Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI

INDONESIA PERIODE 2000 2011

Desta Fiyanari (107), Naimatul Husniah (111), Rara Ajeng C N (133)

Universitas Muhammadiyah Malang


Jl. Raya Tlogomas No.246, Kota Malang, Jawa Timur.

Abstrak
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada negara sedang berkembang dalam
melaksanakan pembangunan adalah bagaimana negara tersebut memelihara kestabilan dan
pertumbuhan ekonominya. Kestabilan ekonomi menyangkut segi kestabilan tingkat harga, tingkat
pendapatan nasional, dan pertumbuhan kesempatan kerja. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia periode 2000-2011.
Variabel yang digunakan antara lain ialah jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap
dollar Amerika. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dalam periode
kuartalan dari tahun 2000 sampai dengan 2011, menggunakan regresi linear berganda dan Uji
Asumsi Klasik.
Hasil analisis ini menyebutkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh dan
tidak signifikan terhadap inflasi. Di sisi lain variabel jumlah uang beredar berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap inflasi pada kuartal tahun penelitian.

Kata Kunci: Inflasi, JUB, Nilai tukar Rupiah.

PENDAHULUAN perekonomian. Jika tingkat inflasi rendah


Dalam teori makro masalah makro dan stabil akan menjadi stimulator
ekonomi yang selalu dihadapi suatu negara pertumbuhan ekonomi. Setiap kali ada
adalah masalah pertumbuhan ekonomi, gejolak sosial, politik dan ekonomi di
masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi, dalam maupun di luar negeri masyarakat
masalah pengangguran, masalah kenaikan selalu mengaitkan dengan masalah inflasi
harga-harga (inflasi), dan masalah neraca (Mankiw, 2006).
perdagangan. Isu perekonomian yang selalu Penelitian mengenai faktor-faktor
menjadi perhatian penting dari yang mempengaruhi inflasi di Indonesia
pemerintahan negara-negara di dunia telah banyak dilakukan diantaranya adalah
khususnya negara berkembang yaitu Theodores, Vecky, Henly (2014). Teori
Indonesia adalah inflasi. Inflasi merupakan yang mendasari penelitian tersebut adalah
kenaikan harga-harga umum yang berlaku ada banyak faktor yang mempengaruhi
dalam suatu perekonomian dari suatu perubahan inflasi, secara garis besar dibagi
periode ke periode lainnya. Inflasi menjadi dua bagian yaitu tarikan
merupakan salah satu indikator stabilitas
permintaan atau demandpull inflation dan mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila
desakan biaya atau cost push inflation. kesempatan kerja penuh (full employment)
Menurut Sukirno (2004) beberapa telah tercapai, penambahan permintaan
faktor tersebut antara lain adalah daya saing selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga

di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di saja (sering disebut dengan Inflasi murni).

negara-negara lain, kebijakan proteksi di Apabila kenaikan permintaan ini

negara luar, dan nilai tukar Rupiah valuta menyebabkan keseimbangan GNP berada di
atas atau melebihi GNP pada kesempatan
asing. Berdasarkan latar belakang yang
kerja penuh maka akan terdapat adanya
telah diungkapkan di atas, maka penelitian
inflationary gap. Inflationary gap inilah yang
ini memiliki tujuan untuk mengetahui
akan menyebabkan inflasi.
pengaruh nilai tukar Rupiah, jumlah uang
2. Cost Push Inflation
beredar, tingkat suku bunga dan ekspor
Cost pust inflation ditandai dengan
bersih secara parsial maupun secara
kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi
simultan terhadap inflasi di Indonesia.
inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan
ini timbul dimulai dengan adanya penurunan
LANDASAN TEORI
dalam penawaran total (agregat supply)
Menurut Samuelson (1997), inflasi
sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
merupakan suatu kenaikan dalam tingkat
Kenaikan produksi akan menaikkan harga
harga umum dan laju inflasi adalah tingkat
dan turunnya produksi. Serikat buruh yang
perubahan dari tingkat harga umum tersebut.
menuntut kenaikan upah, manajer dalam
Inflasi juga merupakan proses kenaikan
pasar monopolistis yang dapat menentukan
harga-harga barang secara umum yang
harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga
berlangsung terus-menerus dalam jangka
bahan baku, misalnya krisis minyak adalah
waktu yang lama yang mengakibatkan
faktor yang dapat menaikkan biaya produksi,
turunnya daya beli masyarakat serta jatuhnya
atau terjadi penawaran total (aggregate
nilai riil mata uang yang dinyatakan dalam
supply) sebagai akibat kenaikan biaya
persentase.
produksi. Jika proses ini berlangsung terus
Jenis Inflasi Menurut Sebab Terjadinya
maka timbul cost push inflation.
(Boediono, 1995) :
Inflasi Dan Nilai Tukar yaitu
1. Demand Pull Inflation
Variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Inflasi ini bermula dari adanya
Amerika Serikat memiliki hubungan yang
kenaikan permintaan total (agregat demand).
signifikan positif terhadap inflasi di
Sedangkan produksi telah berada pada
Indonesia. Melemahnya nilai rupiah
keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir
terhadap mata uang asing yang disebabkan
oleh hutang luar negeri pemerintah maupun terjadi kenaikan jumlah uang beredar, maka
sektor swasta yang membengkak, berakibat akan menstimulus terjadinya inflasi,
pada menurunnya harga barang-barang dengan asumsi kecepatan jumlah uang
ekspor kita diluar negeri, sehingga barang beredar dan volume produksi
ekspor kita menjadi lebih murah perekonomian bersifat konstan
dibandingkan dengan barang-barang dari (M.V=P.T)1. Tanpa adanya kenaikan
negara lain. Penurunan harga tersebut jumlah uang beredar maka tidak akan
menyebabkan peningkatan pada penjualan terjadi inflasi, meskipun terjadi kenaikan
(hukum permintaan apabila harga barang harga. Misalnya saja jika terjadi kegagalan
menurun maka jumlah barang yang diminta panen, harga cenderung naik, namun
akan bertambah, sehingga penerimaan kenaikan harga beras tersebut hanya
ekspor kita meningkat serta kemampuan sementara waktu saja dan tidak
untuk mengimpor barang juga meningkat menyebabkan terjadinya inflasi. Dengan
maka supply barang di dalam negeri akan demikian, bila jumlah uang beredar tidak
meningkat yang akan berdampak pada ditambah lagi, inflasi akan berhenti dengan
penurunan harga barang tersebut. Kenaikan sendirinya. Kondisi tersebut bisa terjadi
output dapat memperkecil laju karena jumlah barang atau jasa yang
inflasi,bertambahnya barang di dalam tersedia di masyarakat lebih kecil dari pada
negeri cenderung menurunkan harga. jumlah uang beredar yang ada, sehingga
Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah bisa menimbulkan inflasi dan sebaliknya.
terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan
meningkatkan permintaan uang di METODE PENNGUJIAN
Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal Populasi yang digunakan dalam
ini disebabkan ketika nilai rupiah penelitian ini adalah seluruh data nilai tukar
terdepresiasi maka harga barang-barang Rupiah dan jumlah uang beredar terhadap
impor menjadi lebih mahal sehingga inflasi di Indonesia. Data yang digunakan
diperlukan rupiah yang lebih banyak guna sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
untuk membeli barang impor tersebut data nilai tukar Rupiah dan jumlah uang
(Prasojo, 2003). beredar terhadap inflasi di Indonesia yang
Variabel JUB dalam arti luas (M2) dibatasi pada data bulanan tiap-tiap variabel
berpengaruh terhadap inflasi sebagaimana mulai dari periode Januari tahun 2000
dijelaskan oleh teori kuantitas Fisher. sampai dengan periode Desember 2011.
Dalam teori tersebut, fisher menyatakan Metode pengumpulan data yang
inflasi erat kaitannya dengan JUB. Jika digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi, yaitu metode pengumpulan asumsi-asumsi model regresi yaitu
data yang dilakukan dengan heteroskedastisitas, multikolinieritas dan
mengumpulkan seluruh data sekunder yang autokorelasi. Analisis ini menggunakan
terdapat didalam laporan www.go. bi.id dan bantuan software SPSS (Statistical Product

www.bps.com. Variabel bebas yang and Service Solution) 23 for Windows.

terdapat dalam penelitian ini antara lain 1. Pengujian Regresi

nilai tukar Rupiah dan jumlah uang beredar, 1.1. Uji ANOVA (Uji F)

yang diuji pengaruhnya terhadap variabel Pengaruh variabel bebas (JUB dan

terikat inflasi. Persamaan regresi linier Nilai Tukar Rupiah) secara serempak dapat

berganda yang digunakan pada penelitian dihitung dengan menggunakan uji F. Hasil

ini ditunjukkan pada Persamaan 1. pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.1

Y = 0 + 1X1 + 2X2 (1) sebagai berikut:


Tabel 1.1 Uji ANOVAa
Pada Persamaan 1, 0 merupakan
Sum of Mean
suatu konstanta, 1, dan 2 merupakan Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 2031,22
koefisien regresi untuk setiap variabel 4062,440 2 40,770 ,000b
0
bebas, 1 adalah variabel JUB (Jumlah Residual 348,753 7 49,822
Total 4411,193 9
Uang yang Beredar), 2 adalah variabel
a. Dependent Variable: Inflasi
nilai tukar rupiah. dan Y adalah inflasi. b. Predictors: (Constant), Nilai.Tukar.Rupiah, JUB
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23
Model penelitian yang digunakan untuk
Dari Tabel 1.1 diperoleh nilai Fhitung
melihat hubungan antara variabel bebas
sebesar 40,770 dengan tingkat kepercayaan
dengan variabel terikat dalam penelitian ini
baik secara parsial maupun bersama-sama 95% (=0,05), dari tabel nilai kritis

(simultan). distribusi F dengan derajat kebebasan


pembilang = 2 dan derajat kebebasan
penyebut = 10 diperoleh Ftabel sebesar
JUB (Jumlah Uang 4,74, karena Fhitung lebih besar dari F tabel
Beredar)
Inflasi

maka H0 ditolak dan terima H1 artinya


Nilai Tukar Rupiah secara bersama-sama (serempak) variabel
jumlah uang beredar (JUB) dan nilai tukar

PEMBAHASAN ruoiah berpengaruh signifikan terhadap

Setelah diketahui perkembangan inflasi. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor

inflasi, nilai tukar Rupiah rupiah terhadap US input produksi yang terdiri dari jumlah
Dollar dan jumlah uang beredar, maka uang beredar (JUB) dan nilai tukar rupiah
langkah selanjutnya melakukan beberapa uji berpengaruh nyata terhadap inflasi.
1.2. Uji Coefficients (Uji t) uji t, nilai t hitung akan dibandingkan
dengan nilai t tabel. Hasil perhitungan uji t
Uji t digunakan untuk menunjukkan
yang disajikan pada Tabel 1.2 sebagai
seberapa jauh pengaruh masing-masing
berikut :
variabel bebas secara individu dalam
menerangkan variasi variabel terikat. Pada
Tabel 1.2 Uji Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14,970 9,187 -1,629 ,147
JUB ,008 ,009 ,108 ,927 ,385
Nilai.Tukar
1,341 ,157 1,000 8,555 ,000
.Rupiah
a. Dependent Variable: Inflasi
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23

Nilai t variabel jumlah uang beredar signifikan terhadap inflasi di Indonesia.


(JUB) sebesar 0,927 dan nilai t tabel Secara teori semakin tinggi tingkat nilai
sebesar 2,36 maka H0 diterima karena t tukar Rupiah maka akan menaikkan tingkat
hitung < t tabel pada = 5%. Nilai inflasi di Indonesia. Hasil penelitian ini
signifikansi sebesar 0,385 < 0,05. Hal ini mendukung dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel JUB tidak sebelumnya yang dilakukan oleh
berpengaruh secara parsial dan tidak Theodores, Veck dan Henly (2014).
signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Berdasarkan hasil regresi dari data
Secara teori mengatakan bahwa semakin sekunder yang diolah dengan menggunakan
banyak JUB, maka akan menaikan perangkat lunak SPSS versi 23, maka
persentase tingkat inflasi di Indonesia. diperoleh persamaan regresi linier
Hasil penelitian ini mendukung penelitian berganda yang kemudian
sebelumnya oleh Santoso (2010). ditransformasikan ke dalam persamaan
Variabel Nilai Tukar Rupiah fungsi inflasi.
memiliki nilai t hitung sebesar 8,555 dan
nilai t tabel sebesar 2,36 maka H0 ditolak
karena t hitung > t tabel pada = 5%. Nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
Rupiah berpengaruh secara parsial dan
Tabel 1.3 Uji Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14,970 9,187 -1,629 ,147
JUB ,008 ,009 ,108 ,927 ,385
Nilai.Tukar
1,341 ,157 1,000 8,555 ,000
.Rupiah
a. Dependent Variable: Inflasi
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23

Y = 0 + 1X1 + 2X2
Y = -1,629 + 0,927X1 + 8,555X2
Maka dapat diinterpretasikan untuk 0, Y sebesar 0,927. Dan untuk X2, apabila X2
apabila tidak ada X1 dan X2, maka Y naik sebesar 1 maka akan meningkatkan Y
constant sebesar -1,629. Untuk X1, apabila sebesar 8,555.
X1 naik sebesar 1 maka akan meningkatkan

2. Pengujian Asumsi Klasik 0,827 > 0,1. Dengan demikian dapat


2.1. Uji Multikolinearitas disimpulkan model regresi dalam penelitian
Uji multikolinearitas bertujuan untuk ini tidak terjadi multikolinearitas dalam
menguji apakah dalam model regresi masing-masing variabel bebas penelitian
ditemukan adanya korelasi diantara ini.
variabel bebas. Hasil pengujian 2.2. Uji Autokorelasi
multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel Pengujian terhadap gejala autokorelasi
2.1 sebagai berikut: dilakukan dengan uji Durbin-Watson test.
Tabel 2.1 Uji Multikolinieritas Hasil perhitungan SPSS Versi 23 dapat
Collinearity Statistics
dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
JUB ,827 1,209
Nilai.Tukar.Rupiah ,827 1,209
a. Dependent Variable: Inflasi
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23

Dari Tabel 2.1 menunjukkan variabel


bebas yaitu variabel JUB (Jumlah Uang
Beredar), dan nilai tukar rupiah memiliki
nilai Variance Inflation Faktor (VIF) yaitu
1,209 < 10, dengan nilai Tolerance yaitu
Tabel 2.2 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R Square Square the Estimate Watson
1 ,960a ,921 ,898 7,05846 1,525
a. Predictors: (Constant), Nilai.Tukar.Rupiah, JUB
b. Dependent Variable: Inflasi
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 23

1,6413 dan dL sebesar 0,6972. Nilai DW


Berdasarkan Tabel 2.2 diperoleh
1,525 lebih kecil dari batas atas (du) 1,6413
angka Durbin-Watson sebesar 1,525
dan kurang dari 4 du yaitu 2,3587. Hal ini
dengan tingkat signifikan 0,05 dengan
dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai
jumlah sampel N = 10 dan variabel bebas
berikut:
(k=2), maka dapat ditentukan Durbin-
Watson tabel yaitu dengan du sebesar

lain atau gambaran hubungan antara nilai


Berdasarkan hasil pada Gambar 1.1.
yang diprediksi dengan Standardized
Maka keputusan yang diambil menerima
Delete Residual nilai tersebut. Sehingga
H0, sehingga dapat disimpulkan dalam
model juga terbebas dari heteroskedasitas
model penelitian korelasi antara kesalahan
hal ini dapat dilihat pada scatterplot yang
pengganggu pada periode t dengan
membentuk titik data yang menyebar dan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
tidak mengumpul membentuk suatu pola
(sebelumnya) masih dapat ditolerir atau
tertentu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
penelitian terjadi autokorelasi, namun tidak
1.2 sebagai berikut:
ada keputusan yang pasti.
2.3. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskesdastisitas bertujuan
untuk menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode
pengamatan ke periode pengamatan yang
Theodores, Vecky dan Henly. (2014).
Analisis Pengaruh Suku Bunga BI,
Jumlah Uang Beredar dan Tingkat
Nilai tukar Rupiah Terhadap Tingkat
Inflasi di Indonesia. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi Universitas Sam
Ratulangi.
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori
Pengantar (Ed. 3). Jakarta: PT. Raja
Berdasarkan hasil dari scatterplot Grafindo Persada.
pada Gambar 1.2 terlihat bahwa plot yang Samuelson. Paul & William D Nordhaus
terbentuk tidak memiliki pola yang jelas, (1997). Mikroekonomi. Jakarta:
serta titik-titik menyebar di atas dan Erlangga.
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka Boediono. (1995). Pengantar Ilmu
dapat dikatakan tidak terjadi Ekonomi Makro. Jogyakarta: BPFE
heteroskedastisitas.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
variabel jumlah uang beredar tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap laju inflasi di Indonesia.
Sedangkan variabel lainnya yaitu, nilai
tukar Rupiah mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, G. N. (2006.) Principles of
Ecoomics: Pengantar Ekonomi
Makro(Ed. 3). Jakarta: Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai