Anda di halaman 1dari 11

BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi

Jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BIOMA
p-ISSN 2527 – 7111
e-ISSN 2528 – 1615

EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) KENDARAAN BERMOTOR


TERHADAP PROSES TERJADINYA PEMANASAN GLOBAL

MOTOR VEHICLES CARBON MONOXIDE EMISSIONS AGAINST


THE PROCESS OF GLOBAL WARMING

Moch. Wildan Kamali1), Sudarti2), Wahcju Subhan3)


1), 2), 3)
Magister Pendidikan IPA, Universitas Jember
kamaliwildan@gmail.com

diterima : 23 Desember 2021; dipublikasi : Oktober 2022

ABSTRAK
Penulisan artikel ini mendeskripsikan pengaruh emisi karbon monoksida (CO)
kendaraan bermotor terhadap terjadinya pemanasan global. Penulisan artikel ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif berupa literature review yaitu mengkaji
beberapa teori dan temuan dari berbagai sumber pustaka seperti artikel, jurnal, buku,
internet dan lain-lain). Berdasarkan data yang didapatkan bahwa kendaraan bermotor
merupakan peyumbang terbesar dalam menghasilkan gas emisi karbon monoksida (CO)
yaitu 63,8% oleh Kementerian Lingkungan Hidup Pada pada tahun 2012 dan 65,8%
oleh Kementerian Lingkungan Hidup di Bali tahun 2013. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar
adanya emisi gas yang berada di atmosfer yaitu karbon monoksida (CO) yang
menyebabkan terjadinya peningkatan gas rumah kaca sehingga akan menghalangi
pantulan radiasi matahari dari permukaan bumi yang akan dikeluarkan ke luar angkasa
akan terperangkap di dalam atmosfer sehingga menyebabkan meningkatnya rata-rata
suhu permukaan bumi atau terjadinya pemanasan global.
Kata kunci: Emisi karbon, CO, Pemanasan Global

ABSTRACT
The purpose of this article is to describe the effect of motor vehicle carbon
monoxide (CO) emissions on global warming. The writing of this article uses a
qualitative descriptive method in the form of a literature review, which examines
several theories and findings from various library sources such as articles, journals,
books, internet and others). Based on the data obtained, motorized vehicles are the
largest contributor to carbon monoxide (CO) emissions, namely 63.8% by the Ministry
of Environment in 2012 and 65.8% by the Ministry of Environment in Bali in 2013.
Based on these results, it can be concluded that motorized vehicles are the largest
contributor to gas emissions in the atmosphere, namely carbon monoxide (CO) which
causes an increase in greenhouse gases so that it will block the reflection of solar
radiation from the earth's surface that will be released into space and will be trapped in
the atmosphere. in the atmosphere, causing an increase in the average surface
temperature of the earth or global warming.

Keywords (TNR, tebal, 12 PTS): Carbon emission, CO, Global warming

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

PENDAHULUAN
Pemanasan global merupakan isu serius yang akan selalu menjadi
perbincangan dunia dimasa sekarang dan masa mendatang. Hal tersebut disebabkan
oleh meningkatnya rata-rata suhu di permukaan bumi secara global yang mencapai
6,40C pada tahun 1990 hingga 2100 (Intergovernmental Panel on Climate Change,
2021). Salah satu faktor penyebab meningkatnya rata-rata suhu bumi adanya emisi gas-
gas karbon yang merupakan hasil aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan
bermotor yang menghasilkan gas buang (Sejati, 2011). Emisi yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi kendaraan
bermotor tersebut (Ismiyati, 2014). Kendaraan bermotor tersebut akan menghasilkan
emisi berupa gas karbon yang dihasilkan dari asap knalpot yang merupakan hasil
pembakaran yang tidak sempurna, sehingga gas-gas emisi karbon yang dihasilkan
mengandung hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan
oksida nitrogen (NOX) (Winarno, 2017).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nevers (2000) separuh dari gas
CO yang berada di udara bebas berasal dari aktivitas manusia yaitu pada penggunaan
kendaraan bermotor. Jadi di dalam kendaraan bermotor tersebut terdapat mesin internal
engines yang merupakan sebuah mesin yang sumber tenaga pemicu geraknya dilakukan
oleh pengembangan gas-gas pasan bertekanan suhu tinggi dari hasil campuran bahan
bakar dan udara yang terdapat di dalam ruang pembakaran. Pembakaran bahan bakar
yang terjadi di dalam tabung silinder mesin internal engines terjadi ketika timbul
percikap api dari busi kendaraan bermotor. Sehingga keberadaan gas CO terbentuk
ketika bahan campuran antara bahan bakar dengan udara kurang seimbang. Akan tetapi
meskipun terjadi pencampuran bahan bakar dengan kandungan udara sudah seimbang
gas CO akan tetap muncul walaupun sudah terbentuk gas CO2 dan H2O.
Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak terlihat dan tidak
menimbulkan bau. Karbon monoksida terbentuk oleh unsur karbon dan oksigen yang
mengalami penggabungan secara kimiawi menjadi karbon monoksida (CO).
Penggabungan kedua unsur tersebut dihasilkan dari pencampuran bahan bakar yang
mengandung karbon dengan daya hisap mesin dalam mengisap udara bebas yang
mengandung oksigen pada tekanan dan suhu tinggi (Siswantoro, 2016). Pembentukan
gas CO terjadi karena unsur oksigen yang ada di udara tidak mencukupi untuk mengikat

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

unsur karbon yang dihasilkan oleh bahan bakar, sehingga terjadi proses pembakaran
yang tidak sempurna seperti reaksi kimia sebagai berikut (Ferdinan, 2016):
C + ½ O2  CO
Dampak dari terbentuknya emisi kendaraan bermotor berupa CO akan
meningkatkan konsentrasi gas-gas yang berada di atmosfer bumi untuk membetuk
lapisan GRK (gas rumah kaca) (Nurdjanah, 2014). Tersedianya gas rumah kaca yang
ada pada atmosfer bumi sebenarnya berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi agar
planet bumi tetap berada pada suhu hangat sehingga bisa menjadi tempat tinggal
mahkhuk hidup. Suhu hangat pada bumi didapatkan dari proses radiasi cahaya matahari
yang menyinari bumi yang sebagian nantinya akan diserap oleh atmosfer bumi
sedangkan sebagian sisanya lagi akan dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akan tetapi
saat ini keberadaan gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer bumi mengalami
peningkatan salah satunya adalah adanya peningkatan penggunaan transportasi
kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi gas buang berupa CO, sehingga semakin
banyak keberadaan gas karbon monoksida di atmosfer bumi akan menyebabkan
kenaikan suhu rata-rata bumi. Hal ini dikarenakan radiasi sinar matahari yang berada di
permukaan bumi ketika akan dipantulkan untuk keluar angkasa akan terhalang oleh
adanya gas karbon monoksida (CO) di lapisan atmosfer. Hal ini akan menjadi
penghalang pada proses keluarnya pantulan sinar matahari menuju luar angkasa serta
akan terperangkap di atmosfer bumi sehingga menyebabkan temperatur suhu bumi
meningkat dan terjadinya pemanasan global (Jhamtani et.al, 2007).

METODE
Metode penulisan artikel ini yaitu deskriptif kualitatif berupa literature review
yang mengkaji berbagai referensi jurnal, buku, dan internet serta sumber-sumber
relevan yang menjelaskan emisi karbon monoksida pada proses terjadinya pemanasan
global.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kendaraan bermotor merupakan salah satu transportasi yang menggunakan
mesin dan bahan bakar sebagai sumber penggeraknya. Mesin yang ada di dalam
menggunakan busi sebagai sumber percikap api untuk menimbulkan sumber api sebagai
penyala dalam membakar bahan bakar seperti bensin. Pada kendaraan yang

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

menggunakan mesin berbahan bakar bensin, udara dan bensin akan tercampur sebelum
memasuki ruang pembakaran. Proses pencampuran keduanya dilakukan oleh karburator
yang ada pada mesin. Pertama, pencampuran bahan bakar seperti bensin dan udara
dilakukan dengan cara kompresi atau penekanan piston pada silinder mesin. Kedua,
pada proses penekanan piston pada silinder mesin terjadi pembakaran antara bensin dan
udara pada volume tetap. Ketiga, hasil pembakaran menghasilkan gas yang bersifat
panas sehingga akan mendorong piston pada silinder mesin untuk menghasilkan energy
berupa tenaga kerja. Keempat, setelah hasil pembakaran tersebut digunakan oleh mesin
sebagai sumber penggerak, maka sisanya akan dibuang keluar dari silinder mesin
melalui saluran pembuangan yaitu knalpot kendaraan. Hasil pembakaran berupa sisa
penggunaan mesin yang tidak terpakai akan dibuang dan menghasilkan emisi gas buang
kendaraan bermotor seperti gas karbon monoksida (CO).
Gas karbon monoksida (CO) di lingkungan sebenarnya dapat terbentuk secara
alami dihasilkan oleh aktivitas alam seperti aktivitas makhluk hidup di lautan, aktivitas
pegunungan atau gunung merapi, oksidasi metal di atmosfer bumi dan bisa terbentuk
juga oleh peristiwa badai alam. Akan tetapi gas karbon monoksida yang terbentuk di
atmosfer ternyata juga dihasilkan dari aktivitas manusia dimana sumber gas karbon
monoksida dihasilkan dari kendaraan bermotor yang menekankan pada aktivitas
penggunaan bahan bakar berupa bensin, solar, pertamax dan sejenisnya. Berikut adalah
tabel sebaran pencemaran udara akumulasi nasiolan Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2012 yang dihasilkan dari emisi gas kendaraan bermotor berupa CO.
Tabel 1. Sebaran Pencemar Gas CO Akumulasi Nasional
No Jenis Kendaraan % Emisi
1 Mobil bensin 59,0
2 Pesawat terbang 2,4
3 Sepeda motor 1,8
4 Kapal laut 0,3
5 Mobil diesel (solar) 0,2
6 Kereta api 0,1
Total 63,8
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kendaraan bermotor
merupakan sumber terbesar penghasil emisi CO. Terdapatnya kadar CO di udara

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

sebenarnya juga bervariasi tergantung dari padatnya kendaraan bermotor pada jam-jam
sibuk bekerja seperti aktivitas manusia yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai
sarana transportasi. Penyebaran gas CO dapat terjadi di lingkungan pedesaan maupun
perkotaan, jika pada daerah perkotaan penyebaran gas CO terjadi karena padatnya lalu
lintas kendaraan bermotor sepanjang jalan raya mulai dari sepeda motor, mobil, bis, truk
dll (Gobel, 2019). Seperti pada tabel berikut hasil survey laju emisi yang dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2013 di Jalan Singamangaraja Bali yang
menggambarkan tingkar penyebaran emisi karbon dari berbagai macam jenis
kendaraan.
Tabel 2. Sebaran Pencemar Gas CO KLH 2013
Volume Kendaraan
Emisi CO
Kendaraan (Unit/jam)
(g/km)
Pagi Siang
Mobil penumpang (angkutan umum) 3.978 3.651 32,4
Sepeda motor 3.153 3.356 14
Truk 412 372 8,4
Bus 48 54 11
Total 7.591 7.433 65,8
Hal yang sama juga dilakukan penelitian oleh Jihan Maharani tahun 2019 yang
menghasilkan data pencemaran gas CO yang diukur di provinsi Yogyakarta lebih
tepatnya di Jalan Ring Road Utara Gejayan sebagai berikut.
Tabel 3. Emisi CO Kendaraan Bermotor di Jalan Ring Road Utara Gejayan Yogyakarta
Sepeda Mobil Mobil CO
Hari
Motor Pribadi Solar (ppm)
Sabtu
Pagi 7.740 2.016 124 12,88
Siang 6.248 2.906 140 17,13
Sore 5.856 2.264 88 14,25
Minggu
Pagi 3.600 2.016 68 14,00
Siang 5.414 2.906 64 14,63
Sore 7.632 2.264 80 19,38

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

Senin
Pagi 8.784 2.048 68 21,88
Siang 8.518 2.924 176 20,63
Sore 9.300 2.517 88 27,13
Berdasarkan hasil pengumpulan data-data yang telah dilakukan tampak bahwa
terjadi peningkatan volume kendaraan tiap waktunya. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumsi kendaraan motor di Indonesia dari satu wilayah saja sudah banyak apalagi
jika dilakukan penghitungan secara nasional. Sehingga semakin tingginya konsumsi
kendaraan bermotor maka akan semakin meningkat pula kandungan gas karbon
monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran kurang sempurna antara bahan bakar
dengan udara bebas berupa oksigen.

Gambar 1. Mekanisme emisi gas kendaraan bermotor


Pembentukan gas CO dari kendaraan bermotor ditimbulkan oleh adanya faktor
suhu yang relatif tinggi pada mesin kendaraan tersebut. Misalkan seperti pada gambar
terlihat terjadi kemacetan kendaraan bermotor pada lalu lintas transportasi darat. Pada
saat terjadi kemacetan lalu lintas keadaan kendaraan bermotor sedang tidak berjalan
akan tetapi keadaan mesin tetap hidup, sehingga ini akan menyebabkan semakin cepat
kinerja mesin dalam menghasilkan panas yang bersuhu tinggi. Gas karbon monoksida
(CO) sebenarnya dibentuk berdasarkan hasil penguraian gas karbon dioksida (CO 2)
yang menjadi CO dan oksigen pada tekanan suhu yang relatif tinggi. Selain itu gas

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

karbon monoksida (CO) juga dapat terbentuk dari reaksi antara karbon dioksida (CO2)
dengan karbon pada suhu yang relatif tinggi juga. Proses pembentukan gas CO pada
kendaraan bermotor akan lebih cepat terjadi jika dibandingkan dengan gas CO 2, hal ini
dikarenakan gas CO merupakan hasil akhir pembakaran jika unsur oksigen yang
mengalami pembakaran tidak mencukupi.
Gas CO ketika sudah berada di udara bebas akan mengalami perubahan reaksi
kimia dikarenakan adanya pengaruh dari senyawa atau molekul udara radikal bebas,
radiasi sinar matahari dan adanya kandungan uap air. Proses perubahan reaksi tersebut
dapat terjadi secara cepat ketika berada di kawasan bersuhu tinggi seperti di jalan raya
dan ada juga yang berlangsung secara lambat seperti dikawasan pedesaan, hal ini
dikarenakan ketersediaan radikal udara bebas sebagai pengingat gas CO berjumlah
sedikit. Perubahan reaksi kimia yang terjadi di atmosfer terjadi secara rumit dan
merupakan siklus panjang, sehingga akan menghasilkan suatu senyawa yang bersifat
lebih aktif dari senyawa aslinya. Misalnya gas CO yang dikeluarkan oleh pembuangan
kendaraan akan mengikat radikal bebas OH-, maka hasil reaksinya akan menghasilkan
gas karbon dioksida (CO2) (Tugaswati, 2008).
Peta sebaran emisi gas CO yang berada di atmosfer digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2. Peta Emisi CO di Kecamatan Bogor


(Sumber: Hasil penelitian Yuda Teknik Lingkungan Universitas Sahid Jakarta)

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

Gambar 3. Peta Emisi CO di Kota Semarang Jl. Pemuda


(Sumber: Hasil penelitian Damara Teknik Lingkungan Undip)
Berdasarkan gambaran kedua peta sebaran emisi CO tersebut terjadi perbedaan
warna yang menandakan tingkat konsentrasi emisi di wilayah tersebut. Daerah yang
berwarna merah menandakan bahwa tingkat keberadaan emisi CO dari kendaraan
bermotor sangat tinggi. Tingginya emisi gas CO disebabkan oleh adanya kendaraan
bermotor yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedomo tahun 2001, bahwa kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar bensin akan mengeluarkan gas emisi salah satunya
adalah carbon monoksida (CO). Untuk daerah dengan berwarna putih atau biru
menandakan bahwa emisi gas CO dari kendaraan bermotor berjumlah sedikit sehingga
konsentrasi emisi gas CO di atmosfer akan menurun dan kualitas udara di daerah
tersebut baik.
Gas karbon monoksida (CO) memiliki waktu yang pendek untuk berada di
atmosfer. Akan tetapi gas CO akan memberikan pengaruh terhadap terbentuknya
lapisan permukaan ozon. CO dan ozon merupakan dua senyawa yang berada di
permukaan troposfer bumi, sehingga 70% senyawa kimia yang berada di lapisan
tersebut sepenuhnya akan bereaksi dengan CO (Henne, 2007). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh National Research Council America tahun 1999
menunjukkan bahwa 20% lapisan ozon terbentuk secara langsung dari emisi gas CO
(Zhang, 2006). Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor ketika berada di udara
bebas maka akan bereaksi dengan senyawa OH- di atmosfer. Senyawa OH- tersebut
berperan penting sebagai pembersih polutan udara yang ada di atmosfer sehingga dapat
melenyapkan metana dan ozon. Selain itu karbon monoksida ternyata juga secara tidak

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

langsung dapat meningkatkan konsentrasi kandungan metana dan ozon troposfer, hal ini
terjadi karena gas karbon monoksida bereaksi secara kimia dengan radikal bebas berupa
OH-. Melalui proses alami tersebut maka karbon monoksida akan beroksidasi
membentuk karbon dioksida (CO2).
Penyebaran gas CO di atmosfer disebabkan oleh adanya arah dan kecepatan
angin. Keberadaan angin merupakan faktor utama dalam penyebaran gas CO, hal ini
akan menyebabkan terjadi perpindahan suatu zat berupa gas CO ke tempat lain. Pada
peristiwa gas CO yang dihasilkan oleh hasil pembakaran dan dikeluarkan melalui sistem
pembuangan knalpot, gas CO tersebut akan naik menuju ke atmosfer dengan cara
terbawa angin dan angin tersebut akan menyebarkan ke seluruh ruang yang berada di
atmosfer sehingga emisi gas CO akan berkumpul. Gas CO yang dihasilkan dari berbagai
kendaraan bermotor akan berdampak pada kandungan gas yang sudah berada di
atmosfer. Semakin tinggi kandungan gas CO yang berada di atmosfer, maka akan
menyebabkan pengaruh terhadap pola radiasi matahari berupa gelombang panjang
ketika masuk dan mencapai permukaan bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi
dan mencapai permukaan bumi tidak dapat langsung dipantulkan kembali ke luar
angkasa, hal ini dikarenakan terdapat molekul-molekul CO yang menahan sinar radiasi
matahari tersebut. Peristiwa tertahannya radiasi matahari tersebut akan meningkatkan
temperatur suhu permukaan bumi, apabila terjadi pada waktu yang relatif lama dan
mencakup daerah luas maka terjadilah pemanasan global.

KESIMPULAN DAN SARAN


Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna antara bahan bakar minyak dengan udara bebas (oksigen) pada mesin
pembakar melalui adanya tekanan dan suhu tinggi. Kendaraan bermotor merupakan
penyumbang terbesar adanya emisi karbon monoksida di atmosfer sebesar 63.8%.
Karbon monoksida yang berlebih dan berkumpul di atmosfer bumi akan menjadi
penghalang radiasi matahari untuk memantulkan kembali sinar radiasi tersebut menuju
luar angkasa, sehingga hal ini akan menyebabkan terperangkapnya panas radiasi
matahari yang akan meningkatkan suhu bumi sehingga terjadi pemanasan global.

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

DAFTAR PUSTAKA
Damara, Diken Yus, et.al. 2017. Analisis Dampak Kualitas Udara Karbon Monoksida
(CO) di Sekitar Jl. Pemuda Akibat Kegiatan Car Free Day Menggunakan Program
Caline4 dan Surfer (Studi Kasus: Kota Semarang). Jurnal Teknik Lingkungan. Vol
(6) 1. Pp 1-14.

Ferdinan, Marsius. 2016. Analisis Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan
Dampaknya Terhadap Lingkungan Di Kota Balikpapan. Jurnal Transmisi. Vol
XII Edisi 1. Pp 15-24.

Gobel, Linda dan Rieneke. 2019. Sebaran Spasial Emisi Gas Karbon Dioksida (CO 2)
Pada Kawasan Permukiman di Kecamatan Singkil Kota Manado. Jurnal Spasial
Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol (6) 3. Pp 628-636.

Henne, S. 2007. Representativeness and climatology of Carbon Monoxide and Ozone at


the Global GAW Station Mt. Kenya in Equatorial Africa. Atmospheric Chemistry
and Physics Discussion. Switzerland. Vol (7). Pp 1769-17824.

IPCC. 2021. Summary for Policymakers on Climate Change 2021: The Physical Science
Basis. Contribution of Working Group I to the Sixth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press.

Ismiyati, Dewi Marlita dan Deslida Saidah. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTransLog). Vol (1) 3. Pp 241-248.

Jhamtani H. dan Lisa K. 2007. Ketika Selimut Bumi Makin Tebal. Lembar Informasi
No.1. http://wisnu.or.id/ (09 Desember 2021).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2013. Pedoman Teknis Penyusunan


Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Perkotaan. Jakarta.

Maharani, Jihan. 2019. Perbandingan Tingkat Pencemaran Karbon Monoksida (CO) di


Ruang Jalan Riing Road Utara Gejayan Yogyakarta Menggunakan Pemodelan
Dispersi Gauss dan Pengukuran Langsung. Universitas Islam Indonesia:
Yogyakarta. [online diakses: 09 Desember 2021].

Nevers, Noel de. 2000. Air Pollution Control Engineering Second Edition. McGraw-
Hill : Singapura.

Nurdjanah, Nunuj. 2014. Emisi CO2 Akibat Kendaraan Bermotor di Kota Denpasar.
Jurnal Transportasi Darat. Vol (16) 4. Pp 189-202.

Sejati. 2011. Global Warmiing, Food, and Water Problem, Solutions, and The Changes
of World Geopolitical Constellation. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sianturi.

Wildan, et.al. Emisi Karbon


BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 6 (2)
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)

Siswantoro, Lagiyono dan Siswiyanti. 2012. Analisa Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor 4 Tak Berbahan Bakar Campuran Premium dengan Variasi
Penambahan Zat Aditif. Engineering: Jurnal Bidang Teknik. Pp 75-84.

Tugaswati. 2008. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. [http://www.kpbb.org.]. [Diakses: 9 Desember 2021].

Winarno. 2014. Studi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermesin Bensin pada Berbagai
Merk Kendaraan dan Tahun Pembuatan. Jurnal Teknik Mesin. Pp 1-9.

Yuda, Febry Ramadhana, et.al. Pola Sebaran Gas Karbon Monoksida (CO) Polutan di
Kecamatan Bogor Tengah. Geoplanart Vol (3) 1. [Diakses: 9 Desember 2021].

Zhang, Ling. 2006. Ozone-CO Correlation Determined by the TES Satellite Instrument
in Continental Outflow Regions. Geophysical Research Letters. Amerika. Vol
(33).

Wildan, et.al. Emisi Karbon

Anda mungkin juga menyukai