ABSTRACT
Among big problems that Perum BULOG encounters nowadays are rice stock management and supply
chain performance. Both problems are its main task in contributing to national efficiency improvement and
reducing government burden in national food management. Therefore, this article is purposed to formulate
Logistik 4.0 concept which can be applied in rice supply chain management, particularly in BULOG which
have the mandate to control and ensure the availability of rice in Indonesia. The development of Logistik 4.0
of rice includes resources plan, storage management system, transportation management system, smart
transportation system, and information security. In regard to this, Perum BULOG needs to develop the
existing management system to follow those aspects by developing Cyber-Physical-System as the basis
of Logistik 4.0. Therefore, it is necessary to use various techniques so that the ability of Perum BULOG
in management and supply chain of rice can hold strategic role by fulfilling food quality, responsiveness,
efficiency, and flexibility. Among technology to be used is Radio Frequency Identification (RFID) technology.
The use of technology like RFID is expected to be able to make Perum BULOG more capable in dominating
the market and able to control supply chain of rice as a manifestation of its responsibility as national supplier
and controller of rice logistic.
Keywords: smart industry, smart logistic, RFID, cyber-physical-system
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 141
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
I. PENDAHULUAN Salah satu aplikasi untuk menangani kinerja
D alam manajemen rantai pasok, strategi ideal rantai pasok adalah melalui pemanfaatan
teknologi informasi berbasis internet dan
yang terpenting adalah menekankan adanya
komputer. Teknologi ini telah mengubah cara
efisiensi dan kemampuan mengelola ketepatan
manusia dalam melaksanakan banyak pekerjaan
untuk merespon permintaan konsumen (Chopra
mulai dari berkomunikasi, bertransaksi,
dan Meindl, 2007). Strategi ini diwujudkan
berproduksi, berinovasi, dan berpergian. Banyak
dengan aplikasi kebijakan perusahaan dalam
dari kegiatan tersebut yang dapat diselesaikan
menangani enam faktor pendorong kinerja
melalui teknologi digital menggunakan komputer
rantai pasokan yaitu fasilitas, persediaan,
dan telepon cerdas untuk mempercepat proses
transportasi, informasi, sumber daya, dan harga
dan menghemat sumber daya.
(Trisilawaty dkk., 2011). Begitu pula halnya
terhadap manajemen rantai pasok beras Perum Fenomena ini pertama kali disebutkan
(Perusahaan Umum) BULOG. Tugas utama pada tahun 2011 dalam proposal untuk
Perum BULOG meliputi pengadaan gabah pengembangan konsep baru kebijakan ekonomi
beras dalam negeri, penyaluran beras untuk Jerman berdasarkan strategi teknologi tinggi
public service obligation, stabilisasi harga, (Mosconi, 2015). Industri sebagai sektor
dan pemupukan stok beras nasional. Namun kegiatan manusia yang banyak terkait dengan
demikian dalam menjalankan aktivitasnya, pergerakan, pengolahan, dan pemasaran
Perum BULOG belum optimal memberikan bahan (material) serta transaksi dan pertukaran
kontribusi dalam peningkatan efisiensi nasional informasi (data) banyak mengalami perubahan
yang akan terus terjadi, kemudian memasuki
dan mengurangi beban pemerintah dalam
tahap baru revolusi teknologi industri yang
pengelolaan pangan nasional. Hal ini termasuk
disebut dengan Industry 4.0 (smart industry)
usaha komersial yang dijalankan belum
atau Industri 4.0 (industri cerdas).
sepenuhnya selaras dalam mendukung serta
bersinergi dengan kegiatan publik. Zezulka, dkk. (2016) menggunakan
terminologi Industri 4.0 dalam tiga faktor yang
Trisilawaty, dkk. (2011) melaporkan bahwa
saling terkait, yaitu: (i) digitalisasi dan integrasi
rantai pasok beras dan penggunaan gudang di
teknis sederhana -hubungan ekonomis dengan
Perum BULOG belum optimal. Sebagian besar
teknis yang rumit- jaringan ekonomis yang
gudang BULOG saat ini dipergunakan untuk kompleks, (ii) digitalisasi penawaran produk
menyimpan beras namun kapasitas gudang dan layanan, dan (iii) model pasar baru. Semua
per unitnya yang dipergunakan tidak maksimal, aktivitas manusia ini saling berhubungan dengan
sehingga menyebabkan banyak space gudang banyak sistem komunikasi saat ini. Teknologi
yang terbuang. Bahkan terdapat pula gudang yang paling banyak digunakan adalah Internet
yang tidak dipergunakan. Persoalan ini of Things (IoT), Internet of Service (IoS), dan
disebabkan adanya ketidakpastian perencanaan Internet of People (IoP) yang bertumpu pada
penggunaan gudang oleh manajemen Perum Sistem-Fisik-Cyber (Cyber-Physical-Systems).
BULOG dalam menentukan pemanfaatan Teknologi ini memungkinkan entitas komunikasi
gudang untuk penyimpanan beras (tugas publik) (dalam lingkungan Industri 4.0) untuk bertautan
maupun untuk disewakan (tugas komersial). Oleh satu sama lain dan memanfaatkan data dari
karenanya manajemen Perum BULOG perlu produsen selama siklus kehidupan sistem tanpa
terus menerus merumuskan konsep-konsep dibatasi oleh sekat perusahaan dan negara.
terkini untuk menguraikan dan menyelesaikan Semua pihak yang terkait dapat memperoleh
persoalan ini dengan mempertimbangkan informasi dan data yang relevan setiap saat
kemudahan, efektifitas, dan penggunaan sehingga dapat mengetahui dengan lebih pasti
berbagai teknologi informasi terkini yang akan perkembangan yang terjadi dalam pasokan,
semakin mendorong percepatan penyelesaian pengolahan dan pengangkutan sebagai basis
masalah ini, termasuk mempersiapkan berbagai perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi usaha.
kemungkinan perubahan yang akan terjadi di Pola komunikasi juga mengalami perubahan
masa depan. tidak hanya terbatas antar manusia (Customer
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 143
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
berjaringan. Agen jaringan ini termasuk: sensor, ketergantungan waktu dan paradigma baru.
aktuator, satuan-satuan kendali pemrosesan, Paradigma ini adalah hasil dari peningkatan
dan perangkat komunikasi (Cardenas, dkk., 2008). penggunaan Internet yang memungkinkan
komunikasi antara M2M dan C2M secara real
Konsep fundamental tersebut menjelaskan
time dan penggunaan apa yang disediakan oleh
bahwa Industri 4.0 masih terus berkembang
digitalisasi maju. Logistik 4.0 yang efisien dan
menuju keadaan yang lebih efisien dari aspek
kuat harus mengandalkan dan menggunakan
biaya, waktu, dan tenaga kerja untuk produksi
aplikasi teknologi: (i) Perencanaan Sumber
dan pelayanan. Kelancaran produksi tidak lagi
daya; (ii) Sistem Manajemen Gudang; (iii)
bertumpu pada pasokan dan distributor tetapi
Sistem Manajemen Transportasi; (iv) Sistem
keduanya terintegrasi dengan sistem logistik
Transportasi Cerdas; dan (v) Keamanan
yang kuat dan efisien. Peran logistik menjadi
Informasi. Berikut uraian yang disarikan dari
bagian penting dari Industri 4.0 yang berbasis
Barreto, dkk. (2017) seperti berikut:
ICT, maka logistik yang terkait dengannya harus
berubah menjadi Logistik 4.0. 2.1. Perencanaan Sumberdaya
Barreto, dkk. (2017) menjelaskan bahwa Teknologi memudahkan penyelarasan
implikasi Industri 4.0 terhadap logistik sangat dan intergrasi semua pelaku utama rantai
besar dan penting. Permintaan produk dan pasok, peningkatan tingkat visibilitas dan
layanan yang bersifat individual akan terus transparansi, sehingga perkiraan sumber
meningkat. Dengan demikian, logistik di dalam daya akan lebih pasti. Hal ini dimungkinkan
dan di luar sistem industri harus beradaptasi karena perkembangan volume dan pergerakan
dengan lingkungan yang terus berubah. Sistem barang dapat diketahui setiap waktu. Prosedur
logistik akan semakin kompleks sehingga tidak manajemen perencanaan sumber daya,
dapat ditangani dengan praktik perencanaan sesuai dengan penerapan paradigma Industri
dan pengendalian secara biasa. 4.0 dan penerapan CPS, akan meningkatkan
produktivitas, fleksibilitas, dan kelincahan
Logistik 4.0 merujuk pada kombinasi
secara keseluruhan terhadap perubahan yang
penggunaan logistik dengan inovasi dan aplikasi
mungkin terjadi dalam rantai pasokan.
ditambahkan pada CPS sehingga memiliki
kondisi yang sama seperti Layanan Cerdas dan Penyelarasan dan integrasi yang tepat
Produk Pintar. Pendekatan berbasis teknologi antara para pelaku utama rantai pasokan, dan
digunakan untuk mendefinisikan “Produk peningkatan tingkat visibilitas dan transparansi
Pintar” dan “Layanan Pintar” dapat diterapkan akan memastikan perkiraan sumber daya (manusia,
untuk mendefinisikan “Logistik Pintar”. Produk barang, dan peralatan) yang lebih tepat. Dengan
dan layanan pintar dapat melakukan tugas- demikian, akan terjadi optimalisasi sumber
tugas yang biasanya dilakukan oleh orang. daya, waktu pengadaan, dan pemasaran, dan
Hal ini memungkinkan untuk mendelegasikan peningkatan dayaguna peralatan.
kegiatan sehingga karyawan dapat fokus pada
Tingkat kecanggihan yang dibutuhkan
tugas-tugas yang membutuhkan lebih banyak
akan meningkat secara substansial. Pada
kecerdasan daripada proses otomatis atau
semua IoT akan membutuhkan tingkat
kecerdasan yang dapat diberikan oleh Produk
spesialisasi sumber daya manusia (SDM) yang
Pintar atau Layanan Pintar.
lebih tinggi. Kompetensi SDM akan berubah
Logistik pintar adalah sistem logistik yang secara dramatis dengan adopsi berkelanjutan
dapat meningkatkan fleksibilitas, penyesuaian paradigma Industri 4.0. Peningkatan kebutuhan
terhadap perubahan pasar, dan mendekatkan keterampilan komputerisasi dan analitis, serta
perusahaan dengan kebutuhan pelanggan. Ini integrasi sistem teknologi akan mengubah profil
akan memungkinkan untuk memperbaiki tingkat umum SDM di industri.
layanan pelanggan, optimalisasi produksi, dan
2.2. Sistem Manajemen Pergudangan
menurunkan harga penyimpanan dan produksi.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, Mata rantai logistik berawal dari dan
Logistik Pintar akan berubah dan memiliki berakhir di gudang yang sebelumnya dari pabrik
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 145
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
IoT memungkinkan melacak lokasi terkini setiap komunikasi Machine to Machine (M2M) dan
kendaraan, memantau pergerakannya, dan sistem kooperatif.
memprediksi lokasi berikutnya.
Dalam perspektif Logistik 4.0, ITS yang
2.4. Sistem Transportasi Cerdas (ITS) beroperasi penuh dapat digunakan untuk: parkir
truk cerdas dan manajemen bidang pengiriman;
Sistem Transportasi Cerdas mengadopsi
kargo multimodal (perencanaan pendukung
teknologi baru seperti perangkat keras
dan sinkronisasi antara moda transportasi yang
perhitungan, sistem pemosisian, teknologi
berbeda selama berbagai operasi logistik);
sensor, telekomunikasi, pengolahan data,
estimasi tapak dan pemantauan CO2; sarana
operasi virtual dan teknik perencanaan. ITS
kecepatan dan prioritas (menghemat konsumsi
beroperasi pada berbagai sistem transportasi
bahan bakar, mengurangi emisi, dan keberadaan
seperti manajemen transportasi, kontrol,
kendaraan berat di daerah perkotaan); dukungan
infrastruktur, operasi, kebijakan, dan metode
eco-drive (mendukung pengemudi truk dalam
kontrol. Integrasi teknologi virtual di bidang
mengadopsi gaya mengemudi yang lebih hemat
transportasi penting untuk meningkatkan
energi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar
keamanan dan keandalan, kecepatan perjalanan,
dan emisi CO2).
arus lalu lintas dan untuk mengurangi risiko,
tingkat kecelakaan, emisi karbon, dan polusi 2.6. Keamanan Informasi
udara. ITS menyediakan solusi untuk kerja
Pertumbuhan cepat aplikasi berbasis
sama dan platform yang dapat diandalkan untuk
internet yang ditopang oleh kehadiran sistem
transportasi. Pengumpulan Pulsa Elektronik
berbasis cloud, IoT, Data Besar, Industri 4.0,
(ETC), Highway Data Collection (HDC), Sistem
BYOD (Bring Your Own Device) dan tren
Manajemen Lalu Lintas (TMS), Pengumpulan
CYOD (Choose Your Own Device) telah
Data Kendaraan (VDC), Transit Signal Priority
mengubah cara organisasi menjalankan bisnis.
(TSP), Emergency Vehicle Preemption (EVP)
Organisasi sangat tertarik untuk menemukan
adalah beberapa aplikasi ITS. Aplikasi ITS
inisiatif teknologi baru dengan biaya operasi
tidak terbatas untuk lalu lintas kendaraan,
rendah, untuk menawarkan layanan yang
juga menyediakan layanan lain dan dapat
lebih baik dan inovatif, dan dengan demikian
diimplementasikan dalam sistem navigasi,
memperoleh keunggulan kompetitif. Namun,
sistem transportasi udara, sistem transportasi
dengan meningkatnya ketergantungan pada
air, dan sistem kereta api.
teknologi untuk mendapatkan keunggulan
Generasi terbaru ITS, Generasi 4.0, kompetitif, keamanan informasi menjadi salah
memanfaatkan multimodal sistem yang satu persyaratan yang paling penting dan
menggabungkan perangkat seluler pribadi, menantang dalam menjalankan bisnis yang
kendaraan, infrastruktur, dan jaringan informasi sukses. Bahkan, solusi teknologi baru selalu
untuk sistem operasi serta solusi kontekstual membawa kerentanan, yang sebagian besar
mobilitas pribadi. ITS memainkan peran penting waktu mengungkapkan risiko keamanan yang
dengan sistem kooperatif teknologi, untuk tidak terduga (Goodrich dan Tamassia, 2014).
mendukung serta meningkatkan proses logistik Dalam konteks ini, organisasi harus memastikan
dan efektivitas armada untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mereka
secara substansial hasil dari komunitas untuk melindungi aset informasi dan infrastruktur
transportasi, baik secara ekonomi maupun TI secara aman.
keberlanjutan. Sebuah ITS menggunakan real
III. RANTAI PASOK BERAS PERUM BULOG
time dan in line data yang dikumpulkan melalui
VANET (Vehicle ad hoc Network) Systems, Rantai pasok (supply chain) adalah sebuah
jaringan sensor, drone point, dan sistem intelijen rangkaian aktivitas meliputi sumber daya,
bisnis, akan meningkatkan kualitas manajemen informasi, dan organisasi yang terkait dengan
pengambilan keputusan serta menjadi lebih pergerakan dan distribusi barang atau jasa dari
fleksibel dan efisien dalam waktu dekat, produsen ke konsumen. Aktivitas rantai pasok
sehingga memungkinkan untuk meningkatkan ini meliputi proses memperoleh bahan mentah
efisiensi logistik melalui konvergensi teknologi beserta bagian-bagiannya, manufaktur,
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 147
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
efisiensi (efficiency), dan fleksibelitas (flexibility). taransportasi cerdas, dan keamaanan informasi.
Kualitas pangan berkaitan dengan pemenuhan Dalam perspektif ini, Perum BULOG perlu
segala persyaratan mutu dan karekterisrtik mengembangkan sistem pengelolaan yang
produk (ISO 9000), responsif merupakan telah ada mengikuti aspek tersebut dengan
kepekaan dan kesigapan rantai pasok untuk mengembangkan CPS sebagai basis Logistik 4.0.
menyediakan produk dan informasi kepada
Pertama, perencanaan Sumberdaya
pelanggan, efisiensi berkaitan dengan ukuran
Logistik 4.0 Perum BULOG. Penerapan
dari suatu hasil (output) yang dicapai dengan
Logistik 4.0 memerlukan sarana dan prasarana
masukan (input) yang digunakan (indikatornya:
yang dihubungkan dengan internet untuk
biaya produksi, distribusi keuntungan, tingkat
memfasilitasi IoT, IoS, dan IoP. Semua fasilitas
pengembalian investasi, dan persediaan),
UPGB, gudang, kendaraan pengangkut, dan
sedangkan fleksibilitas adalah tingkat
fasilitas pendukung lainnya harus terintegrasi
kemampuan rantai pasok dalam menghadapi
dalam CPS sehingga semua informasi, data, dan
perubahan pasar untuk tetap mendapatkan
pergerakan bahan dapat dipantau. Perbaikan
atau memelihara keunggulan kompetitifnya
fasilitas melalui modernisasi dan peningkatan
(Aramyan, dkk., 2006). Oleh karena itu, kedua
teknologi perlu dilakukan untuk memungkinkan
permasalahan tersebut perlu secara arif dan
penerapan azas efektif, efisien, dan akses yang
bijaksana dicarikan solusi yang optimal untuk
tidak dibatasi waktu dan ruang. Fasilitas dan
menyelesaikannya, sehingga Logistik 4.0 dapat
barang dihubungkan dengan basis data dan
menjadi jawaban terhadap permasalahan
aplikasi untuk mengunggah dan mengunduh
tersebut.
data. Rancangan sistem yang dibangun untuk
IV. PENGEMBANGAN LOGISTIK 4.0 BERAS memfasilitasi semua transaksi, pengendalian,
PERUM BULOG dan pengaturan melalui pengendali yang
tersebar.
Pengembangan Logistik 4.0 dapat
mengikuti aspek yang diusulkan oleh Barreto, Kedua, sistem Manajemen Pergudangan.
dkk. (2017) yang mencakup perencanaan Gudang menerapkan manajemen bersistem
sumber daya, sistem manajemen gudang, sehingga pengaturan bahan dalam gudang
sistem manajemen transportasi, sistem dan pergerakan barang masuk dan keluar
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 149
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
Gambar 3. Keuntungan penggunaan RFID (Leung, dkk., 2007)
identifikasi tertentu saat ditanyakan atau semakin berkembang dan kompetitif sehingga
dipanggil oleh perangkat pembacanya (reader). menuntut perusahaan-perusahaan untuk
Sistem pembaca RFID ini tidak memerlukan turut juga meningkatkan kualitas pelayanan,
kontak langsung antara alat pembaca dengan termasuk proses bisnis yang terkait dengannya
label RFID yang dipasang pada suatu benda, ini (Auto-ID, 2016). Pemanfaatan teknologi RFID
berbeda dengan sistem pembaca kode batang telah menunjukkan peningkatan yang semakin
(barcode). efisien dan mendorong produktivitas dalam
menjalankan suatu program rantai pasok barang
Tren penggunakan RFID di Indonesia
secara otomatis, pengurangan kehilangan
terus meningkat. Hal ini tentu saja akibat dari
persediaan, kecepatan proses, dan peningkatan
perkembangan teknologi dan informasi yang
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 151
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
5.2. Saran Cooper, J., James, A. 2009. Challenges for database
management in the Internet of things. IETE
Para pengambil kebijakan perlu Technical Review, 26: 320-329.
mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam Costa, C., Antonucci, F., Pallottino, F., Aguzzi, J.,
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Sarriá, D., Manesatti, P. 2013. A Review on Agri-
yang strategis dan diyakini dapat menyelesaikan food Supply Chain Traceability by Means of RFID
persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini, Technology. Food and Bioprocess Technology, 6
termasuk dalam mempertimbangkan berbagai (2): 353-366.
strategi dalam pengendalian persediaan beras Croxton, K.L., Garcia-Dastugue, J., Lambert,
dan kinerja rantai pasok. D.M., Rogers, D.S. 2001. The Supply Chain
Management Processes. International Journal
DAFTAR PUSTAKA of Logistics Management, 12 (2): 13-36.
Almada-Lobo, F. 2015. The Industry 4.0 revolution and Dania, W.A.P., Xing, K., Amer, Y. 2018. Collaboration
the future of manufacturing execution systems behavioural factors for sustainable agri-food
(MES). Journal of Innovation Management, 3 supply chains: A systematic review. Journal of
(4): 16–21. Cleaner Production, 186: 851–864.
Aramyan, L., Ondersteijn, C., van-Kooten, O., Fakhrana, R.S. 2016. Jaringan Mafia Besar di
Lansink, A.O. 2006. Performance Indicators in Balik Kasus Beras Oplosan. CNN Indonesia,
Agri-Food Production Chains. Book Chapter 5, diakses melalui https://www.cnnindonesia. com/
Quantifying the agri-food supply chain. Springer, nasional/20161014064716-12-165425/ jaringan-
Netherlands. mafia-besar-di-balik-kasus-beras-oplosan?.
Aramyan, L.H., Lansink, A.G.J.M., van-der-Vorst, [diakses 26 Feb 2018]
J.G.A.J., van-Kooten, O. 2007. Performance Fiddes, L.K., Chang, J., Yan, N. 2014. Electrochemical
measurement in agri-food supply chains: a case detection of biogenic amines during food spoilage
study. Supply Chain Management, 12 (4): 304– using an integrated sensing RFID tag. Sensors
315. and Actuators B: Chemical, 202: 1298–1304.
Aubry, C., Kebir, L. 2013. Shortening food supply Firdaus, M., Baga, L.M., Pratiwi, P. 2008.
chains: A means for maintaining agriculture Swasembada Beras Dari Masa Ke Masa, Telaah
close to urban areas? The case of the French Efektifitas Kebijakan dan Perumusan Strategi
metropolitan area of Paris. Food Policy, 41: 85–93. Nasional.IPB Press. Bogor.
AUTO-ID. 2016. Tren penggunaan RFID di Indonesia Galal, N.M., El-Kilany, K.S. 2016. Sustainable Agri-
meningkat. Edisi 37/Desember 2016. Food Supply Chain with Uncertain Demand and
Banks, J., Hanny, D., Pachano, M.A., Thompson, Lead Time. International Journal of Simulation
L.G. 2007. RFID Applied. JohnWiley & Sons, Inc. Model, 15 (3): 485–496.
Barreto, L., Amaral, A., Pereira, T. 2017. Industry 4.0 Ghozali, M.I. 2016. Rantai Pasok Beras Pada Bulog
implications in logistics: an overview. Procedia Berbasis Neural Network. Jurnal Simetris, 7 (2):
Manufacturing, 13:1245–1252. 743–752.
Bibi, F., Guillaume, C., Gontard, N., Sorli, B. 2017. Goodrich, M., Tamassia, R. 2014. Introduction to
A review: RFID technology having sensing Computer Security, 2nd ed., Addison-Wesley
aptitudes for food industry and their contribution Professional.
to tracking and monitoring of food products. Greengard, S. 2015. The Internet of things. Boston,
Trends in Food Science & Technology, 62: 91– MA: MIT Press.
103. Grimm, J.H., Hofstetter, J.S., Sarkis, J. 2014.
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2016. Distribusi Critical factors for sub-supplier management:
Perdagangan Komoditas Beras Indonesia 2016. A sustainable food supply chains perspective.
Badan Pusat Statistik, Jakarta. International Journal of Production Economics,
Cardenas, A., Amin, S., Sastry, S. 2008. Secure 152: 159–173.
Control: Towards Survivable Cyber-Physical Handayati, Y., Simatupang, T.M., Perdana, T. 2015.
Systems. The 28th International Conference on Agri-food supply chain coordination: the state-
Distributed Computing Systems Workshops, of-the-art and recent developments. Logistics
Beijing, 2008, 495–500. Research, 8 (1): 1–15.
Chopra, V.S., Meindl, P. 2007. Supply Chain Jang, W., Klein, C.M. 2011. Supply chain models
Management: Strategy, Planning, and Operation, for small agricultural enterprises. Annals of
3nd ed, Pearson Prentice Hall. Operations Research, 190 (1): 359–374.
Penerapan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen Rantai Pasok Beras Perum BULOG: Sebuah Gagasan Awal 153
Tajuddin Bantacut dan Rahmat Fadhil
154 PANGAN, Vol. 27 No. 2 Agustus 2018 : 141 – 154