Anda di halaman 1dari 6

KEADILAN SERTA CINTA

Keadilan serta cinta


Kata yang membuat telingaku berdengung ketika mendengarnya
Penuh dengan misteri yang membuat hati bertanya-tanya
Apakah keadilan dan cinta itu benat sungguh ada ?

Sayangnya itu semua hanyalah tinggal kenangan


Sebab dunia telah berubah menjadi sarang kejahatan
Cinta telah hilang dari muka bumi
Menyisakan kepahitan dan juga dendam dalam hati

Kericuhan dan anarkis menjadi hal normal disiang hari


Malam tidak lagi menjadi suasana tenang melainkan waktu beraksinya para penjahat berdasi
Keadilan telah menjadi kata tabu dalam masyarakat
Tak akan mendapat apa-apa jika diri tidak memberikan lembaran merah kepada para pejabat

Damai hanyalah ilusi untuk mendapatkan simpati


Terselubung oleh wajah manis yang menipu mata dan juga hati
Kata-kata yang penuh rayuan begitu merdu didengar oleh telinga
Penuh janji namun hanya berupa kata tanpa aksi nyata

Takkan menjadi apa-apa jika tak memili harta


Akan tetap menjadi sampah jika tak punya kuasa
Jilat menjilat menjadi ajang perlombaan
Saling sikut menyikut untuk mendapatkan satu kesempatan

Semua menjadikan dunia jatuh dalam peperangan


Bebas membawa senjata untuk saling ancam mengancam dan melakukan penyerangan
Tak ada lagi tempat aman bagi jiwa
Sebab kekacauan melanda dimana-mana

Belumlah lepas dari benakku tentang suatu tragedi berdarah


Tepat di depan mataku ketika banyak nyawa tertumpah
Kala itu aku hanya dapat meringkuk ketakutan
Bersembunyi dibawah reruntuhan kalau-kalau aku dapat selamat dari banyaknya serangan

Suara jeritan bergema disetiap sudut-sudut kota


Seakan sedang berorkestra dengan banyaknya ledakan dimana-mana
Puing-puing berceceran bersamaan dengan tubuh yang berjatuhan
Tak lagi tahu siapa yang tergeletak semua bercampur dalam satu tumpukan

Sayap-sayap besi berterbangan diatas langit


Saling menjatuhkan dalam pertarungan yang sengit
Tak peduli nyawa dibawah sedang berjuang untuk selamatkan diri
Dengan sisa tenaga yang ada mengerahkan semua yang dipunya untuk dapat berlari
Peluru-peluru berterbangan siap mengoyakku kapan saja
Bagai malaikat maut yang hanya datang menyapa entah bagaimana aku bisa selamat disana
Sambil memeluk lutut, aku teringat akan keluargaku, namun bukan karna rindu
Melainkan karna adanya persamaan antara perang disini dan didalam keluarga sendiri

Keluargaku yang bak api dalam sekam, tak segan-segan saat marah hendak menikam
Begitu mudah terbakar oleh sedikit pemicu, hal kecil pun sering menjadi alasan untuk saling beradu
Disana kehidupanku tidaklah lebih dari seorang anak yang terlantar
Bukan makanan hangat yang kuterima, melainkan hanya sakit oleh karna dipukul dan ditampar

Saat pagi aku harus menahan sakitnya luka yang kuterima dimalam sebelumnya
Terasa perih dan membuatku menangis dikamar sembari berusaha menahan agar tak bersuara
Sedikit saja kesalahanku bisa membuatku merasakan siksa yang tiada terkira
Bahkan tanpa salah pun sebatang kayu dapat melayang kearahku dan membuatku terluka

Satu-satunya yang kuharapkan dalam satu hari adalah agar malam segera tiba
Sehingga aku bisa beristrahat dan melupakan semua yang telah menimpa
Tak bisa kupungkiri pagi hari justru menakutkan
Karna merupakan awal baru dari rasa sakit akan siksaan yang tak tertahankan

Aku tak mengerti mengapa aku seperti ini


Apakah sedari awal aku memang sudah tidak diingini ?
Dosa apakah yang kuperbuat sehingga semua harus kutanggung seorang diri ?
Aku bahkan takut untuk berbicara karna trauma yang sudah merasuk jauh kedalam hati

Apakah artinya memiliki seorang ibu ? Berikan aku jawaban atas semua ini
Apakah ayah adalah tempat bersandar saat aku layu ? sebab tak pernah sekalipun itu terjadi
Aku memiliki orang tua, namun aku sebatangkara
Terjebak dalam suasana rumah yang penuh akan bahaya

Piring dan gelas pecah berserakkan dimana-mana


Membuatku manambah luka jika tak sengaja tertusuk serpihan kaca
Album lama yang dulu indah kini sudah menjadi abu
Tak ada kenangan dalam rumah yang kutinggali selain air mata dan juga pilu

Ibuku seperti malaikat penyiksa yang haus dan lapar akan jeritan dan rasa takut
Berulang kali aku merasa dicoba untuk dibunuh dan dicampakkan kedalam maut
Ayahku yang selalu memandang rendah diriku seakan tak lebih dari debu dan kotoran
Begitu hina aku dimatanya hingga tak ingin jika diriku dan dirinya bersentuhan

Pikiranku terbakar, tangisku sesakkan dada


Hatiku hancur lebur melihat ayah ibuku yang seperti tak ada
Bagaimana bisa semua ini terjadi padaku ?
Aku tak mengerti apapun dan hanya mampu diam terpaku
Aku tak memiliki harapan akan cinta dalam keluarga
Aku bahkan tak tau apa masih ada hari esok untukku sebab semua terlihat gelap tanpa ada cahaya
Hatiku penuh dendam kepada sang ayah yang menjadi pembunuh jiwa
Sedangkan ibuku tidak lagi menjadi pelindung, melainkan hanya penyesat diri dalam rumah tangga

Hatiku penuh iri dan dengki yang menyiksa


Pikiranku tercemar oleh rasa tidak percaya diri yang membuatku rendah dipandang mata
Aku cemburu pada keluarga lain yang menjadikan pundak sang ayah sebagai penopang cinta
Dan tangan ibu sebagai wadah kasih dalam keluarga yang menghasilkan bahagia

Aku kian terpuruk ketika aku beranjak dewasa


Walau berhasil selamat dari serigala lapar yang hendak memangsa
Dan bebas dari sayatan belati yang hendak butakan mata
Namun, hatiku masih terkubur dalam liang penyiksaan yang tak bisa kulupakan begitu saja

Aku tak berani dalam melangkah, takut jika nanti aku salah arah
Kemudian aku kembali membuat salah yang berujung pada luka yang semakin parah
Aku begitu tertakan, takut untuk dapat melawan
Hanya mampu dapat merelakan, dan pasrah terhadap bagaimana aku diperlakukan

Perjalanan keseharaianku penuh dengan ringtangan


Bukan berarti aku mengeluh, hanya saja dunia serasa tidak memberikan keadilan
Aku terlah berjuang sekuat tenaga hingga meneteskan air mata
Namun yang kudapat hanyalah kekecewaan belaka

Aku sampai lelah berharap, semakin aku melakukannya, semakin juga aku jatuh dalam kecewa
Sakitnya melebihi luka fisik yang kudapat, begitu sukar untuk dipulihkan saat jiwa ini terkena
Aku hilang semangat dan ingin mengeluh serta marah
Namun aku tak mampu, hanya bisa terus berada dijalan ini meski aku tak tau arah

Semakin hari ukiran kata dewasa makin terukir dihadapanku


Membuatku sadar bahwa aku belumlah bebas dari lingkar sengsara yang membelenggu
Belum bebas dari maut yang mengintai
Masih harus bertahan hidup dari hari kesehari

Kebutuhan diri untuk diterima dan diakui


Menjadi pemicu bagiku untuk bangkit dari hidup yang hampir tak memiliki arti
Namun, tiap kali aku mencoba
Justru telapak tangan para raksasa malah menindihku tak berdaya

Aku lelah, dengan kehidupanku yang selalu sama


Membuatku menimbang-nimbang dalam kepala
Dimanakah keadilan yang selama ini digaungkan atas dasar cinta ?
Mengapa aku hidup tanpa kehadian serta cinta di pihakku ?
Aku lemah tak berdaya, habis sudah semua sisa tenaga yang ada
Terombang ambing dalam kehidupan yang seakan sedang bercanda
Mempermainkanku tanpa henti setiap saat
Menggiringku ke ruang siksaan yang penuh karat

Berapa lama lagi semua ini kan terjadi ?


Aku lelah menjalani kehidupan seperti ini setiap hari
Berulang kali aku telah jatuh dalam kehampaan
Terdesak oleh ketidakadilan yang menimbulkan kesesakan

Aku remuk dan hancur tak bersisa


Kemudian dkumpulkan kembali hanya untuk mengulang lagi kejadian yang sama
Apakah aku layak menjadi manusia ?
Mengapa seakan tidak ada yang berdiri disisiku untuk membela ?

Tulangku gemetaran merintih dalam ketakutan


Trauma terhadap kejamnya hidup yang tak memiliki perasaan
Tiap kali aku mencoba untuk bertahan selalu saja ada yang datang menjatuhkan
Menekanku hingga tak bisa bergerak dan tak mampu mengeluarkan suara untuk diperkatakan

Tepat ketika aku merasa menemukan cinta dari seorang wanita


Aku justru dikhiantinya, bermesraan dengan pria lain di tempat yang biasa kami duduk bersama
Salahkah aku mencintai seseorang ? Apakah aku tidak jauh berbeda dengan sebongkah barang ?
Yang dapat dicampakkan begitu saja dan hanya dianggap ketika dibutuhkan oleh dunia ?

Apakah dosa yang telah kuperbuat ?


Hingga aku harus menanggung semua derita yang begitu berat
Tak layakkah aku menerima cinta dari seorang insani ?
Apakah aku hanya ditakdirkan untuk hidup sendiri ?

Aku bersusah-susah dalam hidupku mencari cinta yang tak pernah kudapati
Namun, hanya khianat yang diberikan oleh sang kekasih hati
Ia menikamku ketika aku sudah mulai merasa pulih
Meninggalkanku tergelatak tak berdaya bersama rasa perih

Kukira dirinya ialah sosok yang kucari


Ternyata hanyalah gundukan semak beracun yang tak memiliki hati
Yang siksa dan buatku mengerang tangis dikamarku
Menyisakan kesedihan hingga kuras darah dan sisakan tulangku hingga layu

Padahal kata-katanya diawal amat lembut didengar, tak sadar jika ia ternyata seorang bar-bar
Berjubahkan sutra yang tutupi diri, namun dalamnya penuh dusta dan juga duri
Awalnya tatapannya terasa hangat, namun lama kelamaan terasa semakin menyengat
Membakar kulitku hingga melepuh, dan hancurkan tubuhkan hingga tak lagi utuh
Kenangan yang kubangun bersamanya begitu indah, begitulah pikirku
Namun ia anggap semua itu hanya sampah, dilupakan begitu mudah dan dibiarkan berlalu
Seperti angin yang hanya mampir sesaat dan hilang seketika
Demikian aku dalam hidupnya yang tak membekas dan hilang tiba-tiba

Pernah melihat bintang jatuh bersama


Baru sadar itu bukan bintang melainkan hanya bongkahan batu luar angksa
Barangkali seperti itulah dirimu, kukira sekuntum bunga
Nyatanya hanyalah sekumpulan malapetaka

Hatiku begitu hancur mengingat semua kenangan bersamanya


Sebab aku telah ditinggalkan tanpa ada penjelasan yang bermakna
Ia membuatku menumbuhkan kepahitan baru dalam hati
Bahwa aku seorang diri dan tak ada orang yang menemani

Aku ditinggalkan ditengah padang gurun yang gersang


Tanpa ada air untuk legakan dahaga dan tenda untuk berlindung dari panasnya siang
Yang ada hanya cermin untuk aku melihat diri dari pancaran cahaya
Bahwa betapa aku tidak layak untuk berada disisi dan menemani dirinya

Ia telah memberiku lembaran hidup baru


Bersama dengannya menuliskan keseharian sepanjang waktu
Namun bukan untuk mengakhiri kisah hidup yang dahulu
Melainkan untuk melanjutkan ceritaku ke jalan penuh pilu

Sejujurnya telah lama kusadari


Namun aku menolah untuk mengakui
Berharap semua hanya perasaanku semata akan trauma masa lalu
Berpura-pura percaya bahwa aku dan dia bisa menjadi satu

Kurasa memang salahku lah sedari awal


Andai aku tidak termakan oleh manis bibirnya yang seakan penuh moral
Mungkin aku sudah berada dalam fase pemulihan menjadi lebih baik
Tidak seperti sekarang yang bukannya semakin naik malah justru kembali tertarik

Aku tak lagi punya sesuatu untuk dapat dijadikan tempat curahan hati
Semua meninggalkanku tanpa aku tahu alasanku dijauhi
Andai langit bumi ini dapat kutanyai
Ingin kutuntut jawaban dari mereka yang selama ini hanya mengamati

Aku yang sekarang sudah lupa apa itu cinta


Tak mengenal lagi apa itu bahagia yang berbalu tawa
Hanya derita dan siksa air mata
Yang menemaniku di sisa hari yang kupunya
Seandainya saja sesaat sebelum lahir aku boleh memilih sendiri
Tentu aku tidak akan mengambil alur kehidupan ini
Berharap aku dilahirkan di masa waktu yang berbeda
Apakah mungkin aku akan lebih merasakan keadilan dan juga cinta ?

Namun, sesungguhnya aku belum menyerah sama sekali


Tak peduli bahkan jika seluruh dunia memusuhiku dan memutuskan untuk membuatku mati
Akan tetap ku jaga hati yang kumiliki sebab hanya itu yang membuatku tetap menjadi manusia
Takkan kubiarkan dunia mengambilnya dan mengubahku menjadi orang tanpa kasih iba

Aku boleh saja terjatuh berulang-ulang kali dan membuatku berdarah-darah


Namun aku akan selalu kembali berdiri meskipun harus dengan terengah-engah
Tubuhku boleh saja remuk tak karuan namun tidak dengan jiwaku
Bahkan ketika aku tak mampu bergerak pun aku akan tetap memaksa untuk terus melangkah maju

Aku akan membuat dunia bungkam hingga tak mampu berkata-kata


Akan kubuat langit kagum hingga ia hanya dapat menganga
Sebab dengan keteguhan hati aku takkan berhenti ditanah ini
Akan kuteruskan semua perjuangan sampai akhir perjalananku nanti

Aku takkan mati begitu saja tanpa memiliki kebebasan yang sesungguhnya
Takkan kubiarkan wajah tanpa senyuman ini berlangsung selamanya
Akan kuubah jeritan rasa sakit menjadi gema suara akan tawa
Melepas pakaian kotor menjadi jubah agung dan duduk disinggasana

Tulang keringku akan terisi oleh banyaknya daging tambun


Wajah pucahku kan dihiasi oleh riasan yang membuat anggun
Merubah anak terlantar menjadi seorang yang besar
Mengubah diriku yang takut dan gentar menjadi seorang yang menggelegar

Aku akan makan dan minum hingga kenyang


Bersorak sorai untuk diriku yang telah menang
Takkan ada lagi sakit dan luka bersarang di tubuhku
Hanya akan ada kelembutan dan keindahan dari pakaian yang baru

Kan kudapatkan keadilan dengan tanganku sendiri


Meskipun sekarang hanya ada sakit hati
Kekecawaan sampai saat ini masih harus kurasakan
Namun tak kan lama sampai aku tiba pada rasa kepuasan

Hari ini mungkin masih derita yang kuterima


Dengan berbagai pilu yang datang tanpa cinta
Kan kuhadapi itu semua dengan segala yang kupunya
Dan kan kuubah semua hingga yang tersisa hanya sukacita yang tenangkan jiwa

Anda mungkin juga menyukai