Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah Do
Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah Do
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dosen Pengampu:
Dr. HAIKAL ALI, SE, MTP
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
JAKARTA, 2019
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………....………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………...……………………………….……………………….……1
B.Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C.Tujuan Penulisan..……………………………..………………………………….…..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teknik SWOT..................……..…………………...…………………………….….3
B. Teknik Statistik........................………………………….……………………….….7
D. Teknik Prediksi……................………………………….……………………….….12
A.Kesimpulan………………………………………………………………..….……...25
B.Saran……………………………………....………………………………...……….26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini yaitu megingat
akan pentingnya pembangunan pada suatu daerah ataupun wilayah, yang dimana
sebuah pembagunan yang baik tak pernah lepas dari perencanaan yang matang
serta pengawasan yang baik pula, oleh karena itu dalam tulisan ini kami
khususkan untuk:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Pengertian Analisis SWOT
Unsur kekuatan dan kelemahan pada dasarnya adalah faktor internal yang
berasal dari dalam suatu daerah atau lingkup tugas (TUPOKSI) institusi tertentu.
Sedangkan unsur peluang dan ancaman adalah merupakan faktor eksternal yang
berasal dari luar daerah atau ruang lingkup tugas tertentu tetapi berpengaruh
terhadap masa depan institusi tersebut. Pengelempokan ini perlu diperhatika agar
4
tidak terjadi keraguan atau kebingungan dalam menentukan aspek-aspek yang
termasuk atau berkaitan dengan keempat unsur analisis SWOT tersebut.
5
tersebut dapat muncul dalam bentuk adanya minat masyarakat yang cukup tinggi
terhadap sesuatu hal, meningkatnya daya beli masyarakat, adanya kebijakan dan
aturan baru yang dapat memberikan peluang pengembangan atau karena adanya
perubahan teknologi dan penemuan produk baru yang dapat mendorong
timbulnya kebutuhan baru pula dan lain-lainnya. Sama denga hal terdahulu,
analisis akan lebih kongkrit dan lebih tajam bilamana kesemua unsur peluang
tersebut dapat dimunculkan dengan data dan informasi kuantitatif sehingga
menjadi lebih terukur.
Ancaman (Threat) dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi yang datang
dari luar dan dapat menimbulkan kesulitan, kendala atau tantangan yang cukup
serius bagi suatu daerah atau institusi tertentu. Ancaman tersebut dapat muncul
sebagai akibat kemajuan dan perubahan kondisi sosial ekonomi, perubahan
kebijakan dan aturan atau karena terjadinya perubahan pandangan dan kemajuan
teknologi. Sebagai contoh, dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi
daerah maka masing-masing daerah akan berlomba-lomba untuk mempercepat
proses pembangunan daerahnya masing-masing sehingga terjadi persaingan yang
semakin tajam antar daerah berkaitan.
Secara lebih spesifik, ada dua manfaat utama dari penggunaan analisis
SWOT dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Pertama, dengan
6
menggunakan analisis SWOT pembahasan tentang kondisi umum daerah atau
suatu institusi akan menjadi lebih tajam dan terarah kepada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan penyusunan perencanaan. Hal ini sangat penting artinya karena
kondisi umum (existing condition) adalah merupakan dasar utama penyusunan
perencanaan pembangunan. Perumusan perencanaan pembangunan akan menjadi
lebih tepat dan terarah bilamna analisis tentang kondisi umum daerah juga dapat
dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan demikian pula sebaliknya terjadi
apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan terlalu umum dan tidalk
terarah.
B. Teknik Statistik
7
secara kualitatif dan normatif untuk menghindari kemelesetan tersebut, sehingga
penyusunan anggaran serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan
pelaksanaan rencana menjadi sulit dilakukan.
Ilmu statistik itu sendiri dewasa ini ternyata telah berkembang cukup pesat
mulai dari yang sederhana sampai yang bersifat sulit dan rumit. Perkembangan ini
menyebabkan sudah banyak teknik statistik tersedia yang dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pemilihan teknik
statistik mana yang akan digunakan sangat ditentukan oleh ketersediaan data,
kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk
penyusunan rencana. Bila dana tersedia cukup besar, kemampuan perencana
cukup tinggi dan data tersedia memadai, maka sebaiknya teknik statistik yang
digunakan adalah yang lebih baik walaupun perhitungannya lebih sulit dan rumit.
Akan tetapi bilamana dan tersedia terbatas, kemampuan tenaga perencana masih
kurang dan data tersedia sangat terbatas, maka sebaiknya digunakan teknik
statistik sederhana saja walaupun tingkat kemelesetannya akan lebih tinggi.
1. Trend Perkembangan
Bila fluktuasi dari variabel yang di analisa cukup besar, maka analisis
tentang perkembangan pembangunan sebaiknya menggunakan teknik regresi
8
trend. Teknik ini dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu: ttren linear dan trend
nono linear.
9
b. Elastisitas kesempatan kerja
c. Koefisien Gini
10
penyusunan rencana menjadi lebih tepat dan terarah. Tenik perencanaan regional
yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah antara
lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah,
Indeks Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share
Analysis, Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.
1. Koefisien Lokasi
3. Shift-Share Analysis
Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi
Regional yang bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
4. Klassen Typology
11
Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah,
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu
sama lainnya.
D. Teknik Prediksi
12
1. Teknik Prediksi Trend
Bila teknik prediksi trend dan model sebab dan akibat tidak tidak dapat
memberikan hasil yang meyakinkan, dapat pula digunakan teknik yang lain yaitu
metode rata-rata bergerak (Moving Average). Teknik ini lazim digunakan
bilamana fluktuasi data antar waktu cukup tinggi sehingga penggunaan metode
trend kurang dapat memberikan hasil yang logis dan cenderung tidak stabil.
Karena itu diperlukan teknik alternative prediksi lain yang lebih sesuai dengan
kondisi data yang ada, yaitu teknik prediksi Moving Average yang juga lazim dan
banyak muncul dalam literatur Ilmu Statistik.
13
dalam menghitung nilai rata-rata untuk setiap observasi. Sedangkan kenyataan
menunjukkan bahwa data-data untuk beberapa tahun terakhir akan lebih
menentukan nilai prediksi di masa mendatang.
14
waktu, tetapi dalam bentuk persamaan dengan menggunakan “time lack” pada
masing-masing data.
Teknik indikator kinerja atau teknik indikator kinerja utama (IKU) atau
ukuran kinerja terpilih (key performance indicators, KPI) adalah teknik metric
finansial ataupun nonfinansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi
menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi yang terdapat
dalam perencanaan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang terukur scr konkret shg
sasaran yang dicapai menjadi jelas. Perencanaan yang terukur mempunya target
dan sasaran scr kuantitatif, shg lebih mudah melaksanakan, memonitoring,
evaluasi thd kinerja pelaksanaan rencana pembangunan. Sasaran dan target yang
terukur sering kali tidak tepat karena perubahan tidak terduga, tetapi masih lebih
baik daripada hanya bersifat normatif dan kualitatif.
15
dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa
indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
16
2. Fungsi Indekator Kinerja
Memperjelas tentang : what, how, who and when suatu program dan kegiatan
dilakukan;
Menciptakan konsensus yang dibangun oleh pihak yang berkepentigan dg
pembangunan (stakeholders);
Membangun landasan yang jelas untuk pegukuran dan analisis pencapaian
sasaran pembangunan;
Sebagai alat utk melakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan yang telah
dapat dilaksanakan dalam periode waktu tertentu
17
Indikator Kinerja Makro - kebehasilan pelaksanaan pembangunan yang
bersifat menyeluruh atau lintas program dalam suatu negara atau daerah
tertentu.
Indikator Kinerja Program dan Kegiatan– keberhasilan pelaksanaan suatu
program dan kegiatan tertentu saja.
18
a. Indikator Kinerja Input
Contoh:
1.Jumlah dana yang dibutuhkan
2.Tenaga yang terlibat
3.Peralatan yang digunakan
4.Jumlah Bahan yang digunakan
Contoh:
1.Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan
– Jumlah orang yang diimunisasi / vaksinasi
– Jumlah permohonan yang diselesaikan
– Jumlah pelatihan / peserta pelatihan
– Jumlah jam latihan dalam sebulan
2.Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan
– Jml pupuk/obat/bibit yang dibeli
– Jumlah komputer yang dibeli
– Jumlah gedung /jembatan yang dibangun meter panjang
– jalan yang dibangun/rehab
19
c. Indikator Kinerja Outcome
Contoh:
Ukuran Kinerja Indikator Outcome
1. Jumlah/ % hasil langsung dari kegiatan
– Tingkat Pemahaman peserta terhadap materi pelatihan
– tingkat kepuasan dari pemohon/pasien (costumer)
– kemenangan tim dlm setiap pertandingan
2. Peningkatan langsung hal-hal yang positif
– kenaikan prestasi kelulusan siswa
– peningkatan daya tahan bangunan
– Penambahan daya tampung siswa
3. Penurunan langsung hal-hal yang negatif
– Penurunan Tingkat Kemacetan
– Penurunan Tingkat Pelanggaran Lalu lintas
20
Contoh:
1.Peningkatan hal yang positif dlm jangka menengah dan jangka panjang
– % Kenaikan Lapangan kerja
– Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
2. Penurunan hal yang negatif dlm jangka panjang
– Penurunan Tingkat Penyakit TBC
– Penurunan Tingkat Kriminalitas
– Penurunan Tingkat Kecelakaan lalulintas
Contoh:
1. Peningkatan hal yang positif dlm jk panjang
– % Kenaikan Pendapatan perkapita masyarakat
– Peningkatan cadangan pangan
– Peningkatan PDRB sektor tertentu
2. Penurunan hal yang negatif dlm jk panjang
– Penurunan Tingkat kemiskinan
– Penurunan Tingkat Kematian
21
untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang
dihasilkan. Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen
berikut:
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya,karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak
ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat
dibuat indicator kinerja proksi, misalnya belanja per kapita.
b. Penggunaan (utilization)
22
Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat
kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan
pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction)
23
f. Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua aspek
perilaku yang cukup penting untuk pembuatan keputusan manajerial.
g. Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-faktor utama
yang merupakan keberhasilan organisasi.
h. Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indicator spesifik sehingga
relevan untuk kondisi dan kebutuhan tertentu.
i. Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan
indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat
dicapai.
Selain itu ada persyaratan indikator kinerja selain diatas, yaitu dengan
SMART:
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
B. Saran
25
Adapun saran penulis yaitu bahwa makalah ini tidak mutlak menjadi
sumber yang paling benar. Pembaca bisa menggunakan sumber bacaan lain untuk
mencari referensi terkait teknik perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan
pembangunan daerah yang baik adalah dengan menggunakan teknik yang tepat
dan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
26
Dadang Solihin. 2008. Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis
Kinerja. DEPUTI IV BPKP
Gaynor, P. E., and R. C. Kirk Patrick. 1994. Time Series Modelling and
Forecasting in Bussines and Economics. Newyork: McGraw Hill
Lohan. 2003. Public Sector Accounting. 4th Edition. London: Pitman Publishing.
Palmer., et al. 1995. The Role of Service Efforts and Accomplishments Reporting
in Total Quality Management: Implications for Accountants. Accounting
Horizons. Vol.8 No.02. June 1994. pp.25-43
27