Sekretariat Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Gedung BJ Habibie Jl MH Thamrin No.8,
1
ABSTRACT
Rice is an agricultural product that is widely consumed by people all over the world. In Indonesia,
supply chain transparency management is still a significant problem because stakeholders can access no
information. It is complicated to obtain information on every supply chain actor for monitoring purposes,
thus creating risks and uncertainties. Traceability is an essential requirement to ensure product quality and
safety. This paper aimed to: (i) identify the rice supply chain in West Java and (ii) build a modeling traceability
system using the Unified Modeling Language (UML). The results showed that the rice supply chain consists
of five actors that play a particular role. Transition conditions in the production process and traceability
information had been identified through the Critical Traceability Point (CTP), which provided information
on the process, product quality, and all transformation. Furthermore, the system functional and information
requirements were presented in a sequence and UML static diagrams. Finally, this paper described the
system architecture to achieve transparency, product quality, and safety control. Thus, modeling using
Unified Modeling Language (UML) can represent the built traceability system.
keywords: functional requirements, supply chain, traceability, unified modeling language.
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 1
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
Selain itu, beras menjadi komoditas pangan 2014). Dengan kata lain, sistem ketelusuran
utama yang dikonsumsi lebih dari 90 persen merepresentasikan input, transformasi, dan
masyarakat sebagai makanan pokok. Pada output pada setiap pelaku rantai pasok yang
tahun 2018 misalnya, tingkat konsumsi beras memungkinkan melacak kembali seluruh bahan
mencapai 96,32 kg/kapita (Wahyuningsih, 2019). yang digunakan sehingga dapat mengetahui
Tingginya produksi dan konsumsi di Indonesia sebab dari suatu masalah.
menunjukkan bahwa beras merupakan
Pada rantai pasok beras di Indonesia,
komoditas strategis yang dominan dalam
penerapan sistem ketelusuran pada umumnya
perekonomian Indonesia karena berkaitan
dilakukan secara manual menggunakan
dengan kebijakan moneter dan menyangkut
kertas. Berdasarkan fakta bahwa pada tingkat
masalah sosial politik (Yanuarti dan Afsari,
budidaya dan pengolahan beras informasi yang
2016). Meskipun demikian, pada perdagangan
dicatat sangat kompleks, maka ketelusuran
global bahan pangan, komoditas beras masih
berbasis kertas memiliki beberapa kelemahan.
dihadapkan oleh beberapa masalah, antara lain
Zhang, dkk. (2011) menjelaskan bahwa sistem
risiko mutu yang terjadi di sepanjang rantai pasok
ketelusuran berbasis kertas memiliki beberapa
(Purwandoko, dkk., 2019). Risiko mutu dapat
kelemahan, antara lain (i) rentan terhadap
timbul karena adanya pencemaran, masuknya
kesalahan manusia; (ii) sering tercecer dan
zat berbahaya, kesalahan produksi, dan
rusak secara fisik; (iii) sistem tidak menunjang
manipulasi mutu. Suismono dan Damiadi (2010)
penyimpanan informasi di sepanjang rantai
menjelaskan bahwa manipulasi mutu berupa
pasok; (iv) sistem tidak dapat menyesuaikan
pemalsuan beras ditemukan pada produk yang
pertumbuhan kebutuhan penelusuran yang
dijual di pasaran oleh pelaku rantai pasok yang
selalu berkembang; dan (v) tidak dapat
tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, risiko
mendukung proses integrasi dan komunikasi
mutu memiliki dampak negatif di antaranya
antarpelaku rantai pasok. Seminar (2016)
dapat merugikan konsumen, mengakibatkan
mengusulkan penggunaan CBIS (Computer
hilangnya nutrisi dan vitamin serta timbulnya
Based Information System) untuk memonitor
senyawa karsinogenik dalam bahan pangan
rantai pasok melalui sistem ketelusuran.
(Anggraini dan Yudhastuti, 2014).
Penerapan CBIS membantu pelaku rantai
Dalam perdagangan global bahan pangan, pasok untuk mematuhi kebijakan pemerintah,
integrasi dan komunikasi antarpelaku dalam memenuhi permintaan pasar, mewujudkan
rantai pasok diperlukan. Aspek mengenai asal- transparansi antarpelaku, berkomunikasi
usul, kualitas, dan keamanan bahan pangan dan bertukar informasi serta meningkatkan
menjadi parameter yang diperhatikan oleh efektivitas operasional.
konsumen dan pemerintah. Dengan alasan
Salah satu tantangan terbesar untuk
tersebut, berbagai kebijakan dan standar
membangun sistem ketelusuran adalah
mengenai manajemen kualitas dan keamanan
mengembangkan desain proses pertukaran
pangan melalui sistem ketelusuran telah
informasi pada rantai pasok. Langkah dasar
diterapkan beberapa negara di dunia (Bosona
yang diperlukan adalah menganalisis seluruh
dan Gebresenbet, 2013). Hu, dkk. (2013)
aktivitas rantai pasok dan kebutuhan fungsional
mendefinisikan ketelusuran sebagai kemampuan
untuk membangun sistem. Tahapan ini sangat
untuk mendapatkan informasi yang tercatat
penting dilakukan agar keseluruhan informasi
pada bahan pangan dan bahan tambahan pada
dari hulu ke hilir saling terhubung sehingga dapat
seluruh rantai produksi. Implementasi sistem
digunakan untuk kontrol kualitas dan keamanan
ketelusuran menyediakan kemampuan untuk
bahan pangan. Zhang, dkk. (2011) dan Yan,
memonitor rantai pasok sehingga produk yang
dkk. (2018) menjelaskan bahwa efektivitas
dihasilkan lebih aman dan juga mewujudkan
dan efisiensi sistem ketelusuran didasarkan
transparansi antarpelaku. Melalui sistem
pada pemodelan informasi yang valid. Analisis
ketelusuran diharapkan tiap pelaku rantai pasok
kebutuhan fungsional melalui pemetaan aliran
dapat mengidentifikasi pemasok bahan baku
bahan dan informasi sangat diperlukan dalam
(one step backward) dan kepada siapa produk
membangun sistem ketelusuran. Lebih lanjut,
akhir dijual (one step forward) (Dabbene, dkk.,
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 3
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
petani, industri penggilingan beras, distributor, 3.2. Proses Bisnis Rantai Pasok
BULOG, dan retailer seperti yang ditunjukkan
Sistem ketelusuran merupakan kemampuan
pada Gambar 1.
untuk mengidentifikasi lokasi serta aktivitas
Industri Pengolahan
BULOG
Aliran Produk
Pujawan (2005) menjelaskan bahwa rantai anggota rantai pasok. Oleh karena itu, diperlukan
pasok memiliki tiga macam aliran yang harus metode dokumentasi untuk menghubungkan
dikelola. Pertama, aliran barang yang mengalir antarpelaku rantai pasok baik secara internal
dari hulu ke hilir (panah ke kanan). Kedua, aliran maupun eksternal. Sistem ketelusuran
finansial yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, mempunyai kemampuan untuk mendeskripsikan
aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir seluruh proses di sepanjang rantai pasok (Zhang,
atau sebaliknya. dkk., 2010). Sistem ini digunakan sebagai alat
Berdasarkan hasil observasi lapang, pengelolaan risiko dan deteksi dini jika terdapat
terdapat dua pola dalam rantai pasok beras. cemaran, kesalahan produksi maupun aktivitas
Pertama, petani menjual hasil panen berupa lain yang dapat mengakibatkan penurunan
Gabah Kering Panen (GKP) melalui kelompok kualitas dan keamanan pangan.
tani kepada industri penggilingan. Beras sosoh Pada produksi beras, faktor-faktor yang
(white rice) yang diproduksi oleh industri memengaruhi kualitas dan keamanan bahan
penggilingan kemudian dijual kepada mitra pangan terdapat pada kegiatan prapanen
industri baik melalui distributor atau langsung ke (budidaya), pascapanen dan penggilingan
retailer. beras (Nugraha, 2012). Informasi tersebut harus
Kedua, adalah rantai pasok yang memiliki dicatat oleh pelaku rantai pasok untuk proses
driving force dari BULOG. Industri penggilingan pengawasan dan pertukaran informasi. Gambar
padi dan BULOG biasanya menjalin kemitraan 2 menunjukkan pelaku dan arus informasi pada
bisnis sehingga beras yang dihasilkan akan rantai pasok beras melalui sequence diagram.
dipasok kepada BULOG untuk tiga kegiatan Kelompok tani merupakan pelaku awal rantai
utama, yaitu (i) kegiatan komersial, produk pasok yang memiliki peran dalam pembibitan,
akhir dijual kepada mitra bisnis retailer maupun penanaman, pemupukan, pengendalian hama
secara online melalui Toko Tani Indonesia dan penyakit, dan penanganan pascapanen di
(TTI) serta e-pangan; (ii) digunakan sebagai lahan. Gabah yang dihasilkan oleh kelompok tani
persediaan beras nasional untuk menjaga kemudian dijual kepada industri penggilingan
ketersediaan dan kestabilan harga beras; dan berdasarkan dua persyaratan, antara lain (i)
(iii) program pemerintah berupa bantuan sosial syarat kualitatif, seperti bebas hama penyakit,
untuk keluarga prasejahtera. bebas bau, memiliki suhu normal; dan (ii) syarat
Informasi relevan
Informasi relevan
+ Identitas petani
+ Petani + Informasi lahan
+ Benih + Sumber benih
+ Aplikasi pemupukan + Dosis pupuk dan pestisida
+ Kontrol hama dan penyakit + Inspeksi material
+ Industri pengolahan
+ Inspeksi bahan baku
+ Dokumentasi pengolahan
+ Parameter fisik
+ Residu pestisida
+ Pencatatan pengiriman
Gambar 2. Pelaku Kunci dan Informasi Dasar Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras
kuantitatif, yaitu parameter fisik yang meliputi 3.3. Kebutuhan Fungsional Pengguna
kadar air, gabah hampa, butir rusak, butir
Untuk dapat menghasilkan sistem
mengapur, benda asing, dan gabah varietas
ketelusuran yang efisien, langkah awal yang
lain harus sesuai dengan Standar Nasional
digunakan untuk mendeskripsikan hubungan
Indonesia (SNI) mengenai gabah. Pada industri
antara pengguna dan sistem ketelusuran
penggilingan, gabah yang memenuhi standar
menggunakan UML (Unified Modeling
mutu kemudian dikeringkan dan disimpan
Language) usecase diagram (Thakur dan
dalam silo atau gudang bahan baku. Pada
Hurburgh, 2009). Diagram usecase, digunakan
pengolahannya, dalam satu batch produksi
untuk menjelaskan skenario yang terjadi antara
dapat terdiri dari beberapa bahan baku dari
pengguna dengan sistem. Menurut Yan, dkk.
kelompok tani yang berbeda. Penggilingan
(2018), usecase diagram dapat membantu
padi terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu
perancangan sistem dalam mendeskripsikan
husking, pemisahan, penyosohan, grading,
interaksi antara pengguna dengan sistem yang
sorting, kontrol kualitas, dan pengemasan.
dibangun. Berdasarkan Gambar 4, sistem
Beras yang telah diolah kemudian dijual kepada
ketelusuran memiliki beberapa fungsi, antara
distributor, BULOG, dan retailer. Gambar 3
lain (i) pencatatan kegiatan budidaya di lahan;
menunjukkan aliran informasi dari budidaya
(ii) pencatatan penanganan pascapanen
hingga pengolahan melalui diagram aktivitas.
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 5
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
Rantai Pasok Beras
Mulai Penerimaan
Penyimpanan
Bahan Baku
Pembibitan
Ditolak Kontrol
Kualitas Transportasi
Persiapan Diterima
Lahan
Pengeringan
Distribusi: Batch
Lahan: Batch Mark
Penyimpanan
Mark
Budidaya Pengolahan
Penjualan
Perontokan Ditolak
Gudang
Inspeksi Produk Reject
Diterima
Karung: Batch
Akuisisi Pengemasan
Penggudangan Transportasi
Fase
dan penyimpanan; (iii) pencatatan aktivitas mutu dan keamanan bahan pangan pada
pengolahan beras; (iv) pencatatan proses kedua pelaku tersebut. Seminar, dkk (2020)
transportasi dan distribusi produk; (v) autentikasi menjelaskan bahwa mengidentifikasi informasi
klaim yang mempunyai kemampuan dalam yang ditangkap adalah langkah utama dalam
penyediaan data autentikasi berdasarkan data pengembangan sistem ketelusuran yang efektif.
yang tersimpan; (vi) pemenuhan persyaratan Setiap pelaku dalam rantai produksi bahan
keamanan pangan; dan (vii) kemampuan dalam pangan memiliki persyaratan pencatatan dan
melacak produk melalui sistem kueri (sistem metode perekaman informasi yang berbeda.
untuk mengakses data pada sistem basis data). Serangkaian informasi kunci untuk sistem
ketelusuran pada setiap pelaku rantai pasok
Pada rantai pasok beras, kelompok tani
diidentifikasi dengan menggunakan dokumen
dan industri pengolahan merupakan pelaku
pendukung berupa HACCP (Hazard Analysis
yang mempunyai tanggung jawab paling tinggi
and Critical Control Point) dan pengalaman
untuk menghasilkan mutu beras yang baik. Oleh
para manajer. Selain itu, juga digunakan
karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi
beberapa dokumen pendukung seperti GAP
berbagai informasi yang dapat memengaruhi
(Good Agricultural Practices), GMP (Good gudang harus tercatat. Setiap batch pengolahan
Manufacturing Practices), dan GHP (Good dan hasil uji kualitas juga harus terdokumentasi.
Handling Practices) dalam mengidentifikasi Selanjutnya, distribusi produk yang dilakukan
titik-titik kritis pencatatan informasi (Critical oleh BULOG dan distributor harus tercatat
Traceability Point) yang didukung oleh regulasi dalam sistem ketelusuran.
mengenai persyaratan kualitas. Thakur dan Hurburgh (2009) menjelaskan
Tabel 1 menyajikan informasi-informasi bahwa dalam mengembangkan sistem
yang direkomendasikan untuk dicatat setiap ketelusuran perlu merancang basis data yang
pelaku rantai pasok beras. Pada proses mendeskripsikan informasi-informasi yang
budidaya beberapa informasi seperti informasi dicatat dalam rantai pasok. UML statik diagram
lahan, penanaman, pemupukan, aplikasi dapat digunakan untuk mengetahui struktur
pestisida, dan pemanenan harus tercatat. dan hubungan antarinformasi yang menyusun
Aplikasi pemupukan dan pestisida harus sistem ketelusuran beras seperti yang disajikan
tercatat sebanyak tiga kali selama budidaya. dalam Gambar 5.
Beberapa parameter yang dicatat meliputi nama Berdasarkan Gambar 5, sistem utama
pupuk atau pestisida, komposisi, dosis, tanggal dibagi menjadi lima sub-sistem yang terdiri dari
aplikasi, metode, dan operator. Pada industri manajemen budidaya, manajemen keamanan,
penggilingan, setiap bahan baku yang masuk ke
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 7
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
Tabel 1. Critical Traceability Point (CTP) pada Rantai Pasok Beras
manajemen kode batch, manajemen produksi, dari produksi di lahan hingga pengolahan. Proses
dan manajemen pengguna. Model tersebut pengawasan keamanan pangan dilakukan ketika
mendorong tiap pelaku rantai pasok untuk dapat (i) proses budidaya, yang meliputi pemantauan
bertanggung jawab pada informasi ketelusuran residu pestisida, kandungan logam berat,
melalui sistem penyimpanan terpusat. Hal dan lingkungan; dan (ii) proses pengolahan,
ini dapat mendukung sistem kueri yang yang mencakup pemantauan kualitas bahan
menyediakan kemampuan untuk menelusuri baku, kandungan nutrisi, dan parameter fisik
produk bagi konsumen akhir. Mekanisme produk akhir. Hal ini tentunya sangat penting
penginputan data terdiri dari beberapa tahapan diperhatikan untuk dapat meningkatkan kualitas
untuk memastikan integritas dan kebenaran dan keamanan beras.
data, yakni (i) pelaku harus terdaftar dalam
Manajemen kode batch, merupakan kode
sistem; (ii) data dimasukkan dalam basis data
oleh staf yang bertanggung jawab; dan (iii) identifikasi batch produksi yang diberikan
sebelum disimpan pada sistem, data divalidasi pada produk akhir oleh industri untuk proses
oleh pengelola. penelusuran. Kode identifikasi batch produksi
lalu dimasukkan ke dalam alat akuisisi data
Manajemen budidaya merupakan modul berupa QR Code. Selain itu, industri juga
yang sangat penting dalam pengelolaan harus mencatat beberapa informasi, seperti
budidaya karena akan berpengaruh pada berat, varietas, asal bahan baku, dan informasi
kualitas dan keamanan produk. Modul ini terdiri perusahaan.
dari empat bagian, yaitu informasi kelompok
tani, informasi lahan, informasi benih, dan Manajemen produksi merupakan modul
informasi budidaya. Sangat penting bagi dasar yang digunakan untuk mencatat proses
kelompok tani sebelum melakukan pembibitan produksi, seperti pengumpulan bahan
untuk memastikan tanah dan sumber air yang baku, operasi pengolahan, pengemasan,
digunakan tidak tercemar oleh bahan kimia penyimpanan, pengujian mutu produk akhir, dan
yang berbahaya. Oleh karena itu, pemantauan distribusi. Melalui modul ini pelaku rantai pasok
lahan dan sumber air penting dilakukan untuk bertanggung jawab untuk mencatat seluruh
memastikan nutrisi tanaman cukup. Lebih lanjut, aktivitas relevan.
petani perlu membeli benih yang baik yaitu Manajemen pengguna setiap pelaku dalam
benih bersertifikat sesuai yang ditetapkan oleh rantai pasok memiliki peran masing-masing
pemerintah dan mencatat data benih tersebut. sehingga memiliki hak administratif yang
Manajemen keamanan merupakan modul berbeda pada sistem ketelusuran. Pengguna
yang berfungsi dalam kontrol keamanan mulai umum (konsumen) tidak diperkenankan
1 1 1
r: informasi r: informasi
* 1…*
budidaya benih *
t: inspeksi
bahan baku r: penyimpanan r: distribusi
produk produk
r: inspeksi
persyaratan umum
r: kandungan
r: inspeksi r: inspeksi
r: inspeksi nutrisi parameter fisik
kandungan logam
lingkungan
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 9
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
Gambar 6. Arsitektur Sistem Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras
memerlukan proses autentifikasi, konsumen hak akses (user level) sesuai dengan perannya
hanya diperkenankan untuk melakukan proses masing-masing. Pelaku yang berhasil masuk
penelusuran produk. Pada pelaku rantai pasok, ke dalam sistem kemudian dapat melakukan
jika ingin mengakses halaman manajemen proses manajemen dengan mencatat dan
produksi diwajibkan untuk melakukan registrasi seluruh kegiatan produksi yang dilakukan.
terlebih dahulu melalui halaman yang telah
Sistem ketelusuran merupakan sistem yang
disediakan.
terintegrasi sehingga dapat menggambarkan
Registrasi dilakukan untuk memvalidasi setiap proses tahapan produksi yang dikelola
tiap pelaku merupakan pelaku legal yang oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
terdaftar pada Kementerian Pertanian dan Sistem ketelusuran dapat mengintegrasikan
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia seluruh pelaku rantai pasok karena pengguna
sehingga meminimalisir pelaku ilegal yang tidak sistem merupakan pelaku legal yang
bertanggung jawab. Pelaku akan mendapatkan teregistrasi dan terverifikasi pada sistem
pemberitahuan jika registrasi telah berhasil. basis data di kementerian. Kendala potensial
Pelaku dapat mengakses sistem dengan yang dihadapi dalam implementasi sistem
melakukan login melalui proses autentifikasi adalah kesiapan sumber daya manusia dan
yang merupakan proses verifikasi untuk teknologi. Peningkatan kesiapan sumber daya
memastikan pelaku yang mencoba masuk ke manusia dapat dilakukan dengan pelatihan
dalam database adalah user sah dan diberi yang diselenggarakan pemerintah utamanya di
izin. Verifikasi ini menggunakan pengaturan tingkat petani. Lebih lanjut, kesiapan teknologi
<<device>> <<Artifact>>
Web Server My SQL
PHP
<<Artifact>>
Website
<<device/environment>>
Klien Pengguna
<<device>>
<<device/environment>>
Browser
Konsumen
<<Artifact>>
<<Artifact>>
<<deployment spec>> HTML, CSS, Javascript
Ketelusuran
Login
<<component>>
Pemerintah
dapat ditingkatkan dengan pemerataan sarana praktis dalam penerapan sistem ketelusuran
dan prasarana yang diperlukan. beras. Sebuah studi ke depan adalah
mengimplementasikan kerangka kerja yang
Pada rencana pengembangannya sistem
diusulkan sehingga umpan balik didapatkan
ketelusuran yang akan dibangun berbasiskan
dari seluruh pengguna sistem ketelusuran untuk
website. User interface (UI) sistem ketelusuran
memverifikasi dan mengetahui keterbatasan
dikembangkan dengan menggunakan HTML
model yang bermanfaat untuk memberikan
(Hypertext Mark up Language), CSS (Cascading
wawasan bagi perbaikan model.
Style Sheet), dan Javascript kemudian
untuk backend digunakan PHP (Hypertext UCAPAN TERIMA KASIH
Preprocessor). Ilustrasi mengenai sistem Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
ketelusuran yang dikembangkan disajikan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia
dalam Gambar 7 melalui deployment diagram. melalui program Pendidikan Magister Menuju
Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) atas semua
IV. KESIMPULAN DAN SARAN dukungan yang diberikan selama menempuh studi di
Rantai pasok beras terdiri dari lima pelaku Institut Pertanian Bogor (IPB University).
utama, yaitu kelompok tani, industri pengolahan, DAFTAR PUSTAKA
distributor, BULOG, dan retailer. Berdasarkan hal
Anggraini, Triesty, dan R. Yudhastuti. 2014.
tersebut, fungsionalitas sistem ketelusuran telah
Penerapan Good Manufactoring Practices
berhasil dikembangkan dengan serangkaian Pada Industri Rumah Tangga Kerupuk Teripang
diagram UML untuk merepresentasikan proses di Sukolilo Surabaya. Jurnal Kesehatan
bisnis, analisis kebutuhan pengguna, dan Lingkungan 7 (2): 148–58.
transformasi informasi dalam rantai pasok. Bosona, Techane, and G. Gebresenbet. 2013. Food
Selain itu, arsitektur dan deployment diagram Traceability as an Integral Part of Logistics
disusun untuk merepresentasikan struktur sistem Management in Food and Agricultural Supply
ketelusuran. Chain. Food Control 33 (1): 32–48.
Analisis kebutuhan fungsionalitas dan Dabbene, Fabrizio, P. Gay, and C. Tortia. 2014.
pemodelan kebutuhan informasi memiliki implikasi Traceability Issues in Food Supply Chain
Analisis Kebutuhan Fungsional dan Pemodelan Informasi Ketelusuran pada Rantai Pasok Beras: Studi Kasus Jawa Barat 11
Pradeka Brilyan Purwandoko, Kudang Boro Seminar, Sutrisno, dan Sugiyanta
Management: A Review. Biosystems Engineering Yan, C., F. Huanhuan, B. Ablikim, G. Zheng, Z.
120: 65–80. Xiaoshuan, L. Jun. 2018. Traceability information
modeling and system implementation in Chinese
Hadiguna, R.A. 2016. Manajemen Rantai Pasok
domestic sheep meat supply chains. Journal of
Agroindustri: Pendekatan Berkelenjutan untuk
Food Process Engineering. Vol. 41 (7): 1–12.
Pengukuran Kinerja dan Penilaian Risiko.
Andalas University Press. Padang. Yanuarti, A.R., dan M.D. Afsari. 2016. Profil Komoditas
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
Hu, J., X. Zhang, L. Moga, and M. Neculita. 2013.
Komoditas Beras. Kementerian Perdagangan.
Modeling and implementation of the vegetable
Jakarta.
supply chain traceability system. Food control.
Vol. 30(1): 341–353. Wahyuningsih. 2019. Pusat Data Dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal
Jain, A. 2014. Effective information architecture for
Kementerian Pertanian. Buletin Konsumsi
web-based systems. International Journal of
Pangan 09 (01): 32–42.
Advanced Research in Computer Science and
Software Engineering. Vol. 4(8): 752-757. Zhang, Xiaoshuan, S. Lv. M. Xu, and W. Mu.
2010. Applying Evolutionary Prototyping Model
Mahbubi, Akhmad. 2013. Model Dinamis Supply
for Eliciting System Requirement of Meat
Chain Beras Berkelanjutan. Jurnal Manajemen
Traceability at Agribusiness Level. Food Control
dan Agribisnis 10 (2): 81–89.
21 (11): 1556–62.
Nugraha, Sigit. 2012. Inovasi Teknologi
Zhang, X., J. Feng, M. Xu, and J. Hu. 2011. Modeling
Pascapanen untuk Mengurangi Susut Hasil dan
traceability information and functionality
Mempertahankan Mutu Gabah/Beras di Tingkat
requirement in export-oriented tilapia chain. J
Petani. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Sci Food Agric. Vol. 91: 1316–1325.
8 (1): 48–61.
Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. BIODATA PENULIS:
Guna Widya. Surabaya. Pradeka Brilyan Purwandoko, dilahirkan di
Purwandoko, Pradeka Brilyan, K. B. Seminar, Palangka Raya, 15 Agustus 1993. Penulis
Sutrisno, dan Sugiyanta. 2018. Analisis Rantai menyelesaikan Pendidikan S1 Teknik Pertanian
Pasok Beras Organik di Provinsi Jawa Barat. Universitas Gadjah Mada tahun 2015, S2
Jurnal Pangan 27 (3): 187–94. DOI: https://doi. Teknologi Pascapanen Institut Pertanian Bogor
org/10.33964/jp.v27i3.390 tahun 2016, dan S3 Ilmu Keteknikan Pertanian
Institut Pertanian Bogor tahun 2020.
Purwandoko, Pradeka Brilyan, K. B. Seminar,
Sutrisno, and Sugiyanta. 2019. Development Kudang Boro Seminar, dilahirkan di Jember,
of a Smart Traceability System for the Rice 18 November 1959. Penulis menyelesaikan
Agroindustry Supply Chain in Indonesia. Pendidikan S1 Mekanisasi Pertanian Institut
Information (Switzerland) 10 (10). Pertanian Bogor pada tahun 1983, S2 dan S3
Computer Science University of New Brunswick
Seminar, K.B. 2016. Food chain transparency for food pada tahun 1989 dan 1993.
loss and waste surveillance. J. Dev. Sustain. Sutrisno, dilahirkan di Lamongan, 20 Juli 1959.
Agric. Vol. 11: 17–22. Penulis menyelesaikan Pendidikan S1 Mekanisasi
Seminar, K.B., E.L. Aditya, H. Imantho, D.G. Purnama, Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1983, S2
A. Yani, L. Cyrilla. 2020. The development of an Agricultural Engineering Ryuku University, dan S3
e-traceability system for cattle delivery chains. Agricultural Engineering Tokyo University tahun
Int. J. Sup. Chain. Mgt. Vol. 9(5): 1350–1358. 1994.
Suismono, Damiadi, S. 2010. Prospek beras berlabel Sugiyanta, dilahirkan di Klaten 15 Januari 1963.
SNI. Jurnal Pangan. Vol. 19: 30–39. Penulis menyelesaikan Pendidikan S1 Budidaya
Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1987,
Thakur, Maitri, and Charles R. Hurburgh. 2009. S2 dan S3 Agronomi dan Hortikultura Institut
Framework for Implementing Traceability Pertanian Bogor pada tahun 1995 dan 2007.
System in the Bulk Grain Supply Chain. Journal
of Food Engineering 95 (4): 617–26.
Thakur, Maitri, and K.A.M. Donnelly. 2010. Modeling
Traceability Information in Soybean Value
Chains. Journal of Food Engineering 99 (1):
98–105.