Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Volume 16 Article 3
Number 2 Januari

1-2016

Sebuah Alternatif: Better Life Index sebagai Ukuran Pembangunan


Multidimensi di Indonesia
Dody Pratomo
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, dodyp@bps.go.id

Bagus Sumargo
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, bagussumargo@unj.ac.id

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jepi

Part of the Economics Commons

Recommended Citation
Pratomo, Dody and Sumargo, Bagus (2016) "Sebuah Alternatif: Better Life Index sebagai Ukuran
Pembangunan Multidimensi di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia: Vol. 16: No. 2,
Article 3.
DOI: 10.21002/jepi.v16i2.03
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jepi/vol16/iss2/3

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub.
It has been accepted for inclusion in Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia by an authorized editor of UI
Scholars Hub.
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia
Vol. 16 No. 2 Januari 2016: 123-140
p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280
DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i2.597 123

Sebuah Alternatif: Better Life Index sebagai Ukuran Pembangunan


Multidimensi di Indonesia
An Alternative: Better Life Index as a Measure of Multidimensional
Development in Indonesia

Dody Pratomoa,, Bagus Sumargob,


a Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara
b Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta

[diterima: 22 Januari 2016 — disetujui: 5 Desember 2016 — terbit daring: 3 Januari 2017]

Abstract
The purpose of this study is to get value-BLI Better Life Index as a measure of multidimensional development in Indonesia,
and to analyze the relationship between BLI with the human development index HDI, regional development index IPR,
and economic growth. BLI formation method through three stages: normalization, weighting, and aggregation. The
results show that Indonesia’s BLI is in the lower-middle class. Province of Jakarta, East Kalimantan, North Sulawesi,
Riau and South Sumatra with the highest value of BLI. BLI size has a positive and significant correlation with IPM and
IPR compiled by the BPS-Statistics Indonesia. However, BLI was a negative and significant correlation with economic
growth.
Keywords: Multidimensional of Development; Better Life Index; Human Development Index; Regional Development
Index; Economic Growth

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai Better Life Index (BLI) sebagai ukuran keberhasilan
pembangunan di Indonesia, serta menganalisis hubungan antara BLI dengan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Indeks Pembangunan Regional (IPR), dan pertumbuhan ekonomi. Metode pembentukan BLI melalui
tiga tahap: normalisasi, pembobotan, dan agregasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai BLI
Indonesia termasuk kategori menengah bawah. Provinsi Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Riau,
dan Sumatera Selatan dengan nilai BLI tertinggi. Ukuran BLI ini mempunyai korelasi yang positif dan
signifikan dengan IPM dan IPR yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Namun demikian, BLI
berkorelasi negatif secara signifikan dengan pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: Pembangunan Multidimensi; Better Life Index; Indeks Pembangunan Manusia; Indeks
Pembangunan Regional; Pertumbuhan Ekonomi

Kode Klasifikasi JEL: O15; O33

Pendahuluan Setidaknya selama satu dekade ini, PDB per kapita


atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 Indonesia
Pada berbagai negara, termasuk Indonesia, keber- selalu mengalami kenaikan, bahkan persentase per-
hasilan suatu pembangunan seringkali dilihat dari tumbuhan PDB ADHK dari tahun 2001 sampai 2008
sisi pertumbuhan ekonominya, khususnya pertum- mempunyai tren yang cenderung meningkat. Pada
buhan Produk Domestik Bruto (PDB), dalam hal tahun 2010, tercatat pertumbuhan ekonomi sebe-
ini PDB dan komponen-komponen sektoralnya me- sar 6,1% dan 6,5% pada tahun 2011 dengan yang
rupakan dampak intermediate (Lisna et al., 2013). ditargetkan sebesar 6%.

 Alamat Korespondensi: PPs UNJ, Jl. Rawamangun Muka, Dari segi ekonomi, keadaan Indonesia terlihat
Jakarta 13220. E-mail: bagussumargo@unj.ac.id. semakin membaik termasuk pemerataan pendapa-
 E-mail: dodyp@bps.go.id. tannya pun mulai tampak keadaan yang relatif baik.
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
124 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

Gambar 1: PDB per Kapita Indonesia ADHK 2000


Sumber: BPS (2010d, 2011), diolah

Gambar 2: Persentase Pertumbuhan PDB per Kapita Indonesia ADHK 2000


Sumber: BPS (2009a), diolah

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140


Pratomo, D. & Sumargo, B. 125

Sesuai dengan data Survey Sosial Ekonomi Nasional Tinjauan Literatur


(Susenas) BPS, nilai koefisien Gini Indonesia tahun
2010 menurun menjadi 0,33. Angka ini menunjuk- Pembangunan dan Indikatornya
kan bahwa pemerataan pendapatan di Indonesia
berada dalam kondisi yang cukup merata (antara 0 Menurut Arham (2014), pembangunan merupakan
sampai 0,4). Nilai koefisien Gini Indonesia menurun proses transformasi yang ditandai oleh perubahan
sejak tahun 2008. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur, yaitu perubahan pada landasan kegiatan
sejak tahun 2008 tingkat kemerataan pendapatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekono-
Indonesia semakin merata. Keadaan koefisien Gini mi masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan
Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara adalah proses perubahan yang mencakup seluruh
berkembang lainnya seperti India yang mempunyai sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
koefisien Gini 0,4 dan negara-negara Amerika Latin pertahanan, pendidikan dan teknologi, serta kelem-
juga mempunyai koefisien Gini yang cukup tinggi. bagaan dan budaya (Badruddin, 2009). Pembangun-
an nasional dapat diartikan sebagai transformasi
Angka-angka pada Gambar 1 dan 2 tentunya ekonomi, sosial, dan budaya secara sengaja melalui
belum menggambarkan kondisi keberhasilan pem- kebijakan dan strategi menuju arah yang diingin-
bangunan yang lainnya. Telah diakui bahwa sebe- kan. Transformasi dalam struktur ekonomi contoh-
narnya masyarakat telah lama menginginkan suatu nya pertumbuhan yang cepat di sektor industri
ukuran kebahagiaan (sebagai hasil dari pembangun- dan jasa sehingga kontribusinya terhadap penda-
an), tidak hanya dengan uang tetapi juga menca- patan nasional semakin besar. Transformasi sosial
kup dimensi kebahagiaan yang lainnya. Ukuran dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran
yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui pemerataan terhadap perolehan akses sum-
(PBB) yang disebut dengan Indeks Pembangunan ber daya ekonomi seperti pendidikan, kesehatan,
Manusia (IPM) masih dipandang sebagai catatan perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan parti-
pelengkap saja. Di samping itu, dimensi IPM ha- sipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
nya mencakup dimensi pendapatan, kesehatan, dan Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan
pendidikan. dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan na-
sionalisme, di samping adanya perubahan nilai dan
Organization for Economic Co-operation and Deve- norma yang dianut masyarakat.
lopment (OECD) pada Mei 2011 mendeklarasikan Menurut Todaro dan Smith (2004), pembangun-
suatu ukuran pembangunan yang disebut Better Life an harus dipandang sebagai suatu proses multi-
Index (BLI). Indeks ini tersusun atas sebelas dimen- dimensional yang mencakup berbagai perubahan
si pembangunan yaitu dimensi perumahan, pen- mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,
dapatan, pekerjaan, kemasyarakatan, pendidikan, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap
lingkungan, pemerintahan, kesehatan, kepuasan mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, menga-
hidup, keamanan, dan keseimbangan waktu. Ide tasi ketimpangan pendapatan, dan mengentaskan
BLI adalah untuk mengukur lebih dekat hal-hal kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan harus
yang orang-orang pikir penting bagi mereka. In- mencerminkan perubahan total suatu masyarakat
deks ini pun disambut baik dan telah digunakan atas penyesuaian sistem sosial secara menyeluruh
di puluhan negara anggota OECD. Indonesia yang tanpa mengabaikan kebutuhan dasar dan keingin-
merupakan negara berkembang yang mulai maju an individu maupun kelompok untuk mencapai
tentu sangat sesuai untuk menggunakan ukuran kondisi spiritual dan material yang lebih baik. Ja-
ini karena melihat pembangunan dari segi ekonomi di dapat disimpulkan, bahwa pembangunan pada
saja pada saat sekarang sudah kurang relevan. intinya merupakan transformasi yang dilakukan
secara sengaja dengan berbagai kebijakan terhadap
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah men- banyak aspek secara total menuju arah yang lebih
dapatkan suatu ukuran BLI sebagai ukuran pem- baik.
bangunan di Indonesia, mengetahui keberhasilan Pembangunan pada akhirnya adalah mencipta-
pembangunan dengan ukuran BLI di Indonesia se- kan kebahagiaan bagi masyarakatnya. Kebahagia-
cara nasional maupun provinsi, serta menganalisis an sendiri tidak bisa dilihat dari sisi ekonomi saja.
hubungan antara BLI dengan IPM, Indeks Pemba- Menurut Lagas et al. (2015): ”In order create economic
ngunan Regional (IPR), dan pertumbuhan ekonomi. growth, the strengthening of competitiveness is essen-
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
126 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

tial; an important aspect of this competitiveness is the indikator, yaitu angka harapan hidup, angka me-
”quality of living””. Todaro dan Smith (1994) me- lek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan
nyebutkan bahwa menurut United Nation Research daya beli. Indikator angka harapan hidup mem-
Institute on Social Development (UNRISD), indikator presentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Se-
kunci pembangunan sosial ekonomi terdiri atas 7 lanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama
indikator ekonomi dan 9 indikator sosial. Indikator- sekolah mencerminkan output dari dimensi penge-
indikator tersebut di antaranya adalah harapan tahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli
hidup, kombinasi pendidikan dasar dan menengah, digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak
serta rata-rata jumlah orang per kamar. Menurut (BPS, 2008, 2010a). Menurut Nikolaev (2014): ”The
Economics and Social Commission for Asia and the Pa- HDI Human Develpment Index is an attempt to track the
cific (ESCAP, 2009), sebuah badan di bawah PBB, capabilities, or opportunities, that people have exercise
dalam tulisan yang berjudul Gross National Happi- their freedom to attain a better life”. Namun demikian,
ness Index: Towards Measuring the Progress of Societies, menurut Setiawan dan Hakim (2013) disebutkan
sistem statistik nasional harus menghasilkan statis- bahwa PDB dan IPM tidak harus berjalan linier, ka-
tik untuk memantau perhatian masyarakat seperti rena peningkatan PDB tanpa disertai peningkatan
demokrasi, hak asasi manusia dan pemerintahan, pemerataan pendapatan juga tidak akan mening-
pelanggaran terhadap anak dan perempuan, serta katkan IPM.
kontribusi wanita terhadap pertumbuhan ekonomi Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh IPM,
dan kebahagiaan. salah satunya adalah belum mampu secara utuh
mengukur kinerja pembangunan wilayah, memun-
Indeks culkan ide mengenai pengukuran pembangunan
regional yang lebih luas. Badan Pusat Statistik (BPS)
Menurut J. Supranto (2001), indeks adalah suatu mengajukan ukuran yang disebut sebagai Indeks
ukuran yang digunakan untuk mengukur peru- Pembangunan Regional (IPR) yang mencoba meng-
bahan atau perbandingan variabel ekonomi/sosial, ukur kinerja pembangunan wilayah dari berbagai
misalnya untuk mengukur perubahan tingkat pro- dimensi. Ada kaitan yang erat antara PDB dengan
duktivitas, penggangguran, gaji/upah, dan harga. IPR seperti yang diungkapkan oleh Lagas et al.
Angka indeks bisa membandingkan dua variabel (2015): ”significant correlation is found between RQI
yang berbeda pada satu waktu atau membanding- Regional Quality of Living Indicator scores and the GDP
kan variabel yang sama pada waktu yang berbeda. per capita and population density”. Kajian awal menge-
Menurut OECD (2008), indeks komposit adalah nai IPR oleh BPS dilakukan pada tahun 2009 dan
sekumpulan ekuitas, indeks, atau faktor lainnya penyempurnaan penyusunan IPR dilakukan pada
yang dikombinasikan dengan cara standar, menye- tahun 2010. IPR tersusun atas lima dimensi yang
diakan ukuran statistik yang berguna dari pasar masing-masing dimensi terdiri dari beberapa sub-
secara keseluruhan atau kinerja sektor dari wak- dimensi dan indikator. Dimensi pembentuk IPR
tu ke waktu. Indeks komposit dapat menyajikan adalah dimensi ekonomi, sosial, infrastruktur dan
berbagai informasi menjadi satu angka yang lebih pelayanan publik, kualitas lingkungan hidup, serta
ringkas sehingga mudah dalam analisis. Indeks dimensi teknologi, informasi, dan komunikasi.
komposit biasanya tersusun atas gabungan dari
berbagai macam indeks. Menurut OECD (2008), Better Life Index OECD
langkah-langkah utama dalam menyusun indeks
komposit adalah standarisasi, pembobotan, dan OECD mempunyai beberapa dimensi yang di-
agregasi. gunakan untuk mengetahui kebahagiaan negara-
negara anggotanya. Dimensi itu adalah dimensi
IPM dan IPR pendapatan, perumahan, pekerjaan, kemasyarakat-
an, pendidikan, lingkungan, pemerintahan, kese-
IPM atau Human Development Index (HDI) merupa- hatan, kepuasan hidup, keamanan, serta keseim-
kan suatu indeks komposit yang digunakan untuk bangan waktu. Dimensi-dimensi ini dipilih karena
ukuran pembangunan manusia. IPM ini ditetap- sesuai dengan teori yang ada serta berdasarkan
kan oleh PBB secara standar agar dapat digunakan pengalaman OECD dalam meneliti keadaan eko-
untuk membandingkan antar-wilayah atau antar- nomi dan pembangunan negara-negara. Menurut
negara. Indeks ini dibentuk berdasarkan empat Durand dan Smith (2013), ”the eleven dimensions BLI
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 127

can be considered as universal, i.e. as possibly relevant 10. Dimensi keamanan; OECD menggunakan pen-
to people living in all socialities. However, their relative dekatan dengan ukuran tingkat penyerangan
importance will vary across individuals and countri- yang dialami penduduk dan tingkat pembu-
es”. Suatu ukuran yang diperkenalkan OECD ini nuhan setiap 100.000 penduduk;
yang mencakup berbagai dimensi di atas dikenal 11. Dimensi keseimbangan waktu terdiri dari tiga
dengan istilah Better Life Index (BLI). Ukuran ini indikator. Indikator yang pertama adalah ting-
setidaknya telah dipakai oleh 34 negara anggota kat wanita yang mempunyai anak usia sekolah
OECD yang dapat dikatakan sebagian besar adalah yang bekerja. Indikator yang kedua adalah per-
negara-negara maju. sentase penduduk bekerja yang mempunyai
Setiap dimensi yang digunakan terdiri atas satu jam kerja lama (lebih dari 50 jam seminggu)
sampai tiga indikator yang berkaitan. Dimensi dan dan indikator yang ketiga adalah waktu yang
indikator tersebut adalah: dimiliki untuk memanjakan diri dan untuk
1. Dimensi perumahan menggunakan dua indi- waktu luang.
kator, yaitu banyaknya kamar per kapita untuk
mengukur apakah seseorang tinggal dalam Better Life Index Indonesia
kondisi hunian yang sesak, serta persentase ru-
mah tangga yang mempunyai fasilitas buang Konsep Better Life Index Indonesia pada umum-
air besar sendiri; nya mengadopsi dari konsep yang digunakan OE-
2. Dimensi pendapatan menggunakan dua indi- CD. Namun, ada kalanya beberapa indikator yang
kator, yaitu rata-rata pendapatan disposabel digunakan OECD kurang relevan untuk diguna-
rumah tangga dan rata-rata nilai aset finansial kan di Indonesia sehingga dilakukan pendekatan
yang dimiliki rumah tangga; atau penggunaan indikator yang lainnya. Menurut
3. Dimensi pekerjaan dalam konsep OECD ini Durand dan Smith (2013) yakni ”The BLI has been
terdiri dari dua indikator. Indikator yang per- designed to disseminate the result of how’s life? To a
tama adalah angka penduduk bekerja yang wide audience and to involve people in the discussion on
merupakan lawan dari angka pengangguran well-being”.
terbuka dan indikator yang kedua adalah ting- Pada dimensi perumahan, ukuran banyaknya ka-
kat pengangguran jangka panjang yang dide- mar per kapita hanya banyak digunakan di negara-
finisikan oleh OECD adalah penduduk yang negara di Eropa. Untuk Indonesia sendiri mempu-
tidak bekerja setidaknya selama satu tahun; nyai ukuran luas lantai per kapita yang diguna-
4. Dimensi kemasyarakatan atau komunitas di- kan BPS dalam melihat kondisi perumahan rumah
ukur melalui satu ukuran, yaitu banyaknya tangga. Kedua ukuran tersebut pada hakekatnya
teman, tetangga, atau kerabat dekat lainnya mengukur hal yang sejalan. Berdasarkan Peraturan
yang bersedia memberi pertolongan jika pen- Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indo-
duduk dalam keadaan membutuhkan; nesia Nomor 22/PERMEN/M/2008 tentang Standar
5. Dimensi pendidikan menggunakan dua indika- Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Da-
tor, yaitu tingkat pencapaian pendidikan dan erah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, luas
kemampuan murid dalam hal membaca; hunian per kapita yang layak huni adalah lebih dari
6. Dimensi lingkungan dilihat melalui tingkat 7,2 m2 .
pencemaran udara; Pada dimensi pendapatan, sangat sulitnya men-
7. Dimensi pemerintahan dilihat dari dua indika- dapatkan data tentang pendapatan rumah tangga
tor, yaitu angka partisipasi pemilihan umum membuat BPS menggunakan nilai pengeluaran ru-
serta angka transparansi dan keterbukaan pe- mah tangga sebagai proksi pendapatan. Hal ini
merintahan dalam pembuatan peraturan; juga yang digunakan dalam konsep BLI Indone-
8. Dimensi kesehatan tersusun atas angka ha- sia ini, yakni nilai pengeluaran per kapita yang
rapan hidup dan laporan mengenai kesehatan disesuaikan dengan daya beli.
penduduk secara umum; Pada dimensi pekerjaan, tidak adanya data ten-
9. Dimensi kepuasan hidup; OECD telah meng- tang pengangguran jangka panjang (minimal satu
adakan survei tersendiri untuk mengetahui tahun menganggur) membuat peneliti melakukan
bagaimana seseorang mengevaluasi tentang pendekatan dengan persentase penempatan tena-
kehidupannya secara umum berdasarkan pe- ga kerja terdaftar terhadap jumlah pencari kerja
ngalaman positif dan negatif yang telah dilalui; terdaftar dalam satu tahun yang merupakan data
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
128 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Achmad Agus Nasihuddin (2010), wisata merupa-
(Kemenakertrans) (BPS, 2010d). kan kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan
Pada dimensi kemasyarakatan, Indonesia telah di antaranya adalah untuk mendapatkan kenik-
mempunyai ukuran yang serupa, yakni modal so- matan dan mencari kepuasan. Berdasarkan hal-hal
sial. Namun, pada penelitian ini, data yang digu- tersebut, jaminan atau asuransi kesehatan dan kegi-
nakan hanya sebagian dari indikator modal sosial atan wisata atau rekreasi dapat dijadikan indikator
terutama yang sesuai dengan konsep OECD, yak- yang cukup bagi kepuasan hidup.
ni yang berhubungan dengan banyaknya kerabat,
tetangga, atau teman yang siap menolong jika di- Kerangka Pikir
butuhkan.
Pada dimensi pendidikan, angka melek huruf ma- Adanya suatu ukuran statistik yang dikenalkan oleh
sih menjadi indikator yang fundamental meskipun OECD untuk mengukur tingkat kebahagiaan atau
ukuran ini hanya ukuran dasar dari kemampuan keberhasilan pembangunan negara anggotanya me-
membaca. Hal ini dapat ditunjukkan dengan ting- rupakan suatu hal yang perlu mendapat apresiasi
ginya bobot indikator ini pada aspek pendidikan positif. Ukuran ini tidak hanya mencakup dimensi
dalam penghitungan IPM. ekonomi saja yang selama ini sering digunakan un-
Untuk melihat dimensi lingkungan, penelitian tuk tolak ukur keberhasilan pembangunan. Untuk
ini menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan Hi- itu, Indonesia yang merupakan negara berkembang
dup (IKLH) yang diterbitkan oleh Kementerian yang telah cukup menunjukkan kemajuan ekonomi
Lingkungan Hidup (2010). Selain mencakup pen- yang positif, perlu mencoba melihat keberhasilan
cemaran udara yang sesuai dengan konsep OECD, pembangunannya dengan ukuran yang lebih kom-
indeks ini mencakup pencemaran air sungai dan pleks dan relevan.
luas tutupan hutan. Dimensi-dimensi yang digunakan dalam BLI OE-
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) (BPS, 2009b) CD sangat sesuai digunakan sebagai ukuran pem-
digunakan dalam dimensi pemerintahan. Selain ka- bangunan yang sesuai dengan teori konseptual
rena mencakup angka partisipasi pemilu, IDI juga yang dijabarkan sebelumnya, yakni pembangun-
menggambarkan ukuran demokrasi yang mencer- an yang multidimensional. Aspek pembangunan
minkan keterbukaan dan transparansi pemerin- sosial dapat terwakili oleh dimensi perumahan,
tahan. Dalam publikasi IDI, demokrasi diartikan pekerjaan, kemasyarakatan, pendidikan, pemerin-
sebagai sistem pemerintahan yang ditandai anta- tahan, kesehatan, kepuasan hidup, keamanan, serta
ra lain oleh adanya kebebasan yang diatur oleh keseimbangan waktu. Aspek ekonomi terwakili
undang-undang yang berkaitan dengan kepenting- oleh dimensi pendapatan yang terdiri dari indika-
an publik. tor pendapatan/pengeluaran rumah tangga dan aset
Pada dimensi kesehatan, tingkat penduduk yang finansial (tabungan) rumah tangga. Selain aspek
tidak mempunyai keluhan kesehatan merupakan sosial dan ekonomi, BLI juga mencakup aspek yang
indikator yang paling sesuai untuk proksi ukur- menjadi isu hangat beberapa tahun belakangan,
an mengenai evaluasi penduduk tentang seberapa yakni aspek lingkungan.
sehat mereka yang digunakan OECD. Untuk mengukur BLI di Indonesia, peneliti meng-
Menilik dimensi kepuasan hidup, bahwa kepu- gunakan rujukan teori BLI dari konsep yang di-
asan hidup merupakan ukuran yang sangat sulit gunakan oleh OECD yang meliputi dimensi pen-
diukur dan sangat subyektif. Setiap individu mem- dapatan, perumahan, pekerjaan, kemasyarakatan,
punyai definisi yang berbeda tentang kepuasan pendidikan, lingkungan, pemerintahan, kesehat-
hidupnya. Dalam teori psikologi, Maslow berpen- an, kepuasan hidup, keamanan, dan keseimbangan
dapat bahwa seseorang akan mendapatkan kepuas- waktu. Variabel yang digunakan dalam penelitian
an hidup jika kebutuhan hidupnya terpenuhi. Salah ini semaksimal mungkin menggunakan variabel
satu dari lima kebutuhan hidup menurut Maslow yang sama persis. Namun, karena berbagai kon-
adalah kebutuhan ketentraman jaminan hidup yang disi yang berbeda maka sebagian variabel yang
di dalamnya mencakup adanya jaminan atau asu- digunakan dalam penelitian ini juga berbeda tetapi
ransi yang menanggung kalau terjadi hal-hal yang tidak mengubah dari esensi atau maksud awal da-
tidak diinginkan (Puradiredja, 2011). Di sisi lain, ri pemilihan variabel tersebut oleh OECD (masih
berwisata juga dapat menciptakan kepuasan hidup. mengukur hal yang sama). Dari dimensi-dimensi
Menurut James J. Spillane (1982: 20) dalam tesis yang multidimensional akan terbentuk BLI dengan
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 129

Gambar 3: Kerangka Pikir Penelitian


Sumber: Diolah sebagai Kajian Teori

penimbang tertentu. Penentuan penimbang terten- ini adalah:


tu ini menggunakan analisis matriks korelasi. Se-
telah mendapatkan nilai BLI untuk Indonesia dan Perumahan:
setiap provinsi di Indonesia, analisis dilanjutkan 1. X1 yaitu persentase rumah tangga yang me-
untuk mengetahui hubungan antara indeks ini de- miliki luas hunian per kapita lebih besar 7,2
ngan ukuran-ukuran sosial ekonomi yang sudah m2 ;
ada yakni IPM, IPR, dan pertumbuhan ekonomi. 2. X2 yaitu persentase rumah tangga yang mem-
Selain untuk mengetahui tingkat keeratan hubung- punyai toilet sendiri.
an BLI dengan ukuran-ukuran tersebut, analisis ini Pendapatan:
juga sebagai kontrol untuk melihat validitas atau 1. X3 yaitu pengeluaran per kapita yang disesuai-
kesesuaian BLI. kan dengan daya beli;
2. X4 yaitu simpanan masyarakat per kapita.
Pekerjaan:
Metode 1. X5 yaitu tingkat penduduk bekerja;
2. X6 yaitu persentase penempatan tenaga kerja
Ruang Lingkup Penelitian terdaftar.
Kemasyarakatan:
Penelitian ini menggunakan dimensi yang digu- 1. X7 yaitu persentase rumah tangga yang saling
nakan oleh OECD untuk mengukur BLI di negara- tolong-menolong.
negara anggotanya. Namun, secara operasional pe- Pendidikan:
neliti menggunakan beberapa variabel yang tidak
1. X8 yaitu persentase penduduk yang memiliki
sama persis tetapi tetap sejalan dan mengacu de-
ijazah minimal SMP;
ngan konsep yang diberikan OECD. Sebagai contoh,
2. X9 yaitu persentase penduduk yang tidak buta
variabel banyaknya kamar per kapita yang digu-
huruf.
nakan OECD didekati dengan variabel luas lantai
Lingkungan:
per kapita, variabel mengenai kesehatan penduduk
secara umum didekati dengan persentase pendu- 1. X10 yaitu Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.
duk yang tidak mempunyai keluhan kesehatan, Pemerintahan:
serta variabel mengenai tingkat penyerangan dan 1. X11 yaitu Indeks Demokrasi.
pembunuhan per 100.000 penduduk didekati de- Kesehatan:
ngan persentase rumah tangga yang tidak menjadi 1. X12 yaitu angka harapan hidup;
korban kejahatan. 2. X13 yaitu persentase penduduk yang tidak
Semua data variabel yang digunakan merupakan mempunyai keluhan kesehatan.
data tahun 2009 sehingga angka yang dihasilkan Kepuasan Hidup:
dalam penelitian ini adalah ukuran tahun 2009. 1. X14 yaitu persentase penduduk yang melaku-
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian kan perjalanan wisata;
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
130 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

2. X15 yaitu persentase rumah tangga yang me- Kerangka sampel rumah tangga adalah daftar ru-
miliki jaminan kesehatan. mah tangga hasil pendaftaran rumah tangga dari
Keamanan: kegiatan listing.
1. X16 yaitu persentase rumah tangga yang tidak Data untuk dimensi perumahan pada penelitian
menjadi korban kejahatan. ini menggunakan data yang diolah hasil Susenas.
Keseimbangan Waktu: Data Susenas juga digunakan pada publikasi Sta-
1. X17 yaitu persentase penduduk bekerja yang tistik Kriminal, termasuk pada dimensi keamanan
bekerja lebih dari 50 jam seminggu. yang digunakan pada penelitian ini, bahwa data
2. X18 yaitu persentase kerja kepala rumah tang- diambil dari publikasi Statistik Kriminal 2011 yang
ga (KRT) wanita/istri KRT dengan anak usia diolah dari Susenas. Selain itu data Susenas juga di-
sekolah. gunakan pada dimensi kesehatan yaitu penduduk
3. X19 yaitu rata-rata jam kerja per hari. yang tidak mempunyai keluhan kesehatan.
Pada dimensi pekerjaan, variabel persentase pen-
Metode Pengumpulan Data duduk bekerja masih menggunakan data Susenas
sedangkan variabel tingkat penempatan tenaga ker-
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
ja terdaftar merupakan pembagian antara jumlah
diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti BPS,
penempatan tenaga kerja terdaftar dengan jumlah
Kementerian Lingkungan Hidup, Kemenakertrans,
pencari kerja terdaftar yang merupakan data admi-
serta Bank Indonesia. Secara ringkas mengenai me-
nistrasi dari Kemenakertrans.
tode pengumpulan data dapat dilihat melalui Tabel
1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) meru-
Susenas merupakan survei tahunan yang diran- pakan ukuran yang dikeluarkan oleh Kementerian
cang untuk mengumpulkan data sosial ekonomi Lingkungan Hidup untuk menggambarkan kondisi
dengan cakupan relatif luas. Susenas pertama ka- lingkungan hidup di Indonesia. Indeks ini diadopsi
li dilakukan pada tahun 1963. Pada Susenas 2009, dari konsep Environmental Performance Index (EPI)
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang dikembangkan Yale University dan Columbia
langsung dengan responden. Untuk pertanyaan- University yang berkolaborasi dengan World Econo-
pertanyaan dalam kuesioner yang ditujukan untuk mic Forum dan Joint Research Center of the European
individu, diusahakan agar individu yang bersang- Commission (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
kutan yang menjadi responden. Sedangkan untuk IKLH dapat dimanfaatkan untuk mengukur keber-
petanyaan yang ditujukan untuk rumah tangga di- hasilan pogram-progam pengelolaan lingkungan.
kumpulkan melalui wawancara langsung dengan Indikator yang dipakai dalam indeks ini adalah
KRT, istri/suami KRT, atau anggota rumah tangga kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan
yang lainnya yang mengetahui karakteristik item hutan. Dalam pengukuran IKLH, ada beberapa pro-
yang ditanyakan. vinsi yang nilai indeksnya diambil dari nilai indeks
Kerangka sampel yang digunakan dalam Suse- provinsi lainnya yang bersebelahan dikarenakan ke-
nas 2009 terdiri dari tiga kerangka sampel, yaitu terbatasan data. Jadi, pengukuran yang dilakukan
kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, ke- pada provinsi tertentu dianggap mewakili provinsi
rangka sampel untuk pemilihan sub-blok sensus tersebut dan provinsi sebelahnya. Provinsi-provinsi
(khusus untuk blok sensus yang memiliki muatan tersebut yaitu:
lebih dari 150 rumah tangga), dan kerangka sampel 1. Provinsi Kepulauan Riau, mengikuti Provinsi
untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sen- Riau;
sus. Kerangka sampel blok sensus adalah daftar 2. Provinsi Gorontalo, mengikuti Sulawesi utara;
blok sensus biasa hasil sensus ekonomi tahun 2006 3. Provinsi Sulawesi Barat, mengikuti Provinsi
yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil Sulawesi Selatan;
pencacahan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan 4. Provinsi Maluku Utara, mengikuti Provinsi
Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel Maluku;
blok sensus ini mencakup blok sensus di 471 kabu- 5. Provinsi Papua Barat, mengikuti Provinsi Pa-
paten/kota dan dibedakan berdasarkan perdesaan pua.
dan perkotaan. Pelaksanaan Susenas Juli 2009 men-
cakup 18.243 blok sensus atau 291.888 rumah tangga Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan
sampel yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. sebuah ukuran untuk melihat demokrasi melalui
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 131

Tabel 1: Sumber Data Penelitian

No. Data/variabel Sumber Instansi Keterangan


(1) (2) (3) (4)
1 Persentase rumah tangga dengan luas hunian per ka- BPS Website BPSa
pita lebih dari 7,2m2
2 Persentase rumah tangga yang mempunyai toilet sen- BPS Statistik Indonesia 2010
diri
3 Pengeluaran per kapita yang disesuaikan BPS IPM 2009
4 Simpanan masyarakat (rupiah dan valas) di bank Bank Indonesia Website BIb
umum dan BPR per kapita
5 Tingkat penduduk bekerja BPS Statistik Indonesia 2010
6 Persentase penempatan tenaga kerja terdaftar Kemenakertrans
7 Persentase rumah tangga yang saling tolong-menolong BPS Susenas 2009 (Blok VII, r3-r9)
8 Persentase penduduk yang memiliki ijazah minimal BPS Statistik Indonesia 2010
SMP
9 Angka melek huruf BPS IPM 2009
10 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan hidup IKLH 2009
11 Indeks Demokrasi BPS Indeks Demokrasi 2009
12 Angka harapan hidup BPS IPM 2009
13 Persentase penduduk yang tidak mempunyai keluhan BPS Statistik Indonesia 2010
kesehatan
14 Persentase penduduk yang melakukan perjalanan wi- BPS Susenas 2009
sata
15 Persentase rumah tangga yang memiliki jaminan kese- BPS Susenas 2009
hatan
16 Persentase rumah tangga yang tidak menjadi korban BPS Statistik Kriminal 2011
kejahatan
17 Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja BPS Susenas 2009
lebih dari 50 jam
18 Persentase bekerja dari KRT wanita/ istri KRT yang BPS Susenas 2009
mempunyai anak usia sekolah
19 Rata-rata jam kerja per hari BPS Susenas 2009
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber, diolah
Keterangan: a Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan Luas Hunian per kapita ¤ 7,2 m2 , 1993–2015. Diakses dari
Keterangan: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1557
Keterangan: b Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Diakses dari http://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/
Keterangan: moneter/Contents/Default.aspx

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140


132 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

tiga aspek penting: kebebasan sipil, hak-hak politik, Statistik uji:


dan lembaga demokrasi. IDI menyajikan gambaran ?
r n2
t0  ?
kondisi demokrasi masing-masing provinsi ber-
(2)
dasarkan indikator-indikator yang dikembangkan 1  r2
dari tiga aspek tersebut. Metode pengumpulan da-
ta yang digunakan dalam penyusunan IDI adalah Keputusan: tolak H0 jika |t0 | ¡ tα{2pn2q
metode triangulation, yakni mengombinasikan anta-
ra metode kuantitatif dan kualitatif sehingga data Penyusunan Indeks Komposit
yang didapat dari metode yang satu akan mem-
validasi data yang dipakai dengan metode yang Standarisasi
lain. Empat metode utama yang digunakan dalam
Standarisasi diperlukan pada data yang memiliki
pengumpulan data untuk penyusunan IDI yaitu
unit pengukuran yang berbeda. Metode standar-
review media (analisis isi berita surat kabar), review
isasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen (analisis isi dokumen resmi yang dikelu-
metode maksimum-minimum. Dalam metode ini
arkan pemerintah), Focus Group Discussion (FGD),
seluruh data ditransformasi ke dalam sistem skor 0–
dan wawancara mendalam (in-depth interview).
100. Sebelum dilakukan standarisasi ini, semua va-
riabel sudah dibuat sedemikian rupa agar mempu-
nyai arah yang sama yaitu arah yang positif (makin
Metode Analisis besar nilainya, makin bagus). Metode maksimum-
Analisis Deskriptif minimum yang digunakan adalah:

Analisis deskriptif yang digunakan dalam pene- Iin  xxin xxmin  100 (3)
litian ini merupakan analisis untuk memberikan max min
gambaran informasi dengan menyajikan tabel-tabel, dengan:
diagram-diagram, dan gambar-gambar yang in- xmin : nilai minimum dari variabel tertentu;
formatif. Analisis deskriptif akan menjelaskan ba- xmax : nilai maksimum dari variabel tertentu;
gaimana penimbang suatu dimensi dan indikator xin : nilai variabel pada suatu observasi.
BLI terbentuk. Selain itu, analisis deskriptif juga
menggambarkan kondisi atau posisi suatu provinsi
Nilai minimum dan maksimum variabel yang di-
berdasarkan nilai BLI yang terbentuk.
gunakan dalam penelitian ini secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 2.
Analisis Korelasi
Pembobotan
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui kee-
ratan hubungan antara dua variabel. Tingkat keerat- Penjelasan pembobotan mengacu pada pendapat
an hubungan antar-variabel ini dinotasikan dengan Kasparian dan Rolland (2012), bahwa: ”The global
ρ untuk keeratan populasinya dan r untuk estima- index score of each country is obtained by a weighted me-
si nilai ρ. Nilai korelasi antara -1 sampai dengan an of the scores of all criteria. The originality of OECD’s
1 (Supranto, 2001). Analisis korelasi Pearson me- BLI is to let the user choose its own weights”. Pem-
nunjukkan hubungan linier antara dua variabel. bobotan dilakukan dengan menggunakan analisis
Formula penghitungan korelasi Pearson adalah: korelasi atau lebih tepatnya dalam bentuk matriks
° ° ° korelasi. Menurut BPS (2010c), penimbang yang

r b ° n °x y b x° y °
i i i i ditentukan berdasarkan pada matriks korelasi di-
asumsikan proporsional (sebanding) dengan nilai
n x p xq n y p yq
2 2 2 2
(1)
i i i i absolut koefisien korelasi pada masing-masing baris
atau kolom. Penimbang setiap variabel ditentukan
Pengujian hipotesisi tentang ρ dapat dituliskan dengan menghitung proporsi dari jumlah tiap-tiap
seperti di bawah ini: baris/kolom terhadap jumlah keseluruhan. Dalam
H0 : ρ  0 buku yang sama, yakni Penyempurnaan Penyusunan
H1 : ρ  0 Indeks Pembangunan Regional, Ray (2006) dalam BPS
(2010c) menyatakan bahwa asumsi yang mendasari
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 133

Tabel 2: Nilai Minimum dan Maksimum pada Setiap Variabel

Variabel Minimum Maksimum Keterangan


(1) (2) (3) (4)
Persentase rumah tangga dengan luas hunian per kapita 0 100 -
Persentase rumah tangga dengan fasilitas buang air besar (BAB) milik 0 100 -
sendiri
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan 360.000 732.720 IPM 2008 dan 2009
Simpanan masyarakat per kapita di bank konvensional dan BPR 1.360.627,248 97.735.368,21 Data Empiris
Tingkat penduduk bekerja 0 100 -
Persentase penempatan tenaga kerja terdaftar 0 100 -
Persentase rumah tangga yang saling tolong-menolong 0 100 -
Persentase penduduk yang memiliki ijazah minimal SMP 0 100 -
Persentase penduduk yang melek huruf 0 100 -
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 0 100 -
Indeks Demokrasi 0 100 -
Angka harapan hidup 25 85 IPM 2008 dan 2009
Persentase penduduk yang tidak mempunyai keluhan kesehatan 0 100 -
Persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata 0 100 -
Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan 0 100 -
Persentase rumah tangga yang tidak menjadi korban kejahatan 0 100 -
Persentase penduduk bekerja yang bekerja lebih dari 50 jam seminggu 0 100 -
Persentase KRT wanita/istri KRT dengan anak usia sekolah yang bekerja 0 100 -
Rata-rata selain jam kerja per hari 13 23 BPS, UU Tenaga Kerja
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber, diolah

bahwa sebuah variabel yang lebih penting akan me- yang telah distandarisasi, yaitu:
miliki jumlah koefisien korelasi lebih besar adalah
sebuah asumsi yang masuk akal.
BLI 
¸WI
p
(4)
i i
Sebagai contoh untuk mendapatkan penimbang 
i 1
variabel X1 , dibentuk matriks korelasi seperti Tabel
3. dengan:
BLI : Better Life Index;
Tabel 3: Matrik Korelasi Antar-Variabel Xi p : banyaknya variabel;
Wi : penimbang variabel ke-i;
Nilai absolut korelasi X1 X2  Xp Jumlah Ii : nilai variabel ke-i yang telah distandarisasikan.
X1 1 R12  R1p T1
X2 R21 1  R2p T2
.. .. .. .. .. Metode pembentukan indeks komposit dengan
. . . . .
Xp Rp1 Rp2  1 Tp
langkah-langkah di atas akan menghasilkan nilai
Jumlah T1 T2  Tp T indeks komposit yang tidak hanya dapat digunakan
Sumber: BPS (2010) untuk membandingkan antar-wilayah tetapi juga
dapat membandingkan antar-waktu. Hal tersebut
Penimbang untuk variabel X1 adalah W1  T1 {T.
karena standarisasi yang dilakukan menggunakan
teknik minimum-maksimum yang nilai minimum
Sehingga dengan cara yang sama maka akan diper-
dan maksimumnya telah ditetapkan. Selama bobot
oleh penimbang setiap variabel.
indikator yang digunakan masih sama, indeks ini
dapat dibandingkan antar-waktu.
Agregasi

Agregasi merupakan bagian yang cukup penting Hasil dan Analisis


dalam membangun indeks komposit karena sete-
lah melalui tahap agregasi akan terbentuklah nilai Penentuan atau pembentukan penimbang pada in-
akhir suatu indeks. Metode agregasi yang digu- dikator BLI menggunakan analisis matriks korelasi.
nakan dalam penelitian ini adalah agregasi linier. Variabel yang dianalisis sebanyak 19 variabel. Pe-
Rumusan agregasi linier yang sering digunakan nimbang yang diperoleh masing-masing variabel
adalah penjumlahan pembobot dan nilai indikator dapat dilihat pada Tabel 4.
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
134 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

Tabel 4: Penimbang Setiap Variabel Kategori ”rendah” meliputi nilai BLI di bawah
nilai batas bawah selang, dan kategori ”tinggi” meli-
Variabel Weight Variabel Weight puti nilai BLI di atas nilai batas atas dalam selang ke-
(1) (2) (3) (4)
X1 0,047 X11 0,043
yakinan, dan di antara batas bawah sampai dengan
X2 0,070 X12 0,054 nilai batas atas termasuk kategori ”sedang”. Sebagai
X3 0,053 X13 0,040 catatan penting adalah untuk meningkatkan satu
X4 0,055 X14 0,056 poin skor BLI membutuhkan usaha atau kebijak-
X5 0,050 X15 0,044
X6 0,043 X16 0,049 an program yang efektif dibandingkan meningkat-
X7 0,049 X17 0,059 kan satu poin IPM atau indeks komposit lainnya
X8 0,063 X18 0,051 dengan jumlah dimensi lebih sedikit. Selain itu, kon-
X9 0,053 X19 0,069 disi provinsi-provinsi di Indonesia yang beraneka
X10 0,052 TOTAL 1
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
ragam dengan karakteristik daerahnya yang khas
menjadikan suatu provinsi mempunyai keunggul-
an dalam satu atau beberapa dimensi sementara
dimensi lainnya relatif kurang (Tabel 7) sehingga
Berdasarkan Tabel 4, secara umum setiap variabel secara agregat nilai BLI relatif berdekatan.
mempunyai bobot yang hampir sama yaitu sekitar Secara nasional, pencapaian BLI Indonesia hanya
0,05. Hal tersebut memberikan informasi bahwa mencapai nilai 58,4246. Penulis menyadari bah-
dalam proses pembangunan hendaknya memper- wa kondisi Indonesia masih belum bisa dikata-
hatikan semua variabel tersebut karena mempunyai kan baik ditinjau dari ukuran ini. Dimensi-dimensi
tingkat kepentingan yang hampir sama. Sementara yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan BLI In-
itu, untuk mendapatkan penimbang setiap variabel donesia adalah pendapatan, kemasyarakatan, dan
terhadap dimensi yang berkaitan dapat dilakukan kepuasan hidup. Nilai BLI Indonesia pada dimensi-
dengan cara membagi penimbang variabel terse- dimensi tersebut berturut-turut adalah 39,44; 41,56;
but dengan jumlah penimbang variabel dalam satu dan 20,84 (pencapaian indeks dimensi BLI dapat
dimensi yang sama. Sebagai contoh untuk menda- dilihat pada Tabel 7).
patkan penimbang variabel luas hunian per kapi- Ditinjau menurut provinsi, nilai BLI masing-
ta terhadap dimensi perumahan maka dilakukan masing provinsi dapat dilihat melalui Tabel 5. Ada
perbandingan yaitu 0, 047{p0, 047 0, 07q  0, 402. sebelas provinsi yang mempunyai nilai BLI dengan
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh indeks kategori rendah atau di bawah rata-rata. Mendu-
dimensi. duki posisi indeks yang paling rendah di antara
Sebelum melakukan analisis lebih lanjut dari provinsi-provinsi Indonesia adalah Papua dengan
nilai-nilai indeks komposit yang diperoleh, dalam BLI 53,0694. Papua yang sudah dikenal sebagai pro-
penelitian ini dilakukan pengategorian secara relatif vinsi yang masih tertinggal tampaknya memang
yang dibuat peneliti terhadap nilai BLI menjadi tiga benar-benar perlu mendapat perhatian. Daerah ter-
kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Meng- tinggal lainnya, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB),
gunakan asumsi nilai BLI mengikuti sebaran nor- mempunyai nilai BLI 54,9930. Angka ini menem-
mal (simetri), maka pengategorian merujuk pada patkan NTB ke dalam dua provinsi dengan nilai
penggunaan formula selang keyakinan (confidence BLI terendah.
interval) dengan nilai tengah adalah rata-rata (µ), Di sisi lain, meskipun provinsi Banten dan Jawa
kemudian didapat nilai batas bawah dan nilai batas Timur berada di Pulau Jawa yang merupakan pulau
atas dengan besaran toleransi tergantung nilai sim- yang menjadi pusat pembangunan, kedua provinsi
pangan baku (standard deviation) dikali konstanta k. ini masuk dalam kategori nilai BLI rendah. Nilai
Besaran konstanta k ditentukan melalui eksplorasi BLI untuk Banten dan Jawa Timur masing-masing
data yang berlaku umum atau simulasi berbagai adalah 56,9849 dan 57,4523. Walaupun Provinsi Ja-
nilai konstanta k, yaitu k  0, 25; k  0, 5, dan k  1. wa Timur yang termasuk provinsi maju, bahkan
Pada akhirnya menghasilkan suatu nilai konstanta di dalamnya terdapat kota metropolitan, Suraba-
k yang memadai yakni k  0, 5-. Batasan pengate- ya, ternyata memiliki nilai indeks rendah dalam
gorian yang diperoleh adalah sebagai berikut: dimensi pendidikan, pemerintahan, dan keseim-
1. Rendah Ñ nilai indeks 57,9388 bangan waktu hidup. Dari dimensi komponen pe-
2. Sedang Ñ 57,9388 ¤ nilai indeks ¤ 59,1222 nyusun IPM pun, angka melek huruf, dan lama
3. Tinggi Ñ nilai indeks ¡ 59,1222 sekolah, Provinsi Jawa Timur ternyata mempunyai
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 135

Tabel 5: Nilai Better Life Index untuk Masing-masing Provinsi berdasarkan Kategori Indeks

Ketegori
Rendah Sedang Tinggi
Provinsi Nilai BLI Provinsi Nilai BLI Provinsi Nilai BLI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Papua 53,0694 Bali 57,6508 Lampung 59,7155
Nusa Tenggara Barat 54,9930 Sulawesi Tenggara 57,6515 Kep. Riau 59,9525
Gorontalo 56,2932 Maluku Utara 57,8045 Jambi 59,9816
Kalimantan Selatan 56,5207 Jawa Barat 58,2344 Bengkulu 60,0817
Banten 56,9849 Papua Barat 58,3575 Sumatera Selatan 60,6725
Sulawesi Barat 57,2791 Kalimantan Tengah 58,3688 Riau 61,2275
Nusa Tenggara Timur 57,3107 Jawa Tengah 58,4734 Sulawesi Utara 61,7402
Maluku 57,3613 Sumatera Barat 58,6026 Kalimantan Timur 61,9955
Jawa Timur 57,4523 Sulawesi Selatan 58,6273 DKI Jakarta 63,1248
Sulawesi Tengah 57,5377 DI Yogyakarta 58,9519
Kalimantan Barat 57,5393 Kep. Bangka Belitung 59,2247
Sumatera Utara 59,2610
Aceh 59,4644
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

nilai yang lebih rendah dari nilai nasional, bahkan litung, Sumatera Utara, dan Aceh. Setidaknya ada
daerah yang dikenal sebagai daerah tapal kuda (Pa- tiga dimensi BLI yang baik pada Provinsi Papua
suruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Barat, yaitu dimensi lingkungan, kepuasan hidup,
Bondowoso, dan Banyuwangi) keadaannya sangat dan keseimbangan waktu.
berbeda dengan daerah lain. Sementara Provinsi
Pada kelompok provinsi dengan BLI sedang, ana-
Banten mempunyai nilai BLI rendah dikarenakan
lisis deskriptif secara umum pada dimensi-dimensi
pada dimensi pendapatan, kemasyarakatan, kese-
BLI menghasilkan informasi bahwa dimensi ling-
hatan, dan keamanan mempunyai nilai indeks yang
kungan, pemerintahan, dan kemasyarakatan meru-
rendah, termasuk juga pada dimensi lingkungan.
pakan dimensi dengan nilai indeks dimensinya ren-
Berdasarkan nilai IKLH, Provinsi Banten hanya
dah. Peningkatan atau perbaikan kondisi dimensi-
mempunyai nilai IKLH sebesar 50,86.
dimensi itu dapat meningkatkan BLI pada kelom-
Selain empat provinsi yang disebutkan sebelum- pok provinsi tersebut menjadi kategori tinggi.
nya, beberapa provinsi berikut juga masuk dalam
Kelompok provinsi dengan BLI tinggi sebagian
kategori nilai BLI rendah, yakni Kalimantan Selatan,
besar adalah provinsi di Pulau Sumatera. Hal ini
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Nusa
bisa kita sadari mengingat Pulau Sumatera juga
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Gorontalo.
merupakan pulau yang menjadi orientasi pemba-
Berdasarkan analisis deskriptif secara umum terha-
ngunan setelah Pulau Jawa. Sementara itu, beberapa
dap dimensi-dimensi pada provinsi-provinsi yang
provinsi lainnya yang memiliki nilai BLI tinggi ter-
mempunyai nilai BLI rendah, ditemukan beberapa
sebar di beberapa pulau, yakni Provinsi DKI Jakarta,
dimensi yang hampir di setiap provinsi tersebut
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Peringkat
masih rendah. Dimensi-dimensi tersebut adalah
pertama BLI dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta de-
kesehatan, perumahan, dan pendidikan.
ngan nilai BLI 63,1248. Beberapa dimensi penyusun
Provinsi Papua Barat yang termasuk provinsi BLI dikuasai oleh Provinsi DKI Jakarta seperti pen-
bagian timur Indonesia mampu mengalahkan pro- dapatan, pendidikan, dan pemerintahan sehingga
vinsi tetangganya yaitu Provinsi Papua dalam hal sangat kontributif terhadap nilai BLI DKI Jakarta
BLI. Provinsi Papua Barat mempunyai nilai BLI yang tinggi. Namun demikian, dimensi lingkungan
sebesar 58,3575. Provinsi ini mampu mewujudkan Provinsi DKI Jakarta merupakan angka yang paling
pembangunan kualitas hidup yang hampir dapat rendah di Indonesia mengingat aktivitas ekonomi
disejajarkan dengan DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan yang tinggi ditambah tingkat kepadatan penduduk
Jawa Tengah dalam kategori BLI sedang bersama yang tinggi menyebabkan Provinsi DKI Jakarta me-
provinsi-provinsi lain, yakni Bali, Sulawesi Teng- miliki tingkat pencemaran yang tinggi. Di samping
gara, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera itu, Provinsi Kalimantan Timur cukup bagus di seba-
Barat, Kalimantan Tengah, Kepulauan Bangka Be- gian besar dimensi terutama dimensi pendapatan,
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
136 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

Gambar 4: Better Life Index Setiap Provinsi di Indonesia


Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

perumahan, dan kesehatan sehingga mampu men- Hubungan yang positif juga terjadi antara BLI
dukung pencapaian BLI sebesar 61,9955. Di Provinsi dengan IPR. Hal ini mengindikasikan secara umum
Sulawesi Utara, pada dimensi kemasyarakatan, pen- ada kecenderungan bahwa, semakin tinggi nilai IPR
didikan, dan lingkungan mempunyai nilai indeks suatu daerah semakin tinggi pula nilai BLInya. Hasil
yang tinggi, bahkan indeks lingkungan Provinsi pengolahan SPSS menunjukkan bahwa korelasi
Sulawesi Utara merupakan indeks lingkungan ter- BLI dengan IPR adalah 0,575. Hasil ini sekaligus
tinggi di Indonesia, sehingga tidak mengherankan mendukung bahwa BLI merupakan ukuran yang
Provinsi Sulawesi Utara mempunyai kategori BLI valid digunakan di Indonesia.
yang tinggi dengan nilai BLI 61,7402. Sementara itu, hasil yang menarik diperoleh saat
Sebagai ukuran yang baru, tentunya keberadaan- menganalisis hubungan BLI dengan pertumbuh-
nya perlu dilakukan tes validitas atau kontrol de- an ekonomi yang diukur dari pertumbuhan PDB
ngan ukuran yang telah terbukti memadai dan telah atas dasar harga konstan. Analisis korelasi menun-
digunakan. Menurut Saifuddin Azwar (1997) untuk jukkan bahwa BLI mempunyai keeratan hubung-
mengetahui validitas alat ukur baru dapat digu- an yang negatif atau berbanding terbalik dengan
nakan validitas konkuren dengan cara menghitung pertumbuhan ekonomi. Nilai korelasi tersebut ada-
korelasi antara alat ukur yang baru tersebut dengan lah -0,585. Fakta ini dapat mendukung latar be-
ukuran yang menjadi kriteria, yakni ukuran ekster- lakang penelitian ini bahwa aspek material (pen-
nal yang telah dianggap valid. Untuk melakukan dapatan/pengeluaran/ produksi) tidak menjamin
hal itu, analisis korelasi dilakukan terhadap BLI aspek-aspek atau dimensi pembangunan yang la-
dengan nilai IPM dan IPR. innya. Bahkan jika pembangunan hanya berfokus
Korelasi antara nilai BLI dengan IPM cukup kuat pada ekonomi tidak menutup kemungkinan justru
dan positif. Hasil output pengolahan menggunakan akan mendapat hasil yang kurang baik pada aspek
SPSS menunjukan nilai korelasi BLI dengan IPM yang lainnya atau pertumbuhan ekonomi dimak-
adalah 0,855. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam sud dapat dikatakan sebagai pseudo-growth. Hasil
BLI juga mencakup beberapa dimensi ekonomi ini senada dengan Boris Nikolaev (2014): ”GDP is
dan sosial, termasuk sebagian yang terdapat dalam poor measure for quality of life because it fails to account
IPM. Tentu saja karena keterbatasan IPM yang tidak for the crucial dimension of psychological well-being”.
mencakup dimensi-dimensi lain yang ada dalam Ini senada dengan rekomendasi The OECD’s Better
BLI, membuat BLI lebih kompleks dalam mengukur Life Initiative (2011) –The Stiglitz-Sen-Fitoussi Commis-
keberhasilan pembangunan. Analisis korelasi ini sion: ”The recommendations made by this Commission
telah membuktikan bahwa ukuran BLI mempunyai sought to address concerns that standard macroeconomic
validitas yang tinggi. statistics like GDP failed to give a true account of peo-
JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140
Pratomo, D. & Sumargo, B. 137

ple’s current and future well-being”. Hal yang perlu BLI rendah seperti Papua, Nusa Tenggara Barat, Go-
mendapat perhatian adalah bukanlah menciptakan rontalo, Kalimantan Selatan, dan Banten tentu per-
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi pertum- lu mendapat prioritas dalam peningkatan pemba-
buhan ekonomi yang optimal dengan dibarengi ngunan. Lebih khusus lagi pada kelompok provinsi
pembangunan pada dimensi lain. Dengan kata lain, dengan BLI rendah ini, pembangunan dapat diprio-
untuk mengukur pembangunan yang dimensional ritaskan pada dimensi kesehatan, perumahan, dan
tidak tepat jika menggunakan ukuran pertumbuh- pendidikan. Sementara itu, pada kelompok provin-
an ekonomi (yang masih univariate dimension, yakni si dengan BLI sedang, pemerintah dapat memberi
ekonomi), tapi sebaiknya menggunakan BLI yang prioritas pembangunan pada dimensi lingkungan,
meliputi dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, dan pemerintahan, dan kemasyarakatan.
lain-lain. Ketiga, pemerintah, baik pusat maupun daerah,
diharapkan mempertimbangkan BLI ini sebagai
alternatif ukuran pembangunan yang multidimen-
Kesimpulan sional. Dan keempat, mengingat bahwa penentuan
BLI ini masih sangat tergantung ketersediaan data
Berdasarkan hasil dan analisis yang dilakukan, pe- variabel-variabel penyusunannya, perlu diperhati-
neliti dapat mengambil beberapa simpulan berikut kan untuk menggunakan pendekatan variabel lain
ini. Pertama, dalam penentuan BLI di Indonesia, se- yang lebih terjamin ketersediaan datanya secara
bagian besar variabel mempunyai penimbang yang rutin apabila ada variabel yang tidak bisa diperoleh
relatif hampir sama, yakni sekitar 0,05, yang berarti setiap tahun, misalnya variabel Indeks Demokrasi
bahwa semua variabel mempunyai tingkat kepen- dapat dilakukan pendekatan dengan data persepsi
tingan yang relatif sama. Secara umum, hasil penyu- masyarakat terhadap pemerintahan dari Lembaga
sunan BLI ini dapat digunakan untuk mengukur Survei Indonesia (LSI).
dan membandingkan keberhasilan pembangunan
antar-wilayah maupun antar-waktu. Kedua, pen-
capaian pembangunan dengan ukuran BLI untuk
nasional Indonesia adalah 58,4246. Berdasarkan BLI
Daftar Pustaka
tiap provinsi, lima provinsi dengan BLI tertinggi [1] Arham, M. A. (2014). Kebijakan Desentralisasi Fiskal, Perge-
adalah DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi seran Sektoral, dan Ketimpangan Antarkabupaten/Kota di
Utara, Riau, dan Sumatera Selatan sedangkan lima Sulawesi Tengah. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia,
14(2), 145–167.
provinsi dengan BLI terendah adalah Papua, Nusa
[2] Azwar, Saifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogya-
Tenggara Barat, Gorontalo, Kalimantan Selatan, dan karta: Pustaka Pelajar.
Banten. Ketiga, BLI mempunyai hubungan yang cu- [3] Badruddin, S. (2009, 19 Maret). Teori dan Indikator Pem-
kup kuat dan positif dengan IPM dan IPR, akan bangunan. Diakses dari http://profsyamsiah.wordpress.
com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/. Tanggal ak-
tetapi memiliki keeratan hubungan yang negatif ses 19 April 2012.
dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional [4] BPS. (2008). Indeks Pembangunan Manusia 2006–2007. Jakarta:
Bruto (PDRB). Hal tersebut sekaligus mengindika- Badan Pusat Statistik.
sikan bahwa BLI cukup valid digunakan sebagai [5] BPS. (2009a). Data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi di Indonesia. Jakarta:
ukuran pembangunan yang bersifat multidimen- Badan Pusat Statistik.
sional di Indonesia. [6] BPS. (2009b). Indeks Demokrasi. Jakarta: Badan Pusat Statis-
Berdasarkan simpulan yang diutarakan sebelum- tik.
nya, saran yang dapat diberikan dari penelitian ini [7] BPS. (2010a). Indeks Pembangunan Manusia 2008–2009. Ja-
karta: Badan Pusat Statistik.
adalah sebagai berikut. Pertama, pembangunan hen- [8] BPS. (2010b). Indikator Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta:
daknya dilakukan dengan memberikan perhatian Badan Pusat Statistik.
secara merata pada semua dimensi pembangunan, [9] BPS. (2010c). Penyempurnaan Penyusunan Indeks Pembangun-
tetapi perlu adanya prioritas terhadap dimensi- an Regional. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[10] BPS. (2010d). Statistik Indonesia 2009. Jakarta: Badan Pusat
dimensi pembangunan yang memiliki indeks di- Statistik.
mensi rendah. Secara nasional, dimensi-dimensi [11] BPS. (2010e). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta:
pembangunan yang perlu mendapat prioritas dari Badan Pusat Statistik.
[12] BPS. (2011). Statistik Indonesia 2010. Jakarta: Badan Pusat
pemerintah berdasarkan penelitian ini adalah di- Statistik.
mensi pendapatan, kemasyarakatan, dan kepuasan [13] Durand, M., & Smith, C. (2013). The OECD Better Life
hidup. Kedua, kelompok provinsi dengan kategori Initiative: How’s Life? and the Measurement of Well-Being.

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140


138

Tabel 6: Matriks Korelasi Antar-Variabel

Korelasi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
X1 1 0,401 0,525 -0,290 -0,062 0,260 0,163 0,096 0,330 -0,240 -0,060 0,198 0,225 0,250 -0,250 0,434 -0,300 0,095 -0,210
X2 0,401 1 0,448 0,338 -0,315 0,380 -0,360 0,523 0,410 -0,490 0,316 0,627 0,241 0,360 -0,250 0,368 -0,380 0,388 -0,490
X3 0,525 0,448 1 0,054 -0,095 0,428 0,025 0,183 0,120 -0,390 0,106 0,295 0,016 0,530 -0,430 0,282 -0,560 0,180 -0,480

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140


X4 -0,290 0,338 0,054 1 -0,361 0,036 -0,550 0,637 0,200 -0,360 0,245 0,369 -0,020 0,500 -0,180 0,098 -0,340 0,249 -0,520
X5 -0,060 -0,320 -0,100 -0,360 1 -0,130 0,343 -0,530 -0,510 0,242 -0,120 -0,100 -0,160 -0,340 0,0250 -0,020 0,370 -0,640 0,415
X6 0,260 0,380 0,428 0,036 -0,125 1 -0,150 -0,070 0,150 -0,410 0,314 0,124 0,212 0,200 -0,470 0,239 -0,160 0,035 -0,170
X7 0,163 -0,360 0,025 -0,550 0,343 -0,150 1 -0,340 -0,020 0,491 -0,190 -0,260 -0,300 -0,310 0,109 -0,320 0,090 -0,220 0,348
X8 0,096 0,523 0,183 0,637 -0,532 -0,070 -0,340 1 0,530 -0,170 0,118 0,586 0,247 0,390 -0,220 0,330 -0,390 0,292 -0,560
X9 0,331 0,409 0,123 0,203 -0,512 0,154 -0,020 0,526 1 -0,150 0,456 0,258 0,150 0,090 -0,200 0,313 -0,300 0,599 -0,320
X10 -0,240 -0,490 -0,390 -0,360 0,242 -0,410 0,491 -0,170 -0,150 1 -0,260 -0,150 -0,020 -0,400 0,104 -0,170 0,230 -0,290 0,404
X11 -0,060 0,316 0,106 0,245 -0,116 0,314 -0,190 0,118 0,460 -0,260 1 0,345 -0,030 -0,140 -0,140 0,181 -0,230 0,404 -0,310
X12 0,198 0,627 0,295 0,369 -0,101 0,124 -0,260 0,586 0,260 -0,150 0,345 1 0,292 0,270 -0,220 0,407 -0,200 0,100 -0,370
X13 0,225 0,241 0,016 -0,020 -0,157 0,212 -0,300 0,247 0,150 -0,020 -0,030 0,292 1 -0,210 -0,410 0,669 0,214 0,075 0,094
X14 0,254 0,361 0,533 0,498 -0,342 0,195 -0,310 0,390 0,090 -0,400 -0,140 0,265 -0,210 1 -0,250 -0,020 -0,480 0,162 -0,550
X15 -0,250 -0,250 -0,430 -0,180 0,025 -0,470 0,109 -0,220 -0,200 0,104 -0,140 -0,220 -0,410 -0,250 1 -0,440 0,093 0,095 0,153
X16 0,434 0,368 0,282 0,098 -0,019 0,239 -0,320 0,330 0,310 -0,170 0,181 0,407 0,669 -0,020 -0,440 1 -0,100 0,139 -0,160
X17 -0,300 -0,380 -0,560 -0,340 0,370 -0,160 0,090 -0,390 -0,300 0,230 -0,230 -0,200 0,214 -0,480 0,093 -0,100 1 -0,480 0,904
Sebuah Alternatif: Better Life Index...

X18 0,095 0,388 0,180 0,249 -0,635 0,035 -0,220 0,292 0,600 -0,290 0,404 0,100 0,075 0,160 0,095 0,139 -0,480 1 -0,450
X19 -0,210 -0,490 -0,480 -0,520 0,415 -0,170 0,348 -0,560 -0,320 0,404 -0,310 -0,370 0,094 -0,550 0,153 -0,160 0,904 -0,450 1
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Tabel 7: Indeks Dimensi Menurut Provinsi

No Provinsi PERUM PENDAP PEKERJ MASY PENDID LINGK PEMER KESH KEPUAS KEAM SEIMB
Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R. Nilai R.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
1 Aceh 67,60 22 34,33 28 45,42 32 39,45 26 71,85 6 72,47 13 66,29 23 69,28 21 31,59 2 98,34 2 60,96 3
2 Sumatera 77,15 7 39,40 8 63,84 13 45,38 16 72,24 4 62,48 21 60,20 32 72,63 7 16,91 31 97,18 15 55,27 25
Utara
3 Sumatera 65,05 25 37,39 13 59,73 23 46,21 14 70,89 8 87,04 3 60,29 31 69,84 18 21,04 16 97,46 12 54,20 30
Barat
4 Riau 83,38 1 39,61 7 68,34 8 42,33 19 72,04 5 51,65 27 75,85 2 74,12 3 16,52 32 97,92 6 60,56 5
5 Jambi 74,20 10 37,18 17 68,31 9 40 22 67,13 14 75,04 10 71 11 73,38 4 14,42 33 97,89 7 60,20 7
6 Sumatera 70,57 16 37,11 18 97,90 1 51,95 8 66,73 17 69,30 15 72,52 6 71,34 12 17,64 26 97,26 14 57,60 15
Selatan
7 Bengkulu 73,87 11 35,73 23 55,17 28 56,59 5 68,84 11 79,58 5 64,76 25 71,89 10 20,52 18 96,66 21 57,19 16
8 Lampung 80,93 3 34,41 27 59,74 22 56,97 4 65,70 20 73,74 11 67,47 18 68,98 22 17,58 29 96,50 22 56,75 19
9 Kep. 77,29 6 39,69 6 69,17 7 41,18 20 65,59 22 52,15 26 67,01 20 66,13 28 25,47 7 96,77 20 58,54 13
Bangka
Belitung
10 Kep. Ri- 80,47 4 42,29 3 64,82 11 40,23 21 69,27 10 51,65 28 73,61 4 69,59 20 25,46 8 97,81 8 54,77 26
au
11 DKI 73,26 13 86,10 1 62,05 18 18,48 33 82,05 1 41,73 33 73,91 3 72,91 6 19,63 20 97,17 16 54,29 29
Jakarta
12 Jawa Ba- 73,87 12 36,78 21 76,88 3 35,01 30 66,17 19 49,69 30 71,07 10 70 16 20,65 17 96,37 24 58,05 14
rat
13 Jawa Te- 76,47 8 37,35 14 77,80 2 45,77 15 61,07 28 55,40 24 66,45 22 73 5 22,77 14 97,68 10 53,05 31
ngah
14 DI Yogya- 79,50 5 40 4 62,87 17 49,77 9 71,19 7 53,52 25 67,55 17 71,08 13 23,64 11 95,52 30 49,16 32
karta
15 Jawa Ti- 75,22 9 39,01 9 63,46 14 39,50 25 61,62 27 59,01 23 62,49 29 71,37 11 18,92 24 97,32 13 54,43 28
mur
16 Banten 69,86 19 36,83 20 63,19 16 35,13 29 68,03 12 50,86 29 67,98 16 64,56 29 22,91 12 95,76 27 58,75 11
17 Bali 70,29 17 39,83 5 60,71 20 45,23 17 65,06 24 85,50 4 70,35 13 69,96 17 17,58 28 97,96 5 46,47 33
18 Nusa 52,31 31 36,84 19 57,32 27 64,48 1 55,77 32 73,69 12 58,12 33 60,94 33 26,43 6 93,99 31 54,75 27
Tenggara
Barat
19 Nusa 61,83 26 32,34 32 64,51 12 49,66 10 55,88 31 66,61 20 71,64 9 62,91 30 31,88 1 92,88 33 60,95 4
Tenggara
Timur
Pratomo, D. & Sumargo, B.

20 Kalimantan 68,91 20 37,29 15 69,62 5 37,11 28 59,55 29 71,92 14 72,38 7 68,19 23 17,60 27 98,09 3 56,76 18
Barat
21 Kalimantan 66,80 24 37,27 16 63,41 15 42,46 18 67,04 15 45,70 32 77,63 1 74,76 1 19,09 22 98,72 1 59,70 8
Tengah
22 Kalimantan 71,02 15 38,16 10 69,42 6 39,92 24 65,39 23 48,25 31 66,63 21 61,27 32 18,88 25 96,21 26 56,52 21
Selatan
23 Kalimantan 81,13 2 42,78 2 74,61 4 33,89 31 72,77 3 68,63 16 72,31 8 74,31 2 24,86 9 97,66 11 56,47 22
Timur
24 Sulawesi 70,21 18 37,43 12 53,99 29 58,31 2 73,30 2 88,21 1 70,94 12 72,44 8 19,40 21 96,23 25 62,43 1
Utara
25 Sulawesi 60,63 28 35,86 22 61,30 19 55,83 6 66,45 18 68,51 17 66,02 24 66,14 27 18,93 23 97,12 18 58,60 12
Tengah
26 Sulawesi 71,46 14 37,90 11 57,85 25 39,97 23 61,71 26 67,62 18 61,48 30 71,96 9 24,52 10 97,13 17 60,51 6
Selatan
27 Sulawesi 68,56 21 34,09 31 59,82 21 46,73 13 65,61 21 60,53 22 64,29 26 68,06 24 26,98 5 96,89 19 55,63 23
Tenggara
28 Gorontalo 50,99 32 34,78 25 45,80 31 57,71 3 62,91 25 88,21 2 73,50 5 61,66 31 27,24 4 93,94 32 55,30 24
29 Sulawesi 61,59 27 35,69 24 57,85 26 54,44 7 59,29 30 67,62 19 67,99 15 67,14 26 22,41 15 97,97 4 59,36 9
Barat
30 Maluku 57,34 30 34,20 30 52,60 30 49,50 11 70,15 9 78,80 6 69,07 14 67,50 25 22,79 13 95,75 28 57,12 17
31 Maluku 59,40 29 32,12 33 65,91 10 49,42 12 67,46 13 78,8 7 67,21 19 69,77 19 17,44 30 97,77 9 58,93 10
Utara
32 Papua 67,05 23 34,21 29 35,62 33 37,39 27 66,88 16 75,30 8 63,06 28 71,07 14 30,40 3 96,38 23 61,30 2

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140


139

Barat
33 Papua 45,63 33 34,64 26 58,51 24 26,72 32 54,37 33 75,30 9 63,80 27 70,02 15 19,91 19 95,68 29 56,69 20
NASIONAL 73,07 39,44 65,14 41,56 65,53 59,79 67,30 70,55 20,84 96,92 56,23
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
140 Sebuah Alternatif: Better Life Index...

Paper Prepared for the International Association for Research in


Income and Wealth (IARIW) Session at the 2013 World Statis-
tics Conference, Sponsored by the International Statistical
Institute, Hong Kong, August 26, 2013. Diakses dari http:
//www.iariw.org/papers/2013/DurandPaper.pdf. Tang-
gal akses 4 September 2012.
[14] ESCAP. (2009). Gross National Happiness Index: To-
wards Measuring the Progress of Societies. Paper,
E/ESCAP/CST/INF/21. Committee on Statistic, Economi-
cs and Social Commission for Asia and the Pacific.
Diakses dari https://www.unescap.org/sites/default/
files/pre-ods/CST1-INF21.pdf. Tanggal akses 19 April
2012.
[15] Kasparian, J., & Rolland, A. (2012). OECD’s ’Better Life
Index’: Can Any Country be Well Ranked?, Journal of Applied
Statistics, 39(10), 2223–2230.
[16] Kementerian Lingkungan Hidup. (2010). Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup 2009. Jakarta: Asisten Deputi Urusan
Data dan Informasi Lingkungan, Kementerian Lingkungan
Hidup. Diakses dari http://datin.menlh.go.id/assets/
berkas/IKLH-2009-.pdf. Tanggal akses 19 April 2012.
[17] Lagas, P., van Dongen, F., van Rijn, F., & Visser, H. (2015).
Regional Quality of Living in Europe. Region: The Journal of
ERSA, 2(2), 1–26.
[18] Lisna, V., Sinaga, B. M., Firdaus, M., Sutomo, S. (2013).
Dampak Kapasitas Fiskal terhadap Penurunan Kemiskin-
an: Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia, 14(1), 1–26.
[19] Nasihuddin, A. A. (2010). Pusat Wisata Kuliner di Kabupa-
ten Lamongan: Tema Eklektik Bahari. Undergraduate thesis.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
[20] Nikolaev, B. (2014). Economic Freedom and Quality of Life:
Evidence from the OECD’s Your Better Life Index. Journal
of Private Enterprise, 29(3), 61–96.
[21] OECD. (2008). Handbook on Constructing Composite Indicators:
Methodology and User Guide. Diakses dari http://www.oecd.
org/std/leading-indicators/42495745.pdf. Tanggal
akses 4 September 2012.
[22] Puradiredja, H. (2011, 19 Januari). Pandang-
an Arti Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup Ba-
rat dan Timur. Kompasiana.com. Diakses dari
http://filsafat.kompasiana.com/2011/01/19/
pandangan-arti-kebahagiaan-dan-kepuasaan-hidup-
barat-dan-timur/. Tanggal akses 23 Mei 2012.
[23] Setiawan, M. B., & Hakim, A. (2013). Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia. Jurnal Economia, 9(1), 18–26.
[24] Supranto, J. (2001). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Er-
langga.
[25] Todaro, M. P. & Smith, S. C. (2004). Pembangunan Ekonomi
di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 123–140

Anda mungkin juga menyukai