Anda di halaman 1dari 5

Review Literatur

Supply Chain Management in Public Sector

1. Pendahuluan
Manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan
bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman
ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembeliaan dan outsourcing, ditambah fungsi
lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Tujuan utama SCM adalah
mencapai hasil yang menguntungkan bagi semua pihak (Christopher, 2011). SCM mewakili bagaimana
sebuah organisasi mendapatkan nilai (value) atas integrasi pasokan, permintaan, dan pemenuhan
kebutuhan pelanggan. Dalam organisasi privat, nilai yang diharapkan tentunya lebih kepada orientasi
profit, namun dalam konsep penyediaan layanan publik oleh pemerintah nilai yang diharapkan adalah
bagaimana kualitas penyediaan layanan tersebut sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. Kajian literatur ini bertujuan untuk melihat konsep SCM pada public sector dan value
yang diharapkan dalam kaitannya dengan pengembangan suatu wilayah.

2. Literatur yang Mendukung


1. Judul : Managing and Controlling Public Sector Supply Chains
Penulis : Intaher Marcus Ambe and Johanna A Badenhorst-Weiss
Dipublikasikan : University of South Africa
Tahun Publikasi : 2018

2. Judul : Logistic and Supply Chain Management


Penulis : Martin Christopher
Dipublikasikan : Prentice Hall
Tahun Publikasi: 2011

3. Pembahasan
3.1 Supply chain management di sektor publik
Menurut chistopher (2011), Supply Chain Management adalah:

“Manajemen hubungan hulu dan hilir antara pemasok dengan pelanggan untuk memberikan nilai yang
lebih unggul untuk pelanggan dengan biaya lebih sedikit ke rantai pasokan secara keseluruhan”

Manajemen rantai pasokan mencakup perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat
dalam pengadaan dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik. Ini juga

halaman 1 dari 5
mencakup koordinasi dan kolaborasi antar stakeholders, yaitu pemasok, distributor, penyedia
layanan pihak ketiga, dan pelanggan. Dalam sektor publik, SCM menekankan pada koordinasi semua
pihak yang terlibat dalam penyediaan layanan publik dalam memberikan kombinasi input-output-
outcome yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat mengharapkan layanan publik
tersedia sebagai sistem yang efisien, efektif dan tidak mengalami kendala. Pemerintah, bersama
dengan mitranya harus menjamin hal tersebut melalui SCM yang baik. SCM pada sektor public akan
berbeda dengan sektor industri. Untuk pemerintah, SCM perlu disesuaikan dengan karakteristik
layanan publik yang akan disediakan. Penyediaan layanan untuk pelayanan kesehatan akan berbeda
dengan sektor pendidikan, misalnya. Berikut adalah perbedaan SCM untuk sektor privat dan public.

No Karakteristik Privat Publik

1 Tujuan Profit making Kualitas layanan kepada masyarakat

2 Sudut Pandang Procurement ‘bagian’ dari SCM SCM sebagai procurement tool
3 Sumber Pendapatan Penjualan barang/jasa pajak
4 Tata kelola & Dijalankan oleh dewan direksi dan Dijalankan oleh lembaga pemerintah,
Kapasitas Pelaku rencana bisnis yang memiliki regulasi, dan aturan hukum lainnya dengan
keahlian tinggi sedikit pelaku yang memiliki keahlian tinggi
5 Kompleksitas Sedikit kompleks, pelibatan Sistem yang sangat kompleks melibatkan
organiasi beberapa perusahaan dan banyak organiasi dengan fungsi yang
mengakomodir pelaku baru berbeda
6 Kompetensi, Tinggi Rendah
percaya diri
7 Derajad kolaborasi Tinggi Rendah
dan integrasi saat ini
8 Strategi kerjasama Tinggi (baik) Rendah

Sumber: Ambe, 2018

3.2 Mengapa penting?


Pemerintah umumnya hanya berfokus pada kontrak antara organisasi pengadaan pemerintah
dengan penyedia pertama namun tidak mempertimbangkan rantai pasokan didalamnya. Menurut
Essig & Dorobek (2006), integrasi SCM di sektor publik memainkan peran penting dalam
mengoptimalkan dukungan logistik dan meningkatkan manajemen persediaan sehingga
menghasilkan efisiensi proses back office yang tidak perlu. Melalui SCM pemerintah akan
mendapatkan nilai manfaat atas keefektifan proses perencanaan, sourcing, delivery, sampai dengan

halaman 2 dari 5
diterima dan dibayarkan dan dimanfaatkannya barang/jasa. Manfaat yang dapat diambil dari
penerapan SCM di sektor publik adalah:
1. Alokasi resiko yang lebih baik
Risiko dialokasikan sesuai dengan pihak mana yang paling tepat dan yang paling memahami
tentang bagaimana mengelolanya.
2. Visibilitas yang lebih luas
Dengan SCM maka tidak hanya berfokus pada kontrak penyedia utama saja, namun akan dapat
terlihat peluang subkontrak untuk penyedia lain sehingga membuka ruang kompetisi,
kedinamisan, dan penguatan struktur melalui pemilihan penyedia barang/jasa dengan keahlian
tertentu kedalam sektor publik.
3. Peluang inovasi yang lebih luas
SCM akan mendorong penyedia untuk melakukan inovasi dalam memasok barang/jasa dengan
lebih cepat, kualitas lebih baik, dan harga yang lebih kompetitif.
4. Penentuan persyaratan yang lebih baik
SCM akan membentuk pasar yang lebih sehat.
5. Dapat mengidentifikasi resiko dan bottleneck
Melalui SCM dapat diidentifikasi stakeholder kunci dan hubungan ketergantungannya.
6. Kualitas yang lebih baik
Dengan SCM penyedia memiliki peran untuk menawarkan solusi peningkatkan kualitas, waktu
pengiriman dan biaya yang lebih baik.

4. Elemen Kunci SCM


1. Manajemen Permintaan
Mengidentifikasi kebutuhan dan melakukan perencanaan strategis, antara lain menganalisa
sumber daya yang dibutuhkan, pemilihan spesifikasi, panitia pengadaan, metode pengadaan, dll.
2. Manajemen Pengadaan
Bagaimana mengevaluasi penawaran (panitia pemilihan, rentang sistem pengadaan, melakukan
penilaian seluruh biaya langsung dan tak langsung (total cost ownership), penyelesaian sengketa,
penunjukan tenaga ahli, dll.
3. Manajemen Logistik
Mengelola akuisisi, pergerakan dan penyimpanan material secara strategis, pemenuhan
pesanan, arus barang/jasa dan informasi yang efektif dari titik asal ke titik konsumsi.
4. Manajemen Disposal

halaman 3 dari 5
Manajemen aset yang tidak lagi dibutuhkan, melakukan perencanaan keusangan, database asset,
penentuan strategi penggunaan kembali atau melakukan pemusnahan.
5. Manajemen Resiko
Membuat perencanaan dan kebijakan terkait identifikasi resiko serta pencegahan dan
penanganan resiko.
6. Manajemen Kinerja
Memonitor dan mengevalulasi apakah proses yang dijalankan telah dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan.

5. Supply Chain sebagai Value Chain


Porter (1985), mengemukakan sebuah konsep bahwa keunggulan kompetitif tidak dapat dipahami
sebagai penilaian terhadap keseluruhan aktivitas organisasi, namun diperlukan pemilahan kegiatan-
kegiatan strategis perusahaan yang relevan untuk dapat dinilai sebagai sumber daya potensial dan
mempengaruhi cost secara signifikan. Konsep value chain dihadirkan dalam rangka melihat hal
tersebut sehingga sebuah organisasi dapat memiliki keunggulan kompetitif apabila mengoptimalkan
kegiatan-kegiatan potensial tersebut.

halaman 4 dari 5
Secara sederhana konsep value chain adalah apabila kegiatan pada organisasi tersebut tidak potensial
membawa keunggulan kompetitif, maka sebaiknya aktivitasnya dipertimbangkan untuk di-
outsourcing-kan atau dialihkan kepada mitra yang lebih membawa keuntungan nilai/biaya. Hasil dari
outsourcing ini akan memperluas “nilai” dalam rantai pasok. Sehingga melalui value chain,
“keunggulan” tidak hanya dilihat dari organisasi inti saja, namun untuk semua entitas yang terhubung
dalam rantai pasok.

6. Manajemen Logistik
Manajemen logistic diperlukan dalam rangka melihat ruang lingkup organisasi mulai dari perencanaan
bahan baku hingga pengiriman barang/jasa.

7. Catatan
Dalam SCM, penerapan untuk sektor privat lebih umum untuk digunakan. Namun penerapan di sektor
publik masih sangat terbatas. Hal ini karena kompleksnya tata kelola di sektor publik yang melibatkan
banyak stakeholders dan ruang lingkup yang sangat luas, sementara tingkat koordinasi dan kolaborasi
saat ini faktanya masih sangat rendah. Disamping itu sektor privat umumnya hanya perlu mendesain
SCM untuk satu sektor saja sesuai bidang bisnis yang dijalankannya sementara pemerintah
mempunyai berbagai macam layanan public yang harus tersampaikan ke masyarakat.
Namun terdapat peluang apabila SCM ini diterapkan untuk sektor publik dalam rangka menghadirkan
value chain sebagai konsep nilai kemanfaatan uang atas pemanfaatan anggaran. Sebagai langkah awal
perlu dilakukan pemodelan atas konsep SCM pada satu sektor barang/jasa/layanan pemerintah yang
mempunyai dampak signifikan pada pembangunan wilayah.

halaman 5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai