Anda di halaman 1dari 3

Self Assessment System

Dalam Self Assessment System wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam
menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah. Peran pemerintah
dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib pajak.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self
Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.


 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak
telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.

Berikut ini, menurut ketentuan Pasal 3 UU KUP, penghitungan, penetapan, dan pembayaran
pajak yang dipertanggungjawabkan dalam SPT.

a. Bagi Wajib Pajak PPh Wajib pajak PPh akan melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pajak yang sebenarnya terutang sebagai berikut:

1. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian dari
tahun pajak.
2. penghasilan yang merupakan obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak.
3. harta dan kewajiban.
4. pembayaran dari pemotong atau pemungut pajak tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Dipergunakan untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN


dan PPn BM yang sebenarnya terutang, serta melaporkan hal-hal sebagai berikut:

1. pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.


2. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau
oleh pihak lain dalam suatu masa pajak, yan ditentukan oleh ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak

Dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
pengertian Wajib Pajak meliputi pula mereka yang oleh UU diberikan kewajiban perpajakan
seperti para pemotong dan pemungut pajak. Mereka berkewajiban pula menyampaikan SPT.

Adapun penyampaian SPT ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak merupakan sesuatu yang
dimaksudkan oleh pembuat undangundang sebagai kewajiban membayar pajak tidak
tergantung pada adanya Surat Ketetapan Pajak. Dengan wajib pajak melakukan hal seperti
itu, berarti telah melakukan kewajiban menetapkan pajak sendiri.

Salah satu bentuk pengawasan oleh DJP, yaitu melalui pemeriksaan terhadap SPT yang
disampaikan oleh wajib pajak. Pemeriksaan adalah bentuk pengujian atau pencocokan
kebenaran penghitungan besarnya pajak terutang dalam Surat Pemberitahuan (Tahunan atau
Masa) dengan keadaan sebenarnya.

Oleh karena itu, sebagai wujud pembinaan terhadap Wajib Pajak diterbitkan ketetapan pajak
untuk kepentingan:

1. menagih jumlah utang pajak yang belum dibayar (menurut SPT).


2. pengenaan sanksi administrasi (bunga, denda, atau kenaikan) atas pelanggaran
kepercayaan yang diberikan.

Official Assessment System

Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ciri-ciri sistem
perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

Pemungutan pajak dilakukan oleh DJP berdasarkan wewenangnya setelah terlebih dahulu
menerbitkan ketetapan pajak. Penetapan pajak tersebut dilakukan terhadap wajib pajak yang
terdaftar di wilayah kerja kantor inspeksi pajak (KIP) dengan pentapn pajak. Dalam suatu
ketetapan pajak , saat timbul dan berakhirnya utang pajak sangat penting karena menentukan
saat berakhirnya suatu perikatan.

Berdasarkan paham timbulnya utang pajak formal, terbitnya SKP merupakan :

1. Keputusan tertulis yang disampaikan kepada wajib pajak


2. Berfungsi menetapkan besarnya utang pajak yang harus dibayar (definitif)
3. Berfungsi menetapkan saat timbulnya utang pajak (konstitutif, serta tanggal
pembayaran)
4. Menimbulkan hubungan hukum utang piutang antara wajib pajak dengan negara. WP
menjadi pihak yang berpiutang pajak, atau penanggung pajak yg berkewajiban
membayar atau melunasi utang pajak
5. Menimbulkan kewajiban DJP untuk mengawasi dan menagih utang pajak tsb
6. Kuitansi pembayaran pajak oleh DJP

Penetapan pajak tidak selalu harus sesuai dengan informasi yang diberikan oleh WP salam
SPT nya, KIP dapat menyimpang dari SPT sepanjang terdapat data lain atau bilamana
pemberitahuan dalam SPT tidak dipercaya.
Surat Ketetapan Pajak dalam SOA meliputi :

 SKP Sementara : Diterbitkan pada awal tahun pajak berdasarkan anggapan bahwa
pendapatan WP pada tahun berjalan sama dengan pendapatan tahun lalu
 SKP Rampung : SKP yg diterbitkan setelah tahun pajak berakhir. Dalam SKP
Rampung, pemghasilan di hitung berdasarkan pendapatan rill yg diterima oleh WP,
hasilnya adalah besarnya pajak terutang dikurangkan dengan pajak terutang dalam
SKP sementara
 SKP Tagihan Kemudian : Digunakan untuk menagih kekurangan pemotongan pajak
atas gaji para karyawan
 SKP Susulan : ketetapan pajak yg diterbitkan apabila terdapat data baru yang belum
terungkap pada waktu menerbitkan SKP Rampung

Sumber referensi :

BMP PAJA3339/ Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan (modul 2)

Materi inisiasi Tuton sesi 2

Anda mungkin juga menyukai