Laporan PKP Fix
Laporan PKP Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran aktif adalah kegiatan belajar yang melibatkan peserta didik
dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil riset National Training
Laboratories di Bethel, Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok
pembelajaran berbasis guru (teacher-centered learning) mulai dari ceramah, tugas
membaca, presentasi guru dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh guru,
siswa hanya dapat mengingat materi maksimal 30% (Djamaluddin,A & Wardana,
2019).iMenurut Fakhrurrazi, (2018) Hakikat pembelajaran yang efektif adalah
proses belajar mengajar yang tidak hanya menitikberatkan pada hasil yang dicapai
oleh siswa, tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang efektif dapat
memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan, peluang dan kualitas yang baik,
serta dapat memberikan perubahan perilaku dan menerapkannya dalam hidup
mereka.
Adapun menurut Yusuf, Bistari Basuni, (2018) Pembelajaran akan berjalan
efektif jika pengalaman, bahan-bahan, dan hasil-hasil yang diharakan sesuai
dengan tingkat kematangan peseta didik serta latar belakang mereka. Proses
belajar akan berjalan baik jika peserta didik bisa melihat hasil yang positif untuk
dirinya dan memperoleh kemajuan-kemajuan jika ia menguasai dan
menyelesaikan proses belajarnya.
Dalam kondisi ideal, setelah pembelajaran dilakukan maka diharapkan salah
satu aspek terjadi perubahan pada peserta didik. Namun kenyataan yang terjadi
bahwa tidak sedikit dari pelaksanaan pembelajaran lebih banyak peserta didik
yang tak terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini menggambarkan
bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Namun demikian, dari hasil
pengamatan peneliti, hasil belajar siswa ditingkat Sekolah Dasar (SD) masih
sangat memprihatinkan khususnya mata pelajaran IPA. Berdasarkan pengalaman
mengajar saat ini banyak siswa yang mengeluh dalam upaya menerima mata
pelajaran IPA. Mereka merasa sangat kurang berkenan, bosan, dan kurang puas.
1 1
Hal tersebut diperberat dengan kualitas tenaga pendidik dan fasilitas pratikum
yang kurang memadai.
Dalam hubungannya dengan pembahasan di atas, dalam pembelajaran
diperlukan kesesuaian antara pengalaman guru dengan siswa. Kebermaknaan
pembelajaran IPA sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan nyata, karena siswa
SD belum dapat menghubungkan alasan yang bersifat hipotesis. Pengetahuan
tumbuh kembang melalui pengalaman dan pemahaman akan berkembang semakin
dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Dalam
hubungannya dengan uraian di atas, pembelajaran IPA pada umumnya masih
dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan yang terkesan kaku
sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
benda-benda konkrit. Selama ini, siswa kurang diberi kesempatan untuk
melakukan observasi, penyelidikan, memahami sendiri, dan melakukan
eksperimen terhadap konsep-konsep sains melalui pengalaman nyata.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat di SDN 1 Serigeni , khususnya
kelas IV terdapat permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu rendahnya nilai
ulangan harian, pernyataan tersebut didasarkan pula pada hasil nilai ulangan
harian siswa pada mata pelajaran IPA yang cukup rendah dan daya serap siswa
secara klasikal masih dibawah standar minimum yaitu 70%. Permasalahan
tersebut merupakan indikator bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan guru
kurang berhasil, sehingga untuk mengetahui penyebab-penyebab
ketidakberhasilan tersebut perlu diadakan penelitian tindakan kelas, agar dapat
dibuat rencana perbaikan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara optimal. Untuk mengidentifikasi masalah, peneliti
mengadakan observasi awal dan meminta bantuan teman sejawat untuk
menemukan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil
diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa masalah yang terjadi dalam
proses belajar mengajar, yaitu:
1. Kemampuan murid dalam memahami materi kurang.
2. Nilai prestasi belajar IPA masih rendah.
3. Murid cenderung pasif dan ngomong sendiri.
2
Pada tahap berikutnya peneliti melaksanakan observasi langsung secara lebih
mendalam terhadap proses belajar mengajar di kelas dibantu teman sejawat.
Setelah diadakan observasi dan diskusi dengan teman sejawat ternyata yang
menjadi penyebab anak tidak memahami materi tentang struktur daun adalah:
1. Guru menggunakan metode mengajar dan media tidak bervariasi.
2. Guru harus menggunakan metode, media atau alat peraga yang tepat.
3. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Metode Demonstrasi dan Media Nyata Dalam Pembelajaran IPA Materi Struktur
Daun Di Kelas IV SDN 1 SERIGENI”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
masalah dalam penelitian ini dirumuskan: “Apakah penggunaan metode
demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN 1 Serigeni pada pelajaran IPA materi tentang struktur daun?”
3
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pandangan baru bagi guru
sebagai pelaku pendidikan di sekolah yang bersangkutan, mengenai penerapan
metode dan strategi pembelajaran di kelas. Sehingga guru lebih percaya diri dalam
melakukan analisis kinerjanya dalam kelas dan mampu mengembangkan metode
lain untuk mengatasi permasalah yang ada dikelasnya baik mata pelajaran IPA
atau mata pelajaran yang lain.
3. Bagi Siswa
Perbaikan ini diharapkan berguna bagi siswa dan dapat memberikan suatu
motivasi bagi siswa, sehingga aktifitas siswa dalam setiap proses pembelajaran
pada peningkatan hasil belajar dapat memenuhi tercapainya ketuntasan belajar
yang diharapkan. Dengan penggunaan metode demonstrasi dapat memberikan
suasana belajar yang baru yang lebih menarik dan lebih aktif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar dan suatu perubahan yang relative permanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Hal senada
diungkapkan pula oleh (Djamaluddin, Ahdar, 2019) berpendapat bahwa arti
belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan
pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai
kemampuan lainnya. Dengan demikian, belajar merupkan perubahan perilaku
individu atau seseorang yang disebabkan oleh latihan yang berkesinambungan.
Berdasarkan kutipan di atas, pengertian belajar adalah adanya suatu
perubahan dalam diri individu atau seseorang baik berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan serta nilai yang diperoleh melalui interaksi, pengalaman dan latihan
secara kontinu dan terus menerus dengan lingkungan sekitar menuju kearah yang
lebih baik. Pengertian belajar lebih mengarah kepada hasil.
Adapun Menurut Siti Ma’rifah Setiawati, (2018) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru kesluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Dalam proses belajar mengajar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa dan penting diketahui oleh guru, agar dapat merencanakan kegiatan
belajar mengajar secara tepat. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan
tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
fungsional, positif dan disadari. Menurut Kosilah & Septian (2020), hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang
berhubungan dengan pengetahuan dan pengembangan intelektual dan
keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan
perubahan sikap, minat dan nilai-nilai. Ranah psikomotor mencakup perubahan
5 5
perilaku yang menunjukkan siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif
fisik tertentu.
Menurut Sobon Kosmas (2018) dimaksud dengan “hasil belajar adalah
suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang
dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.” Secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan
pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu.
Dari beberapa konsep tersebutkan dapat ditegaskan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
dengan kata lain hasil belajar adalah sebuah parameter tingkat keberhasilan proses
belajar yang ditunjukkan oleh besaran angka yang didapatkan dalam kegiatan
ujian, dan juga perubahan tingkah laku yang terjadi dari seorang siswa. Adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dilihat dari
faktor internal dan dari faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada di luar individu.
2. Ciri-Ciri Belajar
Menurut Menurut Siti Ma’rifah Setiawati, (2018) ciri-ciri belajar yaitu:
1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan
fisik/kedewasaan,tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
6
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Hudaya Adeng & Putri Lestari, (2018), mengatakan bahwa tingkat
keberhasilan atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu, sebagai berikut :
1) Faktor-faktor stimulus belajar yaitu segala hal diluar individu itu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup
material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima
dipelajari oleh siswa.
2) Faktor-faktor metode belajar yaitu penerapan metode yang tepat terhadap
kebutuhan belajar siswa akan mempengaruhi keberhasilan pada prestasi
peserta didik.
3) Faktor-faktor individu yaitu keinginan oleh pribadi peserta didik dalam
belajar agar mendapatkan nilai yang bagus.
4) Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti,
seberapa jauh kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut
terhadap hasil belajar siswa. Adanya pengaruh dalam diri siswa, merupakan
hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan
adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha
mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu metode pembelajaran dalam proses
pengajaran. Melalui demonstrasi, guru menyajikan materi kepada siswa tentang
fakta, peristiwa, dan konsep intelektual. Secara leksikal kata “demonstrasi” berarti
demonstrasi yang ditunjukkan dengan cara melakukan suatu cara tertentu untuk
mencapai sesuatu, kemudian kata “demonstrasi” berarti mengadakan demonstrasi.
Sedangkan kata “metode” mengandung makna pendekatan yang sistematis dan
dipikirkan dengan matang untuk mencapai tujuan. Demonstrasi merupakan
metode yang sangat efektif karena membantu siswa menemukan jawaban dengan
7
usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar (Fartati: 115). Materi dan
skenario yang digunakan dalam metode demonstrasi tunduk pada objek yang
sebenarnya.
Menurut Widianingsih Cawi (2020), mengemukakan bahwa definisi metode
demonstrasi adalah cara penyajian peljaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenernya maupun dalam bentuk
tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain ahli dalam topik
bahasan yang harus di demonstrasikan.
Sedangkan menurut Halimah Husain & Wardana (2021) metode demonstrasi
adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan memperlihatkan
kepada siswa suatu proses, situasi atau objek tertentu (baik nyata maupun yang
ditiru). Sebagai cara penyajian tidak terlepas dari penjelasan lisan guru.
Demonstrasi dapat menyajikan pembelajaran yang lebih spesifik, meskipun siswa
hanya memperhatikan selama demonstrasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi merupakan cara atau metode yang digunakan untuk
mempertunjukkan atau memperagakan materi pelajaran. Dengan
mempertunjukkan benda atau peristiwa yang sudah dipelajari, maka materi
pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan kata lain, metode
demonstrasi bertujuan untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak.
Artinya, metode demonstrasi merupakan yang lebih afektif dalam membantu
siswa untuk mencari jawaban/solusi dengan usaha sendiri berasarkan fakta atau
data yang benar.
8
b. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap
penting oleh pengajar sehingga peserta didik dapat menangkap hal-hal yang
penting.
c. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya
mendengarkan akan tetapi melihat peristiwa yang terjadi secara langsung.
d. Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
e. Bila peserta didik turut aktif melakukan demonstrasi, maka peserta didik
akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan
dan keterampilan.
Terdapat beberapa kelebihan metode demonstrasi dalam penggunaannya
dalam pembelajaran meliputi: 1) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik
berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati; 2) Perhatian anak didik akan
lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih
terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain; 3) Dapat
merangsang murid untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar; 4) Dapat
menambah pengalaman anak didik; 5) Bisa membantu murid ingat lebih lama
tentang materi yang disampaikan; 6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena
pengajaran lebih jelas dan kongkrit serta 7) Dapat menjawab semua masalah yang
timbul dalam pikiran tiap manusia (Fince,dkk:4).
Terdapat beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain tidak semua
peseta didik dapat ikut aktif. Mungkin hanya sebagian kecil peserta didik saja
yang dapat mencobanya, bila waktu yang tersedia terbatas, sehingga demonstrasi
itu dilakukan dengan tergesa-gesa. Begitu juga bila alat yang digunakan di tempat
yang kurang terlihat oleh seluruh peserta didik, atau alatnya terlalu. Adapun
beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah: 1) Memerlukan
waktu yang cukup lama; 2) Apabila terjadi kekurangan media, metode
demonstrasi menjadi kurang efisien; 3) Memerlukan biaya yang cukup mahal,
terutama untuk membeli bahan-bahannya; 4) Memerlukan tenaga yang tidak
sedikit serta, 5) Apabila murid tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif (Fince,dkk:4).
9
Dapat dilihat dari poin-poin di atas bahwa kelebihan metode demonstrasi
adalah dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, siswa dapat fokus
pada topik yang akan didemonstrasikan, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
siswa dapat belajar secara aktif dan kreatif, dan siswa dapat memperoleh
pengalaman yang membentuk daya ingat yang kuat. Siswa terhindar dari
kesalahan saat menarik kesimpulan. Siswa dapat bertanya langsung kepada guru,
kesalahan hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung mendapatkan
contoh konkrit. Siswa dapat membandingkan benda dengan benda nyata.
Sedangkan dari beberapa pendapat di atas mengenai kelemahan metode
demonstrasi penulis dapat menyimpulkan bahwa metode demonstrasi memerlukan
persiapan yang lebih matang, sebab, tanpa persiapan yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan
sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang
banyak. Selain itu juga kelemahan metode demonstrasi bisa dianggap metode
yang kurang wajar apabila alat peraga yang digunakan kurang lengkap atau
pemaparan yang kurang jelas, metode pembelajaran demonstrasi tidak akan
efektif jika waktu yang digunakan kurang memungkinkan bagi siswa untuk
mempraktekan materi pada pembelajaran IPA.
C. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan pembelajaran di
sekolah. Mata pelajaran IPA membekali siswa dengan pengetahuan, gagasan dan
konsep tentang lingkungan alam yang diperoleh dari pengalaman melalui berbagai
proses ilmiah yang meliputi penyelidikan, persiapan dan konsepsi (Samatowa,
Usman, 2016). Oleh karena itu, kegiatan ilmiah yang berwawasan dapat menjadi
sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia,
khususnya dalam hal peningkatan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir
seorang siswa akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Pendidikan IPA juga dapat membantu seseorang mengembangkan
pemahaman dan kebiasaan berpikir, serta memungkinkan siswa untuk menguasai
banyak kecakapan hidup. Keterampilan yang dimaksud adalah observasi, prediksi
10
dan sikap ilmiah. Sains memiliki sejarah panjang dalam menciptakan ilmu baru
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan manusia secara besar-besaran,
termasuk mendorong perkembangan teknologi (Yuniati, 2018).
Menurut Kleruk, (2021) mengemukakan bahwa pembelajaran saintifik
menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan,
memungkinkan siswa memahami lingkungan alam melalui proses “menemukan”
dan “melakukan”, sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam. memahami. Hakikat pembelajaran IPA bukan sekedar
penguasaan kumpulan pengetahuan yang hanya sekedar menghafalkan konsep-
konsep, tetapi usaha siswa untuk menemukan konsep-konsep sehingga guru tidak
hanya menyampaikan informasi tetapi juga mengajak siswa untuk berpartisipasi
langsung dalam pembelajaran.
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari materi
yang disajikan di sekolah dasar. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep ataupun prisip-prinsip saja, tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung dan pemahaman untuk kompetensi peserta didik agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Adapun tujuan utama pembelajaran IPA
diharapkan agar peserta didik mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
lingkungan hidup dan alam sekitar peserta didik, serta memiliki rasa ingin tahu,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
Sulthon (2016) mengemukakan hakikat IPA sebagai berikut:
IPA pada hakekatnya merupakan ilmu yang memiliki karakteristik khusus
yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual baik kenyataan/kejadian
berdasarkan percobaan (induksi), dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduksi). IPA sebagai proses kerja ilmiah dan produk ilmiah mengandung
pengetahuan yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan meta kognitif.
11
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka yang dimaksud hakikat
IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk:
berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan metode
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari Sulthon, (2016).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA dipandang
sebagai dimensi, proses, produk, dan sikap ilmiah karena dimensi tersebut secara
sistematis saling berkaitan. Berawal dari sikap keingintahuan peserta didik tentang
seluruh fenomena alam dan masalahnya yang kemudian memotivasi peserta didik
untuk melakukan pengamatan empiris sebagai wujud pemberian pengalaman yang
secara langsung dialami sendiri oleh peserta didik, melalui proses ilmiah di
antaranya: hipotesis, eksperimen, evaluasi dan kesimpulan. Ternyata sikap dan
proses ini sebagai upaya mengembangkan keterampilan proses peserta didik.
Produknya adalah berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap menjadi dasar
dalam proses pembelajaran IPA di SD.
12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
13 13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain prosedur perbaikan pembelajaran adalah menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
1. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Kunci
utama dalam PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-
ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan ini
dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki
tersebut, dalam hal ini para guru (Wardani, IG.A.AK (2021). Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan
penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan
hasil pembelajaran.
Adapun menurut Kahfi Riana (2017), penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan dalam pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakantindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan
tindakan tersebut. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa penelitian
tindakan kelas dilakukan sebagai upaya perbaikan praktek pendidikan di dalam
kelas yang didasari oleh hasil refleksi terhadap pembelajaran.
14
oleh peneliti adalah membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi dan menggunakan media nyata.
Kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun langkah – langkah pembelajaran yang akan dilakukan
c. Menyampaikan materi dengan menggunakan metode dan media
d. Membuat soal soal test, sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh siswa
memahami materi yang diberikan oleh guru.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran Pra Siklus dilaksanakan tanggal 11 Mei 2023, Siklus I
dilaksanakan tanggal 15 Mei 2023, dan Siklus II dilaksanakan tanggal 22 Mei
2023 pada materi struktur daun. Tujuan pembelajaran ini adalah agar siswa dapat
memahami dan mengenal bagian struktur daun dan jenisnya. Pembelajaran
dilaksanakan dalam waktu 2x30 menit.
c. Pengamatan
Hasil perbaikan pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi
dan alat evaluasi yang telah dibuat. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan dan
hasil perbaikan pembelajaran ini tersaji pada lampiran.
d. Refleksi
Refleksi adalah merenungkan kembali apa yang telah peneliti lakukan selama
proses perbaikan. Hasil refleksi pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1) Pada awal kegiatan di kelas minat siswa masih terlihat kurang, hal ini
disebabkan proses belajar mengajar menggunakan medi alangsung siswa
asyik memainkannya.
2) Siswa masih belum menguasai sepenuhnya konsep pembelajaran.
3) Guru kurang dalam pengelolaan kelas.
Berdasarkan kegiatan pada siklus 1, maka pada siklus 2 kegiatan belajar
mengajar tampak labih baik dari pada siklus 1. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
munculnya keaktifan siswa, keantusiasan siswa dan keseriusan siswa dalam
mendemonstrasikan jenis-jenis daun yang diamati. Dengan demikian metode
15
demonstrasi dan penggunaan media nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran IPA.
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Gambar 3.1
Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)
16
Pada penelitian yang dilakukan menggunakan metode pre-experimental
design. (Sugiyono, 2019), mengatakan bahwa Pre-experimental design adalah
metode pengambilan data yang meliputi hanya satu kelompok atau kelas yang
diberikan pra yang pada penelitian ini diisebut dengan penelitian prasiklus dan
pasca uji yang disebut dengan Siklus I dan Siklus II.
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (angka-angka sebagai ukuran
prestasi), dan data kualitatif (angka sebagai perbandingan). Analisis data
dilakukan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan
perbaikan pembelajaran.
b. Nilai rata-rata =
c. Ketuntasan klasikal
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan menjadi 3 tahapan yaitu kegiatan Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan ringkasan materi. Pada tahap ini pembelajaran
menggunakan metode ceramah dan menggunakan media gambar. Kegiatannya
adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyusun langkah – langkah pembelajaran yang akan dilakukan
3) Menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan media
gambar bagian tumbuhan
4) Membua tsoal soal test, sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh
siswa memahami materi yang diberikan oleh guru.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran Pra Siklus dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2023 dengan
materi Bagian Struktur Daun. Tujuan pembelajaran ini ialah agar siswa dapat
memahami dan mengenal bagian struktur daun dan jenisnya. Pembelajaran
dilaksanakan dalam waktu 2x30 menit. Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan
pada pra siklus yaitu: 1). Kegiatan apersepsi, 2) Kegiatan inti guru menjelaskan
materi mengenai struktur dan jenis daun pada tumbuhan, guru melakukan sesi
tanya jawab dengan siswaa, guru memberikan beberapa soal kepada siswa untuk
dikerjakan dan siswa mengumpulkan tugasnya untuk dinilai oleh guru, guru
mengapresiasi dan mengkonfirmasi jawaban siswa, 3) Kegiatan Penutup, guru dan
siswa bersama-sama meyimpulkan pembelajaran, salam dan do’a penutup di
pimpin oleh salah satu siswa.
18
18
Data yang diperoleh setelah proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.1
dibawah ini.
Tabel 4.1
Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pra Siklus
19
ketuntasan belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 adalah 47% lebih
kecil dari ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70%.
c. Pengamatan
Hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan alat
evaluasi yang telah dibuat. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil
perbaikan pembelajaran ini tersaji pada lampiran.
c. Refleksi
Pada tahap ini guru melakukan kegiatan refleksi, kegiatan pembelajaran yang
diberikan kepada siswa baik dari kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan yang
sudah dirumuskan, hambatan yang ditemui selama proses pembelajaran, serta
kemajuan yang telah dicapai oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut di
atas peneliti melanjutkan kegiatan penelitiannya ketahapan berikutnya yaitu
melaksanakan kegiatan Siklus I untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
2. Siklus 1
a. Perencanaan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan ringkasan materi. Pada tahap ini pembelajaran
menggunakan metode ceramah dan menggunakan media gambar. Kegiatannya
adalah sebagai berikut:
1) Melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah ada pada
siswa dengan pengetahuan yang akan diperoleh siswa pada pembelajaran.
2) Memberikan motivasi kepada siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Menjelaskan materi dengan menggunakan media gambar dan melakukan tanya
jawab mengenai materi pelajaran.
4) Guru dan siswa melakukan sesi tanya jawab
5) Melakukan persiapan tes terakhir.
b. Pelaksanaan
Tahap kegiatan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan
pada hari senin, tanggal 15 Mei 2023 di kelas IV SD Negeri 1 Serigeni Kecamatan
Kayuagung, dengan jumlah siswa 23 orang. Dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I, peneliti bertindak sebagai guru dengan diamati oleh Ibu
20
Komariah, S.Pd. selaku teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat sebelumnya. Tes evaluasi diberikan pada akhir proses pembelajaran, tes ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa terhadap
materi yang telah dipaparkan. Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan pada siklus
I yaitu:
Pendahuluan
1) Kelas dimulai dengan salam, dilanjutkan membaca doa, menanyakan kabar dan
mengecek kehadiran siswa.
2) Mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan
diharapkan dikaitkan dengan pengalaman peserta didik.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Siswa mengamati media gambar yamg sudah disiapkan oleh guru tentang
struktur dan jenis-jenis daun pada tumbuhan.
2) Guru memberikan penjelasan tentang struktur dan jenis-jenis daun pada
tumbuhan.
3) Guru melakukan sesi tanya jawab dengan siswa.
4) Guru menjawab dan menjelasakan pertanyaan siswa, dan sebaliknya guru
memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memastikan bahwa siswa telah
memahami materi tersebut.
5) Guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi gambar yang sudah disiapkan
oleh guru.
6) Siswa bekerja mengamati media gambar dan dibimbing oleh guru.
7) Guru bersama siswa membahas hasil dan mengambil kesimpulan.
Kegiatan Penutup
1) Siswa mengerjakan tes evaluai secara indvidu.
2) Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa.
21
Data yang diperoleh setelah proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.2
Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Siklus I
Hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa masih belum mampu
memahami konsep IPA berjumlah 8 siswa, hal ini menunjukkan adanya
peningkatan. Sebelum diadakan perbaikan siswa yang memperoleh nilai di atas 70
hanya 47%, setelah diadakan perbaikan pertama meningkat menjadi 65%.
22
c. Pengamatan
Hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan
alat evaluasi yang telah dibuat (terlampir). Hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan dan hasil perbaikan pembelajaran ini tersaji pada lampiran.
b. Refleksi
Setelah pelaksanaan pembelajaran pada Siklus 1 belum menunjukkan hasil
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil analisis pada refleksi
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada
siklus 2.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Setelah melakukan refleksi dan analisis pada kegiatan pembelajaran siklus I,
maka kegiatan perencanaan pada siklus II dilakukan dengan membuat RPP
perbaikan Siklus II. Pada pembelajaran siklus II media pembelajaran yang
digunakan adalah media konkret (nyata) berupa bagian daun dengan
menggunakan metode demonstrasi. Tujuan perbaikan pembeljaran siklus II
berfokus pada:
a. Mengelola waktu secara efisien
b. Meggunakan media konkret (nyata) berupa bagian daun untuk kegiatan
pembelajaran
c. Mengkondisikan siswa agar fokus pada materi yang diajarkan
d. Memancing keterlibatan siswa untuk melakukan kegiatan tanya jawab.
b. Pelaksanaan
Tahap kegiatan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan
pada hari senin, tanggal 22 Mei 2023 di kelas IV SD Negeri 1 Serigeni Kecamatan
Kayuagung, dengan jumlah 23 siswa. Tindakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II ini hampir sama dengan tindakan pada siklus I, hanya saja pada
pelaksanaanya menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan media
konkret berupa bagian daun. Tes evaluasi diberikan pada akhir proses
pembelajaran, tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
keberhasilan siswa terhadap materi yang telah dipaparkan. Langkah-langkah
23
kegiatan pelaksanaan pada siklus II yaitu:
Pendahuluan
1) Kelas dimulai dengan salam, dilanjutkan membaca doa, menanyakan kabar
dan mengecek kehadiran siswa.
2) Mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan
diharapkan dikaitkan dengan pengalaman peserta didik
3) Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
1) Siswa mengamati media konkret yang sudah disiapkan oleh guru
2) Guru memberikan penjelasan tentang struktur dan jenis-jenis daun pada
tumbuhan.
3) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang jenis-jenis daun pada tumbuhan
4) Guru menjawab dan menjelasakan pertanyaan siswa, dan sebaliknya guru
memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memastikan bahwa siswa telah
memahami materi tersebut.
5) Guru membagikan lembar kerja dan menjelaskan cara kerjanya
6) Siswa bekerja mengamati bahan yang dibawa masing-masing dan dibimbing
oleh guru.
7) Siswa melaporkan hasil kerja dan mendemonstrasikan macam-macam jenis
daun pada tumbuhan.
8) Guru mengapresiasi hasil kerja siswa dan memberikan motivasi untuk
menambah semangat belajar siswa.
9) Guru bersama siswa membahas hasil yang sudah didemonstrasikan dan
mengambil kesimpulan.
Kegiatan Penutup
1) Siswa mengerjakan tes evaluai secara indvidu.
2) Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa.
24
Data yang diperoleh setelah melakukan proses perbaikan pembelajaran dapat
dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3
Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Siklus II
KKM Nilai Pra Keterangan
No Nama siswa
Siklus
1 Alia Widian 70 100 Tuntas
2 Alifa 70 90 Tuntas
3 Aqillah Azahra 70 90 Tuntas
4 Atika Rani Pratiwi 70 100 Tuntas
5 Delin Rasila Kirana 70 80 Tuntas
6 Fadil Apriansyah 70 60 BelumTuntas
7 Galih Setyo Budi 70 90 Tuntas
8 Herlangga Saputra 70 100 Tuntas
9 Hikma Fitri Yatussa'adah 70 90 Tuntas
10 Kartina Sari 70 80 Tuntas
11 M.Putra Bangsawan 70 100 Tuntas
12 Mahesa Sanjaya 70 100 Tuntas
13 Marcel Pratama 70 90 Tuntas
14 Muhammad Andrean 70 90 Tuntas
15 Muhammad Sutan Tusairi 70 100 Tuntas
16 Muhammad Wandi Saputra 70 60 Belum Tuntas
17 Naifah Rasikah Tsaqif 70 100 Tuntas
18 Nayla 70 90 Tuntas
19 Novita Al Muhaira 70 80 Tuntas
20 Putri Anggun 70 100 Tuntas
21 Riski Aria Satia 70 70 Tuntas
22 Salsabila 70 100 Tuntas
23 Suxes 70 90 Tuntas
JUMLAH 2050 21 Orang yang
NILAI TERINGGI 100 tuntas dan 2
orang belum
NILAI TERENDAH 60
tuntas
Nilai rata-rata =
Ketuntasan klasikal
Berdasarkan analisis hasil belajar di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang
belum mampu mengerjakan tes evaluasi ada dua orang, hal ini menunjukkan
adanya peningkatan yang cukup signifikan. Sebelum diadakan perbaikan
presentase ketuntasan belajar hanya 47%, setelah diadakan perbaikan satu
meningkat menjadi 65%.Kemudian peneliti melaksanakan perbaikan dua dengan
hasil yang sangat bagus presentase ketuntasan mencapai 91%.
25
c. Pengamatan
Hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan alat
evaluasi.Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil perbaikan
pembelajaran ini tersaji pada lampiran.
d. Refleksi
Hasil evaluasi yang dilakukan sebelum perbaikan prasiklus, siklus I, dan siklus
II, serta perbaikan siklus I dan siklus II tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
26
Berdasarkan data Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA menunjukkan adanya peningkatan setelah dilakukan perbaikan
siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai ≥70 hanya sekitar 47%.
Kemudian siswa yang tuntas menjadi 65% setelah dilakukan perbaikan siklus I,
dan peserta didik yang tuntas menjadi 91% setelah dilakukan perbaikan siklus II.
Tabel 4.5
Presentase Nilai dan Kategorinya dalam Setiap Siklus
1. 0 – 49 3 siswa - - Rendah
Jumlah 23 23 23
27
Dari hasil penelitian selama proses belajar mengajar berlangsung,
menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA khususnya materi struktur daun. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan persentase ketuntasan dalam tes evaluasi pada siklus I dan tes
evaluasi siklus II. Sebelum diadakan perbaikan ketuntasan mencapai 47% masih
jauh dari persentase ketuntasan yang diinginkan. Tetapi setelah diadakan
perbaikan siklus I persentase ketuntasan ada peningkatan menjadi 65%. Meskipun
ada peningkatan baik minat maupun hasil belajar siswa pada perbaikan
pembelajaran siklus I masih perlu perbaikan lagi dikarenakan belum mencapai
ketuntasan yang diinginkan.
Kemudian dilakukan perbaikan siklus II, nilai ketuntasan belajar mengalami
kenaikan yang signifikan yaitu menjadi 91%. Dengan demikian pada siklus dua
ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai sehingga tidak perlu lagi
diadakan perbaikan. Berikut ini grafik hasil perbandingan antara pra siklus, siklus
1 dan siklus 2.
100 91 %
80 65 %
60 47 %
40
20
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan media nyata sangat
berpengaruh terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran IPA khususnya
materi struktur daun. .Menghilangkan kejenuhan dalam pembelajaran dan
menumbuhkan rasa senang, rasa percaya diri, dan memiliki keberanian. Penerapan
metode demonstrasi dan penggunaan media konkret dapat meningkatkan hasil
belajar pada pelajaran IPA khususnya materi strukur daun, dibuktikan dengan
adanya peningkatan dari tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Pada tahap pra siklus ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 47% artinya,
siswa masih banyak yang belum memahami materi dan kurangnya minat belajar
siswa. Pada tahap siklus I diperoleh ketuntasan menapai 65% artinya, sudah
mengalami peningkatan minat dan hasil belajar siswa walaupun belum mencapai
ketuntasan yang diinginkan. Dilanjutkan tahap siklus II ternyata ketuntasan nilai
belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 91%.
Dapat disimpulkan bahawa dengan mengalami atau mempraktekkan langsung
melalui metode demonstrasi dan penggunaan media nyata siswa akan mudah
mengingat peristiwa yang telah dialami oleh siswa itu sendiri. Dengan
meningkatnya pemahaman konsep ilmiah pada pembelajaran IPA sekaligus dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA.
29 29
DAFTAR PUSTAKA
30 30
Sobon, Kosmas, dan Sofly Junike Lumowa. (2018). Penggunaan metode
Demonstrasi untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada
Mata Pelajaran IPS di SD Negeri Kawangkoan Kecamatan
Kalawat. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 3 (2).
Sugiyono,i(2017).iMetodeiPenelitianiKuantitatifiKualitatif,idaniRi& D.iBandung.
Sulthon. (2016). Pembelajaran Ipa Yang Efektif Dan Menyenangkan Bagi Siswa
Madrasah Ibtidaiyah (Mi). Jurnal STAIN Kudus, 4 (1).
Wardani, IG.A.K., & Wihardit, K. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Edisi
kedua. Tanggerang: Universitas Terbuka.
Widianingsih, Cawi. (2020). Metode Demontrasi dalam Pembelajaran IPA. Jurnal
Uns. 3 (3).
Yuniati. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui endekatan Kontekstual. Al-Khwarizmi: Jurnal
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2 (3).
Yusuf, Bistari Basuni. (2018). Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal
Pembelajaran dan Keilmuan: FKIP Untan.
31
LAMPIRAN
32
Kesediaan sebagai Supervisor 2 dalam Penyelenggaraan
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
Kepada
a/n Kepala UPBJJ
Di Palembang
33
FORMAT PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
34
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PRASIKLUS
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
C. INDIKATOR
1.1.1 Mengidentifiksi struktur bagian daun.
1.1.2 Menjelaskan bagian-bagian struktur daun.
1.1.3 Menyebutkan contoh jenis-jenis daun.
1.1.4 Mengelompokkan jenis-jenis daun berdasarkan struktur tulang daun.
35
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah ditunjukkan tumbuhan siswa mampu mengidentifikasi struktur
bagian daun dengan benar.
2. Melalui gambar siswa dapat menjelaskan bagian-bagian struktur daun
3. Setelah disajikan berbagai gambar daun siswa mampu menyebutkan
contoh-contoh jenis daun.
4. Siswa mampu mengelompokkan jenis-jenis daun berdasarkan tulang
daun.
E. MATERI
Struktur bagian daun dan jenisnya.
G. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
36
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
bagian-bagian struktur daun dan jenisnya
Siswa menjawab pertanyaan mengenai bagian
struktur daun dan jenisnya.
Dengan bimbinga guru, siswa secara berkelompok
mengerjakan lembar kerja.
Siswa bersama guru menyimpulkan materi
pelajaran yang dibahas.
Penutup Siswa diberi tes formatif oleh guru. 15 menit
Siswa secara individu mengerjakan tes formatif
yang diberikan guru.
Guru bersama siswa mengoreksi tes formatif.
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
I. EVALUASI
Penilaian Sikap
Belum Mulai Mulai
No Sikap Membudaya Ket
Terlihat Terlihat Berkembang
1. Teliti
2. Bertanggung
jawab
3. Disiplin
Catatan : Centang (√) pada bagian yang memenuhi kriteria
Mengetahui
Kepala Sekolah
Yustiani, S.Pd
NIP. 197002081991032005
37
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
C. INDIKATOR
1.1.1 Mengidentifiksi struktur bagian daun.
1.1.2 Menjelaskan bagian-bagian struktur daun..
1.1.3 Menyebutkan contoh jenis-jenis daun.
1.1.4 Mengelompokkan jenis-jenis daun berdasarkan struktur tulang daun.
38
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah ditunjukkan tumbuhan siswa mampu mengidentifikasi struktur
bagian daun dengan benar.
2. Melalui gambar siswa dapat menyebutkan bagian-bagian daun dengan
benar.
3. Setelah disajikan berbagai gambar daun siswa mampu menyebutkan
contoh-contoh jenis daun.
4. Siswa mampu mengelompokkan jenis-jenis daun berdasarkan struktur
tulang daun.
E. MATERI
Struktur bagian daun dan jenisnya.
G. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
39
Inti Siswa melakukan pengamatan gambar tumbuhan 140 menit
yang telah disiapkan oleh guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
bagian-bagian struktur daun dan fungsinya
Siswa menjawab pertanyaan mengenai bagian
struktur daun dan fungsinya.
Dengan bimbingan guru, siswa secara berkelompok
mengerjakan lembar kerja.
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran
yang dibahas.
Penutup Siswa diberi tes formatif oleh guru. 15 menit
Siswa secara individu mengerjakan tes formatif
yang diberikan guru.
Guru bersama siswa mengoreksi tes formatif.
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
I. EVALUASI
Penilaian Sikap
Mengetahui
Kepala Sekolah
Yustiani, S.Pd
NIP. 197002081991032005
40
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
C. INDIKATOR
1.1.1 Mengidentifiksi struktur bagian daun.
1.1.2 Menjelaskan bagian-bagian struktur daun..
1.1.3 Menyebutkan contoh jenis-jenis daun.
1.1.4 Mengelompokkan jenis-jenis daun berdasarkan struktur tulang daun.
41
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah ditunjukkan tumbuhan siswa mampu mengidentifikasi struktur
bagian daun dengan benar.
2. Melalui gambar siswa dapat menyebutkan bagian-bagian daun dengan
benar
3. Setelah disajikan berbagai gambar daun siswa mampu menyebutkan
contoh-contoh jenis daun.
4. Melalui demonstrasi siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis daun
berdasarkan struktur tulang daun.
E. MATERI
Struktur bagian daun dan jenisnya.
G. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Demonstrasi, diskusi, tanya jawab, ceramah, dan
penugasan
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
42
yang akan dipelajari dan diharapkan dikaitkan
dengan pengalaman siswa.
Inti Guru menyiapkan contoh beberapa jenis daun. 140 menit
Guru menyebutkan contoh beberapa jenis daun.
Guru menjelaskan tentang struktur daun.
Siswa bersama guru melakukan tanya jawab
mengenai struktur daun.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok menerima lembar kerja
dan beberapa jenis daun untuk diidentifikasi.
Setiap kelompok secara kerjasama mengerjakan
lembar kerja dan membandingkan jenis daun
berdasaran fungsinya.
Masing-masing siswa dalam kelomok
berdemonstrasi membandingkan jenis-jenis daun.
Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang
mampu berdemonstrasi dengan benar.
Siswa dibimbing guru menyimpulkan hasil
demonstrasi masing-masing kelompok.
Penutup Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
Siswa mengerjakan tes formatif secara individu.
Guru bersama siswa mengoreksi tes formatif.
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
I. EVALUASI
Penilaian Sikap
Belum Mulai Mulai Membuda
No Sikap Ket
Terlihat Terlihat Berkembang ya
1. Teliti
2. Bertanggung
jawab
3. Disiplin
Catatan : Centang (√) pada bagian yang memenuhi kriteria.
43
Serigeni, Mei 2023
Penguji 2 Mahasiswa
Mengetahui
Kepala Sekolah
Yustiani, S.Pd
NIP. 197002081991032005
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
LEMBAR PENGAMATAN KINERJA GURU
PRA SIKLUS
Kemunculan
57
2 Penggunaan Media Bantu Konkret dan
gambar
Penggunaan Media Bantu Konkret
Menunjukkan media konkret √
Membagikan media konkret √
Siswa mencari dan menemukan sendiri media √
konkret
Penggunaan gambar
Menunjukkan gambar √
Memberi penjelasan tentang gambar √
58
LEMBAR PENGAMATAN KINERJA GURU
SIKLUS II
mengalami kesulitan
Tanya Jawab
Mengajukan pertanyaan √
Memberikan kesempatan kepada siswa √
untuk bertanya
√
Memindahkan giliran pertanyaan
Latihan
√
Memberikan soal latihan
√
Menjelaskan cara pengerjaan latihan
√
Memberikan lembar soal latihan
√
Melakukan koreksi dan penilaian
59
2 Penggunaan Media Bantu Konkret dan
gambar
Penggunaan Media Bantu
KonkretMenunjukkan media √
konkret Membagikan media √
konkret √
Siswa mencari dan menemukan sendiri
media konkret
Penggunaan gambar
Menunjukkan gambar √
Memberi penjelasan tentang gambar √
60
LEMBAR OBSERVASI
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV (Empat)
Tanggal : 22 Mei 2023
Fokus Observasi : Perbaikan Pembelajaran di kelas (siklus 2)
No Aspek yang di Observasi Kemunculan Komentar
Ada tidak
1. Pengamatan Pada Guru
Menginformasikan tujuan √
pembelajaran
Apersepsi √
Motivasi √
Penguasaan materi √
Memberikan pekerjaan siswa √
Penggunaan media/ alat peraga √
Menyimpulkan Pelajaran √
Menyampaikan materi √
berikutnya
Evaluasi √
Memberikan pekerjaan rumah
2. Pengamatan Kepada Siswa
Melihat laporan siswa √
Pengumpulan tugas √
Pemahaman siswa √
Mengerjakan tugas √
Komariah, S.Pd.
NIP.196602012008012002
61
JURNAL PEMBIMBINGAN SUPERVISOR 1 PKP
Komariah, S.Pd.
NIP.196602012008012002
62
JURNAL PEMBIMBINGAN SUPERVISOR 2 PKP
Darmawan, S.Pd.
NIP.196203191985081002
63
DOKUMENTASI
VIDEO PEMBELAJARAN SIKLUS 1
64
DOKUMENTASI
VIDEO PEMBELAJARAN SIKLUS II
65
SOAL PRASIKLUS IPA
STRUKTUR DAUN DAN JENIS-JENISNYA
Nama :
Kelas : IV (Empat)
66
SAMPEL HASIL PEKERJAAN SISWA
(NILAI TERENDAH DAN TERTINGGI)
Pra Siklus
67
SAMPEL HASIL PEKERJAAN SISWA
(NILAI TERENDAH DAN TERTINGGI)
Siklus I
68
SAMPEL HASIL PEKERJAAN SISWA
(NILAI TERENDAH DAN TERTINGGI)
Siklus II
69
KEGIATAN BIMBINGAN
PEMBIMBING/TUTOR
70