Anda di halaman 1dari 3

PASAR ANTAR WILAYAH DAN

PASAR ANTAR INTEGRASI

Oleh :

NAMA : JEFRI. HU

NIM : 145410121012

PRODI : AGRIBISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG


2023
PASAR ANTAR WILAYAH

Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah pemenuhan
kebutuhan pangan bagi masyarakat baik dari segi availability maupun accessability to
food. Produksi pangan dalam negeri yang masih jauh dari kebutuhan konsumsi
membuat Indonesia menjadi importir beberapa komoditas pangan misal beras, gula,
kedelai dan daging sapi. Bahkan kedelai pada tahun 2013 nilai kebutuhan impor
mencapai lebih dari 69.59 persen kebutuhan nasional, proses perdagangan yang tidak
efektif akan menyebabkan proses transmisi harga menjadi tidak efektif pula. Intervensi
pasar yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dalam rangka perlindungan baik petani
sebagai produsen maupun masyarakat sebagai konsumen bahan pangan merupakan
hal yang sangat penting untuk dilakukan. Permasalahan efektifitas alur perdagangan
dan akses informasi antar daerah merupakan hal yang sangat penting, pengurangan
rintangan perdagangan maupun perbaikan akses informasi akan membuat proses
efektif dan efisien. Alur perdagangan yang baik tanpa adanya hambatan perdagangan
serta peningkatan akses informasi akan membuat integrasi pasar menjadi lebih efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar yang terjadi antar wilayah di
Indonesia dan menganalisis besaran elastisitas transmisi perubahan harga didaerah
akibat perubahan harga di pasar acuan. Analisis menggunakan metode integrasi
Ravallion untuk melihat tingkat integrasi antar daerah dan juga transmisi harga. Data
yang digunakan adalah harga eceran di 33 provinsi di Indonesia dengan rentang waktu
5 tahun sejak tahun 2009 sampai dengan 2013. Hasil analisis menggunakan nilai IMC
(Index of Market Connection) sebagai indikator integrasi jangka pendek dan b2 sebagai
indikator integrasi jangka panjang menunjukan bahwa pasar komoditi pangan memiliki
beberapa daerah yang dijadikan acuan. Pada komoditi beras dapat disimpulkan bahwa
Jakarta dan Sulawesi Selatan merupakan daerah yang menjadi daerah acuan utama,
daerah tersebut terintegrasi dengan sebagian besar wilayah di Indonesia. Komoditi gula
daerah yang menjadi provinsi acuan utama adalah Jakarta. Pada daging sapi provinsi
Jawa Tengah menjadi daerah acuan utama. Pada daging ayam provinsi Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi provinsi acuan utama. Sedangkan untuk komoditi
kedelai dan jagung daerah tidak terdapat daerah yang dijadikan daerah acuan utama.
Oleh karena itu dalam rangka stabilisasi harga di Indonesia, provinsi tersebut harus
dijaga dengan baik sehingga lebih efektif dan efisien dalam menahan gejolak harga
sehingga tidak meluas ke daerah lainnya. Tingkat integrasi spasial dari komoditi beras,
gula, daging ayam dan daging sapi di Indonesia mendekati pasar persaingan sempurna
(competitive market) dibandingkan tingkat integrasi kedelai dan jagung. Besaran nilai b2
sebagai indikator elastisitas transmisi harga menunjukan bahwa perubahan harga di
provinsi acuan dapat dengan baik ditransmisikan ke sebagian besar provinsi lainnya di
Indonesia namun perubahan harga di provinsi acuan tidak ditransmisikan dengan baik
kedaerah Indonesia Bagian Timur. Analisis integrasi model Ravallion tidak dapat
menjelaskan penyebab terjadinya integrasi, sehingga diperlukan kajian lebih lanjut
terhadap Indonesia Bagian Timur baik dari segi kebijakan seiiring otonomi daerah
ataupun adanya market failure yang terjadi sehingga dapat menemukan solusi
kebijakan agar integrasi dapat terjadi dengan lebih baik. Perlunya intervensi pemerintah
dalam mengawasi tataniaga kedelai dan jagung sebagai komoditi yang diperlukan oleh
seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat membangun
akses informasi maupun perbaikan infrastruktur dalam rangka menurunkan jarak
ekonomi di Indonesia Bagian Timur, sehingga nilai derajat integrasi akan dapat leb

Anda mungkin juga menyukai