Anda di halaman 1dari 40

PENDAHULUAN

Fungsi prinsip ternak perah ditinjau dari aspek pakan adalah mengubah bahan pakan menjadi
susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak perah merupakan hewan ruminan yang
mempunyai perut terdiri atas empat bagian, berbeda dengan hewan non ruminan yang
mempunyai perut sederhana. Keadaan ini membuat ternak perah dan ruminan lainnya
mempunyai keuntungan dalam hal kemampuannya mengubah bahan makanan yang tidak
digunakan oleh manusia, seperti hay, silase, rumput, dan hasil ikutan industri, menjadi bahan
makanan manusia yang palatabel dan bernilai gizi tinggi; mampu mencerna serta menggunakan
bagian tanaman dan senyawa lain yang tidak berguna bagi hewan yang mempunyai perut
sederhana. Kemampuan ini merupakan hasil dari perombakan bahan pakan oleh
mikroorganisme dalam perut ruminan dan penggunaan keseluruhan produk akhirnya untuk
fungsi-fungsi fisiologisnya. Ruminan melalui proses fermentasi dan sintesis yang dilakukan oleh
mikroorganisme dalam perutnya yang kompleks, dapat menggunakan substansi seperti halnya
selulosa sebagai pembentuk utama jaringan tanaman, dan urea sebagai senyawa nitrogen yang
bukan protein (NPN), untuk tujuan produktif.

FUNGSI SALURAN PENCERNAAN


Fungsi utama saluran pencernaan adalah mengubah bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak
ke dalam senyawa kimia dapat diserap ke dalam pembuluh darah untuk digunakan sebagai zat-
zat makanan bagi jaringan di dalam tubuh. Saluran pencernaan juga sebagai tempat pengeluaran
sisa-sisa metabolisme jaringan dan bahan pakan yang tidak tercerna. Berbagai proses terlibat
dalam aktivitas ini, meliputi mastikasi, salivasi, ruminasi, pencernaan, dan penyerapan.
Mastikasi
Pengunyahan (mastikasi/chewing) bahan pakan oleh ternak pada awalnya hanya ringan saja,
cukup untuk mencampur bahan pakan dengan saliva dan membentuk bolus untuk penelanan.
Setelah makan, sapi mengunyah kembali pakannya oleh adanya suatu proses regurgitasi dan
pengunyahan kembali ini sering dinyatakan dengan memamah biak. Pada proses ini, makanan
dan cairan melewati rumen dan retikulum melalui esofagus menuju mulut. Melalui kerja tulang
rusuk, diafragma, rumen, dan retikulum bahan dikembalikan ke dalam esofagus dalam bentuk
bolus, dengan tekanan negatif didorong ke mulut, makanan dikunyah kembali kira-kira satu
menit, kemudian ditelan kembali. Keseluruhan aktivitas ini disebut ruminasi.
Mastikasi yang sempurna dari isi rumen yang diregurgitasikan terjadi sewaktu ternak
beristirahat setelah makan. Seekor sapi dewasa menghabiskan kira-kira 8- 10 jam dalam satu
hari untuk ruminasi.

Salivasi
Saliva mempunyai peran ganda, disamping melicinkan bahan pakan sebelum ditelan, berfungsi
sebagai buffer dalam rumen karena saliva mengandung bikarbonat dan fosfat yang tinggi.
Jumlah saliva sangat banyak disekresi oleh sapi dewasa khususnya bila ransum yang diberikan
tinggi hijauan keringnya. Saliva bersifat alkalin, pada sapi perah pH sekitar 8,2. Asam-asam
organik yang diproduksi oleh mikroorganisme dalam rumen dinetralisir oleh saliva, sehingga pH
rumen dipertahankan antara 6,5 dan 7,5, merupakan medium yang cocok untuk pertumbuhan
dan aktivitas mikroba. Saliva, karena mempunyai tekanan permukaan yang rendah, juga
membantu mencegah pembentukan buih (merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan
bloat) dalam rumen, meningkatkan kecepatan pembasahan bahan, dan kecepatan perombakan
bahan oleh mikroba rumen.

Pencernaan dalam Perut Retikulorumen (Rumen dan Retikulum)


Makanan yang ditelan dan saliva setelah masuk ke dalam retikulo-rumen, berkat kontraksi
rumen dan retikulum yang teratur (sekali per menit), bercampur dengan cairan rumen dan

Halaman 3 of 40
retikulum yang mengandung berjuta-juta mikroorganisme berasal dari bakteri dan protozoa
Makanan tinggal dalam retikulo-rumen untuk beberapa jam hingga beberapa hari. Selama
waktu tersebut mikroorganisme memegang peranan penting dalam pencernaan makanan.
Mikroorganisme melalui kerja enzim-enzimnya mengubah sebagian besar karbo- hidrat yang
tersedia dalam makanan menjadi asam-asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids, VFA), metan,
dan karbondioksida. VFA yang utama adalah asam asetat (50- 70%), asam propionat (20-30%),
dan asam butirat (10-15%), serta sejumlah kecil asam valerat dan asam rantai pendek lain.
Karbondioksida dan metan merupakan gas rumen utama yang dihasilkan selama proses
pencernaan. Gas dikeluarkan melalui belching (eruktasi) dan penyerapan ke dalam darah. Bila
gas berakumulasi dalam rumen karena tidak bisa keluar, akan terjadi bloat. Bila bloat semakin
parah, dapat mengakibatkan kematian. Mikroorganisme rumen disamping berperan nyata
terhadap pencernaan karbohidrat, juga pada sintesis protein.

Omasum
Bahan makanan dari retikulo-rumen lewat melalui omasum ke abomasum dan kemudian ke
usus. Fungsi omasum yang utama adalah memeras air dan kemudian menyerapnya, dan
penyerapan asam lemak yang melewati omasum. Kerja daun-daun otot dan papillaenya sebagai
penggilingan, dan juga memompa bahan ke dalam abomasum yang merupakan perut sejati dari
ternak perah. Dari sini, proses pencernaan sama dengan hewan berperut sederhana.
Abomasum
Abomasum, mengeluarkan getah pencernaan yang mengandung asam hidrokhlorat sehingga
menurunkan pH dalam abomasum hingga kira-kira 2,5. Abomasum juga mengeluarkan dua
macam enzim yaitu pepsin dan renin. Pepsin membutuhkan medium yang asam untuk
fungsinya, oleh karena itu pH yang rendah dalam abomasum memungkinkan pepsin memecah
protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, terutama pepton dan peptida. Renin
berfungsi menggumpalkan susu, penting bagi anak sapi untuk mencerna susu sebagaimana
mestinya.

Pencernaan dalam Usus


Bahan yang bergerak dari perut ke usus, dikenal sebagai chyme. Bagian yang lebih atas dari usus
kecil berfungsi untuk sekresi enzim, bagian yang lebih rendah untuk penyerapan zat-zat
makanan dari bahan tercerna.
Chyme mengalami perubahan-perubahan penting dalam usus kecil yang dimaksud- kan untuk
menyediakan zat makanan dapat diserap dari usus kecil. Pencernaan terhadap chyme dibantu
oleh getah pankreas, empedu, dan getah usus. Getah pankreas mengandung tiga macam enzim
proteolitik, yaitu tripsinogen, khimotripsinogen, dan karboksipeptidase. Lipase adalah enzim
lainnya yang disekresi oleh pankreas. Pencernaan lemak yang terjadi dalam perut ruminan
relatif sedikit. Sebagian besar pencernaan lemak terjadi dalam usus. Empedu tidak mengandung
enzim pencernaan, fungsinya terutama mengemulsikan lemak, memecah ke dalam globul-
globul kecil yang menyebabkan meningkatnya luas permukaan sehingga lipase dapat memecah
lemak dengan lebih mudah Enzim ketiga dalam getah pankreas yaitu amilase, mengubah pati
menjadi maltosa. Saliva dari hewan ruminan mengandung sedikit atau bahkan tidak ada ptialin.
Pada hewan non ruminan, ptialin yang mengubah pati menjadi maltosa.
Bila chyme bergerak ke saluran usus, kontak dengan sejumlah enzim yang disekresi oleh dinding
usus. Enzim-enzim ini adalah: enterokinase, yang mengaktivasi tripsinogen, peptidase
mengubah peptida menjadi asam amino, maltase, mengubah maltosa menjadi glukosa, laktase

Halaman 4 of 40
memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol, dan amilase mengubah pati menjadi maltosa. Getah usus mengandung enzim yang
memecah asam nukleat dan protein gabungannya. Asam-asam amino, peptida, pepton, gula
sederhana, vitamin, dan mineral, diserap oleh dinding usus bergerak ke dalam aliran darah,
kemudian dibawa oleh sistem darah portal ke hati. Zat-zat makanan, dari hati bergerak ke semua
bagian tubuh, digunakan untuk fungsi-fungsi fisiologis hewan.
Sebagian besar asam lemak dan gliserol diserap dengan proses yang berbeda dari senyawa-
senyawa lain. Asam lemak dan gliserol bergerak ke sel-sel epitel dari villi usus kecil, tempat asam
lemak diesterifikasi dengan gliserol membentuk lemak netral. Lemak netral (micelles) bergerak
dari sel-sel ke dalam jaringan dan kemudian ke kapiler-kapiler getah bening dari villi. Getah
bening kemudian bergerak melalui duktus limfatikus ke duktus thorasikus, tempat masuk sistem
darah vena anterior ke hati. Micelles lemak yang diserap dengan baik, dalam getah bening
kelihatan seperti susu, disebut chyle.
Bahan yang meninggalkan usus kecil bergerak ke usus besar, disini tinggal untuk waktu yang
relatif lama. Usus besar tidak mengandung getah pencernaan, bahan yang sampai ke usus besar
mengandung zat-zat makanan yang tidak tercerna. Proses pencernaan yang menguntungkan
hewan secara hampir sempurna terjadi dalam usus kecil. Fermentasi oleh bakteri pada makanan
yang tidak tercerna terjadi di cecum dan usus besar, yang menyebabkan bau pada faeses. Usus
besar dan cecum menyerap air dan produk-produk bakteri dari bahan yang dicerna. Usus besar
juga berperan sebagai reservoar untuk bahan-bahan sisa yang kemudian membentuk feses.

PENGGUNAAN ZAT MAKANAN


Definisi Zat Makanan
Zat makanan didefinisikan sebagai: suatu unsur pokok makanan atau kelompok unsur pokok
makanan dari komposisi yang sama yang membantu menyokong kehidupan. Zat-zat makanan
diklasifikasikan sebagai protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Beberapa literatur
ada yang mempertimbangkan air sebagai zat makanan dan ada yang tidak memasukkan air
sebagai zat makanan. Suatu zat makanan dapat dicerna adalah bagian dari zat makanan yang
dicerna dan diserap oleh tubuh.
Zat makanan juga diklasifikasikan sebagai esensial atau non esensial. Zat makanan esensial bila
tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam jumlah cukup sehingga harus disediakan dalam ransum
hewan. Zat makanan mungkin disintesis oleh tubuh, tetapi yang disintesis tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Zat makanan non-esensial, merupakan senyawa yang dibutuhkan hewan
untuk fungsi-fungsi fisiologisnya, tetapi dapat disintesis oleh jaringan tubuh atau mikroflora
saluran pencernaan dalam jumlah yang cukup untuk fungsi fisiologis hewan.
Zat makanan dinyatakan esensial atau non esensial, bergantung pada spesies, dan tahap
pertumbuhan hewan. Sebagai contoh, mikroflora rumen pada ruminan dewasa mensintesis
sejumlah vitamin B yang cukup untuk kebutuhan nutrisi hewan, sedangkan anak sapi yang
mikroflora rumennya belum berkembang, untuk kebutuhan vitamin B tersebut harus
mengandalkan dari ransumnya. Hewan berperut sederhana bergantung seluruhnya pada
ransum untuk kebutuhan asam amino esensial dan vitamin B-nya. Vitamin K juga disintesis
dalam rumen.

Halaman 5 of 40
Sejumlah senyawa kimia tersedia untuk tubuh hewan sebagai hasil dari proses pencernaan dalam
rumen, retikulum, omasum, abomasum, dan usus kecil. VFA rantai pendek diserap langsung dari
rumen dan retikulum masuk ke peredaran darah untuk digunakan sebagai sumber energi atau
sumber karbon untuk sintesis berbagai senyawa penting. Asam asetat digunakan untuk energi
dan dioksidasi oleh jaringan otot. Asam propionat diubah menjadi glukosa darah oleh hati.
Glukosa digunakan oleh hewan untuk energi dan sebagai prekursor laktosa susu. Asam butirat
diubah menjadi -asam hidroksibutirat oleh epitel rumen atau hati dan digunakan untuk
pembentukan lemak susu oleh kelenjar ambing. Asam asetat, propionat, dan -hidroksibutirat
diserap dari rumen. Glukosa yang lolos dari fermentasi dalam rumen, asam amino, vitamin, asam
lemak, dan gliserol diserap dari usus kecil. Vitamin D diperoleh dari makanan ataupun dari
penyinaran hewan oleh matahari, dengan mengubah provitamin D menjadi vitamin D dalam
kulit.

Protein dalam bahan pakan dipecah oleh mikroorganisme menjadi peptida, asam-asam amino,
amonia, dan amine. Mikroorganisme menggunakan substansi-substansi ini untuk pembentukan
sel-selnya sendiri. Mikroorganisme ini mengalir ke saluran usus, dicerna, dan asam-amino yang

Halaman 6 of 40
dihasilkan digunakan sebagai sumber protein oleh ternak. Oleh karena itu tidak menjadi masalah
sumber protein apa yang diberikan, karena sebagian besar dikonversi menjadi protein bakteri dan
protozoa sebelum digunakan oleh ternak. Zat makanan diserap dari rumen dan usus kecil, kecuali
lemak diambil oleh sistem getah bening, dibawa ke hati, tempat beberapa senyawa diubah atau
dimodifikasi. Zat makanan, dari hati berjalan ke seluruh tubuh untuk berbagai fungsi fisiologis.
Energi, protein, vitamin, dan mineral dibutuhkan untuk mempertahankan proses tubuh yang
normal tanpa melakukan pekerjaan produktif, dinyatakan sebagai kebutuhan untuk hidup
pokok. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan ini ditujukan untuk mempertahankan tubuh hewan.
Energi dibutuhkan untuk fungsi fisiologis seperti pernafasan, kontraksi otot, denyut jantung,
mencerna makanan, dan pergerakan tubuh. Protein dibutuhkan setiap hari untuk mengganti sel-
sel yang rusak. Mineral diperlukan untuk sel-sel baru dan melengkapi mineral dalam tulang. Bila
hewan tidak mendapat cukup energi, protein, atau zat makanan lain untuk hidup pokok, maka
jaringan tubuh dirombak yang mengakibatkan penurunan bobot badan.
Kebutuhan nutrisi yang utama bagi sapi perah laktasi adalah kebutuhan hidup pokok untuk fungsi
fisiologis yang normal, produksi susu, perkembangan anak (janin), dan pertumbuhan pada sapi
betina muda. Anak sapi membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok dan pertumbuhan, sapi
dara umur satu tahun yang dikawinkan perlu didukung untuk kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, dan reproduksi.

FUNGSI ZAT-ZAT MAKANAN


Berbagai zat makanan dibutuhkan untuk fungsi fisiologis yang normal. Dua zat makanan yang
paling penting adalah energi dan protein. Mineral dan vitamin dibutuhkan hanya dalam jumlah
sedikit. Serat kasar dibutuhkan untuk fungsi rumen yang optimal, dan untuk produksi lemak
susu. Air juga dibutuhkan, karena air yang dikonsumsi sangat mempengaruhi produksi susu
yang dihasilkan ternak perah.
1. ENERGI
Zat makanan yang sangat penting dalam ransum ternak perah adalah energi. Ternak perah
menggunakan energi untuk berbagai fungsi dalam tubuhnya Sejumlah tertentu digunakan
untuk mempertahankan jaringan tubuhnya, secara konstan digunakan dalam berbagai
jalannya reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan. Sapi dara yang sedang tumbuh
memerlukan ekstra energi untuk jaringan tubuhnya selama pertumbuhannya dari anak
hingga menjadi ternak dewasa. Ternak bunting membutuhkan tambahan energi untuk
pembentukan jaringan fetus dalam uterusnya. Sapi laktasi membutuhkan energi yang lebih
untuk pembentukan susu yang disekresi oleh kelenjar ambing setiap hari. Sapi dewasa yang
tidak bunting dan tidak laktasi membutuhkan energi hanya untuk hidup pokok. Jadi, sapi
bunting, laktasi, sapi dara beranak pertama akan membutuhkan ekstra energi untuk
reproduksi, laktasi, dan pertumbuhan disamping untuk hidup pokok.

Satuan energi yang dipergunakan :


• TDN, Total Digestible Nutrient, (National Research Council,

TDN = digestible protein (%) + digestible crude fiber (%) + digestible nitrogen free extract
(%) + 2.25 x digestible ether extract (%)
• DE, Digestible Energy, dalam Mcal/kg of DM

DE = 0.04409 x TDN (%) dalam Mcal/kg of DM (Crampton et.al., 1957; Swift, 1957)

Halaman 7 of 40
• ME, Metabolizable Energy, dalam Mcal/kg of DM

ME = -0.45 +1.01 DE dalam Mcal/kg of DM (Moe and Tyrell, 1976)

(Garret, 1980)
ME = 0.82 x DE

• NE, Net Energy, dalam Mcal/kg of DM


(Garret, 1980)
NEm = -1.12 + 1.3700 ME – 0.1360 ME2 + 0.0105 ME3
(Garret, 1980)
NEg = -1.65 + 1.4200 ME – 0.1740 ME2 + 0.0122 ME3

NEl = 0.0245 x TDN (%) – 0.12 (Moe and Tyrell, 1976)

Energy requirements for Lactating and Pregnant Cows


Maintenance
Non activity = 73 kcal NEL /kg 0.75 LW (1a)
Maintenance = 80 kcal NEL /kg 0.75 LW (1)
= 35.2 g TDN /kg 0.75 LW (1)

Gestation/pregnant
Gestation = 30 % dari maintenance (2)
= 24 kcal NEL /kg 0.75 LW (2)
= 10.6 g TDN /kg 0.75 LW (2)
Live Weight Change
Loss = 4.92 Mcal /kg body loss (3)
Gain = 5.12 Mcal /kg body loss (4)

Milk Production

Milk production = 0.74 Mcal NEL/kg milk 4 % fat

= 0.3512 + (0.0962x % fat) Mcal NEL /kg milk (5)

Energy requirements for Growing Animal and Mature Bulls

Maintenance
Maintenance = 0.086 Mcal NE/kg0.75 LW (6)
Holstein = (0.086 Mcal NE/kg0.75 LW) x 1.12 (7)

Growing Large Breed


Heifers = (0.035 W0.75)(LWG1.119) + LWG dalam Mcal NEG/day (8)
Bulls = (0.025 W0.75)(LWG1.097) + LWG dalam Mcal NEG/day (9)

Halaman 8 of 40
Growing Small Breed
Heifers = (0.045 W0.75)(LWG1.119) + LWG dalam Mcal NEG/day (10)
Bulls = (0.035 W0.75)(LWG1.097) + LWG dalam Mcal NEG/day (11)

2. PROTEIN
Protein dibutuhkan untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sebagai bagian dari fungsi
metabolik yang normal. Disamping jaringan otot, senyawa seperti enzim, dan beberapa
hormon adalah protein, yang mengatur fungsi tubuh dan perlu diganti secara kontinyu
karena degenerasi. Untuk menjaga keseimbangan protein dalam tubuh ternak, protein yang
hilang dari tubuh karena proses pencernaan dan metabolisme makanan juga perlu diganti
dari sumber protein dalam ransum.
Ternak yang belum dewasa perlu ekstra protein untuk pertumbuhan yang normal. Sebagian
besar dari pertambahan bobot badan dari ternak muda, dalam bentuk protein dan air dalam
jaringan dan organ-organ tubuhnya. Ekstra protein juga dibutuhkan oleh sapi bunting untuk
perkembangan fetus, khususnya selama 2 bulan terakhir kebuntingan.

3. MINERAL
Ada sedikitnya 15 mineral yang dibutuhkan oleh ternak perah. Mineral yang dibutuhkan
biasanya dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
ternak. Mineral mayor (Makromineral), dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak (gram per
hari), adalah: kalsium, fosfor, sodium, khlorine, magnesium, potasium, dan sulfur. Kategori
kedua, disebut trace mineral (mikromineral) dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit (mg per
hari), meliputi besi, copper, molibdenum, mangan, zinc, cobalt, iodine, dan selenium.
a. MAKROMINERAL
Kalsium dan Fosfor
Mineral yang sangat penting untuk ternak perah adalah kalsium dan fosfor. Kalsium dan
fosfor merupakan bahan pokok terbesar dari tulang dan gigi, juga dalam jumlah yang
besar dalam susu. Keduanya dapat dikeluarkan dari tulang selama periode kebutuhan
yang tinggi seperti halnya pada laktasi awal (early lactation) saat produksi susu mencapai
puncaknya, sehingga sejumlah besar Ca dan P dilepaskan dari tubuh ke dalam susu.
Pengurasan yang terus menerus tanpa penggantian dari sumber-sumber dalam ransum
akan mengakibatkan kelemahan tulang dan gigi. Kandungan Ca dalam susu tetap stabil
walaupun di bawah kondisi defisiensi Ca yang cukup parah, dan produksi susu turun.
Ransum rendah Ca akan menurunkan pertumbuhan dan perkembangan pedet.
Fosfor terlibat dalam metabolisme energi dan berbagai fungsi metabolik lain dalam tubuh
disamping fungsinya sebagai bahan pokok terbesar dari tulang; merupakan komponen
asam nukleat; terlibat dalam sistem koenzim. Defisiensi fosfor dapat menyebabkan
penurunan penggunaan energi, penurunan breeding efisiensi, penurunan atau perusakan
selera (mengunyah kayu, tulang, atau rambut), sendi kaku dan rapuh, tulang mudah patah
dan produksi susu turun. Protein suplemen, pakan by-product, dikalsium fosfat,
monoamonium dan monosodium fosfat merupakan sumber fosfor yang baik.
Rasio kalsium dengan fosfor dalam ransum merupakan hal penting, disamping
kuantitasnya. Rasio Ca berbanding P yang dianjurkan oleh ahli nutrisi adalah 2:1. Rasio ini
merupakan rasio antara Ca dengan P dalam tulang. Kelebihan salah satu mineral ini

Halaman 9 of 40
cenderung menurunkan kecernaan yang lainnya karena bentuk yang kompleks diantara
keduanya dalam saluran pencernaan.
Konsumsi Ca berpengaruh terhadap kejadian milk fever (demam susu), yang disebabkan
oleh turunnya Ca dalam serum darah pada saat atau dekat waktu beranak. Ca yang tinggi
dalam ransum sapi kering memperburuk keadaan. Pemberian ransum rendah Ca (kurang
dari 0,1 lb per hari) sebelum beranak, diikuti oleh pemberian yang normal atau tinggi
setelah beranak dapat mencegah milk fever.

Growing heifer (NRC, 1978. Tabel 6.2)

• LiveWeight ≥ 90 kg to ≤ 250 kg
Ca = 8.000 + 0.0367 LW (kg) + 0.00848 LWG (g) g/day
P = 0.884 + 0.0500 LW (kg) + 0.00486 LWG (g) g/day

• LiveWeight > 250 kg to ≤ 400 kg


Ca = 13.400 + 0.0184 LW (kg) + 0.00717 LWG (g) g/day
P = 7.270 + 0.2150 LW (kg) + 0.00602 LWG (g) g/day

• LiveWeight > 400 kg


Ca = 25.400 + 0.00092 LW (kg) + 0.00361 LWG (g) g/day
P = 13.500 + 0.00207 LW (kg) + 0.00829 LWG (g) g/day

Mature cows (NRC, 1978. Tabel 6.3)


• for maintenance
Ca = (0.0154 * LW (kg)) / 0.38 g/day
P = (0.0143 * LW (kg)) / 0.50 g/day

• for lactation
Ca = (0.0154 * LW (kg) + 1.22 * FCM (kg/day)) / 0.38 g/day
P = (0.0143 * LW (kg) + 0.99 * FCM (kg/day)) / 0.50 g/day

• for maintenance + the last 2 months of gestation


Ca = (0.0154 * LW (kg) + 0.078 * 1.23 * LW (kg)) / 0.38 g/day
P = (0.0143 * LW (kg) + 0.047 * 1.23 * LW (kg)) / 0.50 g/day

Notes :
LW = live weight in kg
LWG = live weight gain in g
0.38 = the efficiency of absorption of dietary Ca
0.50 = the efficiency of absorption of dietary P
1.23 * LW = conceptus gain in kg

Halaman 10 of 40
Sodium dan Khlorin
Sodium khlorida, atau garam, diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang
terkandung dalam ransum. Sebenarnya kebutuhan yang nyata adalah untuk sodium,
karena semua ransum normal mengandung khlorin lebih dari cukup. Kurang selera
makan, mata tidak bersinar, bulu kasar, dan penampilan liar merupakan karakteristik
defisiensi garam yang berat. Kehilangan bobot badan, penurunan produksi susu dan
kematian yang tiba-tiba dapat terjadi pada sapi laktasi. Menggigil terus menerus dan jalan
sempoyongan sering terjadi pada tahap yang lanjut dari defisiensi garam. Garam
berlebihan juga mengurangi produksi susu, meningkatkan konsumsi air, bengkak ambing
pada sapi kering, dan menurunkan bobot badan. Ternak dapat toleransi terhadap
kandungan garam yang lebih tinggi dalam ransum bila tersedia air yang cukup.
Sodium merupakan ion utama dari cairan ekstraseluler yang berfungsi mempertahankan
tekanan osmose, keseimbangan cairan tubuh, dan hidrasi jaringan. Kerja hati dan impuls
syaraf juga bergantung pada sodium. Khlorin mempertahankan keseimbangan cairan dan
digunakan untuk memproduksi asam hidrokhlorat dalam perut.
Sapi laktasi membutuhkan 20-25 g garam per hari untuk hidup pokok per 1.000 lb bobot
tubuh ditambah 0,8 g per lb susu yang dihasilkan. Campuran konsentrat umumnya
mengandung garam 0,5-1% untuk meningkatkan palatabilitas.

Magnesium
Kira-kira 60% dari Mg dalam tubuh berada di dalam tulang, yang dapat dimobili- sasi
secara perlahan. Sumber Mg dari konsentrat lebih tersedia daripada yang berada dalam
hijauan. Mg diperlukan untuk semua reaksi transfer fosfat (ATP), aktivasi reaksi enzim,
metabolisme lemak dan protein. Tanda-tanda defisiensi meliputi kehilangan selera
makan, penurunan pertambahan bobot badan, hipereksitabilitas (sangat mudah
terangsang), pengapuran jaringan lunak, dan grass tetany.
Grass tetany merupakan penyakit defisiensi Mg yang terjadi pada sapi yang digembalakan
di padang gembala tertentu. Grass tetany dapat menjadi problem besar bila sapi laktasi
merumput rumput yang berembun pada cuaca dingin, khususnya bila telah dipupuk
dengan nitrogen atau potasium dalam jumlah banyak. Keadaan ini menghambat
penggunaan Mg. Umumnya ransum yang biasa diberikan mencukupi kebutuhan Mg,
khususnya bila banyak diberi hijauan legume. Pemberian konsentrat dengan banyak
jerami dan silase, dapat mencegah penyakit ini. Sapi hanya memerlukan pakan dengan
kandungan Mg sebesar 0,06%.

Potasium
Potasium (kalium) sangat bervariasi dan tersebar luas dalam bahan pakan. Kandungan
potasium dalam hijauan tinggi bila dipupuk dengan baik. Gangguan cuaca dapat
menyebabkan penurunan potasium dalam hijauan. Potasium khlorida merupakan sumber
mineral yang umum. Fungsi utama adalah mengatur keseimbangan osmose,
keseimbangan asam basa, reaksi enzim, dan hidup pokok dari hati dan ginjal.
Gejala defisiensi meliputi penurunan konsumsi pakan, penurunan pertumbuhan,
penurunan produksi susu, pica (menjilat dan mengunyah suatu objek), bulu kusam.
Keracunan potasium jarang terjadi pada kondisi normal. Hijauan muda, dan berembun
dapat tinggi kandungan potasiumnya sehingga dapat menghambat metabolisme
magnesium, yang menyebabkan grass tetany. Kalium yang dibutuhkan sapi perah adalah
0,2-0,3% dari jumlah ransum.

Halaman 11 of 40
Sulfur
Sulfur merupakan komponen esensial dari protein, vitamin, dan enzim. Mikroba rumen
dapat menggabungkan sulfur inorganik ke dalam senyawa-senyawa yang mengandung
sulfur. Mineral sulfat merupakan sumber sulfur yang efektif. Rasio nitrogen-sulfur 10
hingga 12:1 diperlukan untuk sintesis protein mikroba. Sulfur yang tidak mencukupi
mengurangi konsumsi pakan, kecernaan rendah, pertumbuhan lambat, menekan
produksi susu. Sulfur berlebihan juga dapat menurunkan konsumsi pakan, dan
menghambat metabolisme mineral lain. Ternak perah dapat toleransi terhadap sulfur
yang agak tinggi dalam pakan dibandingkan dengan pemberian dalam bentuk mineral
inorganik.

b. MIKROMINERAL
Cobalt
Cobalt (Co) merupakan mineral yang esensial bagi ruminan karena peng- gabungannya ke
dalam vitamin B12 oleh mikroba rumen. Gejala defisiensi cobalt dengan vitamin B12
adalah sama: kehilangan selera makan, penurunan bobot badan dan produksi susu,
inkoordinasi otot, bulu kasar, jalan tersandung-sandung, anemia. Vitamin B12 dibutuhkan
untuk metabolisme propionat. Sulfat cobalt dan khlorida cobalt merupakan sumber yang
umum. Kebutuhan Cobalt adalah 0,1 - 1,0 mg/hari.
Copper
Copper (Cu) dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan enzim yang sangat
bergantung pada Cu. Umumnya gejala defisiensi Cu meliputi penurunan penyerapan
mineral besi, kandungan besi dalam tubuh rendah, menurunkan mobilisasi dari jaringan,
anemia, penurunan pertumbuhan dan produksi susu, diare berat, bulu kasar, perubahan
warna dan tekstur bulu, sendi kaku, dan penurunan reproduksi. Keracunan Cu dapat terjadi
bila jumlah berlebihan dari suplementasi Cu atau pakan yang terkontaminasi,
menyebabkan krisis hemolitik. Sumber Cu adalah sulfat copper, karbonat copper, dan
nitrat copper. Mo dan Cu, merupakan dua mineral antagonis. Gejala utama dari Mo yang
berlebihan sama dengan defisiensi Cu, yaitu scouring. Cu yang berlebihan adalah toksik,
dan penyebab utama penyimpangan flavor susu (bau teroksidasi).

Molibdenum
Elemen ini ditemukan sebagai bagian dari enzim di hati, jaringan usus dan susu. Kebutuhan
mineral ini dalam ransum sangat rendah. Semua ransum yang biasa diberikan pada ternak
kandungan Mo melebihi dari yang dibutuhkan ternak.

Mangan
Mineral ini dibutuhkan untuk reproduksi dan anak yang lahir normal. Penurunan
pertumbuhan, abnormalitas rangka, dan anak yang tidak berbentuk pada saat lahir
merupakan gejala defisiensi. Ransum rendah Mn dapat juga menyebabkan silent heat,
dan conception rate yang rendah. Ternak dapat toleransi terhadap Mn yang tinggi dalam
ransum tanpa pengaruh yang negatif. Ransum mengandung 20 ppm Mn, adalah cukup
bagi sapi perah.

Selenium
Keracunan Se dapat mengakibatkan kematian mendadak atau gejala tertekan seperti
pernafasan dipercepat, ataksia, diare. Gejala keracunan Se yang kronis yaitu lesu, kurus,

Halaman 12 of 40
kaki luka, kuku yang jelek, dan bulu ekor rontok. Se merupakan komponen integral dari
glutathion peroksidase.
Defisiensi menyebabkan white muscle disease (nutrisional muscular dystrophy) pada anak
sapi. Otot jantung dan otot rangka degenerasi, menyebabkan kegagalan jantung dan
kelumpuhan kaki depan. Suplementasi Se dapat mengurangi kejadian retained placenta,
meningkatkan kemampuan hidup anak sapi, meningkatkan performans reproduksi, dan
mengurangi mastitis bila Se diberikan pada tingkat marginal. Ca dalam ransum (lebih dari
1% atau di bawah 0,5%) menurunkan penyerapan Se. Vitamin E dapat mengurangi jumlah
Se yang dibutuhkan. Diperlukan hanya 0,1 ppm dari jumlah ransum.

Zinc
Zn dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, aktivasi beberapa enzim. Gejala
defisiensi: dermatitis kulit pada kaki, leher, dan kepala, serta luka-luka. Kontaminasi pakan
dan air dengan Zn dapat terjadi bila disimpan dalam galvanized container khususnya pada
kondisi asam. Sumber toksik yang potensial lainnya adalah pestisida, fungisida, dan polusi
industri. Kebutuhan untuk pertumbuhan normal adalah 9 ppm, tapi jumlah 25-50 ppm
dianjurkan diberikan untuk menjamin suatu jumlah yang cukup untuk segala situasi.

Besi
Fe terlibat dalam respirasi seluler dan transport oksigen. Hemoglobulin, mioglobulin, dan
sistem enzim mengandung Fe. Anemia dan hemoglobin rendah merupakan tanda dini dari
defisiensi Fe. Gejala lain dari defisiensi Fe: pertambahan bobot badan menurun,
penurunan nafsu makan, dan malas. Bila anak sapi hanya mendapat susu, akan terjadi
anemia yang disebabkan kekurangan Fe, dan mengakibatkan warna pucat pada daging.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan anemia dan defisiensi Fe.
Ternak dapat menahan Fe bila terjadi defisiensi. Konsumsi Fe yang berlebihan tidak
menjadi problem, meskipun Fe yang tinggi dalam air dapat memberikan pengaruh yang
merugikan. Fe sulfat, Fe khlorida, dan Fe amonium sitrat merupakan sumber Fe.

Iodine
Iodine dibutuhkan untuk sintesis hormon oleh kelenjar thyroid. Gejala defisiensi adalah
pembesaran kelenjar thyroid (goiter), khususnya pada anak sapi yang baru lahir yang
dapat menyebabkan kematian atau lemah. Defisiensi dalam jangka panjang dapat
menurunkan produksi susu dan hypothyroidism. Iodine yang berlebihan dapat
menyebabkan gejala toksisitas seperti keluar air mata berlebihan, dan batuk. Kira-kira
10% iodine yang dikonsumsi dikeluarkan ke dalam susu, oleh karena itu dapat menjadi
problem yang potensial (susu yang mengandung iodine tinggi). Pemberian garam iodine
dianjurkan, diperlukan 0,015% iodine dalam garam.

4. VITAMIN
Ternak perah membutuhkan vitamin yang sama dengan hewan lain. Vitamin B dan K
disintesis oleh mikroorganisme dalam rumen. Vitamin C disintesis oleh jaringan tubuh.
Vitamin yang larut dalam lemak (A, D,dan E) ditambahkan secara normal ke dalam ransum.

Halaman 13 of 40
Vitamin A
Defisiensi vitamin A pada ternak menyebabkan degenerasi sel-sel epitel mukosa saluran
respirasi, kelenjar saliva, mulut, kelenjar air mata, mata, saluran usus, ginjal, vagina, dan
uretra. Degenerasi sel-sel ini menyebabkan tempat-tempat tersebut mudah terkena infeksi.
Defisiensi yang berat mengakibatkan diare, tidak ada nafsu makan, dan sangat kurus.
Vitamin A tersedia secara alami dalam pakan dalam bentuk provitamin A, karotene, yang
didapatkan dalam tingkat yang tinggi dalam pakan hijauan silase, hay. Peningkatan
kandungan karotene dalam pakan akan meningkatkan karotene dan vitamin A dalam susu.
Defisiensi vitamin A terjadi bila bila hijauan kualitas rendah dan pemberian hijauan yang
sedikit pada sapi perah, atau anak sapi yang diberi kolostrum atau susu yang terbatas.

Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk hidup pokok, reproduksi, laktasi, pertumbuhan, dan
pembentukan tulang yang baik. Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dari saluran
usus. Defisiensi vitamin D (rickets) menunjukkan gejala yang sama dengan defisiensi kalsium
dan fosfor. Defisiensi vitamin D menyebabkan kelemahan tulang, sendi yang kaku dan
bengkak, punggung bungkuk. Pada penyakit tahap lanjut, kekakuan dalam berjalan,
menyeret kaki blakang, iritabilitas, tetani, lemah, anoreksia, dan pertumbuhan yang
terhambat pada ternak muda.
Ternak mendapat vitamin D dari dua sumber. Vitamin D2 dibentuk oleh iradiasi ultraviolet
pada sterol tanaman, ergosterol. Vitamin D3 dibentuk dari sterol hewan yang terkena sinar
ultraviolet. Kedua bentuk tersebut mempunyai nilai biologis yang sama.

Vitamin E
Vitamin E merupakan kelompok dari senyawa yang larut dalam lemak yang saling berkaitan,
disebut tocopherol. Hijauan segar, hay yang diproses dengan baik, minyak gandum,
merupakan sumber vitamin E yang baik. Peran metabolik dari Se berkaitan dengan vitamin
E. Gejala defisiensi: white muscle disease, retained placenta, kejadian mastitis lebih sering,
dan penurunan performans reproduksi. Pemberian vitamin E (400-1.000 mg per ekor sapi per
hari) dapat mengurangi flavor teroksidasi pada susu.

5. AIR
Air merupakan elemen yang sangat kritis dalam mempertahankan kehidupan. Kekurangan
air dapat menyebabkan kematian hewan lebih cepat daripada defisiensi zat makanan. Tubuh
dapat kehilangan semua lemaknya dan lebih setengah dari proteinnya dan masih hidup,
tetapi kehilangan 10% air menyebabkan kematian. Air dibutuhkan untuk beberapa proses
dasar kehidupan, yaitu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mengeliminasi bahan
sisa, mempertahankan keseimbangan ion, membantu dalam pengontrolan temperatur dan
hilangnya panas, membantu dalam pencernaan, penyerapan, dan metabolisme zat-zat
makanan, pelicin sendi, transpor bunyi dalam kuping, penglihatan dalam mata. Selama
kebuntingan, air menyediakan lingkungan cairan untuk perkembangan fetus. Susu
mengandung 87% air. Air juga menyediakan cairan untuk transpor zat makanan ke kelenjar
ambing.
Sapi perah membutuhkan 4-5 liter air untuk setiap liter susu yang diproduksi. Sapi akan
berproduksi susu lebih tinggi bila tersedia air minum sepanjang waktu.

Halaman 14 of 40
Non lactating
= 3.0 kg/kg DMI (suhu rata-rata harian < 10 oC) (Kearl, 1982)

= 8.5 kg/kg DMI (suhu rata-rata harian > 32 oC) (Kearl, 1982)

= 3.5 - 5.5 kg/kg DMI (suhu rata-rata harian –17 sampai 27 oC) (NRC, 1981)

Lactating
= non-lactating + 0.87 kg/kg milk production (Kearl, 1982)

= 3.6 – 4.0 liter/liter produksi susu (Sudono, 1983)

Overall (kg) (hanya berlaku untuk pemberian silage jagung)

= 15.99 + [(1.580 + 0.271) * konsumsi BK] (kg) + [(0.900 + 0.157) * produksi susu] (kg)
+ [(0.050 + 0.023) * konsumsi Na+] (g)+ [(1.200 + 0.106) * min. temp. harian] (oC)

Halaman 15 of 40
BAHAN PAKAN DAN KANDUNGAN ZAT MAKANANNYA
Bahan pakan untuk ternak perah dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu hijauan dan
konsentrat. Bahan pakan dalam kategori hijauan adalah bulki, berserat tinggi, dan relatif rendah
energi. Serat dibutuhkan untuk fungsi rumen yang normal, kontrol konsumsi pakan, stimulasi
ruminasi, dan pencernaan. Contoh hijauan: hay, rumput, silase, dan hijauan lain. Konsentrat,
disebut demikian karena merupakan bahan yang lebih terkonsentrasi dalam sumber energi atau
proteinnya, dan kandungan seratnya rendah, lebih mudah dicerna daripada hijauan. Jagung,
gandum, bungkil kedele merupakan bahan pakan yang masuk dalam kategori ini. Kedua kategori
tersebut dibagi lebih lanjut berdasarkan bentuk fisik atau kandungan zat makanan berbagai bahan
pakan. Kategori hijauan:
(a) Bahan pakan dengan kandungan air tinggi, seperti rumput, hijauan potong, silase.

(b) Bahan pakan kering, seperti hay, jerami.

Bagian utama dalam konsentrat adalah butiran, pakan by-product, suplemen protein, suplemen
mineral, vitamin, pakan tambahan lainnya. Porsi terbesar dalam pakan ternak perah adalah
hijauan. Fungsi konsentrat yang utama menyediakan tambahan zat makanan yang dibutuhkan,
untuk menutupi kekurangan zat makanan yang disediakan oleh hijauan. Konsentrat juga kurang
bulky, waktu yang diperlukan untuk melewati saluran pencernaan lebih singkat, dan lebih
Halaman 16 of 40
palatabel dibandingkan hijauan. Fungsi lain dari konsentrat yang utama adalah untuk
menyesuaikan jumlah protein yang diberikan pada sapi perah. Jumlah protein yang dibutuhkan
dalam konsentrat bergantung pada kuantitas dan kualitas hijauan yang diberikan. Kandungan
protein konsentrat harus lebih tinggi bila protein hijauan rendah.

Rata-rata kandungan zat makanan dalam hijauan maupun bahan pakan penyusun konsentrat
yang biasa diberikan pada sapi perah dapat anda (mahasiswa) pelajari dari Tabel Komposisi Pakan
di Indonesia (Hartadi dkk., 1997).

KONSUMSI PAKAN SUKARELA


Konsumsi pakan sukarela dapat diartikan sebagai jumlah maksimal bahan kering, dari hijauan dan
konsentrat, yang dapat dikonsumsi oleh sapi perah. Jumlah konsumsi ini perlu diketahui untuk
mencegah pemberian yang berlebihan dari kemampuan seekor ternak. Untuk itu perlu diketahui
mekanisme fisiologis dalam pengaturan konsumsi pakan pada ternak.
Konsumsi pakan pada ruminan dikontrol oleh mekanisme fisiologis yang berusaha untuk
mempertahankan lingkungan internal yang konstan. Mekanisme pengaturan konsumsi ini
berhubungan dengan mekanisne yang mengatur glukosa darah, asam amino plasma, suhu tubuh,
dan komposisi tubuh. Keseimbangan energi diatur oleh komposisi pakan dan perubahan metabolik
yang menyebabkan hewan makan dan berhenti makan.
Hipotalamus otak terdiri atas pusat-pusat yang memulai untuk makan dan memberhentikan hewan
dari makan. Peningkatan aktivitas syaraf pada pusat makan letaknya di hipotalamus sebelah lateral,
untuk memulai makan, sedangkan aktivitas syaraf pada hipotalamus bagian ventromedial sebagai
pusat lapar, memberhentikan konsumsi pakan.

Beberapa kejadian metabolik dan fisik mengontrol konsumsi pakan pada ruminan. Tekanan dalam
perut dan konsentrasi asam lemak terbang yang dihasilkan dari fermentasi rumen merupakan dua
faktor penentu. Konsentrasi asam lemak terbang dalam cairan rumen meningkat selama dan setelah
makan. Konsentrasi asam asetat yang meningkat dideteksi oleh dinding rumen dan produksi asam
propionat yang meningkat dideteksi oleh hati. Informasi ini dilanjutkan ke hipotalamus, disatukan
dengan informasi metabolik lain untuk menentukan kapan konsumsi pakan akan dimulai dan
dihentikan. Informasi mengenai simpanan dalam tubuh yang dinyatakan sebagai homeostatis
keseimbangan energi juga diintegrasikan oleh hipotalamus sebagai kontrol terhadap konsumsi

Halaman 17 of 40
pakan. Tekanan rumen dan retikulum membatasi konsumsi pakan dan berhubungan dengan
proporsi dan kualitas hijauan dalam ransum. Bila nilai nutrisi pakan ditingkatkan lebih lanjut dengan
penambahan konsentrat, maka konsumsi bahan kering menurun, tetapi konsumsi energi tetap
konstan. Glukosa darah dan panas yang diproduksi selama makan, sedikit pengaruhnya terhadap
konsumsi pakan pada ruminan.

Konsumsi bahan kering menjadi suatu pembatas pada sapi perah yang produksi susunya tinggi,
khususnya pada laktasi awal (4 minggu pertama setelah beranak). Konsumsi bahan kering yang
disarankan biasanya berkisar antara 2,5 dan 4% dari bobot badan, bergantung pada tingkat produksi
susu dan kualitas hijauan. Tingkat yang lebih tinggi dari 4% mungkin hanya dapat dikonsumsi oleh
sapi yang berproduksi tinggi dengan selera yang kuat. Konsumsi dapat lebih tinggi pada sapi yang
diberi hijauan kualitas tinggi dibandingkan bila diberi hijauan kualitas rendah.

Halaman 18 of 40
Beberapa hal yang dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, yaitu:
- peningkatan frekuensi pemberian pakan
- pemberian konsentrat yang jumlahnya lebih sedikit pada setiap pemberian
- perubahan urutan pemberian dengan hijauan diberikan pertama kali
- mencampur hijauan dan konsentrat (total mixed ration)
- mempertahankan ketersediaan bahan pakan
- meningkatkan palatabilitas
- kandungan air ransum di bawah 50%. Penurunan konsumsi bahan kering yang disebabkan
kandungan air dalam ransum berhubungan dengan pH pakan, ukuran partikel yang lebih kecil,
kurangnya produksi saliva, dan produk fermentasi pada pakan yang lembab.

Halaman 19 of 40
DAFTAR PUSTAKA

Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle: Principles, Practices,
Problems, Profits. 2nd Ed. Lea & Febiger. Philadelphia.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press.

Schmidt,G.H., L.D. Van Vleck, M.F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. 2nd Ed. Prentice-
Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.

Halaman 20 of 40
Semua ternak, kecuali karnivora, tergantung pada tanaman sebagai makanannya. Tanaman
memanfaatkan CO2 yang dikeluarkan oleh manusia dan mengeluarkan O2 yang sangat berguna bagi
manusia dan hewan. Tanaman tidak hanya menyediakan energi, protein, mineral dan vitamin bagi
ternak sebagai makanan, tapi juga O2 yang diperlukan bagi pernapasannya.
Makanan bagi sapi perah dibagi dua kategori: hijauan dan konsentrat. Hijauan ini bulky, banyak
serat kasar dan relatif rendah energi, sebagai contoh: rumput segar, rumput kering, silase dan
sebagainya. Konsentrat merupakan sumber energi dan protein, yang sangat terkonsentrasi dan
mengandung sedikit serat kasar, sebagai contoh: jagung, gandum, bungkil kedele dan sebagainya.

HIJAUAN

Pasture
Pasture merupakan makanan utama bagi ternak pada masa lalu. Dengan pengelolaan yang baik,
pasture merupakan sumber makanan yang baik, akan tetapi sekarang ini dengan jumlah ternak yang
bertambah sedangkan luasan tanah tetap dan produksi susu meningkat, maka ketergantungan
terhadap pasture berkurang dan beralih ke makanan lain. Alasan lainnya adalah variasi dalam
kualitas hijauan pada berbagai waktu, rusaknya rumput karena diinjak-injak, urine dan kotoran.
Adalah lebih baik, jika ternak yang merumput diberi tambahan konsentrat yang mengandung cukup
energi, protein dan mineral.
Pasture dapat terdiri dari rumput saja, leguminosa saja atau kombinasi rumput dan leguminosa.
Rumput biasanya rendah kadar proteinnya, apalagi jika rumput itu telah dewasa. Berbeda dengan
leguminosa yang mengandung banyak protein dan mineral, akan tetapi, jika pasture terdiri dari
leguminosa saja dapat mengakibatkan sapi itu menjadi bloat (kembung). Campuran rumput dan
leguminosa mengurangi resiko bloat dan memperpanjang musim tumbuh pasture. Inipun akan lebih
baik diperhatikan perbandingannya, karena bila terlalu banyak leguminosa bloat masih dapat
terjadi.
Bagian yang paling bernilai dari pasture adalah bagian daunnya. Bila rumput telah dewasa,
produksinya meningkat, tetapi kadar serat kasar pada batangnya meningkat dan daunnya
berkurang. Hal yang perlu diperhatikan peternak adalah keseimbangan antara jumlah dan nilai
gizinya.
Bagian yang pertama dimakan oleh sapi adalah pucuknya, makin lama makin rendah, bagian ini
mempunyai nilai makanan yang berkurang. Bila sapi terlalu banyak makan rumput bagian bawah,
produksi susu akan menurun, kecuali jika ditambah makanan konsentrat. Bagan manajemen pasture
untuk sapi perah adalah rotasi, merumput dengan kawat listrik dan merumput selektif.
Bila sapi-sapi itu tidak mampu memakan semua tanaman yang ada, maka diperlukan pemotongan
rumput yang tersisa sebelum menjadi tua dan kasar, kelebihan makanan ini dapat disimpan kering
atau sebagai silase. Meskipun tidak akan membuat simpanan makanan, pasture dengan kelebihan
rumput, seharusnya dipotong supaya mengurangi rumput tua dan kasar, sehingga produksi rumput
selanjutnya akan seragam dalam hal umur dan produksinya.
Jumlah sapi per satuan luas (stocking rate) menentukan produksi susu per satuan luas, akan tetapi
produksi susu per ekor sapi menurun. Stocking rate yang paling ekonomis adalah maksimum
produksi susu per satuan luas dan maksimum produksi susu per ekor sapi.
Halaman 21 of 40
Soilage Crops
Pola ini berbeda dengan pasture, yakni rumputnya dipotong dan dibawakan kepada ternak dengan
jumlah yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, dengan demikian tidak ada rumput terbuang
karena diinjak, kena urine dan kotoran.
Jika rumput yang diberikan terlalu dewasa, maka sapi akan mendapatkan rumput berkualitas
rendah, sehingga dikhawatirkan produksi susunya akan menurun. Soilage yang dewasa lebih
memberikan pengaruh yang buruk terhadap produksi susu dibandingkan dengan pasture yang
dewasa, karena sama sekali tidak mem-punyai peluang untuk dapat memilih lagi.
Pertimbangan pemilihan antara soilage dan pasture lebih diutanakan atas dasar jumlah ternak yang
dipelihara. Dengan soilage terdapat ongkos untuk alat pemotong rumput dan tenaga kerjanya,
namun mengurangi masalah lalu lintas antara kandang dan pasture. Bahkan untuk kondisi sekarang
adalah berkurangnya penggunaan metode pasture dan bertambahnya penggunaan soilage.
Silage
Silage adalah hasil dari penyimpanan dan fermentasi rumput segar di bawah kondisi anaerob.
Rumput oleh bakteri menjadi asam dan bila tepat pembuatannya, maka pH yang terbentuk sekitar
3,5 - 4,5. Kondisi asam ini membunuh bakteri dan rumput dapat tersimpan untuk jangka waktu lama
dengan rasa enak tanpa terjadi perubahan dalam komposisi.
Untuk mendapatkan silage yang berkualitas, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
penentuan kadar air rumput yang diinginkan (sekitar 60%), peng-isian rumput ke tempat
pembuatan silage harus cepat, rumput disusun dengan baik (padat merata) dan ditutup dengan
rapat untuk menghindarkan kontaminasi dengan udara.
Media pembuatan dan penyimpanan silage disebut silo, yang dapat berbentuk tegak/berdiri atau
mendatar/horizontal.
Banyak tanaman yang dapat disimpan sebagai silage, antara lain jagung, sorghum, campuran alfalfa-
rumput, dan lain-lain. Silage jagung cukup energi, rendah protein dan mineral, silage sorgum
mempunyai nilai gizi lebih rendah dari silage jagung dan silage campuran alfalfa-rumput mempunyai
nilai gizi sangat baik, cukup energi, protein dan mineral.
Haylage
(Low Moisture Silage)
Bila leguminosa atau rumput dilayukan sampai kadar airnya mencapai 50% sebelum disimpan, maka
produk ini disebut haylage. Haylage ini biasanya disimpan dalam silo tegak, walaupun kadang-
kadang disimpan dalam silo horizontal. Dengan kadar air yang agak rendah, sulit disimpan dalam
silo dengan kehampaan udara yang memadai. Namun, dengan teknis penyimpanan ini nilai gizi
tanaman mampu dipertahankan dengan sangat baik.
Hay
(Rumput Kering)
Tanaman yang dikeringkan dan disimpan dengan bahan kering 85-90 persen disebut hay.
Pengeringan dikerjakan seluruhnya dibawah sinar matahari atau sebagian oleh sinar matahari dan
sebagian lagi dianginkan dalam kandang/gudang.
Rumput kering yang berkualitas baik harus mengandung banyak daun, karena nilai gizinya
lebih baik daripada tangkainya. Oleh karena itu, untuk menjamin banyak-nya daun, pemotongan
harus dilakukan saat umur muda. Pada saat pengeringan, pengumpulan dan penyimpanan, lakukan
dengan hati-hati, jangan sampai banyak kehilangan daunnya.
Halaman 22 of 40
Roughages lain
Kebanyakan adalah hasil ikutan seperti kulit biji kapas, kulit padi, jerami butir-butiran, yang
kesemuanya rendah dalam energi dan protein, oleh karena itu, tidak boleh diberikan terlalu banyak
kepada ternak.

KONSENTRAT

Butiran
Hampir semua butiran mempunyai kandungan energi dan fosfor yang relatif tinggi, namun rendah
dalam kandungan protein dan kalsium, misalnya: jagung, jewawut dan gandum. Kondisi ini mudah
diatasi dengan mengkombinasikannya dengan pemberian leguminosa
Hasil Ikutan
Hasil ikutan ini mempunyai kandungan gizi yang sesuai dengan bahan dasarnya dan penanganan
selama pengolahan, dan seringkali bernilai baik serta harganya relatif murah, terutama jika dekat
dengan tempat pengolahannya. Dalam penggunaannya, hasil ikutan ini biasanya sebagai campuran
minor dalam susunan konsentrat, atau sesuai dengan kebutuhan. Beberapa macam hasil ikutan
yang dapat dipergunakan untuk pakan sapi perah antara lain: dedak gandum, dedak padi, ampas
bir, molases, dedak jagung, dan lain-lain.
Hasil ikutan sebagai suplemen protein, biasanya merupakan hasil ikutan pabrik dengan kandungan
protein yang tinggi, antara lain: bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil biji kapok, tepung biji rami,
dan lain-lain. Substansi lain yang dapat diberikan adalah urea dan sumber NPN lainnya, yakni bahan
yang tidak mengandung nilai gizi namun mengandung nitrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan makanan bagi mikroorganisme rumen
Suplemen cair yang biasa digunakan sebagai suplemen dalam makanan sapi perah antara lain
mengandung molases, urea, asam fosfat, dan hasil ikutan. Mineral dan vitamin, di beberapa daerah
merupakan makanan tambahan dalam ransum sehari-hari. Diberikan secara bebas, artinya
disediakan di sekitar kandang dalam sebuah tangki yang dapat dijilat sapi jika membutuhkannya,
atau dicampurkan dengan makanan ternak lainnya.
Unsur mineral yang biasanya kurang dalam ransum sapi perah adalah kalsium, fosfor, natrium dan
chloor (Ca, P, Na dan Cl). Sebagai bahan suplementasinya adalah tepung tulang untuk mengatasi
kekurangan kalsium dan fosfor. Tersedia juga sumber mineral komplit dengan komposisi yang sesuai
dengan kebutuhan.
Unsur vitamin yang dibutuhkan dalam penyusunan ransum adalah vitamin A, D dan E, karena unsur
vitamin lainnya dapat dibuat dalam tubuh sapi.

Halaman 23 of 40
PENDAHULUAN
Di daerah tropis, penyediaan pakan ternak yang berkualitas tidak dapat mencukupi kebutuhan
sepanjang tahun apabila tidak diatasi dengan pengawetan (pengolahan) serta penyimpanan hijauan
secara baik. namun, sampai saat ini cara-cara untuk mengatasi kekurangan penyediaan pakan
ternak tersebut masih dalam jumlah yang sangat terbatas terutama bagi peternak. hal ini dapat
disebabkan berbagai faktor penghambat diantaranya adalah terbatasnya modal, lahan serta tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Kekurangan persediaan pakan terutama hijauan pada musim kemarau
akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi peternak karena pada umumnya ternak
menjadi kurus, produksi susu turun, kegagalan reproduksi dan lain-lain. Untuk menghindari masa-
masa kritis dalam penyediaan pakan hijauan ini, dapat ditempuh beberapa alternatif antara lain
adalah :
a. Menanam lebih dari satu jenis hijauan, sebab setiap jenis hijauan akan mengalami puncak
produksi yang berlainan. Apabila pengaturan penanaman dilakukan dengan tepat, maka
kekurangan hijauan dalam batas-batas tertentu dapat diatasi.
b. Menjaga kesuburan tanah secara maksimal guna meningkatkan puncak produksi.
c. Mengawetkan atau mengolah hijauan yang berlebihan pada musim hujan dan diberikan pada
musim kemarau, yaitu dalam bentuk silase, hay maupun jerami olahan.

PERLAKUAN TERHADAP HIJAUAN KERING


Banyak metode untuk perlakuan terhadap hijauan, antara lain dipotong-potong (chopping), diikat
(baling), dibuat seperti wafer (wafering), dibuat pellet (pelleting).
• Long hay, adalah hijaun yang dipotong dan dikeringkan, lalu disimpan dalam gudang tanpa
perlakuan pemotongan pendek.
• Chopped hay, adalah hijauan yang dipotong pendek-pendek, dikeringkan, lalu disimpan. Metode
ini kurang disukai, karena penyimpanannya menyita ruang, berdebu, dan dapat terbakar jika
kurang kering menjemurnya.
• Balled hay, adalah pengikatan hijauan kering dengan tiga utas kawat, beratnya sekitar 55-56 kg.
Metode ini mudah disimpan dan diangkut, dengan catatan pada saat pengikatan hijauan jangan
terlalu kering dan jangan terlalu basah.
• Pelleting, yakni rumput kering, digiling dan dibuat pellet, mudah diperlakukan dan disimpan.
Pemberian pellet dalam jumlah besar, menyebabkan sapi menjadi lebih cepat bertambah berat
dan dalam beberapa hal menyebabkan pula peningkatan produksi susu. Namun, adanya
peningkatan produksi asam propionat akibat pemberian pellet, dapat menyebabkan turunnya
produksi susu.
• Wafering, adalah hijauan kering yang dipotong-potong sepanjang 1,5 inch, lalu dipress untuk
dibentuk balok berukuran 2,00 x 1,25 x 1,25 inch. Dengan bentuk ini, lebih sedikit ruang yang
dipergunakan untuk penyimpanan, penanganan lebih mudah dan jumlah yang dapat diangkut
lebih banyak.

Halaman 24 of 40
PEMBUATAN SILAGE
Silase adalah hasil dari penyimpanan dan fermentasi rumput segar di bawah kondisi anaerob
(hampa udara) di dalam suatu tempat yang disebut silo.
Prinsip Pembuatan Silase
Prinsip pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai keadaan hampa udara dan suasana asam di
tempat penyimpanan (silo). Dalam keadaan hampa udara dan suasana asam, maka bakteri
pembusuk dan jamur akan mati sehingga hijauan akan tahan lama di dalamnya. Keadaan hampa
udara dapat dilaksanakan dengan menyimpan hijauan di dalam tempat yang tertutup rapat dan
dengan penimbunan hijauan yang dipadatkan. Suasana asam (pH=3-4) dapat dilakukan dengan
memberikan bahan-bahan pengawet baik langsung maupun tidak langsung.
Pemberian bahan pengawet secara langsung adalah dengan menambahkan bahan kimia seperti
asam formiat (0,8 % dari hijauan segar), sedangkan bahan pengawet yang tidak langsung dengan
menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung karbohidrat seperti dedak (5% dari hijauan
segar), tetes (3 % dari hijauan segar), menir (3,5 % dari hijauan segar) dan onggok (3 % dari hijauan
segar).
Proses Fermentasi
Proses fermentasi silase terdiri atas 5 tahap yaitu :
• Tahap 1, adalah penyimpanan hijauan dan terjadi produksi CO2 dan panas dari sel tanaman
• Tahap 2, terbentuk asam asetat oleh bakteri pembentuk asam asetat
• Tahap 3, adalah pembentukkan asam laktat oleh bakteri pembentuk asam laktat dan penurunan
bakteri pembuat asam asetat
• Tahap 4, pembentukkan asam laktat terus berlangsung sampai pH yang di-inginkan sehingga
aktivitas bakteri berhenti
• Tahap 5, bergantung pada ke empat tahap sebelumnya, apabila asam asetat dan asam laktat
cukup untuk menahan bakteri pembusuk maka selanjutnya silase akan tetap awet dan
tersimpan baik.
Proses fermentasi tersebut membutuhkan waktu sekitar 21 hari.
Bentuk Silo
Silo dapat dibuat dari berbagai bahan seperti tanah, beton, logam/baja, bambu dan bahan bahan
lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda, diantaranya adalah:
• Upright (tower) silo. Silo tegak, silo ini bentuknya silindris dengan diameter 16-30 fts dan tinggi
30-80 fts, dengan bahan pembuatnya kayu, kayu campur beton, beton bata, atau metal.
Kelemahannya, memasukkan dan mengeluarkan isinya menggunakan mesin.
• Horizontal silo. Silo mendatar.
o Bunker silo. Lantai dan dinding dari beton atau kayu, cukup baik, namun agak mahal
pembuatannya.
o Trench silo. Silo parit, lantai dan dinding dari tanah, murah, namun jika disekitarnya banyak
air bisa merembes ke dalam
o Stack silo. Silo tumpukan, biasanya dibungkus seluruhnya dengan plastik tanpa udara atau
dibungkus saja, biasanya kurang sempurna, banyak rumput terbuang percuma dan fermentasi
jelek.
o Pit Silo, silo berbentuk silinder (sumur), dibuat di dalam tanah

Halaman 25 of 40
Persiapan Pembuatan Silase
Untuk membuat silase perlu dipersiapkan peralatan dan bahan-bahan seperti:
• Silo (dalam skala kecil dapat digunakan kantong plastik poli etilen)
• Chopper atau alat pemotong hijauan
• Hijauan segar
• Bahan-bahan pengawet
• Alat penutup dari plastik sebagai alat penahan perembesan air di bagian dindingnya
Cara-Cara Pembuatan Silase
• Hijauan segar dipotong-potong (lebih kurang 6 cm) kemudian dilayukan untuk mempermudah
pemadatan di dalam silo (kadar air 60-70 %).
• Hijauan yang sudah dilayukan dicampur dengan bahan pengawet sampai rata
• Bahan silase dimasukkan sedikit demi sedikit secara bertahap ke dalam silo sampai melebihi
permukaan silo untuk menjaga kemungkinan penyusutan volume selama penyimpanan agar
tidak terjadi cekungan dalam permukaan sehingga air masuk kedalamnya, pengisian harus
dilakukan dengan cepat dan disusun dengan baik.
• Setelah pengisian bahan silase ke dalam silo, kemudian segera ditutup rapat sehingga udara dan
air tidak dapat masuk ke dalam silo, caranya penutup pertama diberi lembaran plastik kemudian
ditutup dengan tanah setebal lebih kurang 50 cm kemudian diatasnya disimpan pemberat supaya
silo benar-benar rapat.
Cara Pengambilan Silase
• Waktu pengambilan silase bergantung pada kebutuhan, namun perlu diketahui bahwa silo yang
sempurna menghasilkan silase yang tahan sampai 2-3 tahun.
• Pada waktu pengambilan silase diusahakan hati-hati karena proses pada pembuatan silase
terbentuk CO2 dan NO yang apabila kontak dengan udara akan menghasilkan NO2 yang beracun.
• Silase diambil secukupnya, misalnya untuk persediaan 7 hari
• Silase yang baru diambil jangan diberikan langsung kepada ternak tetapi hendaknya diangin-
anginkan atau dijemur dahulu
• Setelah pengambilan silase selesai, maka silo harus ditutup kembali dengan rapat.
Kriteria Silase yang Baik
• Rasa dan bau asam
• Warna masih kelihatan hijau
• Tekstur hijauan masih jelas
• Tidak berjamur, tidak berlendir dan tidak menggumpal
• Secara laboratoris kandungan asam laktat tinggi, kadar N rendah (kurang dari 10 %) dan tidak
mengandung asam butirat
• pH rendah (3,5-4,0)

Halaman 26 of 40
Kerusakan Silase
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan silase antara lain adalah:
• Pemadatan hijauan di dalam silo kurang sempurna sehingga menimbulkan kantong-kantong
udara di dalamnya.
• Penutupan silo kurang baik, sehingga udara atau air masuk ke dalam, akibatnya terjadi keadaan
aerob yang memungkinkan bakteri pembusuk dan jamur tumbuh subur.

PEMBUATAN HAY
Prinsip Pembuatan Hay
Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan untuk diberikan kepada ternak pada kesempatan lain.
Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air menjadi 15-20 persen di dalam waktu yang
singkat, baik dengan panas matahari maupun dengan panas buatan.
Proses Pengeringan Hijauan
Pengeringan dengan panas matahari
Teknis pembuatan hay dengan cara ini sangat sederhana, peternak dapat melakukan dengan mudah
dan murah biayanya serta kandungan vitamin D dalam hijauan akan tinggi. Namun yang perlu
diperhatikan adalah teknik pembuatannya harus benar agar kualitas hay dapat terjamin.
• Hijauan ditebarkan sedikit-sedikit (tipis) dan setiap saat harus dibolak-balik kira-kira 1-2 jam
sekali.
• Usahakan agar proses penjemuran berlangsung dalam waktu singkat selama lebih kurang 4-8
jam sampai kadar air menjadi 15-20 persen. Oleh karena itu, perlu dipilih hijauan yang
mempunyai bentuk fisik halus dengan batang yang kecil seperti rumput Brachiaria brizantha

Pengeringan dengan Panas Buatan


Pengeringan dengan panas buatan pada umumnya dilakukan di daerah iklim dingin (subtropis), cara
pembuatannya adalah :
• Hijauan dipotong-potong kemudian langsung dimasukkan ke dalam alat pengering (mesin
pengering) dengan temperatur 100-250 derajat
• Lama pemanasan ditunggu sampai kandungan air hijauan mencapai 15-20 persen

Kriteria Hay yang Baik


• warna hijau kekuning-kuningan
• tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun utuh, tidak berjamur
• tidak mudah patah bila batang dilipat

Halaman 27 of 40
TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI
Pengolahan jerami merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas jerami menjadi bahan pakan
ternak yang potensial, terutama untuk meningkatkan efektivitas kecernaan oleh enzim
mikroorganisme melalui penghancuran ikatan lignin, silika dan kutin. Di samping itu, dengan
pengolahan tertentu diharapkan dapat meningkatkan kandungan protein jerami padi. Metode yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas jerami padi dapat secara fisis (mekanis), biologis dan kimia.

Pengolahan Jerami dengan Kaustik Soda (NaOH)


Prinsip pengolahan jerami dengan Kaustik Soda (NaOH) adalah memutuskan sebagian ikatan
selulosa dan hemiselulosa dengan lignin dan silika. Ada empat cara yang dapat dilakukan yaitu :
Cara basah
• rendam 50 kg jerami ke dalam 400 liter larutan NaOH dengan konsentrasi 2-3 % selama 24 jam
• setelah 24 jam jerami dicuci dengan air sampai bersih kemudian dikeringkan dalam tempat
pemanas 100 derajat
• setelah kering dapat diberikan pada ternak
Cara setengah basah
• sediakan larutan kaustik soda yaitu 50 gram NaOH dalam 2,5 liter air untuk setiap kilogram
jerami
• campurkan larutan kaustik soda tersebut dengan jerami sedemikian rupa sehingga larutan
terserap seluruhnya oleh jerami, kemudian didiamkan
• setelah 24-48 jam jerami olahan tersebut sudah dapat diberikan pada ternak
Cara setengah kering
• teknik ini menggunakan mesin pengaduk yang dikonstruksi khusus untuk mengaduk jerami
dengan 150 gram NaOH dalam bentuk larutan 32 % untuk setiap kilogram
• setelah diaduk dibiarkan di udara terbuka selama kurang lebih 8 hari, kemudian dapat diberikan
pada ternak
Cara kering
• Teknik ini digunakan pada industri pakan dengan peralatan besar yang bekerja sekaligus
menggiling jerami dan mencampur dengan larutan kaustik soda konsentrasi sangat tinggi
kemudian secara otomatis tepung jerami tersebut dijadikan pellet. Pengeringan tepung jerami
menjadi pellet melalui sistem tekanan dengan temperatur tinggi. Pellet tersebut dapat diberikan
langsung pada ternak atau disimpan lama.

Pengolahan Jerami dengan Urea


Pengolahan jerami dengan urea dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi urea yaitu serat kasar
akan terurai, kandungan protein kasarnya meningkat dan jerami menjadi lebih lunak dan enak untuk
dimakan ternak.
Cara membuatnya
Cara membuatnya adalah dengan memotong jerami dan menempatkannya ke dalam sebuah
kantong plastik, kemudian urea dilarutkan dengan air (10 liter per 1 kg urea). Setelah itu larutan

Halaman 28 of 40
tersebut tambahkan pada jerami sebanyak 5 persen dari bahan kering jerami, kemudian kantong
plastik ditutup rapat agar kedap udara. Seminggu kemudian, jerami dapat diberikan pada ternak.
Cara memberikannya
Jerami yang sudah dicampur dengan urea bukan sebagai pakan pengganti, tetapi sebagai pakan
tambahan. Dengan keberadaan hijauan yang semakin langka dan mahal, maka pakan jerami
tambahan ini akan menambah jumlah jatah pakan yang tentunya sangat penting dalam merangsang
proses pengunyahan. Jerami tersebut seharusnya diberikan dalam jumlah kecil pada siang hari dan
dalam jumlah besar pada malam hari. Untuk meningkatkan palatabilitas dapat dicampur dengan
sedikit katul, gamblong atau tetes, yang dapat mensuplai energi untuk mengimbangi kandungan
nitrogen non-protein urea.
Keracunan urea
Selama sapi tidak diberi urea terlalu banyak, maka kemungkinan keracunan tidak akan terjadi.
Keracunan terjadi karena urea terurai menjadi amonia di dalam rumen, dan masuk ke dalam aliran
darah sehingga hati tidak mampu mengubah amonia dengan cepat menjadi urea. Setelah itu
konsentrasi amonia di dalam darah meningkat dengan tajam yang akhirnya mempengaruhi otak dan
menyebabkan kematian. Penangkal bagi sapi yang keracunan urea adalah larutan cuka (konsentrasi
5 % asam asetat) 2-3 liter sesegera mungkin pada ternak yang sakit.
Penggunaan Jerami amoniasi
Sebagaimana dikemukakan di atas, jerami amoniasi bukan pengganti hijauan, tetapi hanya sebagai
pakan tambahan.

Contoh penambahan jerami amoniasi ke dalam ransum sapi perah laktasi


JENIS PAKAN ∑ BK PT PK SK Ca P
kg kg kg g kg g g
Rumput campuran 25,0 5,0 2,8 500 1,5 20 10
Konsentrat 10,0 8,7 5,9 1.305 0,6 96 78
Tetes 0,5 0,4 0,3 16 - 4 -
Jerami amoniasi 3,7 2,7 1,2 216 0,7 11 8
Jumlah 16,8 10,2 2.037 2,8 131 96
Perbandingan serat kasar dengan bahan kering 16,67%

Halaman 29 of 40
ANALISIS BAHAN PAKAN
Kualitas bahan pakan dapat ditentukan dengan menganalisis bahan pakan tersebut, dan kualitas
bahan pakan ini akan menentukan harganya. Oleh karena itu, analisis bahan pakan harus dilakukan
sebelum kita membeli bahan pakan tersebut. Analisis terhadap bahan pakan dapat dilakukan
secara:

• Fisik (physical evaluation of feedstuffs)


• Kimiawi (chemical analysis)
• Biologis (biological analysis)

Analisis terhadap pakan yang paling murah dan mudah adalah analisis secara fisik. Oleh karena itu,
metode evaluasi inilah yang disarankan untuk digunakan sebagai langkah awal sebelum pembelian
dilakukan. Evaluasi secara fisik pada umumnya dilakukan berdasarkan :

• Pengamatan mata
• Perabaan
• Penciuman, dan jika diperlukan
• Uji rasa

Kriteria kelaikan mutu pada hijauan mempunyai catatan tersendiri untuk setiap jenis pakan (segar,
hay, atau silage).
Kriteria kelaikan mutu pada butiran terhadap kelaikan mutunya didasarkan pada :

• Keberadaan biji yang pecah atau belah


• Kandungan air yang rendah (secara umum sekitar 12%)
• Mempunyai warna yang bagus (spesifik untuk masing-masing jenis)
• Bebas dari jamur
• Bebas dari kerusakan oleh tikus dan serangga
• Bebas dari benda asing (terutama logam), dan
• Bebas dari bau tengik

Pengujian secara kimiawi telah berkembang cukup lama, Henneberg dan Stohmann pegawai
Weende Experiment Station di Jerman, sejak akhir abad XIX telah mengembangkan prosedur
pengujian proksimat terhadap suatu bahan, yang disebut prosedur Weende. Prosedur ini
melakukan pengujian terhadap kandungan (kadar):
1. Air
2. Abu
3. Protein kasar
4. Lemak kasar
5. Serat kasar, dan
6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

Halaman 30 of 40
Selanjutnya, Peter J. Van Soest dari USDA Beltville National Research, sekitar tahun 1960’an,
mengembangkan prosedur pengujian yang memisahkan serat kasar menjadi dua bagia, yakni
neutral detergent fiber (NDF) dan acid detergent fiber (ADF), selanjutnya ADF diuraikan lagi menjadi
acid detergent lignin (ADL).
Kandungan NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan, sebab seluruh komponennya
memenuhi ruang rumen dan lambat dicerna, lebih rendah kandungan NDF lebih banyak pakan
dapat dikonsumsi. Kandungan ADF merupakan indikator kecernaan hijauan, karena kandungan
lignin merupakan bagian dari fraksi yang dapat dicerna. NDF selalu lebih besar dari ADF, karena ADF
tidak mengandung hemiselulosa.
Pengujian biologis biasanya bersifat laboratorium, sulit, lama, untuk mengetahui mikro nutrient
dalam pakan, bersyarat seragam dalam penggunaan ternaknya (umum, jenis kelamin, dan bobot
badan).
Analisis secara fisik hanya digunakan untuk menduga kualitas dan melihat kemurnian bahan pakan
tersebut. Dengan demikian, jika tingkat pembelian mencapai jumlah yang banyak, layak kiranya
untuk dilanjutkan dengan pengujian secara kimiawi, untuk mengetahui kandungan gizinya.

PEMBELIAN (BAHAN) PAKAN


Langkah awal yang harus dilakukan sebelum pembelian bahan pakan adalah :
1. mengetahui kebutuhan sapi perah yang dipeliharanya
2. ketersediaan bahan pakan di lokasi
3. perhitungan kebutuhan masing-masing bahan pakan berdasarkan jenis dan jumlahnya
4. kapasitas tampung tempat penyimpanan makanan, dan
5. ketersediaan dana

Sebagai seorang manager, kita harus mengetahui alasan mengapa kita harus membeli (bahan)
pakan dari luar ?
Beberapa alasan pembelian (bahan) pakan, antara lain:
a. Pemilikan lahan dan air terbatas
b. Tanah dan musim tidak menunjang produksi sendiri
c. Membeli di luar lebih murah daripada menanam sendiri
d. Tempat penyimpanan terbatas
e. Ransum perlu disuplementasi dengan beberapa zat makanan
f. Beberapa jenis bahan spesifik (molases, lemak, dan lain-lain)
g. Untuk mensubstitusi bahan pakan yang ada
h. Lebih menguntungkan dalam penggunaan modal, manajemen, dan tenaga kerja
i. Ketidakjelasan produktivitas kebun sendiri

Beberapa hal yang perlu diketahui sebagai pembeli, antara lain:


a. Kebutuhan zat makanan untuk ternaknya
b. Perkembangan industri pakan, produksi, dan trend ekonomi
c. Aspek bisnis
d. Perbedaan grade dan kualifikasi mutu pakan
e. Pembatasan penggunaan bahan pakan
f. Efek asosiatif atau aditif bahan pakan
Halaman 31 of 40
g. Asal bahan pakan
h. Potensi lokal
i. Jangka waktu ketersediaan bahan pakan
j. Kandungan air bahan pakan
k. Biaya pengangkutan
l. Kapasitas penyimpanan
m. Penyusutan bahan pakan
n. Faktor resiko penyimpanan
o. Proses pembuatan
p. Efek bahan pakan terhadap produksi
q. Residu beracun
r. Peraturan pemerintah tentang penggunaan bahan aditif
s. Pengaruh asing terhadap pembelian pakan
Pertimbangan lain yang perlu dilakukan dalam pembelian (bahan) pakan adalah
a. Palatabilitas
b. Keseragaman
c. Bulk
d. Harga
e. Efek terhadap flavor susu
Jika semua pengetahuan dan pertimbangan sudah diketahui, maka pertimbangan yang harus
dilakukan adalah harga, pemilihan bahan pakan biasanya berdasarkan harga per satuan unit zat
makanan, misalnya harga bahan pakan per kg TDN. Kriteria ini sangat bermanfaat untuk
penyusunan ransum dari bahan yang bersifat substitusi. Dalam pertimbangan ini, perlu juga
diketahui faktor yang mempengaruhi nilai aktual ransum dari setiap bahan pakan, yakni:
• Palatabilitas
• Grade
• Cara pengolahan
• Kandungan zat makanan hasil kombinasi
• Komposisi setiap bahan dalam ransum
Pilihan yang dapat dilakukan oleh manager dalam pembelian pakan, antara lain:
a. Pembelian bahan pakan, atau
b. Pembelian pakan komersial (konsentrat komplit, ransum sapi kering, ransum pertumbuhan, calf
starter, milk replacer, suplemen protein, dan premix mineral dan protein)
Produk yang akan dipilih berdasarkan pertimbangan:
a. Reputasi pabrik (dibandingkan dengan produk sejenis lain, dan catatan yang dapat dijadikan
jaminan/garansi),
b. Sesuai dengan kebutuhan ternak yang spesifik (kelas, umur, produktivitas, kebutuhan pokok,
pertumbuhan, reproduksi, produksi susu, atau untuk kontes)
Jumlah (bahan) pakan yang akan dibeli disesuaikan dengan:
a. Kapasitas tampung gudang penyimpanan
b. Komposisi penggunaan dalam ransum
c. Daya tahan

Halaman 32 of 40
PEDET
Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan manajemen
pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa. Dengan manajemen
yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan
dan manajemen yang tidak benar. Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik
(Arizona Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama
24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam).
Ada 4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a) kolostrum, (b) susu, (c) milk replacer,
dan (d) calf starter
Kolostrum perlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran (idealnya 15 menit atau dalam jangka
waktu 4 jam) untuk proteksi terhadap penyakit. Kolostrum dapat diberikan langsung dari induk,
botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlukan karena :
1. Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi terhadap penyakit.
2. Kemampuan pedet untuk menyerap immunoglobulin (komponen proteksi penyakit) berkurang
setelah 24-36 jam.
3. Pedet mudah terinfeksi dengan bakteri patogen segera setelah lahir.
Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6% dari bobot badan.
Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan dan disimpan dalam jangka waktu 1
tahun atau lebih tanpa kehilangan nilai antibodinya. Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100°F. Sour
colostrum adalah surplus kolostrum yang disimpan dan difermentasi secara alami.
Kolostrum terdiri dari bahan kering yang sepertiga lebih banyak dari susu atau reconstituted milk
replacer, dan sangat mudah dicerna. Oleh karena itu, penyimpanan untuk pemberian pakan
selanjutnya sangat dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat dibekukan kemudian dicairkan
sebelum diberikan; atau disimpan sebagai sour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan
diberikan pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk mencegah overfeeding dan scours
(diarrhae).
Pemberian pakan dengan susu penuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu hingga
disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat. Metode ini merupakan
yang terbaik ditinjau dari pertambahan bobot badan (PBB) dan menimbulkan gangguan lambung
yang terendah, tetapi susu merupakan makanan yang mahal.
Milk replacer bervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari labelnya. Yang terbaik terdiri
dari:
- minimal 20% protein, semua dari produk susu seperti skim milk, butter milk powder, casein, milk
albumen dll. Bila protein dalam milk replacer berasal dari tumbuhan, perlu protein lebih dari 22%.
Sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu.
- lemak 10-20%

Halaman 33 of 40
Milk replacer dapat diberikan pada hari ke tiga setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat
dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan oleh pabrik dalam mencampur milk replacer. Metode umum:
1 pound milk replacer ditambah dengan 9 pound air.
Calf starter merupakan campuran butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan
gandum biasanya merupakan komponen utama dari calf starter. Starter mengandung sumber
protein tinggi plus mineral dan vitamin. Starter harus palatable supaya pedet dapat makan sesegera
mungkin. Beberapa ada yang ditambah dengan molase supaya terasa manis. Pedet lebih menyukai
bentuk yang kasar daripada yang digiling halus. Calf starter sebaiknya mengandung 16-18% protein
dan 72-75% TDN untuk mencukupi zat-zat makanan esensial bagi pedet.
Calf grower diberikan bila pedet berumur 6-8 minggu. Level (kandungan) protein disesuaikan
dengan kualitas hijauan.
Hijauan berupa hay kualitas bagus dapat diberikan bila pedet berumur 2 minggu atau umur 5-10
hari. Silase (jagung) atau pastura jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air yang
tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan pertumbuhan.

SAPI DARA
Antara disapih dan beranak (12 minggu sampai umur 2 tahun) nutrisi sapi dara sering tidak
diperhatikan. Sebaiknya program manajemen pemberian pakan pada periode ini meliputi 3 fase
yang berbeda, yaitu:

Halaman 34 of 40
1. Sejak disapih (12 minggu) hingga umur 1 tahun.
Selama periode ini, sapi dara diberi makan hijauan free choice dan butiran/kon-sentrat terbatas.
Jumlah dan kandungan protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura dapat
digunakan dengan baik dalam program pemberian pakan, sepanjang disuplementasi dengan
grain mix, hijauan kering,dan mineral yang mencukupi (dapat diberikan dalam grain mix atau free
choice). Perlu disediakan air bersih dan segar. Selama periode ini sapi dara jangan overfeeding
dan terlalu gemuk. Kondisi yang berlebihan akan meng-hambat perkembangan jaringan sekretori
ambing selama periode kritis (perkembangan yang maksimal) antara umur 3-9 bulan dan
menyebabkan produksi susu rendah. Overconditioning setelah umur 15 bulan tidak
mempengaruhi jaringan sekretori ambing.
2. Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum beranak pada umur 2 tahun.
Bila tersedia hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu-satunya bahan pakan untuk sapi dara
umur 1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi dengan mineral mix yang disediakan free choice
(adlibitum). Sapi dara dapat tumbuh 0,8-0,9 kg/hari. Bila pertumbuhan tidak memuaskan dapat
ditambahkan konsentrat.
3. Dua bulan sebelum beranak - beranak
Pemberian pakan periode ini dapat mempengaruhi produksi susu selama laktasi pertama. Selama
2 bulan terakhir kebuntingan sapi dara akan bertambah bobot badannya sekitar 0,9 kg /hari,
sedangkan pada awal kebuntingan 0,8 kg/hari. Sapi dara yang tumbuh dengan cepat pada waktu
beranak, dan secara kontinyu tumbuh selama laktasi pertama akan menjadi penghasil susu yang
lebih persisten dibandingkan dengan sapi dara yang full-size pada saat beranak.
Jumlah konsentrat yang diberikan sebelum beranak akan dipengarui oleh: kualitas hijauan,
ukuran dan kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat 1% dari bobot badan mulai 6
minggu sebelum beranak. Ransum perlu cukup protein, mineral, dan vitamin. Kelebihan
konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing, perlu dicegah pada 2 minggu terakhir
sebelum beranak.
Sapi dara yang tumbuh dengan baik tidak akan menghadapi problem yang serius pada waktu
beranak. Namun manajemen nutrisi dapat memudahkan saat beranak dalam 2 hal, yaitu: (1)
ukuran pedet, dan (2) tingkat kegemukan induk. Sapi dara yang gemuk aka menghadapi insiden
distokia yang lebih tinggi karena pembukaan pelvic yang kecil dan biasanya ukuran pedet yang
lebih besar. Underfeeding atau sapi dara yang tumbuh jelek membutuhkan lebih banyak asisten
saat beranak dan resiko kematian lebih tinggi.

SAPI LAKTASI
Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlor berubah
mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif
pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah
konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan
tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan "seni
dan ilmu pemberian pakan".
Phase Feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode
berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Lihat

Halaman 35 of 40
ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan.
Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi:
1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 - 70 hari setelah beranak.
Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada
4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-
zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan
tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap
ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu
ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan
meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat
yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang
rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus
menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara
normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1”
atau lebih.
Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau
melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang
efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19%
atau lebih diharapkan dapat memenuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein yang
dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi oleh
kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan,
yang diikuti oleh banyak peternak (di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein
suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.
Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan
rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama
laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dan displaced abomasum. Untuk meningkatkan
konsumsi zat-zat makanan:
(a) beri hijauan kualitas tinggi,
(b) protein ransum cukup,
(c) tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,
(d) tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,
(e) pemberian pakan yang konstan, dan
(f) minimalkan stress.
2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.
Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama
mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan
yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi
konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan
tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk
mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal.
Untuk meningkatkan konsumsi pakan:
(a) beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
(b) beri bahan pakan kualitas tinggi,
(c) batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,

Halaman 36 of 40
(d) minimalkan stress,
(e) gunakan TMR (total mix ration).
Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:
(a) produksi susu turun dengan cepat,
(b) kadar lemak rendah,
(c) periode silent heat (berahi tidak terdeteksi),
(d) ketosis.
3. Fase 3, pertengahan - laktasi akhir, 140 - 305 hari setelah beranak
Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu
menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat
dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pemberian konsentrat harus mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi
awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan
tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot
badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.
4. Fase 4, periode kering, 45 - 60 hari sebelum beranak
Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat meminimalkan
problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama
laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus
diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan
foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian
sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB;konsumsi konsentrat bergantung
kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup
untuk program pemberian pakan sapi kering.
Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, lebih
disukai untuk membatasi konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode kering.
Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak,
bertujuan:
(1) mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi
campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
(2) meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.
Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang
berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P
meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum
sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi
kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet.
Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever, displaced abomasum, retained
plasenta, fatty liver syndrome, selera makan rendah, gangguan meta-bolik lain, dan penyakit
yang dikaitkan dengan fat cow syndrome.
Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi:
(a) observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,
(b) penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,

Halaman 37 of 40
(c) perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan
jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,
(d) cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan
(e) batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi
problem bengkak ambing.
Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,5–4,0. Selama 60 hari
periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 - 200 lbs.

Challenge Feeding (Lead Feeding)


Challenge feeding atau lead feeding, adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi
ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi.
Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama
laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 - 8 minggu setelah beranak.
Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering:
(1) sapi kering dalam kondisi yang baik,
(2) transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen.
Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan untuk meningkatkan pemberian konsentrat
beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah
memberikan kesempatan pada setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat
potensi genetiknya.
Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi.
Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang
berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi
energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein
tubuhnya untuk suplementasi ransumnya. Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak
adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil
dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu
dicegah.
Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang
seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis
sapi mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.

Corral (Group) Feeding (Pemberian pakan (group) di kandang)


Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah ke mechanized group
feeding. Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan
ke feed efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan
beberapa peternakan bahkan me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi
sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi
di-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).
Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok
yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan perlu diberikan
pada hal-hal berikut:

Halaman 38 of 40
(1) besar peternakan (herd size),
(2) tipe dan harga bahan pakan,
(3) tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan
(4) integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-
mesin peralatan, dan lain-lain.
Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah
minimal dibentuk 5 kelompok:
(1) sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. ~ 40 kg susu/ekor/hari)
(2) sapi-sapi produksi medium (65 lb. ~ 30 kg susu/ekor/hari)
(3) sapi-sapi produksi rendah (45 lb. ~ 20 kg susu/ekor/hari)
(4) sapi-sapi kering
(5) sapi-sapi dara beranak pertama
Lebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar bila kandang dan
fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor
sapi per kelompok. Melalui sistem ini setiap kelompok diberi makan menurut kebutuhannya.
Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas
tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian sehingga
dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki fungsi rumen,
mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya
perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan.
Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut adaptasi tingkah laku
dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan, seperti peck order tetapi masalah ini tidak terlalu besar.
Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam kelompok baru
sebelum diberi makan.
Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di tempat
pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan ber-kelompok dapat dengan mudah
beradaptasi pada penggunaan complete feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur
menjadi satu, tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang menggunakan complete feeds lebih
menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long stemmed hay secara terpisah untuk
meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karena long hay sulit dicampur dalam
mixer.
Keuntungan pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
(1) produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk ternak
(2) mengeliminasi kebutuhan penyediaan mineral ad libitum
(3) konsumsi ransum yang tepat
(4) difasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang
dibutuhkan
(5) mengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak terkontrol dari bahan pakan
tertentu
(6) mengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti seperti displaced abomasum
(7) mengurangi pemberian pakan di tempat pemerahan
(8) penggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendah
(9) menutupi bahan pakan yang tidak palatabel, seperti urea
(10) dapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensional
(11) memungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap proporsi konsentrat dalam
ransum

Halaman 39 of 40
(12) mengurangi resiko kekurangan micronutrient
(13) menyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian
dapat digunakan memperbaiki manajemen
Di antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
(1) memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara
merata
(2) tidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompok
(3) tidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakan
(4) sulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandang
(5) dapat terjadi mismanagement seperti fat cow syndrome dan problem kesehatan seperti
kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah, konsumsi bah.kering rendah, dan
gangguan metabolik. Dalam berbagai kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera,
biasanya muncul beberapa bulan kemudian.

Halaman 40 of 40

Anda mungkin juga menyukai