MESSERSCHMITT-BÖLKOW-BLOHM BO-105 DI
PT. INDOPELITA AIRCRAFT SERVICES
Oleh :
102216045
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Services
HRD Manager
Doni Ardianto
59010483
i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Services
ii
DAFTAR ISI
iii
3.8. PENGAMATAN PROSES REPAINTING HYDRAULIC TENDEM
HELIKOPTER BO-105 .................................................................................... 15
3.9. PENGAMATAN FUSELAGE PADA HELIKOPTER BO-105 ................. 16
BAB IV .................................................................................................................. 17
HASIL KERJA PRAKTIK .................................................................................. 17
4.1. TAIL ROTOR .............................................................................................. 17
4.2. TAIL ROTOR SHAFT ................................................................................ 18
4.3. TAIL ROTOR HEAD .................................................................................. 19
4.4. TAIL ROTOR BLADE ................................................................................ 20
4.5. TAIL ROTOR CONTROL ........................................................................... 22
4.6. INSPEKSI KONDISI DAN JENIS-JENIS KERUSAKAN ...................... 24
BAB V.................................................................................................................... 29
TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................ 29
BAB VI .................................................................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 32
KESIMPULAN ................................................................................................. 32
SARAN .............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 34
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang dengan berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
mengenai Pengenalan dan Perawatan Pesawat dengan fokus pada tail rotor BO-105.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan Kerja Praktik, khususnya :
1. Bapak Dr. Eng. Purwo Kadarno, S.T., M.Eng., selaku Kepala Program Studi
Teknik Mesin Universitas Pertamina.
2. Bapak Dr. Sc. Auralius Oberman Manurung, S.T., M.Eng., selaku Dosen
Pembimbing Program Studi.
3. Bapak H. Patrobi, selaku Pembimbing Instansi PT. Indopelita Aircraft Services.
4. Bapak Doni Ardianto, selaku HRD Manager PT. Indopelita Aircraft Services.
5. Bapak Ali Sudiro, selaku MRO Maintenance Manager PT. Indopelita Aircraft
Services.
6. Seluruh mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pertamina angkatan 2016 yang
telah melaksanakan Kerja Praktik di PT. Indopelita Aircraft Services.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.1. Main Landing Gear ATR 72-500 Pelita Air ..................................................5
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pesawat terbang dan helikopter adalah alat transportasi udara yang
membutuhkan perpaduan beberapa inovasi tinggi. Variabel pendukung, terutama
keamanan penumpang, pilot, dan semua yang berada di pesawat atau helikopter,
menentukan tingkat kelayakan pesawat untuk terbang. Dalam situasi ini, setiap bagian
dari struktur hingga ruas-ruas pada pesawat terbang dan helikopter harus diperiksa,
dipelihara, dan diperbaiki dalam interval waktu tertentu. Adapun cara untuk
pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan tidak mungkin dilakukan dengan
eksperimen, karena semua harus sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam Buku
Manual Pemeliharaan untuk berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter.
1
C20B, helikopter BO-105 dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan maksimum
242 km / jam
1.2. TUJUAN
Tujuan dari Kerja Praktik yang dilaksanakan di PT. Indopelita Aircraft Services
kali ini adalah :
1. Mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia industri.
2. Mengetahui prospek kerja mahasiswa lulusan Teknik Mesin di perusahaan
industri terutama pada bidang aviasi atau penerbangan.
3. Menjalin hubungan baik antara Universitas Pertamina dengan PT. Indopelita
Aircraft Services.
4. Memperluas wawasan peserta kerja praktik di bidang aviasi atau penerbangan.
5. Mempelajari teknik atau metode perawatan dalam bidang aviasi atau
penerbangan.
6. Memahami cara kerja, perawatan, kerusakan yang mungkin terjadi, dan cara
penanganan kerusakan pada sistem tail rotor yang digunakan pada helikopter
BO-105.
1.3. TEMPAT
Tempat kerja praktik kali ini adalah di PT. Indopelita Aircraft Services yang
berlokasi di Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
15418.
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. SEJARAH SINGKAT PT. INDOPELITA AIRCRAFT SERVICES
PT. Indopelita Aircraft Services adalah anak perusahaan dari PT. Pelita Air
Service yang merupakan bagian dari PT. Pertamina (Persero) Tbk. Berlokasi di
Lapangan Terbang Pondok Cabe, yang dimiliki oleh Pertamina. Lapangan terbang ini
memiliki landasan sepanjang 2.2 KM. Awalnya, PT. Pelita Air Service yang berdiri
sejak tahun 1970 mengurusi segala keperluan aviasi mereka sendiri, yang mana PT.
Pelita Air Service terfokus pada layanan penyewaan pesawat (air charter). PT. Pelita
Air Service sendiri melayani penerbangan bagi beberapa perusahaan minyak di
Indonesia, baik perusahaan asing maupun domestik. Pada 24 November 1987, PT.
Indopelita Aircraft Services resmi berdiri guna melayani perawatan pesawat atau biasa
disebut sebagai Aircraft Maintenance Organization yang terlisensi dibawah DGCA
(Directorate General of Civil Aviation) 145/16800.
Pada awalnya, PT. Pelita Air Service ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan
trasportasi PT. Pertamina Persero Tbk. Lalu semenjak berdirinya anak perusahaan yang
independen bernama PT Indopelita Aircraft Services pada tahun 1987, PT. Pelita Air
Services dengan pesawat Pelita nya dikembangkan menjadi maskapai penerbangan
yang menyediakan layanan penyewaan pesawat bagi perusahaan sejenis PT. Pertamina
Persero Tbk. Sepanjang tahun 1970 hingga 1990, Pelita Air menawarkan jasa layanan
penyewaan bagi pelanggan tertentu saja. Namun hingga kini, Pelita Air pun sudah
menjadi suatu maskapai penerbangan yang melayani penerbangan domestik.
3
Aviation Service (Aircraft Maintenance, Workshop, Aviation Management
Service, Aircraft Manufacturing Support).
Industrial Service (Rotating Equipment, Operating Maintenance Service, Static
Equipment, Management System Support.)
Component Service (Tools & Equipment Calibration, Non Destructive Test
Service, Industrial Engine Accessories).
Special Vehicle : - Refueller Maintenance and Overhaul,
- Fire Truck Operating and Maintenance.
4
BAB III
Dalam keluhannya diketahui bahwa cover ini tidak dapat membuka dan
menutup secara sempurna. Setelah diidentifikasi bahwa terdapat part bushing
mengalami crack serta dislokasi, maka dari itu, bushing tersebut diganti dengan yang
baru. Dan juga part bearing mengalami dislokasi, namun komponen tersebut tidak
perlu diganti, karena dapat dikembalikan dan disesuaikan dengan posisi semula.
5
3.2. PENGAMATAN COMPOSITE REPAIR UNTUK FLOOR PESAWAT ATR
72-500 PELITA AIR
Pada hari kedua, 16 Juli 2019, penulis berkesempatan untuk mengamati proses
perbaikan komposit pada floor pesawat ATR 72-500 milik Pelita Air. Adapun tahap-
tahap composite repair pada floor ATR 72-500 sebagai berikut:
6
Gambar 3.2.1. Araldite AW 106
7
3.3. PENGAMATAN DAN MEMPELAJARI ENGINE HELIKOPTER BO-105
Pada hari ketiga, tanggal 17 Juli 2019, penulis berkesempatan mengunjungi
engine shop, yang didalamnya terdapat mesin helikopter BO-105, yaitu Allison 250-
C20B, pada kesempatan tersebut, dijelaskan mengenai prinsip kerja dari mesin Allison
250-C20B. Helikopter BO-105 menggunakan mesin tunggal, dan Allison 250-C20B
merupakan salah satu contoh mesin turboshaft. Berikut ini adalah cara kerja dari mesin
Allison 250-C20B:
8
Gambar 3.3.2. Allison 250-C20B Engine Cutaway Schematic
9
3.4. PENGAMATAN DAN MEMPELAJARI HYDRAULIC TENDEM SYSTEM
HELIKOPTER BO-105
Pada tanggal 18 Juli 2019, penulis berkesempatan untuk mengamati serta
mempelajari hydraulic tendem system yang terletak di workshop. Pada kesempatan
tersebut pula, juga dijelaskan mengenai cara kerja dari hydraulic tendem system pada
Helikopter BO-105. Hydraulic merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam helikopter, karena berhubungan dengan sistem flight control, yaitu untuk
membantu sistem kendali helikopter. Hydraulic tendem system ini memiliki beberapa
komponen ganda, yakni: reservoir, hydraulic pump, valve block dan actuator. Alasan
mengapa dibuat ganda adalah untuk back up, jika satu sistem memiliki kegagalan,
maka sistem yang lain bisa beroperasi. Ada juga komponen yang hanya terdapat satu
saja pada sistem hidrolik ini, antara lain shuttle valve dan solenoid valve.
Pada sistem ganda ini, dinamakan main system 1 dan main system 2. Pada saat
beroperasi normal, helikopter ini menggunakan main system 1, dimana main system 1
ini terdiri dari reservoir 1, hydraulic pump 1, valve block 1, dan actuator 1. Sedangkan
main system 2 hanya digunakan jika main system 1 ini mengalami kegagalan. Dalam
hal ini, solenoid valve bertugas mendeteksi kegagalan tersebut dan memberi tanda ke
shuttle valve, selanjutnya shuttle valve akan otomatis mengubah sistem yang beroperasi
menjadi main system 2. Dalam kondisi ini Pilot diharuskan melakukan pendaratan
darurat secepat mungkin.
10
Gambar 3.4.1. Hydraulic Tendem System
11
- Eddy Current Test, metode ini menggunakan prinsip elektromagnetik, yaitu
arus listrik dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet
didalamnya
- Ultrasonic Inspection, metode ini menggunakan gelombang suara sebagai
media penguji nya, di mana gelombang suara ini dirambatkan pada benda kerja
yang diuji, dan sinyal yang dipantulkan diamati dan diinterpretasikan
- Radiographic Inspection¸ metode ini menggunakan sinar X dan sinar gamma
untuk menemukan cacat
12
Tail rotor shaft berfungsi untuk menghubungkan tail rotor transmission dengan
tail rotor head, dan terbuat dari forged titanium alloy. Sementara itu tail rotor head
berfungsi menyalurkan thrust dan mengendalikan gaya ke fuselage, dan tenaga mesin
ke blades. Sedangkan tail rotor blade menghasilkan gaya aerodinamika, untuk
melawan torsi yang dihasilkan dari main rotor dan mengendalikan kemiringan
helikopter. Dan terakhir, tail rotor control berfungsi untuk menyesuaikan sudut dari
tail rotor blades, untuk mengendalikan kemiringan helikopter.
Dalam maintenance tail rotor biasanya dilakukan secara periodik, yakni 600
jam, 1200 jam, 2400 jam, dan 4 tahun. Masalah yang biasanya terjadi pada tail rotor
adalah getaran dengan frekuensi tinggi, yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa
hal, diantara nya adalah: tail rotor tidak balance, dan tail rotor bearing yang sudah
cacat.
13
Gambar 3.6.2. Tail Rotor Shaft (Kiri), Tail Rotor Head (Tengah), Tail Rotor Blade
(Kanan)
14
Gambar 3.7.1 Sebelum karpet digelar (Kiri), Setelah karpet digelar (Kanan)
- Hydraulic tendem yang akan di cat sudah siap dalam kondisi bersih tanpa debu
atau kotoran
- Dilakukan pelapisan dengan lem kertas pada bagian yang tidak akan di cat
- Dilakukan penutupan oleh kain pada bagian yang tidak akan di cat, namun tidak
tertutup dengan lem kertas
- Cat tembak disiapkan
- Cat ditembakkan pada bagian yang akan di cat
- Didiamkan selama kurang lebih 30 menit hingga 1 jam agar cat mengering
15
Gambar 3.8.1. Hydraulic Tendem sebelum dilakukan pengecatan (kiri), pada
saat dilakukan pengecatan (tengah), setelah dilakukan pengecatan (kanan)
16
BAB IV
17
Cara kerja tail rotor adalah, daya ditransmisikan melalui main rotor
transmission ke tail rotor melalui drive shafts, intermediate gearbox dan tail rotor
gearbox. Input kontrol arah dibuat dengan mengoperasikan pedal control di kokpit.
Gerakan ini ditransmisikan melalui push rods ke tail rotor pitch assembly.
- Splines
- Bearing seat
- Sliding area
- Shaft fork
Cara kerja dari Tail rotor shaft ini ialah, dengan bagian paling ujung splines
(Paling kiri), dipasang di tail rotor transmission, dan splined end ini digerakkan oleh
output drive shaft dari tail rotor transmission. Kemudian sliding sleeve dari tail rotor
control dipasang di bagian tengah shaft. Bagian splined ini menggerakkan atau
memutar bagian sliding sleeve. Dan tail rotor head dipasang di shaft fork. tail rotor
shaft bisa dilihat juga pada gambar 3.10.
18
4.3. TAIL ROTOR HEAD
Tail rotor head pada helikopter BO-105 berfungsi menghubungkan tail rotor
shaft dengan tail rotor blades. Cara kerja dari tail rotor head ialah dengan menyalurkan
thrust dan kontrol gaya ke fuselage, dan juga menyalurkan tenaga mesin menuju blade.
Adapun komponen-komponen dari tail rotor head ini ialah:
- Inner sleeve, komponen ini terbuat dari titanium alloy, dan terpasang di tail
rotor shaft fork dengan sudut 45 derajat dengan blade cord line. Hal ini
menghasilkan redaman dari gerakan flapping yang terjadi selama penerbangan
yang mengarah ke depan. inner sleeve ini terpasang pada fork dari tail rotor
shaft dengan fitted bolt, yang berporos dalam spherical bearing
- Tension straps, masing-masing dari dua tension straps ini terdiri dari laminated
steel pack yang fleksible. Tension straps ini terhubung dengan strap shoe yang
dilaminasi. Mereka diposisikan di dalam inner sleeve dan di fix di tengah fitted
bolt. Tension straps ini juga menyerap tegangan tarik yang dihasilkan dari gaya
sentrifugal. Dan mereka juga fleksibel secara torsi, yang diperlukan untuk
mengendalikan tail rotor blades
- Blade mounting forks, komponen ini terbuat dari titanium, yang memutar inner
sleeve, masing-masing didukung oleh dua teflon bushings. Pada area yang
bercabang, blade mounting fork terhubung dengan tension straps oleh baut.
Dengan demikian, gerakan aksial kecil dari blade mounting forks
dimungkinkan.
- Control levers, komponen ini terpasang dengan blade mounting forks. Selain
pitch links, bobot dinamis dipasang untuk menurunkan gaya pada pedal selama
penerbangan berlangsung. Bobot dinamis awalnya disesuaikan, sehingga
selama penerbangan, tail rotor dapat mengimbangi torsi dari main rotor, tanpa
input kontrol pedal
Untuk ilustrasi dari tail rotor head, bisa dilihat pada gambar di bawah ini, dan juga di
gambar 3.6.2.
19
Gambar 4.3.1. Komponen-Komponen pada Tail Rotor Head
20
Gambar 4.4.1. Varian-Varian pada Tail Rotor Blade
- Blade Core, terdiri dari c-spar, terbuat dari unidirectional glass Roving
Laminations dan inti pendukung, terbuat dari filter busa keras. Skin blade nya
terbuat dari plastik yang diperkuat kaca. (glass reinforced plastic). Di mounting
area, neck Area dan di leading edge, skin nya diperkuat dengan fiber web
layers.
- External Components, strip titanium mencegah erosi leading edge, dan diikat
setelah blade curing. Di area blade root, selotip protektif diikat ke strip titanium
21
untuk melindunginya dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dan
inner leading edge serta trailing edge juga dilindungi dengan abrasi strip. Tutup
ujung blade melingkupi ujung luar blade, itu ditahan oleh 2 paku keeling dan
pada varian 1 ditahan oleh penjepit. Seluruh permukaan blade dicat dengan
pernis poliuretan.
Berikut ini adalah ilustrasi komponen-komponen pada tail rotor blade, dan juga bisa
dilihat pada gambar 3.10.
22
tube menuju sliding sleeve assembly, dan disalurkan lagi menuju tail rotor blades
dengan rotasi dari pitch links. Ilustrasi nya bisa dilihat pada gambar di bawah ini
- Outer Ring
- Outer Races
- Cover
- Inner Races
- Sliding Sleeve
- Teflon Bushing
Adapun komponen-komponen pada sliding sleeve bisa dilihat pada gambar di bawah
ini
23
Gambar 4.6.2. Susunan Sliding Sleeve, Pitch Links dan Bell Cranks
24
Keretakan, merupakan hal yang sangat mungkin terjadi, jika keretakan itu bisa
diamati pada waktu awal, maka sangat mungkin komponen tersebut bisa diperbaiki,
adapun salah satu metode yang bisa dipakai untuk mendeteksi keretakan ialah dengan
menggunakan visual, yaitu dengan cara menyentuh komponen-komponen tersebut
dengan menggunakan tangan, dan kemudian bisa dirasakan sendiri dengan tangan
apabila ada keretakan, adapun metode lain yakni dengan menggunakan air sabun, yang
ditandai dengan munculnya gelembung pada area retakan. Kemudian ada juga dengan
cara menyinari dengan sorotan cahaya lampu. Kemudian setelah menemukan area
retakan, segera ditandai untuk kemudian dilakukan inspeksi secara menyeluruh dengan
menggunakan NDT, seperti menggunakan Dye-Penetrant, Eddy Current, atau X-Ray,
dari inspeksi menggunakan NDT tersebut nantinya bisa ditentukan apa tindakan yang
akan selanjutnya diambil. Dan juga untuk bahan-bahan non-logam keretakan nya tidak
menjalar secepat ketika retak pada bahan logam.
Imbalance & vibrasi, sebagai komponen yang bergerak secara berputar, atau
rotasi. Balancing adalah suatu hal yang penting. Imbalance pada tail rotor bisa
menyebabkan getaran pada seluruh helikopter dan dapat menyebabkan kecelakaan
fatal, biasanya blade pada tail rotor adalah sumber dari getaran yang berada di tail
boom. Getaran ini juga bisa menyebabkan umur helikopter bisa jadi lebih pendek,
untuk meminimalisir getaran-getaran tersebut bisa dilakukan dengan balancing.
Adapun prosedur dalam inspeksi atau pengecekan kondisi tail Rotor seperti
berikut, berdasarkan buku Maintainence Manual helikopter BO-105:
1. Periksa pitch links, jika memungkinkan, periksa pitch links yang terpasang
untuk kerusakan mekanis, korosi, retakan dengan visual, perlindungan
permukaan yang rusak dan bearing play menurut para 33-7. Jika bearing play
melebihi yang diizinkan, maka lepaskan baut dan periksa apakah ada retak
menurut para. 33-16, langkah ke 7
2. Periksa bell crank, jika memungkinkan periksa bell crank yang terpasang untuk
kerusakan mekanis, korosi dan perlindungan permukaan yang rusak dan
bearing play menrut para. 33-11
25
3. Cek operasi flapping hinge.
a. Jika tail rotor head bergerak dengan sumbu flapping, maka spherical
bearing inner races dan close-tolerance bolt harus mengikuti gerakan
yang sama, dan spherical bearing outer races tidak boleh berputar
dengan arah yang sama.
b. Jika tidak, lepaskan tail rotor head, dan periksa spherical bearing untuk
kekasaran, flanged bushings untuk lubang yang memanjang, dan close-
tolerance bolt untuk batang yang rusak, dan komponen yang rusak
diganti.
4. Periksa tail rotor head, jika memungkinkan periksa tail rotor head apakah ada
retak, kerusakan mekanis, korosi, dan perlindungan permukaan yang rusak
a. Jika ada retakan yang dicurigai, Dye-Penetrant Inspect komponen-
komponen yang terkait menurut MIL-STD-6866, dan buang semua
bagian yang retak
b. Perbaiki kerusakan mekanis dan korosi lainnya menurut REM 301 atau
REM 308
c. Perbaiki pelindung permukaan yang rusak pada aluminium alloy blade
mounting forks berdasarkan chapter 02
5. Periksa tail rotor shaft.
a. Lepaskan outboard boot dari sliding sleeve. Sebelum memeriksa scores,
bersihkan sliding surface dengan pelarut pembersih kering. Jika
memungkinkan, periksa tail rotor shaft secara visual untuk
mengidentifikasi retakan dan kerusakan mekanis lainnya, dan untuk
excessive Scoring di sliding surface untuk sliding sleeve slide bearing.
Ganti tail rotor shaft yang terkena retak. Jika retak diduga, atau diyakini
melebihi batas kerusakan berdasarkan para. 33-21, lepaskan driveshaft
dan periksa berdasarkan para. 33-21.
b. Periksa play pada spherical bearing, jika play radial melebihi 0.1 mm,
ganti kedua spherical bearing menurut para. 33-21, meskipun hanya
satu dari kedua bearing yang play berlebih. Jika spherical bearing
26
ditemukan play berlebih, lakukan tindakan tambahan yang dijelaskan
pada para. 33-21, langkah 1.c.
c. Periksa kondisi steel plug untuk tight fit. Lepaskan plug yang longgar
atau terkorosi, dang anti dengan plastic plug menurut para. 33-21.
Periksa kerusakan plastic plug untuk tight fit, dan periksa sealing
compound disekitar plug edges untuk kerusakan. Ganti plug yang rusak
sesuai dengan para. 33-21 dan perbarui Sealant yang rusak.
6. Jika memungkinkan, periksa sliding sleeve untuk keretakan, deformasi,
kerusakan mekanis, korosi dan permukaan yang rusak.
a. Ganti komponen yang retak atau terdeformasi menurut para. 33-23.
b. Jika retak diduga, atau diyakini bahwa tingkat kerusakannya ditemukan
melebihi batas kerusakan yang ditentukan pada para 33-26, copot
sliding sleeve dan periksa dengan seksama sesuai dengan para 33-26.
c. Poles kerusakan kecil dan polesan akhir dengan 400 grit abrasive cloth.
Batas kerusakan menurut para. 33-26.
d. Perbaiki perlindungan permukaan yang rusak menurut chapter 02.
e. Ganti boot yang rusak, atau kencangkan boot yang longgar. Pasang
outer boot sesuai fig. 33-17.
7. Periksa semua perangkat keras yang terpasang untuk penguncian yang benar.
Jika perangkat pengunci tidak ada, periksa torsi yang ditentukan, koreksi
seperlunya, dan pasang perangkat pengunci.
8. Cek play pada tail rotor shaft
a. Copot tail rotor head dan pitch links (Menurut para. 33-14 dan 33-6)
b. Buka dan lepaskan star knob dari dukungan indicator perangkat periksa
runout 105-31702 W24 ddan lepaskan swivel arm dengan indicator dial
yang terpasang.
c. Mundur dari dua sekrup yang berdekatan pada output drive cover dan
gunakan itu untuk mengikatkan dukungan indikator dial ke gearbox.
d. Pasang kembali indikator dial yang dirakit dan swivel arm pada
indicator support, sehingga dial indicator finger diposisikan secara
27
vertikal pada shaft dan ditekan kira-kira 2mm, kemudian kecangan di
posisi ini dengan mengencangkan star knob
e. Ukur play dari rotor shaft:
1) Sesuaikan indikator dial hinga menunjukkan nol, lalu tarik tail
rotor shaft ke atas di forked end dengan gaya sekitar 30 N, dan
perhatikan perpindahan radial pada indikator dial. Maksimal
perpindahan yang diizinkan adalah 0.3 mm.
2) Jika batas play terlampaui, lepaskan tail rotor shaft menurut
para. 33-20, dan periksa permukaan bearing untuk kondisi dan
akurasi dimensi. Batas kerusakan dan perbaikan serta tindakan
pengerjaan ulang untuk tail rotor shaft dan hollow shaft
diberikan pada fig. 33-12 dan REM 303.
3) Jika terdapat play pada hollow shaft bearing Seat, perbaiki tail
rotor gearbox menurut REM 303.
9. Periksa ball bearing pada sliding sleeve apakah ada kekasaran, notches,
ataupun play. Untuk melakukannya, lepaskan bellcrank (Para 33-10), lepaskan
boot dan putar sliding sleeve dengan tangan. Buang bearing jika terdapat
kekasaran, notches atau play (menurut para. 33-25 dan 33-27).
10. Periksa tail rotor blade sesuai chapter 34. Untuk interval inspeksi dan ruang
lingkup pemeriksaan mengacu pada chapter 101.
28
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
Helikopter adalah pesawat bersayap putar yang digerakan oleh rotor dan
memiliki kemampuan mendarat dan terbang secara vertikal, dan bisa bergerak maju
dan mundur pada saat di udara, helikopter mendapatkan daya untuk bergerak dari rotor
yang berputar, dengan rotor yang memiliki bentuk aerofoil, mirip seperti sayap
pesawat terbang, Saat rotor berputar, udara akan bergerak pada permukaan atas rotor
dan mengakibatkan tekanan di atas permukaan rotor lebih rendah dari permukaan di
bawah rotor sehingga helikopter terangkat keatas, konsep aerodinamika inilah yang
menghasilkan helikopter dapat bebas terbang bergerak ke semua arah, konsep
aerodinamika ini telah dipelajari pada mata kuliah mekanika fluida.
Main rotor merupakan baling-baling penggerak utama dan poros kendali dari
sebuah helikopter yang terletak di bagian atas, rotor blade mempunyai bentuk aerofoil
yang sudutnya bisa diubah-ubah dan berfungsi untuk menimbulkan gaya angkat dan
gaya dorong pada helikopter.
Tail rotor terletak dibagain belakang helikopter, rotor ini berputar secara
vertikal, fungsi dari rotor ini untuk mebelokan helikopter sesuai arah yang dinginkan.
Selain itu tail rotor juga berfungsi untuk melawan torsi atau yang ditimbulkan oleh
main rotor saat berputar. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini
29
Gambar 5.2. Cara kerja Tail Rotor
Sementara itu tail Rotor juga memiliki banyak komponen seperti gear, bushing,
bearing, shaft, dll. Bearing & bushing merupakan komponen mesin yang fungsi
utamanya mengurangi gesekan antara poros dengan elemen mesin lainnya.
30
Gambar 5.4. Ilustrasi Bushing
Roda gigi merupakan salah satu komponen penting yang ada pada mesin, roda gigi
berfungsi untuk mentransmisikan putaran dari satu bagian ke bagian lainnya.
31
BAB VI
KESIMPULAN
Dari dilaksanakannya kerja praktik ini, mahasiswa dapat mengetahui berbagai
metode perawatan pesawat terbang, seperti painting, repairing, dll. Dan yang terakhir,
mahasiswa Teknik Mesin dapat mengetahui cara kerja tail rotor, yang berfungsi
sebagai penahan torsi yang dihasilkan main rotor, dan kerusakan-kerusakan yang
mungkin terjadi seperti korosi, imbalance & vibrasi, dan keretakan. Serta mengetahui
penanganan-penanganan jika terjadi kerusakan tersebut.
SARAN
Adapun saran penulis pada kerja praktik ini antara lain sebagai berikut:
- Dalam penerimaan mahasiswa yang melaksanakan kerja praktik, lebih baiknya
PT. Indopelita Aircraft Services memberikan tempat khusus, yang dapat
mampu mengkoordinir dan pengarahan serta pengetahuan kepada mahasiswa
yang melaksanakan kerja praktik
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34