ABSTRACT
East Nusa Tenggara is one of the beef-producing provinces in Indonesia. Market integration is
an important indicator of market efficiency. This study analyzes the integration of the beef market in East
Nusa Tenggara with the reference market in Indonesia. The data used is weekly data on beef prices in
traditional markets, wholesalers, and modern markets in Kupang City, DKI Jakarta, and Surabaya City
from 2018 to 2022. The analytical method used is the Ravallion model. The results found that the meat
market in East Nusa Tenggara is not short or long term integrated with DKI Jakarta and City of
Surabaya. Therefore, a basic beef price policy is needed for each middleman and a price information
center is needed by coordinating between central and regional governments in maintaining one
commodity price.
ABSTRAK
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi penghasil daging sapi di Indonesia.
Integrasi pasar menjadi indikator penting agar pasar komoditas menjadi efisien. Penelitian ini
menganalisis integrasi pasar daging sapi di Nusa Tenggara Timur dengan pasar acuan yang ada di
Indonesia. Data yang digunakan merupakan data mingguan harga daging sapi pada pasar tradisonal,
pedagang besar dan pasar modern di Kota Kupang, DKI Jakarta, dan Kota Surabaya dari tahun 2018
sampai 2022. Metode analisis yang digunakan yaitu model Ravallion. Hasil penelitian menemukan bahwa
pasar daging di Nusa Tenggara Timur tidak terintegrasi dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan
DKI Jakarta dan Kota Surabaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan harga dasar daging sapi untuk
setiap lembaga pemasaran dan pusat informasi harga dengan mengkoordinasikan antara pemerintah pusat
dan daerah dalam menjaga satu harga komoditas.
[94]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan NTT dan Surabaya.
jumlah populasi sapi potong di Nusa Nilai koefisien variasi harga daging sapi di
Tenggara Timur berada pada posisi ke lima Kota Jakarta sebesar 5,74%, sementara itu
penghasil sapi potong terbesar di Indonesia. NTT dan Surabaya sebesar 3,43% dan
Namun, jika dilihat lebih lanjut, kontribusi 2,78%. Dari data ini, Marwa et. al (2017)
dan peningkatan jumlah populasi lebih tinggi menunjukkaan bahwa perbedaan harga yang
jika dibandingkan wilayah penghasil sapi tinggi dari beberapa pasar dipengaruhi oleh
potong terbesar lainnya. Ini menunjukkan panjangnya jalur distribusi.
adanya potensi pengembangan sapi potong di Beberapa penelitian mengenai analisis
wilayah ini kedepannya. harga spasial daging sapi di Indonesia sudah
Selain untuk memenuhi kebutuhan di ada dan menemukan beberapa hasil.
wilayah NTT, jumlah sapi potong yang ada Penelitian Arnanto, Hartoyo, dan Wiwiek
banyak diekspor atau dikirim ke wilayah luar (2014) menyatakan bahwa tingkat integrasi
lainnya di Indonesia. Daerah tujuan spasial dari komoditas beras dan gula, daging
pengiriman sapi potong utama dari NTT ayam, dan daging sapi di Indonesia
adalah DKI Jakarta sebagai pusat konsumen mendekati pasar persaingan sempurna
terbesar di Indonesia. Adanya perdagangan (competitive market). Sementara itu, Syukur
daging sapi dari Provinsi Nusa Tenggara et al. (2020) menemukan bahwa proses
Timur dengan wilayah lainnya memengaruhi penyesuaian harga daging sapi pada provinsi-
perkembangan harga yang terbentuk. provinsi yang berada dalam satu pulau lebih
Ravallion (1986) menjelaskan bahwa cepat dibandingkan provinsi yang berbeda
adanya perdagangan yang terjadi beberapa pulau. Krisna, Firmansyah, dan Fachroerrozi
wilayah ditandai dengan integrasi pasar yang (2021) menemukan adanya integrasi antar
kuat. Pergerakan harga yang terbentuk saling pada pasar daging sapi pada dua wilayah
mengikuti atau dengan pola yang hampir yang berdekatan. Sementara itu, penelitian
sama. Data menunjukkan bahwa pergerakan Septiyarini et. al. (2020) menemukan harga
harga daging sapi pada pasar tradisional sapi pada pasar besar dan konsumen tidak
Jakarta cenderung lebih bervariasi saling memengaruhi.
[95]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
Pergerakan harga daging sapi cenderung setiap pihak yang terlibat dalam proses
berbeda pada wilayah NTT dan pasar pemasaran daging sapi.
acuannya, maka perlu dilakukan analisis
integrasi pasar. Integrasi pasar menjadi II. METODE PENELITIAN
indikator penting berkaitan dengan efisiensi Penelitian ini menggunakan data deret
pasar yang ada. Kuatnya integrasi pasar waktu (time series) yang bersumber dari
mengindikasikan proses pemasaran suatu hargapangan.id. Deret waktu yang digunakan
komoditas menjadi efisien karena harga akan yaitu data mingguan dari bulan Januari tahun
ditransformasikan secara tepat ke pasar 2018 sampai bulan November tahun 2022.
lainnya baik secara vertikal maupun Data yang diambil yaitu harga daging sapi
horizontal (Ravallion, 1986). Zainuddin, pada pasar tradisional, pedagang besar, dan
Asmarantaka, dan Harianto (2015) dan pasar modern. Pasar acuan yang dipakai
Nuraeni et al. (2015) juga menjelaskan dalam peneltian ini yaitu DKI Jakarta sebagai
bahwa jika suatu pasar terintegrasi dengan pusat konsumen terbesar di Indonesia dan
baik maka tingkat kerugian di pihak adanya arus perdagangan dengan Provinsi
produsen dapat diminimalisir dan dapat Nusa Tenggara Timur. Sementara itu,
mengurangi tindakan menyimpang dari pihak Provinsi Jawa Timur diambil sebagai daerah
pedagang perantara. penghasil pangan terbesar di Indonesia
Selanjutnya, dari beberapa penelitian khususnya daging sapi. Data harga yang
tersebut, analisis keterkaitan pasar daging dipakai yaitu harga daging sapi di ibu kota
sapi dilakukan tanpa memisahkan provinsi masing-masing wilayah.
berdasarkan jenis pasar yang ada di setiap Analisis data harga daging sapi
wilayahnya. Oleh karena itu, analisis ini akan menggunakan model regresi harga yang
menelaah integrasi pasar daging sapi dikembangkan oleh Ravallion (1986). Secara
berdasarkan jenis pasar terhadap pasar spesifik model Ravallion dapat dilihat
acuannya. Analisis ini diharapkan dapat sebagai berikut:
memberikan keuntungan yang adil bagi
𝑏1
𝐼𝑀𝐶 =
𝑏3
(Persamaan 2)
Nilai IMC yang kurang dari satu dilakukan pengujian hipotesis terhadap rasio
mengindikasikan terjadinya integrasi jangka koefisien masa lalu. Pengujian untuk
pendek. Semakin kecil nilai IMC yang membuktikan ada atau tidak integrasi jangka
mendekati nol maka semakin tinggi derajat pendek pada kedua pasar dengan hipotesis
integrasi. Untuk menguji nilai IMC ini akan sebagai berikut:
H0:b1/b3 = 0
H1:b1/b3 ≠ 0
(Persamaan 3)
[96]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
Untuk pengujian hipotesis integrasi pasar pasar acuan yaitu b2. Hipotesis pengujian
dalam jangka panjang dilakukan pengujian integrasi dalam jangka panjang sebagai
terhadap koefisien perubahan harga dari berikut:
H0: b2 = 1
H1: b2 ≠ 1
(Persamaan 4)
Pasar berkointegrasi dalam jangka jika menolak hipotesis nol (H0) dari
panjang jika hipotesis nol (H0) dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis
pengujian ini diterima. Sebaliknya, pasar integrasi pasar dalam jangka pendek dan
tidak terkointegrasi dalam jangka panjang panjang menggunakan uji t sebagai berikut:
𝑏𝑖
𝑡=
𝑠𝑏𝑖
(Persamaan 5)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN baik pada pasar tradisional, pedagang besar
dan pasar modern. Sementara itu, harga
A. Perkembangan dan Korelasi Harga daging sapi pada wilayah Surabaya
Daging Sapi cenderung fluktuatif dengan perbedaan
Perkembangan harga daging sapi di ibu kenaikan yang kecil. Untuk lebih jelasnya,
kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jawa perkembangan harga daging sapi mingguan
Timur dan DKI Jakarta menunjukkan 2018-2022 dapat dilihat pada Gambar 1, 2,
pergerakan harga yang cukup berbeda. Harga dan 3 sebagai berikut
daging sapi pada wilayah DKI Jakarta
cenderung bergerak naik secara signifikan
160000
150000
140000
130000
120000
110000
100000
90000
80000
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
137
1
9
105
113
121
129
145
153
161
169
177
185
193
201
209
217
225
233
241
249
Gambar 1. Perkembangan Harga Daging Sapi Mingguan pada Pasar Tradisional di NTT,
DKI Jakarta dan Surabaya Tahun 2018-2022
Sumber: hargapangan.id (2022)
[97]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
140000
130000
120000
110000
100000
90000
80000
70000
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
9
217
225
1
105
113
121
129
137
145
153
161
169
177
185
193
201
209
233
241
249
NTT Jakarta Sby
Pergerakan harga daging sapi pada pasar periode 2019 sampai awal periode tahun
pedagang besar menunjukkan tren yang 2022. Pergerakan harga pada pasar modern
menaik. Tren yang meningkat terjadi pada dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut:
240000
220000
200000
180000
160000
140000
120000
100000
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
137
1
9
105
113
121
129
145
153
161
169
177
185
193
201
209
217
225
233
241
249
[98]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
Sementara itu, pada Gambar 3 pergerakan harga daging sapi pada ketiga pasar
harga daging sapi pada pasar modern menunjukkan hubungan yang positif dengan
cenderung bergerak fluktuatif dengan trend tingkatan yang cukup berbeda. Hasil analisis
yang menurun dari tahun 2019 dan naik dapat terlihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
kembali pada akhir periode 2021. Korelasi
Pasar Referensi
Pasar
Jakarta Surabaya
Tradisional 0,434 (0,000) 0,278 (0,000)
Pasar Besar 0,558 (0,000) 0,663 (0,000)
Modern 0,486 (0,000) 0,421 (0,000)
Keterangan: Nilai dalam tanda kurung menunjukkan probability value
Sumber: Analisis Data Primer (2022).
Analisa korelasi harga daging sapi pada lebih responsif dibandingkan kedua pasar
pasar tradisional Kota Kupang dengan pasar lainnya.
di DKI Jakarta dan Surabaya menunjukkan
nilai yang lemah. Hal ini juga terlihat pada B. Analisa Integrasi Pasar
pasar modern di wilayah Kota Kupang Analisis Ravallion dalam estimasi
dengan pasar di DKI Jakarta dan Surabaya. digunakan untuk melihat pengaruh dari dua
Korelasi harga daging sapi yang cukup kuat pasar acuan terhadap harga yang terbentuk di
ditunjukkan pada harga di tingkat pedagang ibu kota Nusa Tengara Timur. Pengujian ini
besar pada ketiga wilayah. Perbedaan dari menganalisis pengaruh dari pasar acuan pada
analisis korelasi ini mengambarkan bahwa beberapa jenis pasar. Hasil estimasi
harga daging sapi di tingkat pedagang besar ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Estimasi Model Ravalion pada Ketiga Pasar
Pasar Acuan Intercept Pt-1 Rt - Rt-1 Rt-1
Pasar Tradisional
Jakarta 0,425 0,949* 0,005 0,013
Surabaya 0,370 0,955* 0,103 0,012
Pedagang Besar
Jakarta 0,187 0,974* 0,028 0,008
Surabaya -0,230 0,970* -0,002 0,049
Pasar Modern
Jakarta 1,074 0,865* 0,412* 0,042
Surabaya 0,454 0,872* -0,022 0,089
Keterangan: *: signifikan pada α = 5%
Sumber: Analisis Data Primer (2022).
Hasil pengujian model Ravallion modern di Kota Jakarta. Pada pasar lainnya
menunjukkan bahwa harga daging sapi yang yaitu pasar tradisional dan pedagang besar,
terbentuk di pasar Kota Kupang mayoritas perubahan harga di Kota Jakarta dan
dipengaruhi oleh harga sebelumnya. Harga Surabaya tidak memengaruhi harga yang
daging sapi minggu sebelumnya terbentuk di Kota Kupang.
memengaruhi harga minggu sekarang baik di Pada periode sebelumnya (Rt-1) hal yang
pasar tradisional, pedagang besar, maupun sama juga terjadi, yaitu harga di pasar acuan
pasar modern di Kota Kupang. Perubahan tidak memengaruhi harga yang terbentuk di
harga daging sapi di Kota Kupang hanya Kota Kupang baik di pasar tradisional,
dipengaruhi oleh perubahan harga pada pasar pedagang besar, maupun pasar modern.
[99]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
Temuan ini menunjukkan bahwa harga mengkonfirmasi hal tersebut, maka dilakukan
daging sapi yang terbentuk di Kota Kupang pengujian pada koefisien integrasi dalam
mayoritas tidak dipengaruhi oleh pasar acuan jangka pendek dan jangka panjang. Hasil
produsen (Kota Surabaya) dan pasar acuan pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.
konsumen (DKI Jakarta). Untuk
Tabel 4. Koefisien dan Probabilitas Short Term dan Long Term Integration
Pasar Daging Sapi di Kota Kupang dengan Pasar Referensi
Pasar Acuan b1/b3 (IMC) b2
Pasar Tradisional
Jakarta 73,00 (0,278) 0,005 (0,000)
Surabaya 79,58 (0,594) 0,103 (0,000)
Pedagang Besar
Jakarta 121,75 (0,532) 0,028 (0,000)
Surabaya 19,79 (0,380) -0,002 (0,000)
Pasar Modern
Jakarta 20,59 (0,090) 0,412 (0,000)
Surabaya 9,79 (0,214) -0,022 (0,000)
Keterangan: Nilai dalam tanda kurung menunjukkan probability value
Sumber: Analisa Data Primer (2022).
Hasil pengujian koefisien dari model baik. Arnanto, Sri Hartoyo, dan Wiwiek
Ravallion menunjukkan bahwa pasar daging (2014) menjelaskan bahwa indeks IMC akan
sapi di Kota Kupang dalam jangka pendek memberikan nilai yang baik jika ada proses
tidak terkointegrasi dengan pasar acuannya perolehan informasi sehingga pasar dapat
yaitu Kota Surabaya dan DKI Jakarta. menyesuaikan dengan kondisi di pasar acuan
Integrasi jangka pendek yang ditunjukkan dan dapat terjadi meskipun kedua wilayah
oleh nilai IMC pada ketiga pasar berada pada memiliki jarak yang jauh maupun tidak
nilai yang lebih besar dari 1. Nilai ini terdapat proses perdagangan.
mencerminkan pasar tradisional, pedagang Hasil pengujian rasio koefisien harga
besar, dan pasar modern yang ada di Kota pasar produsen dan pasar acuan juga
Surabaya dan Kota Jakarta tidak menjadi meunjukkan hal yang sama. Ketiga jenis
acuan bagi harga daging sapi di Kota pasar di Kota Surabaya dan DKI Jakarta
Kupang. Dari ketiga jenis pasar, nilai IMC menunjukkan probabilitas uji yang sama
yang mendekati 1 yaitu pasar modern yang yaitu tidak signifikan. Pengujian ini
ada di Kota Surabaya. mengkonfirmasi nilai IMC bahwa dalam
Arnanto, Sri Hartoyo, dan Wiwiek (2014) jangka pendek pasar daging sapi di Kota
menjelaskan bahwa nilai IMC yang lebih dari Kupang tidak terintegrasi dengan pasar
1 menunjukkan integrasi yang sangat lemah acuannya.
di antara daerah produsen. Hal ini disebabkan Adanya aliran perdagangan daging sapi
karena tidak adanya atau sangat kecilnya arus NTT dengan DKI Jakarta tentunya akan
perdagangan. Jika dilihat lebih lanjut, daerah berdampak pada integrasi kedua pasar
Jawa Timur sebagai penghasil terbesar sebagaimana temuan Hidayanto, Lukytawati,
daging sapi di Indonesia memengaruhi arus dan Dedi (2014) yang menemukan bahwa
perdagangan daging sapi Nusa Tenggara aktivitas pembelian memengaruhi integrasi
Timur. pasar. Namun, temuan Hidayanto,
DKI Jakarta sebagai daerah defisit disertai Lukytawati, dan Dedi (2014) juga
arus perdagangan daging sapi dengan NTT, menjelaskan bahwa kondisi infrastruktur
namun terjadi integrasi pasar yang lemah memengaruhi integrasi pasar suatu
menjadi sebuah hal yang menarik. Artinya komoditas. Kondisi infrastuktur pada wilayah
tingkat komunikasi perdagangan yang masih Nusa Tenggara Timur dilihat masih kurang
rendah menyebabkan efisiensi perdagangan baik sehingga memengaruhi derajat integrasi
dan informasi pasar belum berjalan dengan pasar. Sebagaimana temuan Faradis dan
[100]
Dira A. Pramita dan Januar A. Ruslan / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 3, Nomor 2, November 2022 / Halaman 94-102
[102]