Anda di halaman 1dari 14

MODUL TUTORIAL 1

MATERI BAJA

SI-2101 REKAYASA BAHAN

SEMESTER 1 TAHUN 2023/2024

Disusun oleh:

Andrew Bob Bryan Karo-Karo 15021103

Nicholas Bayu Mahendra 15021118

Dosen:

Ir. R. Muslinang Moestopo, M.S.EM, Ph.D.


MODUL TUTORIAL 1 REKAYASA BAHAN

1. Pengertian dan Bahan Pembentuk

• Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya.
• Penggunaan baja:

Baja Struktural
Tulangan Beton Perletakan Infrastruktur
(Baja Profil)
• Keuntungan:
a. Waktu pengerjaan relatif singkat (tidak memerlukan set-up time)
b. Mudah dibentuk menjadi produk dengan berbagai sifat dan karakteristik
mekanik dan fisik
c. Proses produksi relatif lebih murah
d. Rasio kekuatan terhadap berat tinggi (struktur ringan)
e. Jumlah cadangan besi banyak
f. Kuat terhadap tarik
• Kekurangan
a. Tidak tahan korosi
b. Tidak tahan api dan panas
c. Berisiko mengalami keruntuhan getas
d. Rentan terhadap tekuk (kelangsingan elemen harus diperhatikan)
e. Proses fabrikasi dan instalasi memerlukan akurasi tinggi
• Baja merupakan bahan Ferrous Alloys, yaitu campuran logam dengan besi
(Fe) sebagai unsur utama. Besi murni rentan terhadap deformasi, sehingga
diperlukan bahan tambahan (additive) untuk mendapatkan campuran yang
memiliki nilai manfaat tinggi.
• Additive baja: Karbon, mangan, aluminium, krom, colombium, tembaga,
phosporus, sulfur, tembaga, nikel, silikon.
Note:
1. Karbon merupakan additive terpenting dalam baja yang menentukan
kualitas baja.
2. Mangan additive terpenting setelah karbon.
3. Phosporus dan Sulfur dibatasi karena mengurangi daktilitas baja.
4. Chromium meningkatkan ketahanan terhadap korosi dan abrasi.
• Ketentuan jumlah additive dalam baja ditentukan dalam standar. Contoh untuk
baja ASTM A36 (Kekuatan leleh min. 36k psi), komposisi 𝐶 ≤ 0.25, 𝑆𝑖 ≤
0.40, 𝑀𝑛 ≤ 0.80 − 1.20, 𝑃 ≤ 0.04, 𝑆 ≤ 0.05.

• Baja Karbon (Carbon Steel):


Penambahan additive karbon (~0.9%) akan membawa perubahan sifat pada
baja.
Meningkatkan: Mengurangi:
1. Kekuatan 1. Daktilitas
2. Kekerasan 2. Toughness
3. Ketahanan terhadap abrasi 3. Daya impak
4. Modulus elastisitas 4. Machinability
Berdasarkan jumlah kandungan karbon dalam baja, baja karbon dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Low Carbon Steel (<0.25% berat C)
- Medium Carbon Steel (0.25%-0.60% berat C)
- High Carbon Steel (0.60%-1.40% berat C)
- High Alloy (Jumlah additive tinggi)

2. Proses Pembuatan

• 3 langkah utama:
1. Pemurnian unsur besi (Fe)
- Proses mengubah bijih besi menjadi besi.
- Dilakukan pada tungku (blast furnace)
- Bahan baku:
a. Bijih besi menjadi oksida besi
b. Batu bara menjadi coke
c. Batu kapur menjadi fluks
- Hasil pemurnian disebut pig iron (logam besi dengan kandungan C
dan sedikit Mn, Si, dan P.
Note: Untuk baja yang dibuat dari bahan baku bekas (scrap),
proses nomor 1 diganti dengan pembersihan bahan baku.
2. Pencampuran unsur-unsur pembentuk
- Dilakukan pada tungku terbuka: open-hearth furnace
- Pig iron dimasukkan dalam tungku yang telah berisi campuran
bahan pembentuk baja (sesuai spesifikasi) yang telah meluluh.
- Hasil pencampuran disebut ingots dicetak untuk difabrikasi.
3. Pembentukan produk baja konstruksi (proses fabrikasi)
- Pemilihan teknik berdasarkan: karakteristik dan sifat produk,
bentuk dan ukuran, biaya, dll.
- Teknik: Forming (pemberian gaya), Casting (cetak).
3. Perilaku Mekanisme Baja

a. Hubungan Tegangan Regangan


Menunjukkan perilaku bahan yang berhubungan dengan kekuatan dan
deformasi. Coba lihat rumus tegangan dan regangan dibawah ini.
• Stress (Tegangan)
𝑃
𝜎=
𝐴

• Strain (Regangan)

∆𝐿
𝜀=
𝐿

Tahap awal pembebanan, tegangan dan regangan meningkat secara


proposional (linier) dinyatakan dengan Hukum Hooke: 𝝈 = E 𝜺 , hingga
tegangan mencapai batas proporsional, dimana E adalah Modulus Elastisitas
(Elastic Modulus). Peningkatan pembebanan menyebabkan tegangan meningkat
hingga mencapai batas elastik. Sebelum melewati batas ini, maka bila
pembebanan dihilangkan (unloading) dan tegangan kembali ke nol, regangan
juga akan kembali ke nol. Coba lihat gambar di bawah ini.

𝜎
𝐸=
𝜀

Apabila tegangan meningkat melewati batas elastik, maka deformasi yang terjadi
akan bersifat permanen. Pada kondisi ini peningkatan tegangan yang kecil akan
menyebabkan regangan yang besar. Pada batas elastik ini tegangan mencapai
tegangan leleh bahan (yield stress). Pada taraf pembebanan lanjut, tegangan
akan meningkat kembali dan mencapai harga tertinggi yang disebut kuat tarik
bahan (tensile stress). Peningkatan tegangan ini diebut dengan strain hardening.

Strain hardening merupakan perilaku peningkatan tegangan yang terjadi


setelah bahan leleh dan mengalami regangan plastik beberapa saat, dan
kemudian mengalami peningkatan tahanan (pengerasan) seiring dengan terjadinya
kenaikan tegangan pada bahan.

Setelah mencapai kekuatan tariknya, bahan akan mengalami deformasi tanpa


mengalami peningkatan tegangan, bahkan tegangan cenderung menurun hingga
mencapai keruntuhan. Tegangan yang terjadi disebut tegangan runtuh.

Karena menentukan titik leleh pada kurva hasil uji tarik tidak mudah, maka secara
umum, tegangan leleh baja , fy didefinisikan sebagai tegangan yang terjadi pada
saat “off-set” regangan plastik mencapai 0.2% atau 0.002.
Poisson ratio (μ), menunjukkan rasio (harga mutlak) antara regangan arah
transversal dan regangan arah longitudinal akibat pembebanan aksial.

Pada saat tegangan mencapai maksimum (𝜎𝑢 ), luas penampang telah berkurang
dari luas penampang elastik. Perilaku ini dikenal sebagai ‘necking’.
b. Daktilitas (Ductility) & Kegetasan (Brittelenes)
Material yang mengalami deformasi yang sangat kecil atau bahkan
tidak mengalami deformasi plastis sama sekali, disebut sebagai
material rapuh (brittle). Sebaliknya material yang mengalami deformasi elastis
sangat besar disebut material yang ulet (ductile). Keuletan merupakan sifat
material yang penting, karena menunjukan seberapa besar sebuah struktur dapat
mengalami deformasi sebelum putus dan menunjukan seberapa besar derajat
deformasi dapat diberikan pada sebuah material selama proses fabrikasi.

𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘
𝐷𝑎𝑘𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒ℎ
𝜀𝑢
𝐷𝑎𝑘𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝜀𝑦

Baja mutu tinggi umumnya lebih getas daripada baja mutu rendah, terkait
jumlah kandungan C (karbon).
c. Resilience & Tensile Toughness
Bahan baja memiliki kapasitas energi yang dinyatakan dalam parameter
Resilience (untuk kondisi elastik) dan parameter Tensile Toughness (untuk
kondisi plastis), yang dinyatakan dalam luasan arsir pada kurva tegangan-
regangan.

d. Kelelahan (Fatique)
Pembebanan yang berulang pada bahan, terutama pembebanan tarik,
dapat menyebabkan kegagalan walaupun tegangan yang bekerja akibat
pembebanan belum mencapai tegangan leleh. Penurunan ‘kekuatan’ bahan ini
terjadi setelah bahan mengalami jumlah pembebanan ulang yang tinggi
e. Kekuatan Impak
Kekuatan impak suatu bahan menyatakan ketahanan bahan terhadap
terjadinya fraktur yang tiba-tiba akibat terdapatnya ‘cacat’ (retak kecil) atau
konsentrasi tegangan. Ketahan bahan ini dinyatakan dengan kemampuannya
menyerap energi impak.
f. Kekerasan
Kekerasan menyatakan ketahanan bahan terhadap indentasi. Indentasi adalah
penurunan yang terjadi akibat deformasi plastis pada bahan setelah sebuah
gaya dikerjakan kepada bahan melalui benda (intender) yang sangat keras.

4. Standardisasi Bahan dan Pengujian Baja

• Spesifikasi yang distandarkan meliputi:


- Komposisi unsur-unsur kimia dalam campuran baja
- Sufat mekanis bahan baja
- Jenis dan metoda pengujian parameter mekanis
- Cara pembuatan dan ukuran benda uji
• Standar yang umumnya digunakan, yaitu:
- ASTM (American Standard Testing dan Materials)
- JIS (Japan Industries Standard)
- SNI (Standar Nasional Indonesia)

• Spesifikasi Baja Tulangan


Notes: BJTP (Baja Tulangan Polos), BJTS (Baja Tulangan Sirip/Ulir), BJTD (Baja Tulangan
Deform). Angka yang mengikuti setelahnya merupakan kekuatan lelehnya (N/mm^2)

CONTOH SOAL UTS


1. [ Soal UTS 2019 ] Profil baja I akan dibuat di sebuah pabrik baja berdasarkan
spesifikasi bahan SNI tertentu.
a. Jelaskan secara lengkap dan singkat, proses pembuatan profil baja tersebut mulai
dari bahan bijih besi hingga siap digunakan dalam proyek konstruksi!
b. Hal-hal apa saja yang dilakukan dalam proses tersebut untuk memastikan bahwa
produk profil baja memenuhi spesifikasi SNI (kandungan kiwiawi dan
geometri/ukuran yang ditentukan)?
c. Apakah produk profil baja tersebut dapat digunakan untuk desain struktur baja
yang disyaratkan menggunakan bahan baja dengan standar ASTM? Jelaskan!

2. [ Soal UTS 2019 ] Tarik dilakukan terhadap tiga benda uji berupa baja mutu rendah,
baja mutu tinggi, dan aluminium.
a. Gambarkan secara skematis dalam sebuah gambar, hasil uji tarik ketiga benda uji
dalam bentuk kurva tegangan regangan.
b. Pada tiap kurva, tunjukkan nilai parameter mekanis.
1. Modulus Elastisitas
2. Tegangan leleh
3. Tegangan tarik
4. Regangan tarik
5. Daktilitas
c. Bandingkan energi impak dan kadar Karbon dari ketiga benda uji.
TUGAS 1
1. Disediakan data tentang hubungan tegangan-regangan dari 3 buah bahan berikut:
- Bahan A: Baja Karbon Rendah
- Bahan B: Baja Karbon Tinggi
- Bahan C: Aluminium
Dengan menggunakan informasi dari data ketiga bahan tersebut, tentukan sifat
mekanis berikut untuk masing-masing bahan:
a. Modulus Elastisitas
b. Tegangan Leleh
c. Tegangan Tarik
d. Regangan Maksimum / Tarik
e. Daktilitas
f. Resilience
g. Toughness

2. Diketahui diagram tegangan-regangan suatu bahan sebagai berikut:

a. Tentukan modulus elastisitas bahan tersebut dan bandingkan hasilnya dengan hasil
modulus elastisitas pada ketiga bahan di soal nomor 1. Analisislah hasil yang
didapat dan tentukanlah kemungkinan jenis bahan tersebut.
b. Jika diberikan tegangan sebesar 300 MPa, tentukan pertambahan panjang yang
terjadi pada bahan tersebut.
c. Jika bahan tersebut digunakan sebagai bahan struktural bangunan di daerah rawan
gempa, apakah bahan tersebut sudah sesuai? Karakteristik apakah yang harus
disesuaikan? Berikan alasan Anda dan hubungkan jawaban Anda dengan sifat
mekanis bahan.
3. Berikan komentar singkat terkait hal-hal yang telah Anda dapatkan dari jawaban
nomor 1 dan 2!

Anda mungkin juga menyukai