Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN

DOSEN PENGAMPU:
NI WAYAN MERRY NIRMALA YANI S.Si.,M.M.

OLEH : KELOMPOK 2

BERLIANA YUNTORO PUTRI (120113420)


NI NYOMAN TRI SEPTIANI PUSPAWATI (120113415)
DIANA LATIFAH (120113403)
BAYU PERKASA (120113457)
I WAYAN ARI ANGGARA SAPUTRA (120113372)
ALEX TAN (120113410)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR

TAHUN 2021/2022

1
KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN

A. Pengertian Konfigurasi Jaringan Supply Chain

Konfigurasi jaringan supply chain merupakan satu kegiatan strategis yang


harus dilakukan pada supply chain manajemen dan mencakup keputusan tentang
lokasi, jumlah, serta kapasitas fasilitas produksi dan distribusi dalam suatu supply
chain. Tujuan dari keberadaan jaringan supply chain adalah untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan yang dapat berubah secara dinamis dari waktu ke waktu.
Menurut Kibli et al (2010), rancangan jaringan SC mencakup jawaban
terhadap berbagai pertanyaan berikut :
1) Pasar mana yang akan menjadi target penjualan?
2) Berapa lead time yang bisa dijanjikan dan dengan biaya berapa?
3) Berapa dan dimana lokasi fasilitas produksi dan distribusi yang akan
dioperasikan?
4) Proses apa yang bisa diserahkan ke pihak ketiga?
5) Berapa masing-masing kapasitas fasilitas yang harus digunakan?
6) Produk apa yang harus diproduksi masing-masing pabrik?
7) Produk apa yang harus disimpang masing-masing gudang?
8) Pabrik mana yang akan memasok tiap gudang?
9) Gudang mana yang akan memasok tiap wilayah?
Pada dasarnya jaringan SC merupakan hasil dari beberapa keputusan
strategis berikut:
1) Keputusan tentang lokasi fasilitas produksi dan gudang, dan keputusan
tentang pembelian
2) Keputusan outsourching
3) Keputusan tentang aliran produk pada fasilitas-fasilitas fisik tersebut

2
B. Trade Off Dalam Merancang Jaringan Supply Chain

Trade off dalam merancang jaringan supply chain memiliki banyak


pertimbangan yang perlu diperhitungkan dalam membuat keputusan tentang
jaringan supply chain. Pertimbangan strategi supply chain dan pertimbangan
lingkungan bisnis sama-sama penting dalam mengambil keputusan tersebut. Dari
sisi strategi supply chain, keputusan tentang konfigurasi sangat menentukan efektif
tidaknya strategi yang ditetapkan. Sebagai contoh, perusahaan yang ingin responsif
terhadap pasar cenderung memiliki fasilitas yang lebih banyak dan biasanya
menempatkan fasilitas produksi atau gudang dekat dengan pasar. Namunkeputusan
untuk menempatkan fasilitas produksi atau gudang dekat pasar sering kali
berimplikasi pada ongkos-ongkos supply chain yang lebih tinggi.
Di sisi lain, supply chain yang ingin berkompetisi atas dasar harga, biasanya
akan mencari tempat-tempat yang murah untuk lokasi operasi, walaupun harus
mengirim bahan baku maupun produk jadi pada jarak yang sangat jauh. Perusahaan
yang menerapkan kebijakan seperti ini yakin bahwa peningkatan biaya transportasi
lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan biaya produksi sehinga biaya
keseluruhan akan berkurang dengan menempatkan pabrik di lokasi- lokasi tersebut.
Konfigurasi supply chain tergantung juga pada karakteristik produk dan model
distribusinya.
Contoh konfigurasi jaringan supply chain:
1) Konfigurasi Jaringan SC (1)

3
Pada gambar konfigurasi jaringan sc 1 terlihat ada empat gudang yang
dimiliki perusahaan yang ditempatkan di empat wilayah regional yang berbeda.

2) Konfigurasi Jaringan SC (2)

Pada gambar ini ada perampingan struktur supply chain dimana jumlah
gudangnya dikurangi menjadi dua.

Implikasi dari 2 konfigurasi tsb terhadap biaya SC & terhadap kecepatan SC


merespon kebutuhan konsumen:
1) Pada konfigurasi 1:
• Waktu respon lebih cepat
• Biaya transportasi dari pabrik ke gudang lebih besar.
• Mencapai skala ekonomi pengiriman lebih sulit
• Kebutuhan sumber daya pengiriman dari pabrik ke gudang (misalnya: truk
& sopir) lebih banyak.
• Biaya-biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas (gudang) lebih besar
• Biaya persediaan lebih tinggi karena tiap gudang akan memiliki stok
sendiri, baik cycle stock maupun safety stock.
2) Pada konfigurasi 2:
• Dengan hanya ada dua gudang, rata-rata jarak kirim dari gudang ke toko
atau pusat pelanggan lebih jauh.

4
• Biaya pengiriman dari gudang ke lokasi toko atau daerah pelanggan lebih
besar.
• Semakin terpusat gudang-gudang penyimpanan suatu produk, semakin
rendah fluktuasi permintaan agregat di gudang tersebut, sehingga safety
stock bisa dikurangi. Fenomena ini dikenal dengan istilah risk pooling effect.

C. Beberapa Faktor Lingkungan Yang Dipertimbangkan

Aspek lingkungan bisnis yang perlu dievaluasi secara cermat dalam


mengambil keputusan terkait dengan konfigurasi supply chain adalah:
1. Faktor Ekonomi Makro
Faktor ekonomi makro meliputi: pajak, bea cukai, tingkat kurs, dan faktor
ekonomi lainnya yang tidak ada dalam diri perusahaan tersebut. Faktor ini memiliki
dampak yang signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan dari jaringan rantai
pasokan.
2. Faktor Sosial Politik
Faktor sosial politik meliputi: kultur masyarakat, tingkat penerimaan
mereka terhadap kehadiran investasi asing, ketersediaan tenaga kerja yang
dibutuhkan, peraturan ketenagakerjaan dan kebijakan pemerintah lainnya.
Stabilitas politik dalam suatu negara merupakan hal yang sangat dipertimbangkan
karena memiliki dampak yang signifikan terhadap peranan dalam pilihan lokasi.
Perusahaan lebih memilih untuk menempatkan fasilitas pada lokasi atau
Negara yang memiliki tingkat stabilitas yang memberikan kejelasan dalam hal
aturan-aturan perdagangan dan kepemilikan.
3. Faktor Teknologi
Karakteristik yang terdapat pada teknologi produksi memiliki dampak yang
signifikan terhadap keputusan jaringan desain. Fasilitas-fasilitas lokal dipersiapkan,
karena akan membantu biaya transportasi yang lebih rendah. Selain itu, fleksibilitas
dalam teknologi produksi berdampak pada tingkat konsolidasi yang dapat dicapai
oleh jaringan.

4. Faktor Keamanan

5
Faktor keamanan menentukan apakah suatu negara atau wilayah cukup
menarik untuk dijadikan tempat operasi atau tempat untuk mendapatkan input
(seperti bahan baku) bagi suatu supply chain.

D. Model-Model Untuk Merancang Jaringan Supply Chain


Model-model untuk merancang jaringan supply chain terdiri dari dua
metode yaitu:

1. Metode Kualitatif (RankingProcedure)


2. Metode Kuantitatif: Metode Analisa Pusat Gravitasi (Centre of
GravityApproach)
1. Metode Kualitatif (Ranking Procedure)
Langkah-langkah analisa metode kualitatif :
a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dan memiliki signifikasi yang
berkaitan dengan proses pemilihan lokasi pabrik, seperti:
• Lokasi pensuplai bahan baku
• Lokasi pemasaran
• Lokasi tenaga kerja
• Kondisi iklim
• UU dan peraturan lainnya
• Factory utilities & service
b) Pemberian bobot dari masing-masing faktor yang telah didentifikasi
berdasarkan derajat kepentingan, contoh :
• Lokasi pensuplai bahan baku : 20%(X1)
• Lokasi pemasaran : 40%(X2)
• Lokasi tenaga kerja : 10%(X3)
• Kondisi iklim : 5%(X4)
• UU dan peraturan lainnya : 5%(X5)
• Factory utilities & service : 20%(X6)
c) Memberi skor (nilai) untuk masing-masing faktor yang didentifikasikan
sesuai skala angka (range 0 s/d 10) dari masing-masing alternatif lokasi yang
dianalisa. Mengalikan bobot dari masing-masing faktor dengan skor dari
tiap alternatif yang ada dan menghitung total perkalian antar skor dan

6
bobot : Zj = Xi Yij . Lokasi yang dianggap paling baik adalah alternatif
lokasi yang memiliki Zj terbesar.
2. (Model Kuantitatif) Gravity Location Model
Model ini digunakan untuk menentukan lokasi suatu fasilitas (misalnya
gudang atau pabrik) yang menjadi penghubung antara sumber-sumber pasokan dan
beberapa lokasi pasar. Jadi kalau fasilitas yang dimaksud di sini adalah pabrikmaka
tujuannya adalah mendapatkan lokasi yang meminimalkan biaya-biaya transportasi
bahan baku dari supplier ke pabrik dan biaya-biaya transportasi dari pabrik ke pasar.
Logika yang sama bisa digunakan bila fasilitas yang dimaksud tadi adalah gudang
yang menjadi penyangga antara beberapa pabrik yang memproduksi barang tersebut
dan beberapa l lokasi pasar di mana produk-produktersebut akan didistribusikan.
Asumsi yang digunakan :
Pertama, ongkos-ongkos transportasi diasumsikan naik sebanding dengan
Volume yang dipindahkan. Kedua, baik sumber-sumber pasokan maupun pasar bisa
ditentukan lokasinya pada suatu peta dengan koordinat x dan y yang jelas.
Jadi beberapa data yang diperlukan dalam model ini adalah ongkos transportasi per
unit, beban per unit jarak dari semua posisi pasokan ke kandidat lokasi fasilitas dan
dari kandidat lokasi fasilitas tersebut ke semua lokasi pasar, volume yang akan
dipindahkan, serta koordinat lokasi pasokan maupun lokasi pasar.

Variabel :

Ci : ongkos transportasi per unit beban per kilometer antara kandidat lokasi
fasilitas dengan lokasi pasar atau lokasi sumber pasokan.

Vi : beban yang akan dipindahkan antara fasilitas dengan sumber pasokan atau
lokasi pasar

(xi;yi) : koordinat x dan y untuk lokasi pasar atau sumber pasokan i

Ji : jarak antara lokasi fasilitas dengan sumber pasokan atau pasar i

Jarak antara dua lokasi pada model ini dihitung sebagai jarak geometris antara dua
lokasi yang dihitung dengan formula berikut :

7
dimana (x0, y0) adalah kandidat koordinat fasilitas yang dipertimbangkan. Tujuan
dari model ini adalah mendapatkan lokasi fasilitas yang meminimumkan total
ongkos-ongkos pengiriman yang bisa diformulasikan sebagai :

Untuk mendapatkan nilai (xo, y0) yang optimal,yakni yang meminimumkan total
ongkos pengiriman TC, dengan cara berikut :

Hitung jarak ji. Untuk semua i (yakni antara lokasi kandidat fasilitas dan lokasi
sumber pasokan atau pasar i)

Tentukan koordinat lokasi dengan rumus berikut:

Dimana x0n dan y0n masing-masing adalah koordinat x dan y yang dihasilkan

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konfigurasi jaringan supply chain merupakan satu kegiatan strategis yang
harus dilakukan pada supply chain manajemen dan mencakup keputusan tentang
lokasi, jumlah, serta kapasitas fasilitas produksi dan distribusi dalam suatu supply
chain. Tujuan dari keberadaan jaringan supply chain adalah untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan yang dapat berubah secara dinamis dari waktu ke waktu.
Trade off dalam merancang jaringan supply chain memiliki banyak pertimbangan
yang perlu diperhitungkan dalam membuat keputusan tentang jaringan supply
chain. Pertimbangan strategi supply chain dan pertimbangan lingkungan bisnis
sama-sama penting dalam mengambil keputusan tersebut.
Konfigurasi jaringan supply chain sangat berpengaruh terhadap efisiensi
dan kecepatan respon supply chain tcrsebut. Supply chain yang ingin responsif
biasanya memiliki fasilitas yang lebih banyak dan tersebar di lebih banyak wilayah
(dan cenderung mendekati pasar) dibandingkan dengan supply chainyang berfokus
pada efisiensi. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang
konfigurasi suatu supply chain. Dalam memutuskan di mana pabrik akan didirikan
misalnya, berbagai aspek lingkungan bisnis seperti kondisi ekonomi, sosial politik,
keamanan, dan infrastruktur harus dipertimbangkan dengan seksama.
Model-model untuk merancang jaringan supply chain terdiri dari dua
metode yaitu: Metode Kualitatif (RankingProcedure) dan Metode Kuantitatif:
Metode Analisa Pusat Gravitasi (Centre of GravityApproach).

B. Saran
Supply chain dewasa ini menghadapi lingkungan bisnis yang semakin
dinamis. Kecenderungan untuk melakukan outsourcing pada suatu perusahaan dan
perubahan sisi permintaan maupun pasokan yang cepat membuat konfigurasi
supply chain sebaiknya perlu sering ditinjau ulang untuk menyesuaikannya dengan
kondisi yang paling mutakhir.

9
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Ratih.(Tanpa Tahun).Rancangan Jaringan SCM.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:lD1IzWWPElMJ:r
atih_wulandari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/64667/03.%2BRanca
ngan%2BJaringan%2BSCM.pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses tanggal 16
Oktober 2020) Pukul 20.00

Admaja, Adi. (2017). Merancang Jaringan Supply Chain.


https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:IkzCk-
M2LKoJ:https://docplayer.info/45627144-Merancang-jaringan-supply-
chain.html+&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses tanggal 16 Oktober2020)
Pukul 21.00

iv

Anda mungkin juga menyukai