yang meliputi gaya van der Waals, interaksi ionik dan ikatan hidrogen. Pengikatannya
agak lemah dan biasanya tidak mengubah struktur asli enzim, untuk mencegah yang aktif
situs aktif enzim dari gangguan dan memungkinkan enzim untuk mempertahankan
aktivitasnya. Khususnya, pembawa apa pun bisa diterapkan untuk adsorpsi enzim, tetapi
tidak semua enzim bisa dapat diimobilisasi pada semua pembawa karena untuk membuat
metode adsorpsi enzim berhasil ada beberapa tertentu kondisi harus dipenuhi yaitu
pembawa enzim afinitas adalah yang paling penting, dengan adanya dari kelompok aktif
spesifik pada pembawa, yang memungkinkan generasi interaksi enzim-pembawa. Namun,
jika tidak ada, interaksi dapat disetel dengan menerapkan agen perantara (carrier
modifiers).
4. Perbedaaan utama antara pencelupan (entrapment) dan cross-linking adalah sebagai
berikut:
a. Metode entrapment proses reaksi enzim pada metode ini lebih mudah berjalan dengan
cepat, metode entrapment juga merupakan metode yang paling ideal karena hasil
imobilisasi enzimnya stabil. Metode ini juga tidak memerlukan biaya yang banyak,
dan biasanya proses reaksi dapat berjalan dalam kondisi ruang.
b. Metode cross-linking merupakan metode interaksi antara enzim dengan pereaksi
coupling dan carrier sehingga lebih rumit, jika terjadi kesalahan dalam penggunakan
reagen multifungsional maka dapat mengubah sifat enzim. Teknik ini murah dan
sederhana tapi tidak sering digunakan dengan protein murni, karena menghasilkan
enzim amobil sangat sedikit yang memiliki aktivitas intrinsik yang sangat tinggi.
Sehingga metode cross-linking harus digabungkan dengan metode adsorpsi agar
meningkatkan efek amobilisasi.

5. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah keseimbangan antara reaktan dan
produk. Laju reaksi dipercepat lebih dari satu juta kali lipat; jadi, reaksi yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan tanpa adanya rangsangan dapat
terjadi dalam waktu sepersekian detik dengan adanya enzim yang sesuai. Enzim juga
meningkatkan laju reaksi kimia tanpa mengubah atau dikonsumsi secara permanen karena
interaksi. Enzim yang dicairkan tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari reaksi dan
hilang setelah penggunaan pertama yang berarti perlu biaya tambahan, tetapi jika bentuk
enzim diubah dari bentuk cair ke bentuk padat lainnya, enzim dapat digunakan berkali-
kalidan hal ini dapat menghemat biaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi imobilisasi. Sulit untuk memisahkan enzim (dalam bentuk cair) dari produk,
sedangkan bentuk enzim yang terimobilisasi akan memberdayakan penggunaan kembali
karena dapat dipisahkan dengan mudah dari produk; oleh karena itu, biaya enzim dan
produk akan berkurang secara signifikan.
Imobilisasi merupakan salah satu dari metode yang digunakan pada proses industri
dan bioteknologi dengan menggunakan enzim agar lebih mudah. Istilah imobilisasi dapat
didefinisikan sebagai enzim yang secara fisik terlokalisasi atau terkurung dalam suatu
wilayah ruang tertentu dengan retensi aktivitas katalitik, yang dapat digunakan kembali
secara berulang-ulang dan terus menerus. Teknologi imobilisasi adalah teknik umum yang
digunakan terutama untuk mengurangi kehilangan enzim selama proses dengan
menggunakan kembali enzim berkali-kali yang berarti keuntungan ekonomi. Dalam
teknologi ini, enzim dihubungkan di dalam atau pada matriks polimer dalam bentuk
manik-manik, film atau membran, sedemikian rupa sehingga enzim tidak dapat hilang ke
dalam larutan reaksi. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan bahan pendukung berdasarkan aplikasi akhir enzim terimobilisasi, dan
kemudian metode imobilisasi yang akan digunakan. Berikut hal-hal yang dapat
dipertimbangkan saat memilih metode terbaik yang digunakan.
Pemilihan metode imobilisasi enzim sangat penting karena pemilihan metode
imobilisasi enzim tergantung pada bagaimana metode tersebut mempengaruhi aktivitas
katalis enzim. Pemilihan metode imobilisasi enzim juga tergantung pada sifat dari enzim,
ukuran partikel, luas permukaan, rasio molar kelompok hidrofobik dan komposisi
kimianya.

6. Nanopartikel merupakan partikel koloid yang berukuran 10 sampai 100 nm. Komponen
aktif (zat aktif) dalam nanopartikel secara fisik dapat berada pada beberapa keadaan
seperti terlarut dalam matriks polimer, ternkapsulasi atau dapat teradsorbsi (menempel)
pada permukaan dari pembentuk koloid. Nanopartikel juga merupakan salah satu hasil dari
teknologi nano baru yang berkembang pesat dan menjadi tren saat ini. Teknologi
nanopartikel banyak digunakan dalam bidang industri (nanokomposit, nanotubes), farmasi
(pembuatan obat), dan pangan (pembuatan nanovitamin A). Material utama penyusun
nanomaterial dapat berasal dari material karbon, anorganik, organik, dan komposit.
Penggunaan teknologi nanopartikel dalam industri lingkungan seperti pengolahan air
limbah salah satunya adalah untuk imobilisasi enzim. Proses imobilisasi lipase pada
struktur nano memungkinkan optimasi pengolahan air limbah dengan cara meningkatkan
recyclability, stabilitas, kontrol reaksi, dan penggantian enzim dari medium reaksi.

Keuntungan penggunaan teknologi nanopartikel adalah ukuran, kekuatan,


konduktivitas termal, aktivitas katalitik, dan porositas yang dapat diatur sesuai kebutuhan
sehingga dapat diaplikasikan di berbagai macam industri. Industri yang dapat
menggunakan nanomaterial adalah industri penerbangan, kesehatan, kosmetik, hingga
lingkungan.

7. Karena enzim memiliki sensitifitas yang sangat tinggi dan dapat mempengaruhi aktivitas
kinerjanya. Imobilisasi enzim merupakan teknologi yang digunakan dimana enzim
dipasangkan kedalam bahan pendukung sehingga menciptakan sistem imobilisasi yang
heterogen, metode ini menempatkan enzim dalam wilayah ruang tertentu sehingga terbatas
secara fisik dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Apabila metode yang digunakan
tidak sesuai syarat dan sifat dari enzim tersebut maka dapat menentukan kinerja metode
imobilisasi yang digunakan, dan dalam pemilihan metode imobilisasi enzim juga
tergantung bagaimana metode tersebut mempengaruhi aktivitas katalis enzim.

8. Penerapan metode imobilisasi dapat berbeda Tergantung pada konteks penggunaan


enzimnya. Di sisi lain, enzim juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga
tidak ada metode terbaik yang dapat berlaku untuk semua enzim. Enzim yang
terimobilisasi memiliki keuntungan seperti dapat digunakan kembali, pengendalian reaktor
yang lebih mudah, kemudahan pemisahan produk dan katalisator, dan pemilihan jenis
reaktor yang lebih luas. Meskipun demikian, enzim yang terimobilisasi memiliki
kekurangan seperti munculnya biaya tambahan, potensi menurunnya aktivitas enzim, dan
keterbatasan difusi. Kekurangan ini muncul karena akses enzim terhadap substrat yang
lebih terbatas dan halangan sterik dari substrat. Walaupun demikian, terdapat strategi yang
dapat mengatasi masalah ini, seperti pemilihan jenis struktur imobilisasi dan pemilihan
residu enzim yang terlibat dalam imobilisasi
Efektivitas reaksi immobilisasi dilihat dengan menggunakan reaksi dasar yang
paling mudah diamati, yaitu reaksi hidrolisis. Pengamatan yang harus dilakukan adalah
pemilihan support berdasarkan kemampuan bahan dalam membantu suatu reaksi
enzimatis, dilihat dari konsentrasi enzim yang dapat terserap oleh support. Reaksi
hidrolisis diamati sebagai reaksi dasar karena kemudahannya dalam melakukan reaksi dan
dapat menghasilkan konversi yang baik.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas enzim selama proses imobilisasi adalah
sebagai berikut:
a. Derajat Keasaman (pH) sama seperti suhu, enzim akan bekerja optimum pada kondisi
pH tertentu. Pada umumnya pH optimum enzim berkisar antara 6-8. Namun, terdapat
beberapa pengecualian, sebagai contoh enzim pepsin bekerja optimum pada pH
sebesar 2 di lambung untuk memecah protein menjadi pepton.
b. Suhu, sebagian besar enzim bekerja optimal di suhu tubuh yang normal. Masing-
masing enzim mempunyai suhu optimum yang berbeda-beda, umumnya enzim
bekerja optimum pada suhu 40°C. Apabila suhu di lingkungan enzim sedikit
menurun, maka efektifitas enzim cenderung akan melambat, kondisi ini terjadi karena
energi kinetik yang rendah sehingga enzim bergerak lambat dan tidak sering
bertabrakan. Jika suhu di lingkungan enzim terlalu tinggi, maka enzim beresiko
mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur kimia enzim yang mengakibatkan
enzim rusak dan tidak dapat menjalankan fungsinya
c. Konsentrasi substrat, laju suatu reaksi enzim akan meningkat seiring dengan
penurunan konsentrasi substrat. Ketika konsentrasi substrat semakin banyak kerja
enzim akan menurun, sehingga dibutuhkan penambahan enzim untuk mengatasinya.
d. Konsentrasi ensim dengan laju reaksi enzim berbanding lurus, artinya laju reaksi
enzim akan bertambah secara konstan seiring dengan adanya penambahan konsentrasi
enzim
e. Aktivator zat pengaktif seperti bahan kimia tertentu mampu meningkatkan kerja
enzim. Contohnya, logam alkali, logam alkali tanah, Co, Mg, Mn, dan Cl
f. Inhibitor merupakan senyawa yang mampu menghambat kerja enzim. Inhibitor
menyebabkan aktivitas enzim terganggu, sehingga enzim tidak bekerja secara
optimal.
10. Enzim imobilisasi saat ini menjadi proses rutin dalam pembuatan banyak produk industri
di bidang farmasi, kimia, dan industri makanan. Beberapa enzim seperti lipase, secara
alami kuat dan efisien, dapat digunakan untuk memproduksi banyak molekul berbeda, dan
memiliki beragam aplikasi industri berkat selektivitasnya yang luas. Sebagai contoh,
lipase dari Candida antarctica (CalB) telah digunakan oleh BASF untuk menghasilkan
senyawa kiral, seperti herbisida Dimethenamide-P, yang sebelumnya dibuat secara kimia.
Penggunaan enzim yang diimobilisasi telah memberikan keuntungan yang signifikan
dibandingkan proses kimia, seperti kemungkinan untuk menggunakan konsentrasi substrat
yang sama, memperoleh kelebihan enansiomer >99%, menggunakan suhu yang relatif
rendah yaitu dibawah 60 °C dalam pelarut organik, memperoleh enansiomer tunggal,
bukan rasemat seperti dalam proses kimia dan menggunakan konfigurasi kolom yang
memungkinkan peningkatan produktivitas secara dramatis. Proses ini tidak akan mungkin
terjadi tanpa penggunaan enzim yang diimobilisasi, karena enzim ini berjalan dalam
pelarut organik.

11. Imobilisasi enzim dapat diartikan melokalisir enzim, sehingga enzim dapat digunakan
secara berkelanjutan. Keuntungan dari imobilisasi enzim adalah enzim dapat dipisahkan di
akhir reaksi, tanpa mengkontaminasi hasil reaksi, sehingga enzim dapat digunakan
kembali untuk reaksi selanjutnya.
Kemampuan dan keberhasilan untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar
dipengaruhi oleh kondisi pada saat proses berlangsung, sebab tidak semua enzim dapat
diimobilisasi dengan semua bahan pendukung. Adanya gugus aktif yang spesifik pada
bahan mendukung dapat membantu terjadinta interaksi antara bahan oendukung dengan
enzim. Apabila tidak terdapat gugus aktif spesifik maka dapat ditambahkan agen
perantara.

Salah satu metode imobilisasi enzim yang paling sederhana dan dapat menghasilkan
produk reaksi dalam jumlah besar adalah dengan cara adsorpsi pada suatu padatan
pendukung. Padatan pendukung yang dapat digunakan dalam imobilisasi enzim harus area
permukaan yang luas, dapat ditembus, tidak dapat larut, memiliki stabilitas kimia,
stabilitas termal, kekakuan yang tinggi, mempunyai bentuk dan ukuran pori yang cocok,
tahan terhadap serangan mikrobial dan dapat diregenerasi. Zeolit alam merupakan mineral
yang terdiri dari kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali
tanah. Kation ini dapat digantikan oleh kation atau molekul lain tanpa merusak
struktur zeolit. Molekul lain yang menggantikan ini dapat bergerak bebas, sehingga
memungkinkan zeolit untuk digunakan sebagai padatan pendukung dalam imobilisasi
enzim

Anda mungkin juga menyukai