Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

“Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah”

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Perencanaan


Pembangunan

Dosen Pengampu:
Dr. HAIKAL ALI, SE, MTP

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. INDAH SUKMA DEWI 27.0163


2. ALFINANTA SEPTIARANI 27.0718
3. YOHANES B. NALUN 27.0588

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JAKARTA, 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul:
“Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah”.

Melalui kesempatan ini, tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih


yang tidak terhingga kepada yang terhormat, Bapak Dosen Mata Kuliah
Perencanaan Pembangunan, Dr. HAIKAL ALI, SE, MTP, yang telah memberikan
petunjuk demi kesempurnaan pembuatan makalah ini, kepada kedua orang tua,
Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan,
dan pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan masukan, menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
sehingga isi tugas ini dapat lebih sempurna.

Akhirnya, penulis berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan
datang. Amin.

Jakarta, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR……………....………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………...……………………………….……………………….……1

B.Rumusan Masalah.........................................................................................................2

C.Tujuan Penulisan..……………………………..………………………………….…..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teknik SWOT..................……..…………………...…………………………….….3

B. Teknik Statistik........................………………………….……………………….….7

C. Teknik Perencanaan Regional.………………………….…………………….….….10

D. Teknik Prediksi……................………………………….……………………….….12

E. Teknik Indikator Kinerja.........………………………….……………………….….15

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan………………………………………………………………..….……...25

B.Saran……………………………………....………………………………...……….26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001 yang lalu, aspek


pembangunan dan perencanaan daerah menjadi semakin diperlukan dan
menentukan dalam proses pembangunan nasional karena wewenang pemerintah
daerah dalam mengelolah pembangunan di daerahnya masing-masing menjadi
semakin besar. Disamping itu dengan keluarnya undang-undang no 25 tahun
2004. Tenteng sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN 2004), peranan
perencanaan pembangunan daerah di indonesia yang menjadi semakin penting.

Dari segi teknis perencanaan, keluarnya SPPN 2004 tersebut juga


memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam penyusunan dokumen
perencanaan pembanunan daerah di indonesia. Perobahan tersebut antara lain
adalah : pertama menyangkut dengan jenis dokumen perencanaan pembangunan
daerah yang harus dibuat oleh masing-masing daerah sesuai dengan
perkembangan demokrasi dan sistem pemerintahan daerah. kedua, sesuai dengan
perobahan jenis dokumen yang perlu dibuat, maka teknis penyusunan rencana uga
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Ketiga tahapan penyusunan rencana
juga mengalami perobahan untuk dapat menerapkan sistem perencanaan
parsitipatif guna meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat dalam
meyusunan rencana.

Dalam merencanakan sebuah perencanaan dalam hal ini perencanaan


pembangunan bukanlah hal yang mudah karena kita juga harus melihat dari segala
aspek serta potensi-potensi yang ada. Oleh karen itu diperlukannya penggunaan
teknik-teknik perencanaan yang tepat dalam suatu wilayah atau daerah agar
nantinya tujuan suatu daerah yang bukukan dalam bentuk dokumen perencanaan
dapat di implementasikan secara optimal

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai


berikut:

1. Bagaimanakah teknik analisis SWOT dalam perencanaan pembangunan?


2. Bagaimanakah teknik statistik dalam perencanaan pembangunan?
3. Bagaimanakah perencanaan regional dalam perencanaan pembangunan?
4. Bagaimanakah teknik prediksi dalam perencanaan pembangunan?
5. Bagaimanakah teknik indikator kinerja dalam perencanaan pembangunan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini yaitu megingat
akan pentingnya pembangunan pada suatu daerah ataupun wilayah, yang dimana
sebuah pembagunan yang baik tak pernah lepas dari perencanaan yang matang
serta pengawasan yang baik pula, oleh karena itu dalam tulisan ini kami
khususkan untuk:

1. Mendeskripsikan teknik analisis SWOT dalam perencanaan pembangunan


daerah.
2. Mendeskripsikan teknik statistik dalam perencanaan pembangunan daerah.
3. Mendeskripsikan teknik perencanaan regional dalam perencanaan
pembangunan daerah.
4. Mendeskripsikan teknik prediksi dalam perencanaan pembangunan daerah.
5. Mendeskripsikan teknik indikator kinerja dalam perencanaan pembangunan
daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Analisis Swot

Analisis SWOT lazim digunakan dalam penyusunan sebuah perencanaan,


khusunya rencana strategis (Renstra). Teknik Perencanaan ini menjadi populer
karena dia dapat menghasilkan suatu strategi pembangunan yang lebih terarah
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah atau institusi bersangkutan.
Disamping itu, dengan menggunakan teknik SWOT akan dapat pula dihasilkan
program dan kegiatan yang lebih tepat untuk merebut peluang yang tersedia
maupun untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi. Dengan demikian
penggunaan analisis SWOT akan dapat menggunakan analisis yang lebih kongkrit
dan realistis sesuai dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh daerah atau
institusi bersangkutan. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana analisis
SWOT ini sangat populer dikalangan aperatur pemerintahan dalam penyusunan
rencana pembngunan untuk suatu daerah atau institusi tertentu.

Semula rencana strategis ini umumnya digunakan dalam penyusunan


rencana untuk dunia usaha dimana tingkat persaingan sangat tajam. Akan tetapi
karena dalam era otonomi daerah persaingan antara suatu daerah dengan daerah
lainnya juga sangat tajam dalam mendorong proses pembangunan pada masing-
masing daerahnya, maka belakangan ini rencana strategis ini juga sangat populer
dalam menyusun rencana pembangunan untuk masing-masing dinas instansi pada
tingkat daerah. Aspek lain yang juga mendorong instansi pemerintah untuk
menyusun rencana strategis ini adalah karena penyusunan rencana ini lebih
terfokus pada aspek-aspek yang bersifat strategis dan langsung mempengaruhi
kinerja pembangunan dari dinas dan instansi bersangkutan.

3
1. Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT pada dasarnya merupakan identifikasi berbagai faktor dan


unsur penentu pembangunan suatu institusi secara sistematis untuk melakukan
evaluasi kondisi lingkup kegiatan bersangkutan dan selanjutnya dapat pula
digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan institusi yang tepat sesuai
dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Dalam penerapannya, institusi yng
dimaksud disini dapat berbentuk perusahaan atau dinas dan instansi pemerintah.
Analisis SWOT ini didasarkan pada kondisi umum institusi bersangkutan baik
yang bersifat internal maupun external guna mencapai tujuan serta visi dan misi
yang telah ditetapkan semula oleh para pemangku kepentingan. Kekuatan utama
analisis SWOT adalah karena teknik ini dapat melakukan evaluasi secara lebih
tajam dan terarah. Kemudian analisis dapat pula digunakan untuk perumusan
strategi pembangunan secara sistematis sesuai dengan kondisi dan lingkungan
institusi bersangkutan dalam rangka menghadapi kondisi persaingan sesama
institusi bersangkutan.

SWOT merupakan singkatan dari perkataan Strength (kekuatan),


Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threat (ancaman).
Keempat unsur ini merupakan aspek penting yang perlu dibahas untuk dapat
mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau institusi
tertentu. Dengan demikian analisis SWOT dapat diartikan sebagai suatu teknik
analisis yang menggunakan keempat unsur tersebut sebagai variabel utama dalam
melakukan analisis. Analisis SWOT ini berasal dari Ilmu Manajemen
(Management Scince) yang diterapkan untuk perumusan pengembangan
perusahaan (Freddy Rangkuti, 1997).

Unsur kekuatan dan kelemahan pada dasarnya adalah faktor internal yang
berasal dari dalam suatu daerah atau lingkup tugas (TUPOKSI) institusi tertentu.
Sedangkan unsur peluang dan ancaman adalah merupakan faktor eksternal yang
berasal dari luar daerah atau ruang lingkup tugas tertentu tetapi berpengaruh
terhadap masa depan institusi tersebut. Pengelempokan ini perlu diperhatika agar

4
tidak terjadi keraguan atau kebingungan dalam menentukan aspek-aspek yang
termasuk atau berkaitan dengan keempat unsur analisis SWOT tersebut.

Kekuatan (Strength) pada dasrnya merupakan kelebihan yang dimiliki oleh


suatu daerah dan institusi dibandingkan dengan daerah dan institusi lainnya.
Dalam analisis kondisi sosial ekonomi daerah kekuatan tersebut dapat muncul
dalam bentuk kesuburan tanah yamg lebih baik, ptensi sumberdaya alam yang
lebih besar, kualitas pendidikan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih
mapan dan lain-lainnya. Analisis akan menjadi lebih kongkrit dan meyakinkan
bilamana kekuatan ini dapat dibuktikan secara kuantitatif dengan menggunakan
indikator pembangunan dan data tertentu. Misalnya tingkat kesuburan dapat
diperlihatkan oleh produktivitas lahan per hektar, potensi sumberdaya alam
ditunjukkan oleh jumlah kandungan deposit yang dimiliki, kualitas sumberdaya
manusia oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan lain-lainnya.

Kelemahan (Weaknesses) pada dasarnya merupakan kekurangan atau


kelemahan yang dimilikioleh suatu daerah atau institusi tertentu dibandingkan
dengan daerah dan institusi lainnya. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi, unsur
kelemahan ini pada dasarnya merupakan kebalikan dari unsur kekuatan
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian kelemahan dapat muncul
dalam bentuk relatif rendahnya tingkat kesuburn lahan, terbatasnya atau relatif
kecilnya potensi sumberdaya alam, rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan
lain-lainnya. Sama halnya dengan unsur kekuatan, analisis tentang kelemahan ini
akan lebih kongkrit dan meyakinkan bilamana dapat didukung oleh data dan
informasi yang kuantitatif secara terukur.

Peluang (Opportunities) dapat diartikan sebagai kesempatan dan


kemungkinan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses
pembangunan daerah atau institusi bersangkutan. Sebagaimana telah disinggung
terdahulu bahwa peluang ini adalah unsur yang datang dari luar (eksternal), baik
dari kondisi ekonomi, sosial, aturan kebijakan dan aturan pemerintah atau karena
adanya perubahan teknologi baru. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi peluang

5
tersebut dapat muncul dalam bentuk adanya minat masyarakat yang cukup tinggi
terhadap sesuatu hal, meningkatnya daya beli masyarakat, adanya kebijakan dan
aturan baru yang dapat memberikan peluang pengembangan atau karena adanya
perubahan teknologi dan penemuan produk baru yang dapat mendorong
timbulnya kebutuhan baru pula dan lain-lainnya. Sama denga hal terdahulu,
analisis akan lebih kongkrit dan lebih tajam bilamana kesemua unsur peluang
tersebut dapat dimunculkan dengan data dan informasi kuantitatif sehingga
menjadi lebih terukur.

Ancaman (Threat) dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi yang datang
dari luar dan dapat menimbulkan kesulitan, kendala atau tantangan yang cukup
serius bagi suatu daerah atau institusi tertentu. Ancaman tersebut dapat muncul
sebagai akibat kemajuan dan perubahan kondisi sosial ekonomi, perubahan
kebijakan dan aturan atau karena terjadinya perubahan pandangan dan kemajuan
teknologi. Sebagai contoh, dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi
daerah maka masing-masing daerah akan berlomba-lomba untuk mempercepat
proses pembangunan daerahnya masing-masing sehingga terjadi persaingan yang
semakin tajam antar daerah berkaitan.

Dengan menggunakan keempat unsur tersebut secara rinci dan kalau


mungkin dalam bentuk kuntitatif, maka analisis tentang kondisi sosial ekonomi
daerah atau institusi bersangkutan akan semakin jelas dan kongkrit. Karena itulah
analisis SWOT ini lazim pula digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi
diri (Self Evaluation) terhadap suatu institusi tertentu. Perlu dicatat disini bahwa
analisis SWOT ini akan menjadi baik dan dapat dipercaya bilamana penilaian
terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dilakukan secara
jujur tanpa ditutupi atau dinilai secara berlebihan.

2. Manfaat Analisis SWOT untuk Perencanaan

Secara lebih spesifik, ada dua manfaat utama dari penggunaan analisis
SWOT dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Pertama, dengan

6
menggunakan analisis SWOT pembahasan tentang kondisi umum daerah atau
suatu institusi akan menjadi lebih tajam dan terarah kepada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan penyusunan perencanaan. Hal ini sangat penting artinya karena
kondisi umum (existing condition) adalah merupakan dasar utama penyusunan
perencanaan pembangunan. Perumusan perencanaan pembangunan akan menjadi
lebih tepat dan terarah bilamna analisis tentang kondisi umum daerah juga dapat
dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan demikian pula sebaliknya terjadi
apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan terlalu umum dan tidalk
terarah.

Kedua, manfaat selanjutnya dari penggunaan analisis SWOT adalah


dapatnya dirumuskan strategi pembangunan daerah sesuai dengan kondisi umum
daerah dan institusi bersangkutan. Dengan demikian, perumusan strategi
pembangunan daerah menjadi lebih tajam dan terarah sesuai dengan kondisi dan
potensi yang dimiliki oleh daerah dan institusi bersangkutan. Dengan demikian
kemungkinan berhasilnya pelaksanaan strategi pembangunan daerah tersebut akan
menjadi lebih besar.hal ini sangat penting artinya karena bilamana strategi
pembangunan dirumuskan hanya secara umum dan tidak sesuai dengan potensi
daerah, maka kemunkinan tercapainya sasaran pembangunan dengan
menggunakan strategi tersebut akan menjadi lebih kecil.

B. Teknik Statistik

Perencanaan pembangunan yang baik adalah yang kongkrit dan terukur.


Hal ini sangat diperlukan baik dalam analisis tentang kondisi daerah, arah dan
sasaran maupun kebijakan yang akan ditempuh. Untuk keperluan ini diperlukan
analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan metode atau teknik statistik
yang tidak harus terlalu tinggi dan rumit, tetapi cukup dengan yang sederhana saja
dan mudah dimengerti oleh publik. Sangat disadari bahwa hasil perhitungan
statistik tidaklah bersifat pasti karena selalu mengandung kemelesetan (error)
sekitar 5% sampai 10%. Namun demikian, bila perencanaan hanya dilakukan

7
secara kualitatif dan normatif untuk menghindari kemelesetan tersebut, sehingga
penyusunan anggaran serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan
pelaksanaan rencana menjadi sulit dilakukan.

Ilmu statistik itu sendiri dewasa ini ternyata telah berkembang cukup pesat
mulai dari yang sederhana sampai yang bersifat sulit dan rumit. Perkembangan ini
menyebabkan sudah banyak teknik statistik tersedia yang dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pemilihan teknik
statistik mana yang akan digunakan sangat ditentukan oleh ketersediaan data,
kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk
penyusunan rencana. Bila dana tersedia cukup besar, kemampuan perencana
cukup tinggi dan data tersedia memadai, maka sebaiknya teknik statistik yang
digunakan adalah yang lebih baik walaupun perhitungannya lebih sulit dan rumit.
Akan tetapi bilamana dan tersedia terbatas, kemampuan tenaga perencana masih
kurang dan data tersedia sangat terbatas, maka sebaiknya digunakan teknik
statistik sederhana saja walaupun tingkat kemelesetannya akan lebih tinggi.

1. Trend Perkembangan

Teknik untuk menaksir dan menganalisis trend perkembangan dari salah


satu variable pembangunan daerah pada dasarnya dapat dibagi atas 2 teknik, yaitu:

a. Teknik Bunga Berganda (Compound Interest)

Kebanyakan penyusun perencanaan pembangunan daerah dimulai dengan


menganalisis perkembangan kondisi pembangunan daerah beberapa tahun akhir.
Analisa ini dapat dilakukan scra menyeluruh (mikro), sektoral untuk bidang
tertentu atau menurut wilayah (regional) kesemua analisis ini sangat diperlukan
guna melihat perkembangan masa lalu untuk mengetahui presasi yang telah
dicapai serta berbagai permasalahan yanga di adapi oleh pembaunan suatu daerah.

b. Teknik Regresi Trend.

Bila fluktuasi dari variabel yang di analisa cukup besar, maka analisis
tentang perkembangan pembangunan sebaiknya menggunakan teknik regresi

8
trend. Teknik ini dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu: ttren linear dan trend
nono linear.

Masing-masing teknik ini mempunyai kelemahan dan kekuatan sendiri dan


jenis mana yang akan digunakan tergantung dari jumlah dan kondisi data yang
tersedia. Bila data tersedia sangat terbatas, maka teknik Bunga Berganda akan
sangat membantu para perencana dalam melakukan analisis. Akan tetapi bilamana
data tersedia dalam jumlah yang cukup, maka Teknik Regresi akan dapat
memberikan hasil yang lebih baik.

2. Indeks dan Koefisien

Dalam melakukan analisis terhadap terhadap kondisi umum dan potensi


daerah, pembahasan akan menjadi sangat terbantu dan menjadi lebih jelas bila
menggunakan beberapa indikator pembangunan yang biasanya ditampilkan dalam
bentuk indeks dan koefisien sebagai peralatan analisis. Indeks dan koefisien
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan teknik statistik sederhan yang
mudah dipahami oleh masyarakat umum. Indeks dan koefisien yang sudah cukup
populer dan banyak digunakan antara lain adalah: Indeks Pembangunan Manusia
(Human Develepment Index, HDI), Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality
Rate, IMR), Indeks Harapan Hidup (IHH), Indeks Gini Ratio, Indeks Kapasitas
Fiskal dan lain-lainnya.

a. Indeks pembangunan manusia

Indeks pembangunan manusia atau (IPM) muncul sebagai kritikan dan


sekaligus perbaikan terhadap penggunaan angka pendapatan perkapita sebagai
ukuran kemajuan ekonomi yang berfokus pada aspek ekonomi saja. Sedangkan
pembangunan daerah tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga
oendidikan dan derajat kesekatan masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini
mincullah IPM yang merupakan indeks dari komunikasi tiga unsur penting dalam
pembangunan yaitu : daya beli yang ditentukan oleh tingkat pendapatan
masyarakat, tingkat pendidikan dan derajat ksahatan masyarakat.

9
b. Elastisitas kesempatan kerja

Elastisitas kesempatan kerja salah satu indeks yang bermanfaat untuk


menyediakan jumlah lapangan kerja sebagai hasil peningkatan investasi. Indeks
ini sangat penting nantinya dalam menyusun rencana pembangunan karena
penyediaan lapangan kerja merupakan salah satu sasaran pembangunan,
sedangkan peningktan investasi baik pemerintah maupun swasta adalah merupaka
alat utama dalam kebijakan pembangunan.

c. Koefisien Gini

Koefisien dini adalah metode yang cukup terkenal untuk mengukur


distribusi pendapatan nasioanal dalam masyarakat. Metode ini diciptakan oleh
seorang ahli statistik di italia bernama corrdo gini, gini menghitung tingkat
kesenjangan pendapatan personal secara agregatif yang diterima diatas tingkat
tertentu.

d. Incremental caital output ratio (ICOR)

Koefisien ICOR merupakan alah satu teknik yang populer dalam


menyusun rencana pembangunan. Pengertian ICOR secara ringkas adalah suatu
koefisien yang menunjukkan tambahan kapital yang diperlukan untuk mencapai
peningkatan suatu produksi tertentu.

C. Teknik Perencanaan Regional

Dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang baik,


diperlukan bebarapa teknik perencanaan khusus di bidang perencanaan regional.
Alasannya adalah bahwa teknik perencanaan yang biasanya dipakai dalam
penyusunan perencanaan pembanguna nasional banyak yang tidak sesuai dengan
kondisi dan struktur pembangunan daerah dimana aspek ruang (Space) dan
perbedaan potensi pembanguna antar wilayah merupaka unsur yang sangat
penting. Dengan menggunakan teknik perencanaan regional ini diharapkan

10
penyusunan rencana menjadi lebih tepat dan terarah. Tenik perencanaan regional
yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah antara
lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah,
Indeks Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share
Analysis, Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.

1. Koefisien Lokasi

Dalam melakukan analisis terhadap kondisi umu daerah dan perumusan


strategi pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu
muncul adalah apa potensi pembangunan utama yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan. Pertanyaan ini sangat penting artinya karena analisis kondisi umum
daerah harus dapat memunculkan analsis tentang potensi utam ekonomi daerah
secara sektoral dan kalau dapat sampai ke tingkat komoditi.

2. Indeks Ketimpanagan Pembangunan Regional

Kenyataan umum hampir di semua Negara sedang berkembang, termasuk


Indonesia, menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah
cukup besar. Hal ini dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan potensi
daerah yang sangat besar, perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjaan.

Penggunaan Theil Index sebagai ukuran ketimpangan mempunyai


kelebihan tertentu. Pertama, dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan
antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas.

3. Shift-Share Analysis

Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi
Regional yang bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

4. Klassen Typology

11
Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah,
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu
sama lainnya.

Kebijakan dan program untuk daerah yang mempunyai pertumbuhan


ekonomi cepat tentunya tidak akan sama dengan kebijakan dan program untuk
daerah yang bertumbuh lambat atau bahkan stagnasi. Karena itu, pengelompokkan
daerah menurut struktur pertumbuhan dan tingkat pembangunan akan sangat
penting.

Pengelompokkan daerah menurut struktur daerah dan tingkat pmbangunan


ini antara lain dapat digunakan dengan menggunakan Matrix Klassen Typology.
Dalam hal ini, pengelompokkan daerah dilakukan dengan 2 indikaor utama yaitu:
laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita.

D. Teknik Prediksi

Perencanaan pembangunan yang meyangkut masa depan yang mana


kondisinya belum d ketahui sama sekali. Namun demikian untuk keperluan
penyusunan perencanaan yang baik dan terukur, masa depan tersebut perlu
dierkirakan kondisiya agar strategi dan kebijakan dapat ditentukan secara lebih
tepat dan terarah. Karena itu penyusunan proyeksi atau prediksi tersebut
memerlukan teknik dan metode tertentu yang masing-masing mempunyai
kekuatan dan kelemahan tersendiri.

Bagian ini membahas berbagai teknik prediksi yang bersifat praktis


berdasarkan pengalaman dalam penyusunan perencanaan pemangunan di masa
lalu. Teknik prediksi ini pada dasarnya adalah sederhana, tetapi bnyak terpakai
dalam praktek penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Teknik prediksi
yang akan dibahas meliputi Teknik Regresi Trend, baik liniear maupun non linear,
Teknik Sebab dan Akibat, teknik Rata-Rata Bergerak (Moving Average) dan
Model Pertumbuhan Harrod Domard.

12
1. Teknik Prediksi Trend

Prediksi dengan menggunakan Teknik Regresi Trend didasarkan pada


sudut pandang bahwa perkiraan masa datang akan sangat ditentukan oleh
kenyataan yang terjadi pada masa lalu. Bila kenyataan masa lalu menunjukkan
bahwa perkembangan suatu aspek pembangunan cukup cepat, maka prediksi masa
datang juga akan menunjukkan perkembangan dengan tendensi yang hampir
bersamaan.

2. Teknik Prediksi Sebab Akibat

Untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada teknik prediksi trend,


muncul teknik prediksi lain yang didasarkan pada hubungan sebab dan akibat
dalam sebuah fungsi. Dalam hal ini prediksi masa datang didasarkan pada
hubungan sebab dan akibat yang terjadi di masa lalu. Dengan demikian, factor
yang dijadikan sebagai dasar utama prediksi tidak lagi hanya waktu, tetapi oleh
berbagai variable yang berkaitan erat dengan unsur yang akan diprediksi.

3. Teknik Rata-Rata Bergerak

Bila teknik prediksi trend dan model sebab dan akibat tidak tidak dapat
memberikan hasil yang meyakinkan, dapat pula digunakan teknik yang lain yaitu
metode rata-rata bergerak (Moving Average). Teknik ini lazim digunakan
bilamana fluktuasi data antar waktu cukup tinggi sehingga penggunaan metode
trend kurang dapat memberikan hasil yang logis dan cenderung tidak stabil.
Karena itu diperlukan teknik alternative prediksi lain yang lebih sesuai dengan
kondisi data yang ada, yaitu teknik prediksi Moving Average yang juga lazim dan
banyak muncul dalam literatur Ilmu Statistik.

Pediksi dengan teknik Moving Average didasarkan pada nilai rata-rata


beberapa tahun yang lalu yang kemudian digerakkan kemuka untuk melakukan
prediksi periode waktu selanjutnya.

Namun demikian, kelemahan yang cukup serius dari teknik Simple


Moving Average adalah karena metode ini memberikan penimbang rata-rata sama

13
dalam menghitung nilai rata-rata untuk setiap observasi. Sedangkan kenyataan
menunjukkan bahwa data-data untuk beberapa tahun terakhir akan lebih
menentukan nilai prediksi di masa mendatang.

4. Teknik Prediksi Dekomposisi

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam melakukan prediksi dengan


menggunakan metode trend (Time Series) dalam jangka panjang seringkali data
yang dipakai mengandung variasi musim (Seasonal variation) dan fluktuasi siklus
(Cyclical Fluctuation) yang cukup besar. Variasi musim dan fluktuasi siklus ini
terjadi secara berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Karena itu, dalam
melakukan prediksi yang lebih tepat, kedua unsur variasi dan fluktuasi ini perlu
dipertimbangkan secara eksplisit dalam model yang akan digunakan.

Model prediksi yang dapat memasukkan secara eksplisit aspek variasi


musim dan fluktuasi siklus tersebut adalah metode Dekomposisi (Decompotition
Method) sebagaimana yang dijelaskan dalam Makridakis dan Wheelwreight
(1978) serta Gaynor dan Kirkpatrick (1994).

5. Teknik Prediksi ARMA

Tidak dapat disangkal bahwa teknik prediksi trend yang menggunakan


system Time Series ternyata mempunyai kelemahan yang juga sangat serius yaitu
cenerung berlebihan (overestimate) karena didasarkan pada tingkat pertumbuhan
yang biasanya cukup tinggi dan fluktuatif.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dilakukan penggabungan dari kedua


metode ini dan menghasil suatu metode gabungan yang disebut sebagai Metode
Prediksi ARMA. Istilah ARMA merupakan singkatan dari dua metode statistic
yaitu Autoregressive Moving Average. Metode Autoregressive (AR) pada
dasarnya adalah sama dengan metode trend (Time Series) didasarkan pada tingkat
pertumbuhan (slope dari garis regresi). Namun demikian terdapat sedikit erbedaan
yaitu Autoregressive Model tidak memformulasikan persamaan dengan fungsi

14
waktu, tetapi dalam bentuk persamaan dengan menggunakan “time lack” pada
masing-masing data.

6. Teknik Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Harrod Domar

Sebagaimana terlihat dari namanya, teknik prediksi ini didasarkan pada


Model Harrod-Domar yang umum terdapat dalam buku ajar Teori Ekonomi
Makro. Dalam hal ini, unsur penentu utama pertumbuhan ekonomi adalah
investasi (I) dan jelas teknologi yang digunakan dalam melakukan kegiatan
produksi. Jenis teknologi yang digunakan tercermin dari nilai koefisien ICOR
(Incremental Capital-Output Ratio)yang digunakan pada daerah atau Negara
bersangkutan.

E. Teknik Indikator Kinerja

Teknik indikator kinerja atau teknik indikator kinerja utama (IKU) atau
ukuran kinerja terpilih (key performance indicators, KPI) adalah teknik metric
finansial ataupun nonfinansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi
menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi yang terdapat
dalam perencanaan.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang terukur scr konkret shg
sasaran yang dicapai menjadi jelas. Perencanaan yang terukur mempunya target
dan sasaran scr kuantitatif, shg lebih mudah melaksanakan, memonitoring,
evaluasi thd kinerja pelaksanaan rencana pembangunan. Sasaran dan target yang
terukur sering kali tidak tepat karena perubahan tidak terduga, tetapi masih lebih
baik daripada hanya bersifat normatif dan kualitatif.

Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003), indikator kinerja
(performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk
mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi

15
dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa
indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran


kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya
merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya
cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang
mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih
bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan
untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi.

Performance indicators –merupakan alat yang dapat membantu perencana


dalam mengukur perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan (Dadang
Solihin,2008). Indikator adalah ukuran dari suatu kegiatan dan kejadian yang
berlangsung pada suatu negara atau daerah. Berat bayi berdasarkan umur adalah
indikator bagi status gizi bayi; Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) indikator
kesehatan masyarakat; Indeks Pembangunan Manusia (IPM) indikator kualitas
pembangunan SDM. Indikator adalah angka statistik dan hal yang normatif yang
menjadi perhatian para perencana yang dapat membuat penilaian ringkas,
komprehensif dan berimbang thd kondisi atau aspek penting pada suatu
masyarakat.

Indikator kinerja –uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif


atau kualitatif yang mengindikasikan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
pembangunan yang telah disepakati dan ditetpkan sebelimnya dalam perencanaan
(Dadang Solihin, 2008)

1. Indikator Kinerja Dlm Sistem Perencanaan Pembangunan

16
2. Fungsi Indekator Kinerja

 Memperjelas tentang : what, how, who and when suatu program dan kegiatan
dilakukan;
 Menciptakan konsensus yang dibangun oleh pihak yang berkepentigan dg
pembangunan (stakeholders);
 Membangun landasan yang jelas untuk pegukuran dan analisis pencapaian
sasaran pembangunan;
 Sebagai alat utk melakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan yang telah
dapat dilaksanakan dalam periode waktu tertentu

3. Manfaat Indikator Kinerja

 Sebagai alat penilaian terhadap keberhasilan (kinerja) pelaksanaan


pembangunan suatu negara atau daerah, baik pada tahap perencanaan (ex-
ante), pelaksanaan (on- going) maupun setelah program-program selesai
dilaksanakan (ex-post).
 Konsep IK bermanfaat sbg alat ukur dalam melaksanakan evaluasi kegiatan
instansi pemerintah dan dalam pelaksanaan pembangunan untuk periode
tertentu.

4. Jenis Indikator Kinerja

17
 Indikator Kinerja Makro - kebehasilan pelaksanaan pembangunan yang
bersifat menyeluruh atau lintas program dalam suatu negara atau daerah
tertentu.
 Indikator Kinerja Program dan Kegiatan– keberhasilan pelaksanaan suatu
program dan kegiatan tertentu saja.

a. Indikator Kinerja Makro Menurut Jenis (Ekonomi)

b. Indikator Kinerja Program dan Kegiatan

5. Pengukuran Indikator Kinerja

18
a. Indikator Kinerja Input

Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM,


peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan

Contoh:
1.Jumlah dana yang dibutuhkan
2.Tenaga yang terlibat
3.Peralatan yang digunakan
4.Jumlah Bahan yang digunakan

b. Indikator Kinerja Output

Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang


terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk
menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran
kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator ini
harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.

Contoh:
1.Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan
– Jumlah orang yang diimunisasi / vaksinasi
– Jumlah permohonan yang diselesaikan
– Jumlah pelatihan / peserta pelatihan
– Jumlah jam latihan dalam sebulan
2.Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan
– Jml pupuk/obat/bibit yang dibeli
– Jumlah komputer yang dibeli
– Jumlah gedung /jembatan yang dibangun meter panjang
– jalan yang dibangun/rehab

19
c. Indikator Kinerja Outcome

Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator


Keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun
produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan
telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi
yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome
instansi dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output
memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan
yang besar bagi masyarakat.

Contoh:
Ukuran Kinerja Indikator Outcome
1. Jumlah/ % hasil langsung dari kegiatan
– Tingkat Pemahaman peserta terhadap materi pelatihan
– tingkat kepuasan dari pemohon/pasien (costumer)
– kemenangan tim dlm setiap pertandingan
2. Peningkatan langsung hal-hal yang positif
– kenaikan prestasi kelulusan siswa
– peningkatan daya tahan bangunan
– Penambahan daya tampung siswa
3. Penurunan langsung hal-hal yang negatif
– Penurunan Tingkat Kemacetan
– Penurunan Tingkat Pelanggaran Lalu lintas

d. Indikator Kinerja Benefit

Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari


indicator hasil/outcome. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu
kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat
menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan
dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu, lokasi, dana dll)

20
Contoh:
1.Peningkatan hal yang positif dlm jangka menengah dan jangka panjang
– % Kenaikan Lapangan kerja
– Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
2. Penurunan hal yang negatif dlm jangka panjang
– Penurunan Tingkat Penyakit TBC
– Penurunan Tingkat Kriminalitas
– Penurunan Tingkat Kecelakaan lalulintas

e. Indikator Kinerja Dampak

Indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat


yang diperoleh dari hasil kegiatan. Seperti halnya indikator manfaat, indikator
dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu menengah dan panjang.
Indikator dampak menunjukkan dasar pemikiran kenapa kegiatan dilaksanakan,
menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara
sektoral, regional dan nasional.

Contoh:
1. Peningkatan hal yang positif dlm jk panjang
– % Kenaikan Pendapatan perkapita masyarakat
– Peningkatan cadangan pangan
– Peningkatan PDRB sektor tertentu
2. Penurunan hal yang negatif dlm jk panjang
– Penurunan Tingkat kemiskinan
– Penurunan Tingkat Kematian

6. Pengembangan Indikator Kinerja

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah


suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator

21
untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang
dihasilkan. Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen
berikut:

a. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya,karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak
ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat
dibuat indicator kinerja proksi, misalnya belanja per kapita.

b. Penggunaan (utilization)

Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah


pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public
demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan
pengukurannya biasanya berupa volume absolut atau persentase tertentu, misalnya
persentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-rata jumlah penumpang
per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indicator yang paling


sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif.
Penggunaan indicator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-
hati karena kalau terlalu menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan
kontra produktif. Contoh indicator kualitas dan standar pelayanan misalnya
perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

d. Cakupan pelayanan (coverage)

22
Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat
kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan
pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

e. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara


langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment), dapat juga digunakan untuk menetapkan indicator kepuasan. Namun
demikian, dapat juga digunakan indicator proksi misalnya jumlah komplain.
Pembuatan indicator kinerja tersebut memerlukan kerja sama antar unit kerja.

7. Persyaratan Indikator Kinerja:

Indikator kinerja bisa berbeda untuk setiap organisasi, namun setidaknya


ada persyaratan umum untuk terwujudnya suatu indikator yang ideal.

Menurut Palmer (1995), syarat-syarat indikator yang ideal adalah sebagai


berikut:

a. Consitency. Berbagai definisi yang digunakan untuk merumuskan


indicator kinerja harus konsisten, baik antara periode waktu maupun antar
unit-unit organisasi.
b. Comparibility. Indikator kinerja harus mempunyai daya banding secara
layak.
c. Clarity. Indikator kinerja harus sederhana, didefinisikan secara jelas dan
mudah dipahami.
d. Controllability. Pengukuran kinerja terhadap seorang manajer publik harus
berdasarkan pada area yang dapat dikendalikannya.
e. Contingency. Perumusan indikator kinerja bukan variabel yang
independen dari lingkungan internal dan eksternal. Struktur organisasi,
gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan eksternal
harus dipertimbangkan dalam perumusan indikator kinerja.

23
f. Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua aspek
perilaku yang cukup penting untuk pembuatan keputusan manajerial.
g. Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-faktor utama
yang merupakan keberhasilan organisasi.
h. Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indicator spesifik sehingga
relevan untuk kondisi dan kebutuhan tertentu.
i. Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan
indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat
dicapai.

Selain itu ada persyaratan indikator kinerja selain diatas, yaitu dengan
SMART:

a. SPESIFIC-jelas, tidak mengundang multi interpretasi atau tidak


membingungkan.
b. MEASUREABLE-dapat diukur secara kuantitatif (minimal prosentase)
capaian sehingga memperlihatkan keberhasilan secara nyata (“What gets
measured gets managed”)
c. ATTAINABLE-dapat dicapai dg biaya yang cukup wajar dan logis
(reasonable cost using and appropriate collection method)
d. RELEVANT (information needs of the people who will use the data)
e. TIMELY-tepat waktu baik dalam pelaksanaan program dan kegiatan
maupun waktu pelaporan hasil evaluasi (collected and reported at the right
time to influence many manage decision)

BAB III

PENUTUP

24
A. Kesimpulan

Dalam perencanaan pembangunan daerah diperlukan teknik-teknik


perencanaan yaitu:

1. Teknik Analisis SWOT, manfaat utama dari penggunaan analisis SWOT


dalam penyusunan perencanaan pembangunan yakni pembahasan tentang
kondisi umum daerah atau suatu institusi akan menjadi lebih tajam dan
terarah pada hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan
dapat dirumuskan strategi pembangunan daerah sesuai dengan kondisi
umum daerah dan institusi bersangkutan.
2. Teknik Statistik. Pemilihan ditentukan oleh ketersediaan data, kemapuan
teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk
penyusunan rencana.
3. Teknik Perencanaan Regional, yang banyak terpakai dalam penyusunan
perencanaan pembangunan daerah antara lain adalah: Koefisien Lokasi
(Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah, Indeks Ketimpangan
Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share Analysis,
Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.
4. Teknik Prediksi, pada dasarnya adalah sederhana, tetapi bnyak terpakai
dalam praktek penyusunan perencanaan pembangunan daerah, meliputi
Teknik Regresi Trend, baik liniear maupun non linear, Teknik Sebab dan
Akibat, teknik Rata-Rata Bergerak (Moving Average) dan Model
Pertumbuhan Harrod Domard.
5. Teknik indikator kinerja bagi perencanaan pembangunan daerah adalah
untuk mengukur kinerja selama ini yang telah dicapai suatu organisasi dari
berbagai aspek dan kemudian mendaikannya sebagai bentuk pedoman
dalam merencanakan masa depan daerah agar tercipta kinerja yang lebih
maksimal.

B. Saran

25
Adapun saran penulis yaitu bahwa makalah ini tidak mutlak menjadi
sumber yang paling benar. Pembaca bisa menggunakan sumber bacaan lain untuk
mencari referensi terkait teknik perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan
pembangunan daerah yang baik adalah dengan menggunakan teknik yang tepat
dan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

BPKP, Robertson, Gordon. 2000. Review Kinerja Lokakarya Revie Kinerja.


Jakarta: Executive Education, 2002.

26
Dadang Solihin. 2008. Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis
Kinerja. DEPUTI IV BPKP

Gaynor, P. E., and R. C. Kirk Patrick. 1994. Time Series Modelling and
Forecasting in Bussines and Economics. Newyork: McGraw Hill

Lohan. 2003. Public Sector Accounting. 4th Edition. London: Pitman Publishing.

Palmer., et al. 1995. The Role of Service Efforts and Accomplishments Reporting
in Total Quality Management: Implications for Accountants. Accounting
Horizons. Vol.8 No.02. June 1994. pp.25-43

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Tenteng Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional.

27

Anda mungkin juga menyukai