Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN UTS REKAYASA BAHAN 2022/2023

Dosen: Ir. Muslinang Moestopo

Andrew Bob Bryan Karo-Karo 15021103

Nicholas Bayu Mahendra 15021118

a. 3 langkah utama:
1. Pemurnian unsur besi (Fe)
- Proses mengubah bijih besi menjadi besi.
- Dilakukan pada tungku (blast furnace)
- Bahan baku:
a. Bijih besi menjadi oksida besi
b. Batu bara menjadi coke
c. Batu kapur menjadi fluks
- Hasil pemurnian disebut pig iron (logam besi dengan kandungan C
dan sedikit Mn, Si, dan P.
- Sasaran: Logam besi dengan kandungan Carbon yang sesuai
dengan spesifikasi yang diperoleh.
- Kontrol: Pengendalian dalam penambahan unsur carbon dan
kemurnian besi.
2. Pencampuran unsur-unsur pembentuk
- Dilakukan pada tungku terbuka: open-hearth furnace
- Pig iron dimasukkan dalam tungku yang telah berisi campuran
bahan pembentuk baja (sesuai spesifikasi) yang telah meluluh.
- Hasil pencampuran disebut ingots dicetak untuk difabrikasi.
- Sasaran: Ingots (hasil pencampuran) dengan additive (bahan
tambahan) sesuai spesifikasi yang diminta.
- Kontrol: Banyak-sedikit (komposisi) additive yang ditambahkan.
3. Pembentukan produk baja konstruksi (proses fabrikasi)
- Pemilihan teknik berdasarkan: karakteristik dan sifat produk,
bentuk dan ukuran, biaya, dll.
- Teknik: forging (tekan-cetak), rolling (melewati mesin roll),
extrusion (ditekan melalui lubang cetakan), drawing (ditarik
melalui suatu penghalang).
- Sasaran: Produk baja siap pakai dengan dimensi, geometri, dan
spesifikasi sesuai yang diminta (jangan sampai sifat mekanis
berkurang).
- Kontrol: Teknik pengolahan baja disesuaikan dengan spesifikasi
yang diminta. Baja siap pakai juga perlu untuk dilakukan uji
sampel untuk memastikan spesifikasi sesuai dengan standar.
Standar penyimpanan dan distibusi sesuai dengan SOP yang
berlaku.

b. Perbedaan proses dan hasil jika dari baja bekas.


Proses pembuatan baja dari bahan baku baja bekas (scrap) tidak melalui
proses pemurnian bijih besi terlebih dahulu. Tahap pertama untuk
pembuatan profil baja siku dari bahan baku scrap adalah dengan
pembersihan baja scrap. Tahap pembersihan harus dikontrol agar logam
besi yang dihasilkan terbebas dari zat-zat lain yang dapat mengubah sifat
mekanis baja yang akan dibuat. Tahapan selanjutnya sama: pencampuran
unsur-unsur pembentuk dan pembentukan produk baja konstruksi. Hasil
dari pembuatan baja dari baja bekas sama dengan pembuatan baja dari
bijih besi dengan syarat kontrol mutu dalam setiap proses dilakukan secara
detail sesuai dengan standar yang berlaku.
c. Ya, bisa. Profil tersebut dapat digunakan untuk struktur yang didesain
dengan standar JIS. Alasan:
- Baja memiliki parameter mekanis yang dapat dikonversi sesuai
standar.
- Sebelum digunakan, baja dapat melalui proses pengujian.
Kemudian spesifikasinya dikonversi sesuai dengan standar JIS.
- Alasan tambahan, karena keterbatasan riset dan penelitian, SNI
banyak mengadopsi standar yang ada di luar negri, contohnya JIS.
Oleh karenanya, material berstandar SNI tidak akan menimbulkan
dampak signifikan jika digunakan standar JIS asalkan parameter
mekanisnya sesuai.
Bahan Resilience Toughness Kadar Karbon
Baja Mutu Rendah (B) 2 1 2
Baja Mutu Tinggi (A) 1 3 1
Aluminium (C) 3 2 3

• Resilience mengacu pada luas area grafik tegangan-regangan pada kondisi


elastisnya. Pada kasus ini baja mutu tinggi memiliki luas area yang paling
besar pada kondisi elastisnya.
• Toughness mengacu pada luas area grafik tegangan-regangan pada kondisi
plastisnya. Pada kasus ini baja mutu rendah memiliki luas area yang paling
besar pada kondisi plastisnya.
a. Proses Hidrasi adalah proses terbentuknya padatan keras yang terjadi pada semen
setelah bercampur dengan air. Proses hidrasi ini kemudian mengeluarkan panas
yang mempercepat setting time/waktu pengerasan beton.
b. Hubungan antara kehalusan semen dengan kekuatan tekan dan lama pencapaian
kekuatan tekan.

Kehalusan semen sangat memengaruhi kekuatan tekan dan lama pencapaian


kekuatan tekan beton. Material yang memiliki tingkat kehalusan yang tinggi akan
menyediakan luas permukaan total (total surface area) yang besar juga. Proses
hidrasi dimulai pada permukaan partikel semen. Oleh karena itu, tingkat
kehalusan semen yang ideal adalah halus sekali.

Berdasarkan gambar, semakin tinggi tingkat kehalusan semen, semakin cepat pula
semen memperoleh kekuatannya dan semakin tinggi pula kekuatan maksimum
yang dapat dicapai. Oleh karena itu, kenaikan tingkat kehalusan semen akan
mempercepat laju hidrasi (berkurangnya setting time) dan menambah kekuatan
beton (karena semakin banyak reaksi yang terjadi).
c. Hubungan komposisi semen dengan perkembangan panas hidrasi dan kekuatan
beton yang dihasilkan.

Tips: Identifikasi komposisi mana yang paling besar dan paling kecil pada setiap
jenis semen. Lalu hubungkan dengan sifat yang ada di grafik.
• Pada grafik sebelah kiri terlihat semen III memiliki panas hidrasi paling
tinggi, dengan kandungan C3S yang paling dominan. Oleh karena itu,
komposisi C3S pada semen memengaruhi tingginya panas hidrasi.
• Pada grafik sebelah kiri terlihat semen II memiliki panas hidrasi yang
paling rendah, dengan kandungan C2S yang paling dominan. Oleh karena
itu, komposisi C2S berpengaruh pada rendahnya panas hidrasi.
• Pada grafik sebelah kanan terlihat semen II mencapai kekuatan maksimum
yang paling tinggi namun kecepatan awal reaksi relatif cukup lambat dan
kekuatan awalnya kecil, dengan kandungan C2S dominan. Oleh karena
itu, komposisi C2S memengaruhi kekuatan akhir beton namun kecepatan
reaksi awalnya lambat dan sumbangan terhadap kekuatan awal buruk.
• Pada grafik sebelah kanan terlihat semen III memiliki kekuatan awal
tertinggi namun kekuatan akhir terkecil, dengan kandungan C3S dominan.
Oleh karena itu, komposisi C3S memengaruhi kekuatan awal beton.

d. Pengecoran pada pilar jembatan berukuran masif yang harus segera dibebani
balok dan pelat lantai di atasnya.
Karena akan segera dibebani, maka beton harus memiliki kekuatan awal yang
tinggi, namun karena ukuran pilar yang masif, panas hidrasi harus dipilih yang
tidak terlalu tinggi karena berpotensi menimbulkan retak termal dan memengaruhi
kondisi tulangan pada beton. Oleh karena itu, semen tipe I ideal untuk digunakan
pada proses konstruksi tersebut.

Yang perlu diperhatikan pada proses pengecoran beton: secara umum:


mendekatkan beton segar sedekat mungkin dengan posisi final, menghindari
segregasi, dan memadatkan secara penuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
• Dicor dengan lapisan yang seragam.
• Dilakukan vibrasi dengan lama vibrasi yang tepat (tidak terlalu lama).
Vibrasi dilakukan dengan vibrator tegak lurus permukaan beton.
• Setiap lapisan dipadatkan sebelum mengecor lapisan berikutnya.
• Benturan dengan cetakan dan tulangan dihindari. Pengecoran dilakukan
dari depan ke belakang.
• Setelah proses pengecoran, dilakukan proses curring.

a. Bentuk agregat yang pipih akan meningkatkan kekuatan beton:


Pernyataan ini tidak benar. Bentuk agregat yang pipih cenderung mengurangi
kekuatan beton karena memiliki area permukaan yang lebih rendah untuk berinteraksi
dengan semen, yang dapat mengurangi ikatan antara agregat dan matriks beton.

b. Permukaan agregat yang kasar akan mengurangi kekuatan beton:


Pernyataan ini tidak benar. Permukaan agregat yang kasar sebenarnya dapat
meningkatkan kekuatan beton karena mereka menyediakan lebih banyak area kontak
untuk adhesi antara agregat dan semen. Permukaan kasar membantu dalam
pembentukan ikatan mekanis yang lebih kuat antara agregat dan matriks beton.
c. Ukuran agregat tidak boleh terlalu kecil dan tidak boleh terlalu besar:
Pernyataan ini benar. Ukuran agregat yang tepat sangat penting dalam pembuatan
beton yang kuat. Agregat tidak boleh terlalu kecil karena dapat mengurangi kerja
beton dan meningkatkan jumlah pasta semen yang diperlukan. Di sisi lain, agregat
tidak boleh terlalu besar karena dapat mempengaruhi kerja beton dan distribusi
partikel semen.
d. Agregat tidak boleh dicuci terlalu bersih:
Pernyataan ini benar. Agregat sebaiknya tidak dicuci terlalu bersih karena itu dapat
menghilangkan lapisan tipis material halus yang melekat pada permukaan agregat.
Material halus ini dapat membantu dalam adhesi antara agregat dan semen, sehingga
mencuci terlalu bersih dapat mengurangi kinerja beton.
e. Agregat dengan modulus kehalusan yang tinggi menunjukkan agregat mengandung
lebih banyak partikel kasar:
Pernyataan ini benar. Modulus kehalusan merupakan jumlah kumulatif yang tertahan
pada saringan kemudian dibagi 100. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi modulus kehalusan, maka agregat memiliki
jumlah partikel kasar yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai