Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3, 2011, Hal.

275-282

PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK YANG EFISIEN DAN EFEKTIF


DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
THE EFFICIENT AND EFFECTIVE LOGISTIC SYSTEM DEVELOPMENT WITH
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT APPROACH
Dedi Mulyadi
Kementerian Perindustrian
dedi_mS3@yahoo.com

ABSTRAK

Rasio biaya logistik terhadap nilai tambah di Indonesia relatif lebih tinggi dibanding dengan negara pesaing,
sehingga diperlukan satu pendekatan yang komprehensif untuk dapat mengurangi biaya logistik. Pendekatan
supply chain management diyakini mampu mengintegrasikan setiap mata rantai distribusi sehingga dapat
diperoleh sistem logistik yang terintegrasi efisien dan efektif untuk meningkatkan daya saing nasional. Dalam
penerapannya perlu dukungan pemerintah baik berupa peraturan dan perundangan dan infrastruktur maupun
dalam perkembangan sumber daya manusianya.
Kata kunci: supply chain management, peningkatan daya saing dan peranan pemerintah

ABSTRACT
The ratio of value-added logistics costs in Indonesia are relatively higher compared with competitor
countries, so it requires a comprehensive approach to reduce logistics costs. Supply chain management
approach is believed to be able to integrate each distribution chain to obtain an integrated logistics system
efficiently and effectively to enhance national competitiveness. In its application needs support, both
governments in the form of regulations and legislation and infrastructure and the development of human
resources.
Keywords: supply chain management, increased competitiveness and the role ofgovernment

PENDAHULUAN Sebelum pembahasan mengenai permasalahan


logistik ini dilanjutkan, akan dibahas terlebih
dahulu mengenai definisi logistik. Menurut
Perdagangan bebas di era globalisasi ini
Gattorna dan Walters dalam bukunya
ieiah membawa perubahan yang sangat
Managing Supply Chain: A Strategic
cepat dan berdampak luas bagi perekonomian,
Perspective, logistik merupakan aspek
baik di dalam negeri maupun di dunia
manajemen strategis yang bertanggung
internasional. Salah satu dampak yang paling
jawab mengelola akuisisi, pergerakan dan
dirasakan adalah semakin ketatnya persaingan
penyimpanan bahan mentah, bahan setengah
di sektor industri. Hal ini berkaitan dengan
jadi, persediaan barang jadi dan informasi-
daya saing industri yang merupakan faktor
informasi yang menyertainya dalam suatu
penting bagi suatu negara untuk dapat survive
organisasi dan saluran pemasarannya untuk
dan menjadi pemenang dalam persaingan.
memenuhi harapan pelanggan sehingga
Menurut Prahalad (1990), dalam jangka
dapat mencapai target keuntungan perusahaan
panjang beberapa faktor yang menentukan
Misi logistik adalah memenuhi kebutuhan
keunggulan kompetitif suatu perusahaan
barang yang sesuai ke tempat yang tepat,
adalah kemampuan untuk menciptakan barang
pada waktu yang tepat dan pada kondisi
dan jasa, dengan biaya yang lebih rendah
yang diinginkan, sehingga memberikan
secara kontinu, dan kecepatan perusahaaan
manfaat kepada perusahaan. Melihat definisi
untuk dapat tanggap pada kemauan pelanggan
di atas, dalam lingkup nasional, logistik yang
dibandingkan para pesaingnya. Melihat kondisi
dimaksud adalah proses perencanaan,
Indonesia sekarang, kemampuan industri
implementasi, dan pengendalian efisiensi,
Indonesia untuk dapat memproduksi barang
dan jasa dengan biaya yang lebih rendah aliran biaya yang efektif dan penyimpanan
dari pesaingnya masih sulit untuk dilakukan.
Hal ini dikarenakan kinerja logistik Indonesia
masih jauh dari memuaskan.

275
Pengembangan Sistem Logistik. .(Dedi Mulyadi)

bahan mentah, bahan setengah jadi, barang Berdasarkan hal tersebut diperlukan upaya-
jadi dan informasi-informasi yang menyertainya upaya untuk meningkatkan daya saing dan
yang menjamin pengadaan dan ketersediaan membangun keunggulan kompetitif bagi
komoditas strategis, bahan kebutuhan pokok produk-produk dalam negeri. Salah satu
masyarakat secara merata dan terjangkau faktor yang sangat mempengaruhi daya
dan meningkatkan daya saing industri. saing industri nasional adalah terpuruknya
Tingginya biaya logistik yang terjadi di kinerja logistik nasional dalam satu dekade
Indonesia tentu saja menghambat keter- terakhir ini.
sediaan komoditas strategis dan bahan Dalam rangka memecahkan berbagai masalah
pokok bagi masyarakat dan turunnya daya yang terjadi, khususnya permasalahan
saing industri. tingginya biaya logistik, maka salah satu
Indonesia sebagai negara kepulauan pendekatan yang dapat digunakan adalah
membutuhkan sistem logistik yang terintegrasi, menerapkan Suppiy Chain Management
efektif dan efisien guna meningkatkan daya pada industri nasional. Hal ini diupayakan
saing, dan menjamin keberadaan komoditi agar berbagai kendala yang berpotensi
strategis dari bahan kebutuhan pokok muncul dapat diantisipasi sedini mungkin.
masyarakat secara merata dan terjangkau.
Pilar pokok sistem logistik adalah menjamin Konsep SCM
kelancaran arus barang secara efektif dan
efisien yang'tercermin dalam biaya logistik
yang rendah, dan pelayanan yang responsif Konsep SCM sudah sangat populer dan
dan memuaskan. Pengelolaan logistik yang beberapa ahli telah mendefinisikan SCM, di
efisien dan efektif akan membantu pelaku antaranya menurut Oliver dan Weber
usaha untuk dapat lebih unggul dalam (1982), SCM adalah metode, alat, atau
persaingan melalui penciptaan nilai tambah pendekatan pengelolaan suppiy chain. Suppiy
yang lebih tinggi. Mengungguli daya saing chain adalah jaringan fisik yang terdiri atas
tersebut pada gilirannya akan meningkatkan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
pertumbuhan ekonomi nasional dan mening- memasok bahan baku, memproduksi barang,
katkan kesejahteraan masyarakat. maupun mengirimkannya ke pemakai akhir.
Sedangkan menurut Martin (1998) SCM
Untuk memperoleh sistem logistik yang
merupakan jaringan organisasi yang
terintegrasi akan dikembangkan sistem logistik
melibatkan hubungan upstream dan
yang efektif dan efisien dengan menggunakan
downstream dalam proses dan aktivitas yang
konsep Suppiy Chain Manager (SCM) yang
berbeda yang memberi nilai dalam bentuk
berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan
produk dan jasa pada pelanggan. Sementara
kolaburasi berbagai pihak terkait yang diwadahi
itu, Simchi-lsvi et al. (1999) mengemukakan
dalam suatu tatanan kelembagaan dan
bahwa SCM merupakan serangkaian
organisasi yang efektif dan didukung pula
pendekatan yang diterapkan untuk meng-
oleh pelaku penyedia jasa logistik yang
integrasikan supplier, pengusaha, gudang, dan
terpercaya dan profesional.
tempat penyimpanan lainnya secara efisien
sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan
Pendekatan Suppiy Chain Management dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat,
(SCM) dan waktu tepat untuk memperkecil biaya
dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Permasalahan daya saing dalam pasar dunia Berdasarkan definisi diatas, pada hakikatnya
yang semakirr terbuka seperti'Sekarang irik Suppiy chain adalah jaringan organisasi
merupakan tantangan yang cukup berat yang menyangkut hubungan ke hulu
bag: industri dalam negeri. Tanpa dibekali (upstreams) dan ke hilir (downstreams),
kemampuan dan keunggulan bersaing yang dalam proses dan kegiatan yang berbeda
tinggi, niscaya produk produk dalam negeri menghasilkan nilai yang terwujud dalam
tidak akan mampu menembus pasar barang dan jasa di tangan pelanggan.
internasional. Keadaan ini makin diperparah Suppiy chain menganggap integrasi harus
dengan masuknya produk impor yang
mengancam posisi pasar domestik.

276
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3, 2011, Hal. 275-282

dicapai untuk seluruh mata rantai ongkos untuk mendapatkan perusahaan


partner baru.
pengadaan
Peran SCM dalam Meningkatkan
barang, mulai hulu hingga hilir bahkan Efektivitas dan Efesiensi Produksi
sampai ke pelanggan terakhir. Manajemen
Supply chain dapat digambarkan sebagai Pendekatan SCM berkembang seiring dengan
kegiatan lintas fungsional dalam berbagai meningkatnya kebutuhan dunia usaha untuk
menekan biaya secara menyeluruh. Menurut
disiplin ilmu, yaitu: logistik, pembelian,
Hicks et al. (1999) pengurangan biaya sebesar
informasi manajemen sistem (MIS), 5% dapat memberikan efek yang sama
manajemen operasi/ produksi, teknik, dengan peningkatan pendapatan sebesar
akuntansi, pemasaran dan semua yang 25% terhadap keuntungan perusahaan.
Secara umum, SCM bertujuan untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam
mengurangi biaya, mengurangi waktu,
proses mengu rang i transaksi, dan mendapatkan
pengambilan keputusan kualitas yang lebih terjamin bagi barang
Dari berbagai pengertian di atas, dapat atau jasa yang mengalir di sepanjang rantai
dikatakan bahwa pada dasarnya SCM tidak pasokan (Surjati Herman, 2004). Karena
hanya berorientasi pada urusan internal ruang lingkup SCM mengelola aliran barang
sebuah perusahaan, melainkan juga urusan maka konsep SCM banyak bersinggungan
eksternal yang menyangkut hubungan dengan dengan manajemen logistik. Perbedaanya
perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi SCM lebih fokus pada aspek perencanaan,
dan kolaborasi perlu dilakukan karena sedangkan pada manajemen logistik lebih
perusahaan yang berada pada satu supply bersifat operasional
chain pada intinya ingin memuaskan Jika melihat komponen biaya dalam operasi
konsumen akhir yang sama, mereka harus suatu industri, biaya logistik merupakan
bekerja sama untuk membuat produk yang komponen biaya terbesar kedua setelah
murah, mengirimnya tepat waktu, dan pembelian bahan, barang dan jasa. Tingginya
dengan kualitas yang bagus. Persaingan biaya logistik menunjukkan belum optimalnya
pada saat ini bukan hanya satu perusahaan pengelolaan fungsi distribusi fisik. Menurut
dengan perusahaan yang lain tetapi antara Gattorna dan Walters (1996), pengelolaan
supply chain yang satu dengan supply chain distribusi fisik ini direpresentasikan oleh
yang lain. koordinasi terhadap lima kegiatan, yaitu:
Semangat kolaborasi dan koordinasi juga inventori, transportasi, pergudangan komunikasi
didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya order, dan utilisasi.
sebuah supply chain tergantung pada Rendahnya efisiensi distribusi di Indonesia
kekuatan seluruh elemen yang berada di dapat berasal dari berbagai faktor termasuk
dalamnya. Namun, semangat kolaborasi belum memadainya sarana dan prasarana
dan koordinasi tidak boleh mengorbankan logistik, seperti sarana transportasi (jalan,
kepentingan tiap individu perusahaan. SCM pelabuhan, alat angkutan), sarana per-
yang baik bisa meningkatkan kemampuan gudangan dan keterampilan SDM. Hal ini
bersaing bagi supply chain secara menunjukkan bahwa pendekatan SCM di
keseluruhan, namun tidak menyebabkan Indonesia belum diterapkan, baik dalam
satu pihak berkorban dalam jangka panjang. perusahaan maupun antar perusahaan yang
Oleh karena itu diperlukan pengertian, berada dalam rantai pasokan. Selama ini,
kepercayaan, dan aturan main yang jelas. industri di Indonesia pada umumnya lebih
Idealnya, hubungan antar pihak pada supply terfokus pada peningkatan efisiensi proses
chain berlangsung untuk jangka panjang. (proses fungsional). Hanya sebagian kecil
Hubungan jangka panjang memungkinkan perusahaan, khususnya berskala besar yang
semua pihak untuk menciptakan kepercayaan menerapkan SCM, namun penerapannya juga
yang lebih baik serta menciptakan efisiensi. terbatas pada pengelolaan permintaan.
Efisiensi bisa tercipta karena hubungan
jangka panjang berarti mengurangi ongkos-

277
Pengembangan Sistem Logistik. .(Dedi Mulyadi)

Menurut Poirier (2004) ada lima tingkatan dan memuaskan. Biaya logistik yang rendah
evolusi SCM, yaitu: (1) Proses Fungsional: akan sangat membantu pelaku usaha untuk
integrasi perusahaan, (2) Intra-Enterprise: dapat lebih unggul dalam persaingan melalui
corporate exelence, (3) Inter-Enterprise-. penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi
Kerjasama mitra, (4) Jaringan eksternal: dengan biaya yang rendah untuk produk
konstelasi rantai nilai dan (5) Sistem bisnis atau jasa yang dihasilkan dan peningkatan
total: konektifitas jaringan sepenuhnya. Dari kualitas layanan. Keunggulan daya saing
pengalaman berbagai negara di dunia, tersebut akan meningkatkan pertumbuhan
dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk ekonomi nasional, dan meningkatkan kesejah-
meningkat dari level 2 ke level 3, karena teraan masyarakat. Mengingat luasnya
dibutuhkan banyak perubahan khususnya cakupan wilayah indonesia, ma.nfajerpen
perilaku dan budaya. Industri di Indonesia logistik yang merupakan bagian-dari SCM
sendiri pada umumnya masih berada di sangat berperan untuk mensinkronkan dan
level 1 dan hanya sebagian kecil pada level menyelaraskan kemajuan sektor industri
2. secara berkelanjutan dan merata di seluruh
Penerapan SCM sebagai salah satu upaya daerah.
peningkatan daya saing industri memerlukan
langkah-langkah yang seyogianya menjadi Penerapan SCM di Indonesia 1 ' ’ ':
perhatian bagi para stakeholders yang
terkait antara lain pertama, menciptakan
hubungan antar rantai agar lebih spesifik Hasil survei Indeks Kineija Logistik (Logistics
pada bidang usaha sehingga terbentuk pola Performance lndexl LPI) oleh Bank Dunia
yang terpadu dan saling terkait. Kedua, tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat
seyogianya harus ada dukungan manajemen. ke-43 dari 150 negara yang disurvei dan
Manajemen semua level dari strategis pada tahun 2010 posisi Indonesia terus
sampai operasional harus memberikan merosot ke peringkat 75 di antara 155
dukungan mulai dari proses perencanaan, negara yang disurvei dan berada di bawah
pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, kinerja beberapa negara ASEAN lainnya
sampai pengendalian. Ketiga, membangun seperti Singapura (urutan kedua), Malaysia
kemitraan dalam suatu kesepakatan pada (urutan ke-29), dan Thailand (urutan ke-35).
keseluruhan rantai. Pola kemitraan yang LPI yang diterbitkan oleh Bank Dunia
terbentuk yaitu hubungan kerja sama antara menggunakan enam indikator penilaian,
perusahaan, perusahaan maupun pembeli yaitu kepabeanan, infrastruktur, kemudahan
bersifat lebih spesifik dan berfokus pada mengatur pengapalan internasional, kom-
volume, distribusi, lead time, dan mutu. petensi logistik dari pelaku dan penyedia
Dengan membangun suatu kemitraan yang jasa lokal, biaya logistik dalam negeri, dan
handal maka akan terbentuk komitmen yang waktu deliveri. Adapun skor dan urutan
kuat untuk menciptakan SCM sehingga Indonesia dibanding beberapa negara di
pengontrolan terhadap persediaan pasokan Asia untuk masing-masing indikator penilaian
dapat dilakukan secara efisien dalam biaya. dapat dilihat pada Tabel.1 di bawah ini
Keempat, membangun sistem informasi yang
terintegrasi di setiap bagian yang terlibat
dalam sistem rantai pasokan sehingga akan
mendukung kinerja dan produktivitas dari
masing-masing rantai pasokan tersebut.
Diharapkan dengan langkah-langkah diatas,
penerapan SCM pada industri mampu
meningkatkan nilai tambah yang akan
meningkatkan pula daya saing industri.
Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu
peran pokok SCM adalah menjamin
kelancaran arus barang secara efektif dan
efisien yang tercermin dari biaya logistik
yang rendah, dan pelayanan yang responsif

278
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3, 2011, Hal. 275-282

Tabel.1 Posisi Kinerja Logistik Indonesia Tahun 2010


LLIJUIH JLnrmnl
Infrastruktu inemaiKwn
LPI Custnms r ai Logistics Tradang&
Negara Shipments Competenc traang
e
KBftl l;”l Kffi'l i ;**?.! k-'A 1 1:^71 l;"7l k-'-'.l l;"7l l;"7l
ASEAN
Singapu 2 409 2 402 3 422 1 386 6 4.12 6 4.15 14 4.23
ra
Malaysia 29 3.44 36 3.11 3.5 13 3.5 31 3.34 41 3.32 37 386
28
Thailand 35 329 39 302 36 316 30 3.27 39 3.16 37 3.41 48 3.73
Filipina 44 3 14 54 267 64 257 20 3.4 4 2.95 44 329 41 3.83
Vietnam 53 296 53 2.68 65 2.56 58 304 51 289 55 3.1 76 344
Indonesi 75 276 73 243 69 2.54 80 282 92 2.47 80 277 70 3.46
a
ASIA
Japan 7 397 10 379 5 4 19 12 355 7 4 7 4 13 13 4.26
China 27 349 32 3.16 27 3.54 27 331 29 3.49 29 3.55 36 391
Korea 23 3.64 26 3.33 23 3.62 15 3.47 23 3.64 23 383 28 397
India 47 3.12 52 2.7 47 291 46 313 40 3.16 52 3 14 56 3.61

Sumber: World Bank, 2010

Rendahnya kinerja sektor logistik di Indonesia porsi biaya logistik keseluruhan dibandingkan
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dengan PDB-nya masih belum memuaskan.
tingginya biaya logistik dan perlunya
peningkatan kualitas pelayanan, masih
rendahnya penyediaan infrastruktur baik
kuantitas maupun kualitas, masih tingginya
waktu pelayanan ekspor dan impor dan
adanya hambatan operasional di pelabuhan,
dan masih terbatasnya kapasitas dan
jaringan pelayanan penyedia jasa logistik
nasional. Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab utama berbagai permasalahan
nasional seperti kelangkaan pangan, fluktuasi
harga, hambatan ekspor, kesenjangan
penawaran dan permintaan antar daerah,
sampai pada lambatnya distribusi bantuan
pada bencana alam. Akibat lanjutan dari
permasalahan tersebut dirasakan oleh
masyarakat yang harus membayar biaya
tinggi karena biaya logistik dan ekspor yang
kurang mampu bersaing di tingkat per-
dagangan bebas antar negara.
Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output
di bawah ini, terlihat bahwa biaya logistik
Indonesia masih tinggi. Porsi biaya logistik
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
pada sektor industri maupun ekonomi
secara keseluruhan masih tinggi, sektor
industri berkisar di tingkat 61,1% sedangkan
ekonomi secara keseluruhan berada di
kisaran 47,6%. Ini berarti porsi biaya logistik
pada produk yang ditanggung konsumen
masih sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan
negara maju dan berkembang, pada Tabel.3,

279
Pengembangan Sistem Logistik. .(Dedi Mulyadi)

Tabel 2. Rasio Biaya Logistik terhadap PDB


tahun 2000 dan 2005

KODE dalam persentase


JENIS INDUSTRI
SEKTO 2000 2005
R 27 Pengolahan dan pengawetan makanan 136.1 111.4
28 Minyak dan lemak 47.9 50.1
29 Penggilingan padi 105.4 101.8
30 Tepung segala jenis 64.5 57.5
31 Gula 192.4 138.4
32 Makanan lainnya 63.1 54.3
33 Minuman 65.8 95.2
34 Rokok 30.7 31.0
35 Pemintalan 23.3 27.0
36 Tekstil, pakaian dan kulit 58.6 40.4
37 Bambu,kayu dan rotan 64.3 56.4
38 Kertas,barang dari kertas dan karton 56.8 58.0
39 Pupuk dan pestisida 51.1 51.7
40 Kimia 81.4 112.3
41 Pengilangan minyak bumi 26.6 25.8
42 Barang karet dan plastik 52.1 68.7
43 Barang-barang dari mineral bukan logam 47.6 66.3
44 Semen 164.0 100.2
45 Dasar besi dan baja 102.1 129.1
46 Logam dasar bukan besi 45.7 53.5
47 Arang dari logam 55.7 55.4
48 Mesin,alat- alat dan perlengkapan listrik 110.0 110.1
49 Alat pengangkutan dan perbaikannya 58.8 41.3
50 Barang lain yg belum di golongkan dimanapun 163.6 131.7
Rasio Biaya Logistik Terhadap NTB Industri : 63.4 61.1
Rasio Biaya Logistik Terhadap NTB Ekonomi : 47.3 47.6
Sumber: BPS, Kementrian Perindustrian, diolah

Tabel 3. Rasio Biaya Logistik Indonesia transportasi darat dan laut tetapi juga oleh
terhadap PDB dibandingkan Negara-negara banyak faktor baik yang terkait dengan
Maju regulasi, SDM, proses dan infrastruktur yang
belum efisien, dan kurangnya professionalitas
Negara % Biaya Logistik pelaku dan penyedia jasa logistik (perusahaan
terhadap PDB distribusi pengiriman barang yang belum
berkembang). Uraian data di atas menjelaskan
Amerika Serikat 9.90 bahwa kinerja logistik di Indonesia merupakan
Jepang 10.60 faktor yang sangat mempengaruhi daya
saing industri nasional. Hal ini mengindikasikan
Korea Selatan 16.30
bahwa salah satu penyebab rendahnya
Indonesia 47.60 daya saing industri nasional selama satu
Sumber: Cetak Biru Pengembangan Sistem dekade terakhir adalah akibat rendahnya
Logistik Nasional, 2010
Tingginya biaya logistik di Indonesia tidak
hanya disebabkan oleh tingginya biaya

280
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3, 2011, Hal. 275-282

kinerja logistik yang menyebabkan terhadap hal ini sangat perlu dilakukan;
tingginya keempat, Pembentukan sistem informasi
biaya logistik nasional. antara pihak yang bertugas melakukan
Penggunaan SCM bagi perusahaan- pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan
perusahaan beberapa bidang di negara- penyebarluasan informasi kepada setiap
negara berkembang, termasuk Indonesia, stakeholderyang dilandasi dengan kepercayaan
saat ini masih sangat terbatas. Dimana di antaranya, dengan ini akan mendukung
hubungan antara setiap sub sistem yang kinerja dan produktivitas dari masing masing
terlibat pada umumnya masih tersekat- anggota rantai.
sekat, sehingga sulit untuk bersaing di pasar
bebas. Hal tersebut dapat dilihat dari KESIMPULAN DAN SARAN
terpisahnya operasional antara sub sistem
huiu sampai dengan sub sistem hilir yang Dalam penerapan pengembangan sistem
disebabkan oleh sub sistem banyak logistik yang efektif dan efisien dengan
diperankan oleh pengusaha dalam skala pendekatan suppiy chain management, periu
produksi kecil, dan tidak memiliki posisi tawar didukung oleh peraturan dan perundangan
yang kuat. Di Indonesia bisa diterapkan yang progresif dan infrastruktur yang
secara maksimal dengan memperbaiki memadai sehingga dapat menjadi iandasan
beberapa kekurangan yang menghambat bagi sumber daya manusia dan manajemen
sistem ini, dalam hal ini solusi yang dapat logistik yang profesional. Dukungan teknologi
dilakukan adalah dengan mentransformasikan informasi dan komunikasi logistik yang maju
struktur yang tersekat dan terpisah menjadi dan penyedia jasa logistik yang berkelas
struktur integrasi yang vertikal. Hal tersebut dunia akan mendorong sektor industri untuk
dimaksudkan untuk memadukan sub sistem memberikan nilai tambah terbaik bagi daya
hulu sampai dengan hilir dalam satu saing nasional. Oleh karena itu, pengem-
keputusan manajemen. Upaya tersebut bangan kawasan-kawasan industri atau sentra-
dikembangkan dengan bentuk-bentuk yang sentra produksi untuk berdaya saing harus
mampu mengakomodasi pelaku-pelaku industri ditransformasikan dengan sistem logistiknya
dari setiap sub sistem yang ada. mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya
Beberapa langkah yang bisa diambil dan sampai pada pengendaliannya.
menjadi perhatian bagi stakeholder yang Penetapan pengembangan sistem logistik
terkait untuk perbaikan sistem sehingga efektif dan efisien disarankan dilakukan
SCM ini dapat berkembang secara baik di melalui dua cara strategi yang berbeda.
Indonesia antara lain; pertama, Penekanan Pertama, untuk komoditi strategis atau
pada upaya pembangunan dan pemeliharaan kebutuhan dasar (beras, gula, tepung terigu,
dalam rantai, yaitu pembentukan hubungan garam, minyak goreng, semen, pupuk, obat-
antar rantai secara lebih spesifik, misalnya obatan, bahan bakar minyak dan elpiji),
pada volume, mutu, distribusi, tergantung dengan sasaran yang ingin dicapai adalah
kekurangan pada bidang usaha sehingga memastikan persediaan, kemudahan men-
terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait; dapatkan dan harga yang terjangkau. Untuk
kedua, Pengontrolan terhadap persediaan mencapai hal tersebut dilakukan melalui
pasokan harus diarahkan pada efisiensi biaya, pembangunan sistem distribusi yang menjamin
misalnya jumlah pasokan disesuaikan dengan ketersediaan dan kemudahan dalam
jumlah produk yang dapat dijual sehingga mendapatkan bahan pokok dengan harga
dihasilkan kestabilan persediaan bahan baku yang terjangkau secara merata melalui pere-
dan tidak terjadi penumpukan stok yang kayasaan kelembagaan dimana pemerintah
berakibat pada peningkatan biaya penyim- memiliki peranan yang besar baik sebagai
panan; ketiga, Dalam penentuan lokasi dan regulator maupun sebagai penjamin dalam
transportasi dalam rantai jaringan dibuat mendapatkan bahan yang terjangkau dan
dengan perhitungan dan memperhatikan merata.
dampak terhadap biaya persediaan, dalam
Kedua, untuk komoditi lainnya termasuk
hal ini akan berpengaruh pada tingkat
unggulan dan ekspor dilakukan melalui
kepekaan konsumen, oleh karena itu evaluasi
penyelenggaraan sistem transportasi terpadu,

281
Pengembangan Sistem Logistik. .(Dedi Mulyadi)

efektif dan efisien yang menjamin

282
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3, 2011, Hal. 275-282

kelancaran arus barang di dalam rantai Economics of Production with The


pasok (supply chain). Adapun strategi yang Economics of Cooperation, Ascent
ditempuh adalah dengan menggabungkan Volume 1.
dan mengintegrasikan sentra-sentra produksi/ 4. Frazelle, E. 2001, Supply Chain Strategy,
kawasan-kawasan industri dengan jaringan McGraw-Hill, America.
transportasi logistik dari sub logistik serta
5. Gattorna, JL Dan DW. Walters, 996.
didukung oleh jaringan informasi dan
Manag ing the Supply Chain. A Strategic
komunikasi yang efisien sehingga proses
Perspective. McMillan Press Ltd London.
logistik dapat efisien dan efektif pada gilirannya
dapat meningkatkan daya saing industri di 6. Hanfield, R, Introduction to Supply Chain
pasar internasional. Manage ment, Prentice Hall
Dengan pendekatan ini, peran pemerintah 7. Lee, R. M. Smith and Tay, 2001, World
hanya sebagai upaya pemberian kemudahan Class Logistics and Supply Chain
baik yang menyangkut kebutuhan infra- Manage ment, Singapure Institute of
struktur maupun yang bersifat non fisik seperti Material Management, Singapore.
pengembangan sumber daya manusia. 8. Lovejoy, JL, Principles of Supply Chain
Management, TC2.
DAFTAR PUSTAKA 9. U, D dan C. O’Brien, 1998. An Empirical
Study for Performance Measurement of
1. Atkin T. Dan G. Vastag 1998. Co- Supply Chain Partners. Performance
ordinating the supply chain : Background Measurement-Theory and Practice. Center
and Best Practics Performance for Business Performance. University of
Measurment-Theory and Practice. Papers Cambrige. 615-622.
from the First International Conference 10. Mc. Cormick and H. Smith, 2001,
for Business Performance. University of Manual for Supply Chain Research on
Cambridge : 47 - 54. Homeworkers in The Garment Industry
2. Ballou, RH, SM Gilbert dan A. Mukherjee 11 . Suryati Herman, A. Model Aliansi
2000. New Managerial Challenges from Strategis Agroindustri Sayuran Bernilai
Supply Chain Opportunities, Engeneering Ekonomi Tinggi. 2002. IPB. Bogor.
Management Review. Third Ouarter 12.Teigen, R 1997, Information Flow in a
2000, 7-19. Supply Chain Management System,
3. Doyle M. and B. Parker, 1999, Adhering Thesis Disertasi.
Supply Chain Exelence by Balancing the

283

Anda mungkin juga menyukai